Disclaimer :Hetalia Axis Powers © Hidekaz Himaruya
Warning : genderbend (fem!England)
.
.
Alice mengenalnya sebagai Pria Tomat.
Meski dikelilingi rumpun mawar yang teramat banyak nyaris selama sepuluh jam setiap hari, harum bunga-bunga itu tidak pernah bisa mengusir aroma asam manis tomat segar yang menguar dari tubuhnya.
Alice mendapati dirinya tengah duduk membaca satu eksemplar novel Pride and Prejudice di bangku kayu di halaman rumahnya, terlindung dari terik matahari di bawah naungan sebatang pohon ek. Sepasang bola mata di balik kacamata berbingkai merahnya sibuk menekuri halaman demi halaman novel, bergerak-gerak mengikuti barisan kata yang tercetak di sana. Namun sesekali ia mencuri lirikan ke arah semak mawar merah yang tak jauh dari tempatnya berada, dimana seorang pria tengah membasmi gulma yang bercokol di sekitar bunga-bunga.
Pria itu berperawakan sedang dengan rambut cokelat berombak yang menarik dipandang mata. Kulitnya kecokelatan tanda seringnya ia berkutat di bawah siraman sinar matahari, dan bola matanya sehijau rumput musim semi. Oh, dan senyumnya, Alice tidak pernah lupa senyum pria itu: ramah dan manis seperti gula-gula.
Dari caranya mengusap bulir keringat di pelipis dengan kain lusuh yang menggelayuti lehernya, Alice tahu pria itu mulai kelelahan. Sempat terpikir olehnya untuk membuatkan scone dan teh Darjeeling, tapi diurungkannya niat itu mengingat kemampuan memasaknya setara dengan kemampuan ikan bernapas di udara. Maka Alice tetap duduk di sana. Novelnya tertutup rapi di atas pangkuan dan pandangannya tertuju sepenuhnya pada sang pria, yang sepertinya merasakan adanya tatapan yang menghunjam punggungnya.
Pria itu menoleh, lalu tersenyum. "Oh, selamat siang, Nona Alice. Aku tidak sadar Nona ada di sana."
Alice mendengus lalu membuang muka, berdeham pelan dan berkata, "Yeah, siang." selagi merah merajai pipinya.
Gulma-gulma telah lenyap dari pandangan dan Pria Tomat beranjak dari tempatnya sambil tersenyum, mengambil beberapa langkah demi mencapai bangku tempat Alice duduk memperhatikannya bekerja. Angin berhembus menerbangkan beberapa kelopak mawar. Samar-samar Alice bisa mencium aroma tomat yang melebur di udara, terselip di antara aroma mawar yang pekat.
"Boleh aku duduk di sampingmu?"
"Kau bau tomat, bloody Antonio moron."
Senyum Pria Tomat lantas sedikit memudar.
"...tapi, kurasa aku bisa tahan dengan aroma tomat."
Dan senyum itu terpajang lagi ketika ditemukannya senyuman di wajah Alice.
.
.
fin
.
.
Antonio si tukang kebun dan Alice si nona muda. Ditulis dalam rangka nggak ada kerjaan sekaligus bernostalgia FHI. Maaf karena drabble ini pointless dan OOC orz anyway, thank you!
