Hidup dalam kesendirian sudah dilaluinya hampir selama separuh tahun eksistensinya di dunia. Sepi, sunyi, dan sendiri. Hanya di ruangan pribadinya yang berukuran cukup luas -atau bisa dikatakan sangat luas inilah ia menghabiskan waktunya sepanjang hari. Hanya di ruangan inilah ia bisa menyampaikan keluh kesahnya –segala hal yang mengganjal di hati juga pikirannya. Karena nyatanya tak seorang pun di dunia ini yang menginginkan kehadirannya.
Entah apa yang ada dalam dirinya hingga semua orang menjauhinya; tak seorang pun ingin mendekatinya. Ia tak pernah bertanya mengapa dirinya diperlakukan begitu asing oleh orang-orang. Hanya kedua orang tuanya yang masih peduli padanya. Mereka akan mengunjungi ruangannya untuk membawakan makan pagi, siang, juga makan malam untuknya serta mengajaknya untuk berbicara. Tapi itu belum cukup–tidak cukup. Ia hanya ingin kebebasan. Ia hanya ingin sebuah alasan yang jelas atas perlakuan kedua orang tuanya terhadapnya. Ia hanya ingin tahu apa yang bersemayam dalam tubuhnya selama tujuh tahun ini –yang menyebabkan dirinya dipandang berbeda di mata orang-orang.
Keadaannya persis seperti seekor burung dalam sangkar. Tak pernah terbebas -melangkah lebih jauh dari pintu kamarnya sendiri, apalagi untuk menikmati udara segar di luar sana.
Apa salahnya? Dia hanya ingin keluar. Bermain bersama beberapa pelayan mungkin. Atau sekedar menyantap makanannya di ruang makan bersama anggota keluarga kerajaan yang lainnya seperti remaja normal pada umumnya.
Ia duduk memperhatikan pemandangan di luar sana –melalui sofa yang menghadap kearah jendela besar. Ia menatap kosong hamparan taman bunga daisy berwarna putih yang bermekaran di luar sana.
Sering kali pertanyaan demi pertanyaan yang memenuhi kepalanya ia lontarkan saat ibunya berkunjung keruangannya. Pertanyaan yang mengganjal dalam benaknya selama ini. Kenapa ia diperlakukan seperti ini selama bertahun-tahun lamanya. Bahkan setiap saat ia memohon pada ibunya untuk mengijinkannya keluar ruangan.
Tapi ia tak pernah sekalipun mendapati jawaban yang dapat memuaskan rasa penasarannya. Kau harus tinggal di ruanganmu atas perintah ayahmu. Hanya sepenggal kalimat itu yang dikatakan ibunya selama ini. Mungkin dulu –saat dirinya masih kecil, ia akan mematuhi begitu saja tanpa mencari tahu alasannya. Tetapi sekarang ia tidak bisa tinggal diam begitu saja. Otaknya tanpa sadar mulai bergejolak; menciptakan berbagai pertanyaan dan kesimpulan yang ia sendiri tidak yakin jawabannya.
Suatu malam, dirinya kembali bertanya. Namun kembali jawaban yang tidak memuaskan itu didapatnya. Jawaban monoton yang tak pernah berubah sejak tujuh tahun belakangan. Lagi dan lagi ia hanya diminta menuruti perintah ayahnya yang telah menjadi Raja; menggantikan posisi mendiang kakeknya untuk mewarisi kepemimpinan di negeri Flacourtia ini.
Hatinya berdenyut nyeri begitu otaknya tanpa sadar memutar kembali potongan kejadian di masa lalunya yang begitu kelam. Seperti sekelebat bayangan asing, otaknya menampilkan sebuah potongan adegan yang mulai ia lupakan seiring berjalannya waktu -atau mungkin seseorang yang dengan sengaja membuatnya melupakan semuanya.
Kakek.
Mengingatnya, menimbulkan perasaan nyeri dan menyesakkan di ulu hatinya. Tidak berdarah memang, tetapi terasa sakit seperti ada sebilah anak panah yang menghujam tepat di titik itu. Apa itu alasan dari perlakuan kedua orang tuanya selama tujuh tahun ini? Ya, sepertinya semua itulah yang menyebabkan keadaan ini. Kenangan pahit di masa lalu yang kubur, kini kembali kepermukaan.
