disclaimer: danshi koukousei no nichijo © yasunobu yamauchi, square-enix and sunrise
warning: canon, hidenori's pov.. and i do not gain any financial profit from this fanfiction
a.n: based on episode 12 (end) 8'D dan disini ada spoiler, okeeee.
Hanya Yassan yang dapat kukatakan jika ingin memanggilnya saat itu. Dalam kalimat puitis yang melipat udara sekitar dengan indahnya. Kata-kataku mungkin terdengar begitu norak saat itu. Ah, aku mengakuinya kalau kalimatku begitu terkesan kekanakan, tapi kata-kata itu kusiapkan begitu matang.
'Aku menyukainya.'
Dia adalah tempat dimana hatiku berpijak nyaman, dimana aku bisa tersenyum lembut.
Kuhadapi kelebatan angin yang menyapu tubuh dalam oranye yang menghias lembayung sore, mataku mengerjap dalam hias kacamata segiempat, kata-kata dalam konteks novel terbaca jelas saat itu dan aku sadar bahwa buku novel yang kubaca saat itu pada akhirnya tamat.
Disana, aku sudah mengecap rasanya lulus sekolah menengah atas.
Sore itu, aku—akhirnya—menghabiskan buku favoritku.
Dan detik itu, aku berpaling dan berkata sayang padanya; dalam makna puitis, tentunya.
Aku menyayangi dia apa adanya; seperti ketika angin menangis dalam rangkulan awan.
Kami adalah manusia absurd apa adanya, tak dapat dipungkiri bahwa dia adalah gadis yang aneh, dan aku adalah remaja yang tidak biasa; terlalu gila, maksudnya. Aku sering berpikir soal hal yang tidak penting; aku bukan lelaki yang berpikiran sederhana.
Aku juga tahu dia bukan perempuan yang sederhana, extraordinary dan luar biasa.
Aku nyaman berada di dekatnya. Maka dari itu aku menyukainya.
Shall we go? Ujarku dengan kalimat terucap lantang, tanganku menggapainya bagai pangeran dari negeri dongeng, dia adalah cinderella tanpa sepatu kaca dan tanpa glamor. Keunikannya, dan dia yang apa adanya, sudah menjadi kilauan terindah yang ia kenakan di dekatku.
Ah, aku memang terlalu banyak berpikir.
Yang jelas, aku benar-benar menikmati hari ini, dimana aku dapat menggenggam jemarinya dengan napas lembut yang berdampingan, tawa kami akan meletup dalam udara meskipun kami belum tahu nama kami masing-masing.
Aku tidak peduli.
Yang penting, aku menyayanginya. Aku nyaman dengannya; aku tak mau lepas darinya.
Aku sayang dia.
