Title : MAMA

Author : Raichi KrisTaoKaiSoo Fujoshi

Rated : T, tapi kemungkinan akan berubah. Hoho~

Pairing : Main Pair (KrisTao and KaiSoo) couple lain akan bermunculan seiring berlanjutnya fict

Genre : Fantasy, Romance, Supranatural

DISC : para cast hanyalah milik tuhan YME, orang tua, dan SM Ent. Saya hanya pinjam mereka untuk membuat fantasy saya menjadi terwujud di FF ini.

Summary : Huang Zi Tao tidak pernah menyangka, kalau dia adalah satu dari 12 Legenda yang hilang, dan dia adalah mutiara hitam ke-12 dari 11 yang hilang. "Semua menghilang untuk satu dunia yang baru, Bumi. Tempatmu sekarang tinggal, bocah." IT'S YAOI! KRISTAO AND KAISOO HERE. COUPLE LAIN BERMUNCULAN SEIRING FICT BERLANJUT.

Warning : BL/ BoysLove/Shonen Ai. Miss typo(s), alur terlalu dipaksakan, gaje, bikin mual, EYD yang ngasal. I told you before, if you hate YAOI or IF You HATE me, better if you don't read my fanfic, okay?

NO FLAME, NO BASH CHARA, NO PLAGIAT, NO SILENT READERS XD

Nah, mari kita langsung saja mulai FFnya ^^

tolong tetap beri saya review anda *bow*

.

.

Oke, tanpa banyak bacot, mari kita langsung saja.

.

.

.

.

DON'T LIKE, DON'T READ!

.

.

I TOLD YOU BEFORE!

.

.

IF YOU HATE YAOI, BETTER IF U NOT READ MY FIC!

Sekali lagi, fict ini hanya fiksi. Asli karangan. Kalau mau flame karena khayalan Rai, I don't care. I've warned you ^^

Seorang pria manis terlihat sedang duduk didekat sebuah pohon yang ada dibelakang rumahnya. Malam adalah yang paling ia favoritkan. Semua akan memutar seperti film ketika malam. Memutar kenangan masa kecil yang akan selalu diingat.

"Tao-yah, kau selalu mudah ditemukan disini, hm? Sudah makan? Aku bawa cemilan." Pria manis itu menoleh dan menemukan seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah khas yang tampan. Tangannya membawakan sepiring kudapan. Cake? Mungkin?

"Ah…akan aku makan nanti.." jawab pria manis bernama Tao itu. Matanya masih menatapi jeli langit malam dengan bintang yang berhamburan. Ditangannya, buku tebal dengan banyak gambar bintang dipegang dengan erat. Sesekali, tangannya menulis sesuatu di note kecil miliknya.

"Apa menariknya rasi bintang, Tao?" Tao menoleh pada pria itu dan tersenyum kecil.

"Zhoumi-ge juga, apa menariknya Henly-ge?" Tao kali ini bertanya dengan nada bercanda. Pria bertubuh tinggi itu terkekeh kecil.

"Hm ya…Henly…segala padanya begitu special..dia membuatku melupakan segala kepedihan."

"Nah, kira-kira jawabanku sama denganmu, Ge. Kau ingat ketika kakek masih hidup? Ketika beliau duduk disini bersama kita setiap malam, dan bercerita banyak dongeng?"

"Ah ya. Aku masih ingat..tapi, sebaiknya jangan sering mengingat kakek, Peach. Aku yakin kakek ingin tenang disana tanpa kita terlalu sering memikirkan kakek. Lagipula…sudah 2 tahun, kan?" Zhoumi berkata dengan nada seolah membujuk. Tao menunduk, berusaha melupakan kesedihannya pada memori 2 tahun silam. ZiTao mengangkat wajahnya dan berusaha tersenyum.

"Hm…2 tahun kepergian kakek dan aku masih lebih suka tinggal disini."

"Tidak ingin berniat pulang ke Barcelona? Ayah dan Ibu pasti merindukan kita, peach…"

"Ge, kalau gege ingin kembali ke Barcelona, silahkan saja..aku…ingin tinggal dulu disini, aku lebih tenang dirumah kakek yang ada disini, udaranya, suasananya, orang-orangnya…segalanya.."

"Apa bedanya Barcelona?"

"Beda sekali…kalau aku disana, Ibu dan Ayah akan tetap sibuk, kan?"

Kali ini, keduanya diam. Zhoumi yang tersenyum pahit.