ANATHEMA
© Chiaki Bee
๑
Romance, Drama, Fantasy,
AU, GENDERSWITCH
CHAPTER • T
.
Baekhyun & Chanyeol
๑
Summary :
Sebuah perasaan cemburu di masa lalu mengantarkan sebuah kutukan dan menjauhkan dirinya dari setiap orang. Dan hanya satu hal yang bisa digunakan sebagai penawarnya
ChanBaek – GENDERSWITCH
.
° ANATHEMA °
CHAPTER 1
-Tujuh tahun yang lalu-
Kerajaan Flacourtia adalah kerajaan yang sangat makmur. Kerajaannya terletak di daerah yang subur, dan cukup sejuk. Setiap rakyatnya mencintai Raja mereka sepenuh hati. Raja Minki. Raja dari setiap Raja. Raja yang bijaksana, ramah dan peduli terhadap nasib rakyatnya. Tidak heran jika setiap kerajaan tetangga meraung mengungkapkan keiriannya pada kekuatan juga keindahan kerajaan Flacourtia.
Di sepanjang selasar istana yang mengarah menuju ke ballroom istana, telah dipenuhi oleh ratusan pelayan yang tampak hilir mudik tanpa henti sejak pagi tadi. Malam ini adalah malam yang sangat dinantikan oleh setiap orang. Malam dimana cucu tunggal dari Raja mereka memperingati pertambahan usia dengan diselenggarakannya pesta peringatan usianya yang menginjak sepuluh tahun.
Setiap rakyat di desa merayakannya dengan penuh suka cita. Setiap orang akan memanjatkan doa mereka untuk kesejahteraan dan umur yang panjang bagi tuan putri mereka juga anggota keluarga kerajaan yang lain.
Baekhyun –cucu kesayangan sang Raja berlari kecil sembari mengangkat sedikit gaunnya dan mengitari ballrom yang telah dihiasi sedemikian rupa. Ia tersenyum memperhatikan setiap sudut ruangan berukuran luas itu. Malam ini; sebentar lagi ia akan merayakan pesta ulang tahunnya.
Hanya butuh sedikit sentuhan lagi hingga ruangan besar itu menjadi ruangan yang sempurna untuk perayaan malam ini.
Hup~
Belum sempat gadis mungil itu melanjutkan langkahnya, sebuah tangan yang hangat memegang bahunya. "Sayang, kenapa kau masih disini?"
Itu ibunya. Putri Ji Hyun. Menantu di kerajaan ini. Ia adalah sosok putri juga sosok ibu yang baik, hangat, lembut dan penyayang. Tidak salah Pangeran mempersuntingnya dahulu sebagai pendamping hidupnya. Setiap rakyat di Flacourtia menjadikan wanita cantik yang berasal dari negeri Asteria itu sebagai panutan mereka. Bagaimana bersahajanya sang putri yang sungguh ringan tangan. Walaupun dirinya hidup bergelimang harta, ia tetap tidak melupakan rakyatnya.
Baekhyun tersenyum –memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Aku mau melihat kue ulang tahunku, ibu." Katanya.
Dengan senyum keibuannya, Putri Ji Hyun mengusak rambut putrinya. "Kau harus bersiap. Sebentar lagi para tamu akan berdatangan." Ujarnya. "Lagi pula sebentar lagi kau akan melihatnya."
Baekhyun mencebikkan bibirnya. Ia menatap pintu di depan sana yang mengarah ke ruangan memasak atau biasa disebut dapur istana, lalu menunduk. "Baiklah."
Sepasang ibu dan anak itu melenggang, menuju ruangan Baekhyun. Si gadis mungil mengangkat gaunnya yang panjang untuk mempermudah dirinya melangkah. "Apa malam ini akan ada banyak orang?"
Ibunya mengangguk. "Tentu saja."
"Apa aku akan menjadi pusat perhatian?"
Ibunya terkekeh. "Ya. Kau akan menjadi tokoh utamanya malam ini."
"Kalau begitu, ibu harus mendandaniku secantik mungkin. Setuju?"
"Pasti." Putri Ji Hyun terkekeh memperhatikan betapa antusias putri kecilnya untuk menyambut sebuah pesta yang diadakan untuk dirinya. "Apa kau ingin bertemu pangeranmu malam ini?" godanya.
"Ibuuu.."
Putri Ji Hyun mengusak surai legam putri semata wayangnya dan menggiringnya menuju ruangannya untuk dirias sebelum pestanya dimulai.
e)(o
Malam telah tiba. Ballroom istana hingga taman istana mulai dipenuhi oleh ratusan manusia yang hadir. Tidak hanya dari kalangan kaum bangsawan, bahkan rakyat di desa-pun menikmati meriahnya pesta yang diadakan sang Raja.
Mereka menari, menikmati hidangan, menyalakan kembang api, juga menerbangkan lampion yang berisi doa dan harapan mereka untuk sang putri kecil yang menggemaskan –Baekhyun dan bersama-sama menyemarakkan pesta malam ini. Betapa bahagianya mereka bersama-sama menikmati pesta di istana hingga sepanjang jalan.
Langit malam ini pun terlihat indah dengan adanya ratusan lampion yang terbang semakin tinggi menghiasi langit kerajaan Flacourtia.
Sedangkan di dalam istana, Baekhyun tengah menikmati pestanya. Ia bertemu dengan orang-orang dari berbagai kalangan. Walaupun ini adalah kesekian kalinya ia bertemu dengan orang asing dalam sebuah pesta kerajaan, ia tetap merasakan kecanggungan. Jadi selama pesta berlangsung ia menggenggam tangan sang ibu dan akan merengek saat ibunya melepaskan genggamannya.
Dengan gaun berwarna merah mudanya yang cantik, dan surai legamnya yang tergerai indah, Baekhyun tampak menggemaskan pada malam ini. Tubuhnya yang mungil, mengharuskannya mendongak saat seseorang berbicara dengan ibunya.
Ibunya juga sangat cantik dan elegan malam ini. Dengan gaun berwarna peach dan surai yang tertata rapi –membuat semua perhatian tertuju pada sang calon Ratu di kerajaan Flacourtia.
Sedangkan ayahnya duduk di singgasana -bersebelahan dengan kakeknya. Ayah dan kakeknya malam ini terlihat gagah dengan pakaian khas mereka.
Pesta berlangsung sepanjang malam. Setelah pemotongan kue, mereka berdansa di tengah ballroom dengan suka cita hingga menjelang tengah malam.
Baekhyun melangkah di sepanjang koridor seorang diri. Ia menghentikan langkahnya begitu matanya memperhatikan pemandangan yang menarik. Ia membuka pintu balkon dan melangkah mendekati pagar pembatas. Langit dipenuhi oleh ratusan lampion yang melayang semakin tinggi secara perlahan. Gadis itu memperhatikan dengan mata yang membulat lucu dari balkon istana. Sungguh indah. Ia mencakupkan tangannya di depan dada, menunduk dan memejamkan matanya untuk memanjatkan doa di hari ulang tahunnya.
'Aku harap kebaikan selalu menyertai orang yang ku sayangi.'
e)(o
Malam semakin larut. Pesta telah usai dua jam yang lalu. Setiap orang tampaknya telah terlelap karena kelelahan setelah melalui pesta yang menyenangkan. Baekhyun bergerak gelisah dalam tidurnya –ia belum sepenuhnya tertidur, hanya memejamkan matanya. Langit di luar sana tak menunjukkan adanya bintang ataupun bulan. Sepertinya hujan akan mengguyur bumi malam ini.
Baekhyun beranjak dari ranjangnya saat matanya tak sekalipun bisa terpejam. Ia mendudukkan tubuhnya di sofa yang mengarah ke jendela besar. Di luar sana langit sesekali mengeluarkan kilat.
Cukup aneh mengingat sepanjang bulan ini langit sangat cerah. Tetapi malam ini -setelah pesta usai tiba-tiba guntur dan awan gelap menghalangi bulan dan bintang yang sejak tadi bersinar cerah.