"Apa kau tahu kalau ibu sedang membutuhkan kita?" Zhoumi bertanya tanpa menatap Tao. Tao menoleh, mata kecokelatan gelap miliknya menatap Zhoumi. Zhoumi tersenyum.

"Ibu sedang sakit disana dan butuh kita, Tao…" Tao kali ini diam, tidak berani bicara.

Kedua orangtuanya sangat sibuk di Barcelona. Dan selalu tidak memiliki waktu untuk keduanya, hingga akhirnya Tao memutuskan untuk tinggal di rumah tua milik kakeknya yang ada di San Francisco. Lebih tenang, dan lebih membuatnya nyaman. Lalu, Zhoumi menyusul dan selalu berniat mengajak Tao pulang sebulan belakangan ini.

"Ibu…sakit? Sakit apa?"

"Aku tidak tahu, tapi ibu sepertinya sangat membutuhkan kita..pikirkanlah Tao, bila kau pulang ke Barcelona denganku besok, kau mungkin bisa mengubah segalanya…"

"Besok?! Tapi..aku bahkan belum mempersiapkan-"

"Tiket dan Visa sudah aku siapkan. Paspormu juga sudah aku atur. Ikutlah denganku besok. Tenang saja, kalau semua sudah beres dan kau bisa kembali lagi kesini lain waktu atau ketika ibu sudah sehat dan memulai kembali aktifitasnya, bagaimana?"

Tao diam sejenak. Bukunya ditutup dan helaan nafas keluar darinya. Seberapa kesalnya ia pada kedua orangtuanya, Tao tetap menyayangi orangtuanya.

"Hm, baiklah. Aku ikut. Biarkan aku masuk dan mengurus segala kepergian kita..jam berapa kita berangkat?"

Zhoumi tersenyum.

"Jam 9."

.

.

.

Perjalanan panjang yang mereka lalui cukup membuat keduanya letih. Syukurlah pemandangan langit yang bersih membuat Tao tidak banyak mengeluh. Pelayanannnya juga sangat hebat.

Kini, keduanya sampai di Barcelona. Sebuah kota di Spanyol dan merupakan ibukota wilayah otonom Katalonia. Berdiri pada 230 SM dan kota ini berperan sebagai galeri hidup dari arsitektur dan dekorasi bergaya modernis dan Art Nouveau. Kuil-kuil dan bangunan karta arsitek Antoni Gaudi, gereja abad pertengahan, sisa tembok Romawi dan plaza. Jelasnya, Barcelona adalah Parisnya Spanyol.

Tao tersenyum menatap keindahan Barcelona yang selalu semakin indah. Zhoumi juga tersenyum disampingnya.

Taxi yang sudah dipesan Zhoumi mengantarkan mereka pada rumah keluarga mereka. Tao sesekali menikmati kudapan kecilnya, dan Zhoumi meminum banyak kopi. Mereka sampai sekitar pukul 16:35 dan sekarang sudah pukul 17:15.

"Aku sudah nyaris lupa seperti apa Barcelona…" mata hitam kecokelatan gelap itu menerawang jauh dibalik kacamata hitam miliknya.

"Wajar saja, ZiTao. Kau lebih memfokuskan segalanya pada San Francisco ketimbang tempatmu besar." Zhoumi membalas tanpa melihat ZiTao. Ia memfokuskan dirinya pada majalah olahraga yang ada dipangkuannya.

"Tapi aku lebih suka di Qing Dao. Tempatku dilahirkan, dan gara-gara pekerjaan ayah di Barcelona, kita harus pindah kesini dan melupakan tempat kelahiranku. Sudah lebih dari 10 tahun aku tidak ke sana…" mata ZiTao menerawang kosong, seolah gairah hidupnya sudah disedot keluar. Zhoumi tersenyum getir dan membiarkan supir taxi membawa mereka masuk sebuah pekarangan rumah yang cukup luas. Rumah tingkat dua dengan arsitektur modern dan minimalis namun tak bisa menutupi bahwa rumah ini cukup besar dan luas.

Dengan dominasi warna hitam, putih dan abu-abu lembut. ZiTao melepaskan kacamata hitamnya dan turun. Zhoumi mengeluarkan beberapa lembar uang dan membayar tagihan dari supir.

Ketika turun, beberapa pelayan sudah menyambut dan ada sekitar 3 orang yang membawa turun barang-barang. ZiTao menatapi rumah dan melihat garasi mobil. ada 2 buah mobil sport yang tidak ditutupi dan satu yang ditutupi. Yang berwarna merah metalik adalah milik Tao, sementara warna hitam adalah Zhoumi. Ada 1 mobil putih yang ditutup, milik ibunya.