Prangg~
Baekhyun terlonjak dari duduknya saat ia mendengar sebuah benda yang terjatuh. Sepertinya berasal dari lorong di luar, mengingat suara yang ditimbulkan cukup keras. Ia bangkit dan melangkah keluar dari ruangannya.
Gadis kecil itu mengedarkan pandangannya di setiap penjuru untuk mencari asal suara itu. Lorong yang gelap, sedikit mempersulit jarak pandangnya. Tak lama kemudian ia tersentak, matanya membulat saat ia melihat kakeknya yang berjalan tertatih di sepanjang koridor.
"Kakek!"
"Ada apa kakek?" Baekhyun mendekati pria tua itu.
"Kakek tidak apa-apa, Baekhyun. Hanya merasakan sedikit nyeri disini." Pria tua itu menyentuh dada kirinya dengan tangan kanan dan tangan kirinya bertumpu pada dinding koridor. Dengan nafas yang sedikit tersengal, ia mencoba berdiri tegak.
Baekhyun meraih lengan kakeknya untuk membantunya berdiri. Hingga akhirnya pria tua itu mengerang kembali dan mencengkram dadanya lebih kuat dari sebelumnya. Nafasnya tersengal dan keringat mengalir deras di dahinya. Tubuh tambunnya limbung karena tubuh mungil Baekhyun tak cukup kuat untuk menumpunya. Si mungil Baekhyun membulatkan matanya memperhatikan keadaan kakeknya yang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Ayah!" di ujung koridor, ayah dan ibunya berlari menghampiri kakeknya yang tak berdaya dengan nafas terputus-putus.
Pangeran Minho memanggil penjaga dan mengutus mereka untuk memanggil tabib istana. Sedangkan Baekhyun terisak di pelukan ibunya. Otaknya memutar setiap kejadian mengerikan itu. Dimana kakeknya terlihat kesakitan hingga jatuh tak berdaya tepat di depan matanya.
Putri Ji Hyun mengusap punggung Baekhyun lembut -menenangkan putri kecilnya yang menangis histeris. Baekhyun menangis tersedu-sedu dan terus menggumamkan kata maaf dalam dekapan ibunya.
e)(o
Malam ini, disaat waktu menunjukkan tengah malam, Flacourtia diselimuti kabut hitam. Raja mereka yang di banggakan dan di elu-elukan oleh setiap orang, malam ini telah berpulang ke pangkuan Tuhan.
Berita tentang kematian sang Raja menyebar dengan cepat hingga ke pelosok desa.
Seluruh rakyat turun ke jalanan -menangis dan turut mendoakan kepergian Raja mereka tercinta. Tak peduli hujan deras dan guntur di langit. Mereka bersujud sepanjang malam hanya untuk menangisi kepergian Raja mereka yang secara tiba-tiba.
Langit yang diguyur hujan dan guntur yang saling bersautan seolah turut mengungkapkan rasa kesedihan atas berpulangnya sang Raja.
Tak seorangpun percaya Raja mereka telah tiada. Tubuhnya yang sehat dan bugar walau tak lagi muda menjadikan kematiannya seperti sebuah pukulan bagi setiap orang.
Bahkan tak pernah sekalipun mereka mendengar sang Raja yang jatuh sakit.
e)(o
Putri Ji Hyun mengusap surai putri Baekhyun yang terlelap seusai menangis hebat sepanjang malam. Sepertinya putri kecilnya terguncang atas kejadian yang menimpa kakeknya tepat di depan matanya sendiri.
Setelah mendapati putrinya yang terlelap, ia turun dari ranjang putrinya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mungil Baekhyun.
Saat akan melangkah menjauh, pintu ruangan putrinya terlebih dahulu di buka dari luar. Pangeran Minho dan seorang pria paruh baya -pria yang menjadi kepercayaan Raja Minki berdiri disana -tengah menatapnya dengan raut yang sulit dibaca.
Dan sekelebat perasaan asing menderanya. Tatapan itu seolah menunjukkan sebuah pertanda yang tidak baik. Sepertinya badai akan terjadi kembali di istana ini. Semuanya tidak baik-baik saja. Putri Ji Hyun menelan salivanya. Seketika jantungnya berdetak kencang. Ia menatap putrinya yang masih terlelap lalu berjalan mengikuti suami dan pria itu.
e)(o
Di sepanjang koridor yang mengarah menuju ruangan milik Raja Minki, dipenuhi oleh para pelayan istana yang bersujud; menangisi kepergian sang Raja.
Mereka menangisi kepergian Raja mereka yang terbilang misterius. Sang Raja tak pernah mengeluh sakit, bahkan tabib istana yang selalu memeriksa kondisi sang Raja setiap harinya tak pernah menemukan penyakit serius yang bersarang dalam tubuh sang Raja.
Di dalam ruangan itu berdiri Pangeran Minho, Putri Ji Hyun dan seorang pria paruh baya yang menjadi kepercayaan mendiang Raja Minki selama ini.
Setelah wasiat mendiang Raja di bacakan di hadapan beberapa saksi, akhirnya diputuskan bahwa Pangeran Minho akan menggantikan Raja Minki sebagai Raja Flacourtia selanjutnya.
Pangeran Minho menatap tubuh ayahnya yang telah terbujur kaku di atas ranjangnya. Memberikan penghormatan terakhir sebelum tubuhnya di makamkan di tempat pemakaman khusus keluarga istana.
Pangeran Minho memimpin jalannya pemakaman tersebut yang dihadiri oleh keluarga kerajaan juga dengan rakyat yang mengiringi hingga tempat pemakaman. Dalam hati ia berdoa untuk mendiang ayahnya dan sesekali otaknya memutar kenangan kebersamaannya bersama sang ayah sebelum beliau tutup usia.
"Ayah aku akan melanjutkan tahta kerajaan dan menerapkan semua yang telah kau ajarkan padaku."
e)(o
Langit masih diselimuti awan gelap sejak malam saat kematian ayahnya. Tak sedikitpun menunjukkan tanda-tanda akan berubah terang. Raja Minho memperhatikannya dari jendela besar di ruangannya. Ia berdiri disana sedangkan pikirannya melayang entah kemana. Perasaannya tidaklah berubah membaik sedikitpun sejak kemarin.
Makanan yang selalu diantarkan pelayan atau istrinya ke ruangan pribadinya tak ia sentuh sedikitpun. Nafsu makannya seolah menguap entah kemana. Tak ada niatan untuk mencicipinya walaupun makanan yang dihidangkan adalah makanan favoritnya yang selalu menggugah seleranya di hari lain.
Entah apa yang mengusiknya. Apa ini karena kematian ayahnya yang tidak wajar atau sesuatu yang lain?
Raja Minho kembali mengingat setiap perkataan tabib istana kemarin malam yang mengusiknya hingga kini.
"Yang Mulia... m-maafkan hamba. Hamba telah memeriksa Yang Mulia Raja dengan berbagai cara tapi..." tabib itu menjeda kalimatnya. Menimbulkan kerutan di dahi Pangeran Minho.
"Tapi apa?"
"Tapi.. tapi tidak ada hal yang aneh pada tubuh Yang Mulia Raja. Beliau tidak memiliki penyakit kronis selain sakit kepala biasa, Yang Mulia"
Pangeran Minho membolakan maniknya mendengar penjelasan tabib usia paruh baya itu. "Jadi maksudmu ayahku meninggal bukan karena penyakit?"
"Yang Mulia penggal saja kepala hamba.."
"Lima belas tahun lamanya hamba memeriksa keadaan Yang Mulia Raja setiap harinya, tapi tidak ada penyakit mematikan apapun dalam tubuh Raja hingga saat ini."
Tabib itu berlutut dan menangkup tangannya di depan dada. Pangeran Minho memintanya berdiri dan ia dilanda kebingungan saat ini. Tidak mungkin tabib istana itu salah. Karena ia telah dipercaya selama bertahun-tahun oleh mendiang Raja terdahulu.
Pangeran Minho menatap tubuh ayahnya yang terbaring kaku di ranjangnya dengan dahi yang berkerut.