Dan satu lagi…

"Great, ayah belum pulang disaat akan jam makan malam!" Tao berbicara dengan nada kesal masuk ke rumah seenaknya. Membuat Kepala pelayan mereka tersenyum getir.

"Jangan dihiraukan, Zi Tao memang seperti itu, kan?" Zhoumi berusaha menghibur pelayan mereka, tak terkecuali kepala pelayan mereka.

"Kami mengerti, Tuan Zhoumi. Kami maklum, tapi Tuan besar akan pulang setengah jam lagi…dia berniat akan makan malam dengan keluarganya…Tuan Zhoumi silahkan istirahat. Kami akan menyiapkan makan malam." Ujar kepala pelayannya sopan. Zhoumi tersenyum dan masuk ke rumah keluarganya.

.

.

.

Tao sepertinya sedikit badmood, pasalnya Zhoumi membohongi dirinya soal ibunya yang sakit. Ibunya terlihat segar dan terlihat tidak sakit sama sekali.

Di ruangan luar biasa dengan nuansa berwarna putih dan abu-abu ini, ZiTao tampak tidak berselera makan. Padahal, hidangan lengkap masakan China ada dimeja makan, bahkan ada makanan favoritnya! Meja bundar ini terasa dingin akibat mood ZiTao yang buruk.

"Kau berdusta, Ge." Bisik ZiTao kesal. Zhoumi tertawa kecil. Dia benar-benar kalau Zhoumi menjalankan ide ibu mereka.

"Ayolah, lihat segi positifnya? Kita jadi berkumpul, kan? Ibu sudah bilang dengan kita kalau dia tidak akan bekerja diluar terlalu lama, dia akan lebih sering dirumah. Mungkin memang hanya ayah yang akan sibuk."

"Ck..!"

"ZiTao, bagaimana rasanya di San Francisco?" tanya ibunya lembut. Maid beberapa kali menuangkan anggur non alcohol pada ibunya.

"Hn…menyenangkan." Balas ZiTao seadanya. Ibunya tersenyum kecil.

"Kau semakin dewasa…semakin manis, semakin tampan..tapi sifat kekanakkanmu tidak pernah berubah, nak." Ujar ibunya lalu meneguk 2 tegukan kecil anggurnya. ZiTao melirik.

"Lalu?"

"Aku pulang, semuanya..~!" semua melirik ke sumber suara dan menemukan ayah mereka sekaligus kepala keluarga di rumah ini. ZiTao memutar matanya dan meneguk setengah air putih pada gelasnya.

Pria itu duduk dan melepaskan jasnya. Seorang maid dengan sigap mengambil jas milik ayah ZiTao.

"Aku melewatkan lembur hingga tengah malam untuk makan bersama keluarga kecilku, ditambah lagi aku mendengar bahwa 2 anak lelakiku pulang, aku sangat senang sekali! Bagaimana SF, Taozi?"

ZiTao melirik.

"Hm…menarik..juga menyenangkan.." ayahnya tersenyum melihat ZiTao. Dia tahu, sangat tahu kalau ZiTao begini juga karena sikapnya.

"Ah! Ayo kita makan! Ayah sudah sangat lapar, lihat ZiTao, ada hot pot! Kau suka, kan? Makanlah yang banyak. Kau nampak sangat kurus." Ayahnya berujar dengan nada riang.

"Hm…"

"Apa perlu aku suapi agar kau sedikit bereaksi, ZiTao?" tegur kakaknya dengan nada bercanda. ZiTao menoleh dan mulai makan. Dan semua tertawa melihat sikap ZiTao.

.

.

.

ZiTao terlihat berdiam diri dikamarnya. Duduk di sofa yang ada dikamarnya dan memutar-mutar globe. Kebosanan sudah menggerogotinya lebih parah ketika dipesawat tadi. Kalau saja dia masih di SF, mungkin sekarang ia menikmati burger atau semacamnya dipekarangan rumah kakeknya. Menatapi langit, dan menikmati angin malam yang sangat menenangkan dirinya.

"Waktu…terasa lambat…" bisik ZiTao pelan. Jemarinya masih memutar globe itu perlahan. ZiTao melirik buku catatannya, bibir itu tersenyum tipis menatap setiap catatan, hingga ia menemukan selembar foto. Foto yang selalu akan dia simpan. Fotonya yang tertawa riang bersama kakeknya.