"Tuanku. Seseorang ingin berbicara denganmu." Istrinya -Ratu Ji Hyun menyadarkan Raja Minho dari khayalannya.
Ia menatap istrinya dan mendapati seorang wanita sebayanya berdiri disana. Wanita dengan rambut yang mulai memutih di usianya yang masih kepala tiga dengan gaun lusuh berwarna merah darah yang dilapisi jubah hitam.
"Han Ji Won?"
"Hormatku pada Yang Mulia Raja Minho." Wanita itu mengangkat sedikit gaunnya dan membungkukkan kepalanya -memberi hormat kepada sang Raja yang baru.
"Setelah sekian lamanya akhirnya kau kembali. Apakah sesuatu yang buruk sedang terjadi?"
Raja Minho mengernyitkan dahinya. Perasaannya yang sebelumnya mengambang kini bertambah kacau setelah kehadiran wanita tersebut. Bukannya ia membenci kehadiran wanita itu, bukan. Hanya saja sebuah janji di masa lalu, kembali teringat oleh sang Raja.
"Aku akan pergi mengasingkan diriku jauh dari hiruk pikuk manusia. Dan aku akan kembali untuk melindungi kerajaan jika sesuatu yang buruk terjadi." Itulah kalimat yang diucapkan oleh Han Ji Won beberapa tahun lalu.
Jika saat ini Han Ji Won muncul di istana, apa itu berarti sesuatu yang buruk tengah terjadi di istana? Ah, Raja Minho teringat akan mendiang ayahnya. Ia mencoba berfikir bahwa kembalinya Han Ji Won ialah tidak lain karena kematian ayahnya.
"Yang Mulia…" Han Ji Won memejamkan matanya. Raut kesedihan terlukis pada wajahnya yang biasanya terlihat tenang. Menyebabkan kerutan di dahi sang Raja juga sang Ratu yang berada di ruangan tersebut. "Kutukan sepuluh tahun yang lalu-"
Wanita itu menjeda kalimatnya –menunggu reaksi dari pasangan Raja dan Ratu di hadapannya. "Yang Mulia. Kutukan sepuluh tahun yang lalu tampaknya sudah mulai melekat pada Putri Baekhyun."
Dan satu kalimat itu seolah menghantam telak sang Raja juga Ratu. Mereka membelalakkan manik mereka dengan keterkejutan yang tak dapat di sembunyikan. Mereka saling menatap satu sama lain.
"Apa maksudmu?!" seru sang Raja gusar. Hatinya yang kacau kian bertambah kacau akibat kenyataan pahit yang baru saja didengarnya. "I-itu t-tidak mungkin. Itu sudah lama berlalu. Yang benar saja!"
"Yang Mulia maafkan hamba. Seminggu sebelumnya hamba mendapatkan firasat tersebut. Dan firasat itu benar-benar menjadi nyata ketika hamba mendengar berita duka atas kematian Raja Minki."
Raja Minho dan Ratu Ji Hyun kembali membulatkan manik mereka atas fakta lain yang didengarnya. Raja Minho memegang dadanya yang terasa berdenyut dan ia menutup matanya. Sedangkan sang Ratu membekap mulutnya dengan tangannya. Air mata yang memenuhi pelupuk matanya akhirnya mengalir di pipi ranumnya.
"Istriku!"
Raja Minho membantu memapah istrinya untuk duduk di sofa tunggal saat istrinya nyaris tumbang. "Jadi… jadi maksudmu.." Sang Raja mengatur nafasnya yang tersengal sejenak. "Maksudmu putriku yang telah membunuh kakeknya?"
"Yang Mulia, maafkan hamba." Han Ji Won bersujud di kaki sang Raja.
Wanita itu memiliki keistimewaan yang didapatnya sejak lahir. Ia bisa merasakan apa yang terjadi di masa depan dan beberapa kelebihan lainnya. Lalu apa alasan Sang Raja untuk tidak mempercayainya? Ia merasakan perasaan yang tak menentu. Sedih, kecewa, terkejut dan.. entahlah. Bahkan terlalu sulit untuk mendeskripsikannya.