Kakek ZiTao adalah seorang Sejarawan dan seorang Arkeolog. ZiTao sering menghabiskan waktunya dirumah kakeknya. Dan setiap malam dengan teropong bintang, ia, Zhoumi dan kakeknya akan menatapi bintang.

Dan dongeng yang selalu diceritakan oleh kakeknya adalah 12 legenda yang hilang, dan mutiara ke dua belas dari 11 bintang. Aneh, kan? ZiTao bahkan susah sekali mencernanya.

ZiTao memasukkan foto itu ke dalam buku catatannya dan membuka balkon kamarnya. Angin malam Barcelona menerpa dirinya. Membiarkan tiap inchi kulit itu disejukkan.

Angin itu semakin kuat, membiarkan ZiTao menikmati hawa dinginnya. Matanya menerawang langit dan bergumam kecil. Sebetulnya, ia masih kesal dengan keluarganya.

Dimulai dari Ayahnya, ibunya dan sedikit ia tidak begitu senang dengan tingkah Zhoumi. Betapa tidak? Ayahnya sudah membuat keputusan untuk pindah ke Barcelona dan membuatnya kehilangan teman-teman masa kecilnya. Terutama sosok pria lembut yang dia anggap seperti kakaknya.

Zhang Yi Xing yang bisa ia panggil Lay. Pria yang sangat lembut. Ia juga sangat mahir memainkan piano dan gitar. Ia juga mahir sekali membuat senandung lembut yang akan sukses membuat ZiTao terlelap tidur.

Semuanya ditinggalkan ZiTao hanya karena ayahnya. Saat pindah ke Barcelona, ia susah berkomunikasi dan susah mendapatkan teman. Karena tidak tahan, akhirnya dia memilih Home Schooling.

Lalu, ibunya menyusul ayahnya yang sibuk bekerja. Dan akhirnya Zhoumi menyusul. Sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya sebagai pemusik dan song writer yang cukup laku keras. Ini, membuatnya frustasi dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama kakeknya. Kakeknya akan selalu ada untuknya. Menemaninya, bercerita banyak kisah ketika berpetualang dalam membantu banyak sejarawan dan arkeolog lainnya.

Ia juga akan membacakan dongeng-dongeng yang menarik dibuku tua miliknya. Dan ketika kakeknya meninggal, ZiTao sangat terpukul. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengurung diri dikamar kakeknya dan makan juga ia tak tertaur. 2 tahun, dan rasa terpukul itu masih jelas sekali.

ZiTao duduk di ayunan kayu untuk dua orang yang ada di balkonnya dan membiarkan pakaian tipisnya tak melindungi seluruh bagian tubuhnya. Kemungkinan ZiTao terserang flu bisa saja terjadi.

Dia teringat cerita neneknya yang seorang dosen sejarah di Universitas, tapi menghilang karena membantu para sejarawan berburu potongan cerita ditempat yang belum diketahui.

ZiTao diam, lebih tenang sama seperti malam. Hingga bunyi lonceng kecil membuatnya tersadar.

"Hm?"

ZiTao berusaha mencari suara lonceng itu dan suara itu menghilang.

"Apa karena tadi aku minum anggur? Bukannya yang aku minum non alcohol?" ZiTao menggaruk rambutnya yang tidak gatal. ZiTao melirik jam, dan kembali kebingungan. Kalau seandainya dia berhalusinasi karena mengantuk, tidak mungkin. Dia tidak mengantuk dan waktu masih menunjukkan 20:15.

ZiTao masuk ke kamarnya dan menutup balkonnya. Mulai mengganti pakainnya dengan pakaian tidur dan mencuci wajahnya. ZiTao membuka ponselnya sejenak.

Mungkin dia akan sedikit jalan-jalan mulai besok. Mungkin menikmati secangkir kopi di café kesukaannya bukan hal buruk.

Ia mulai membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya sejenak dan mulai memejamkan mata.

.

.

TBC

.

.

Hello, disini Raichi ^^

Balik lagi dengan fict Fantasy :"V

Maafkan aku, rasanya nulis di Fantasy kayak nulis cerita harian. Lebih nyaman :V ketauan suka ngehayal :"V

Fict ini sebenarnya udah dulu aku susun, bahkan lebih dulu aku rancang ketimbang WOLF. Tapi aku gak nyangka Wolf yang lebih duluan aku publish :"V

Well then, review please untuk prolog pendek ini? :"V

Sign,

Raichi.