Begitupun dengan keadaan Ratu Ji Hyun yang sama hancurnya saat mendapati fakta yang menyakitkan tersebut. "Ini salahku. Maafkan aku." Nafasnya tersengal saat isakannya beradu dengan kalimatnya. "Ini semua salahku Yang Mulia."
"Tidak, ini bukan salahmu. Ini semua salahku." Raja Minho mengelus punggung istrinya –mencoba menenangkan wanita dalam dekapannya walaupun hatinya sendiri tidaklah tenang.
Raja Minho menatap Han Ji Won dan bertanya. "Apa kau bisa mencarikan penawarnya?" sang Raja menatap wanita itu dengan sorot matanya yang menunjukkan betapa lelah dan hancurnya ia saat ini yang harus menerima fakta menyakitkan dalam waktu singkat.
Pertama fakta kematian ayahnya, kedua fakta mengenai kutukan itu dan juga fakta mengenai putrinya –kutukan yang menimpa putrinya yang menyebabkan kematian ayahnya.
"Hamba akan menemukan caranya, Yang Mulia." Han Ji Won membungkukkan kembali tubuhnya.
Raja menatap kosong pemandangan di luar sana.
Langit masih menampakkan awan hitamnya dan angin berhembus dengan kencang –menerbangkan dedaunan kering. Lihatlah bahkan langit pun ikut berduka atas apa yang menimpa kerajaan Flacourtia.
Raja Minho menghela nafasnya berat. Ia hanya berharap bisa mendapatkan penawar kutukan itu secepatnya. Ia rela melakukan apapun –meski harus menukar itu semua dengan nyawanya sendiri. Ini demi putrinya. Mengapa putrinya yang tak berdosa itu harus menerima semua masalah ini. Ini semua adalah kesalahannya di masa lalu. Kenapa tidak dirinya saja yang menerima hasil perbuatannya?
Ia menerawang -mengingat kenangan pahit di masa lalunya. Ini semua sungguh sulit dipercaya. Ia pikir semua yang terjadi di masa lalu itu hanya sebuah gertakan semata. Hanya berupa sebuah kecemburuan semata. Tapi ia salah besar. Semua ini adalah salahnya.
"Temukan penawar ini secepatnya. Dan kuharap tidak ada satu orang pun yang mengetahui masalah ini. Termasuk Putri Baekhyun."
Tanpa mereka sadari seorang gadis mungil mendengarkan semuanya melalui celah pintu ruangan yang terbuka.
.: TBC :.
Note Dee :
Sebelumnya saya mau makasih dulu untuk Chiaki Bee yang mau menulis plot fanfic ini. Dan makasih juga untuk readers yang ngeluangin waktu untuk baca fanfic ini. Saya harap fanfic ini bisa diterima dengan baik, bisa dinikmati walau agak berbeda untuk latar ceritanya. Sebagai info, Chanyeol (Atarian) dan Baekhyun (Minerva) memang tidak memakai nama mereka untuk menyesuaikan latar cerita yang bersetting negeri kerajaan seperti di dongeng. Pengennya sih supaya readers lebih bisa menghayati(?). Dan untuk Flacourtia –juga kerajaan lain yang akan di-mention kedepannya, bayangkan saja itu seperti kerajaan di film Tangled Rapunzel atau Shrek dengan Far-Far Away atau kerajaan-kerajaan di film Barbie dan Disney princess. Well itu saja dari saya. Semoga respon fanfic ini akan selalu positif dan kalian bisa menyemangati Chiaki Bee untuk menulis fanfic ini dan fanficnya yang lain sampai tamat. Thank you~
A/N : Request ff pertamaku dengan jalan cerita yang luar biasa dari Kak Dee.. Semoga ff ini tidak mengecewakan dan sedikit tidaknya sesuai dengan ekspektasi kak Dee dan readers semua ya hehe..
Malam ini aku update jamaah bareng author kece loh. Lolipopsehun, Brida Wu, Purflowerian dan RedApplee
Jangan lupa cek storylist mereka dan meninggalkan review setelah membaca ya^^
Pyooong~
ChiakiBee
