AILO! Jumpa lagi dengan tak hentinya membawa fic baru ,sementara fic sebelumnya belum dihabiskan qwq *ketawa dalam tangis* /pula

okeh , tenang, tenang...fic sebelumnya masih bersambung tapi agak lama diupdate sebab saya sangat sibuk dengan perihal kerja kolej , menyebabkan saya mengalami writersblock dan susah untuk tahan berbicara sekarang . Ini pun dengan pertolongan rakan collab saya untuk membuat scene xD

Collab ni hasil dari dua fujoshi akut bin parah (a.k.a ManisPedas dan Rara )dengan OTP mereka iaitu : HALIGEM . Yas peeps , its HaliGem! Penuh! Full! Salahkan pada rakan collab saya / dihantam oleh orang bersangkutan / takdelah , saya pun sama haha

okeh daripada saya bising jom!


.

.

Maincast / pairing : HaliGem

Rated : T + fluff

Warning : Sho-ai , male x male ,cracks! Mix language semi-formal, slangs. Untuk pengetahuan semua , bahasa fic ni betul2 terbahagi bagi bahagian saya dengan Rara (Melayu dan indonesia)

Disclaimer : seperti biasa ,saya hanya meminjam chara boboiboy

.

.


Enjoy~

.

.


Mau Adik?


" Papa , ayah ,bila Petir punya adik ?"

KTING

Soalan polos yang terucap dari si kecil membuat kedua figura tu terdiam kaku. Lebih-lebih lagi pemuda manis beriris emas yang tengah mencuci piring . Garfu beserta piring itu terhempas tanpa sengaja akibat terkejut mendengarkan soalan satu-satu anaknya yang baru menjangkaui umur 6 tahun . Petir ,sebagaimana yang telah dinamakan , adalah anak kepada Halilintar dan Gempa . Mempunyai kemiripan seperti Halilintar.

"K-kenapa? Kamu berasa keseorangan kah Petir?" Toleh sang papa , tiba-tiba ragu bertatapan dengan si suami yang sekarang tengah memandang serius. Kata-katanya terbata-bata begitu ia melihat Halilintar diam sambil meletakkan lengannya pada atas daun kerusi yang di dudukki Petir .Menyantap makanan tengah hari. Petir menganggguk sebagai balasan dan itu semakin membuat sang ayah mengatup bibirnya rapat-rapat . Gempa tertawa kering ,tidak tahu macam mana nak balas pertanyaan Petir dan berbalik untuk mencuci piring yang sempat tergendala .

"Err..."

Sementara Halilintar yang sedari tadi diam kini menepuk kepala si montel sambil berbisik setelah mendapati Petir sudahpun selesai memakan lauknya . Si kecil pun berganjak selepas habis makan dan meminta diri untuk pergi bermain dengan sepupunya Blaze dan Angin dirumah sebelah . Tepatnya tempat tinggal Api dengan Air.

"Pe-petir! Mau ke mana?" Pekik Gempa sebaik sahaja dia merasakan gegaran kecil seperti larian berlangsung.

"Ke rumah Blaze pah!"

"Tu-tunggu! Mungkin pakcik Api mu ti-"

"Sudahlah tu...biarkan dia pergi , aku dah pesan pada Air untuk liat-liat Petir diluar"

Ucapannya segera terpotong begitu Halilintar menghentikan Gempa dari berlari mengejar Petir , memperlihatkan telefon bimbit yang baru sahaja ditutup. Dan sejurus sahaja pintu utama tertutup , Jejaka yang berperan sebagai 'ibu' itu menghela nafas berat .

"Kau ni…relakslah ….beberapa hari ni kau tidak tenang , risau sepanjang masa"

Halilintar mendekap isterinya yang cepat resah tu dekat. Menurutnya hari demi hari Gempa selalu cemas tanpa sebarang bukti kukuh walaupun perkara kecil pun boleh menyebabkan Gempa panik .

"Kenapa? Ada masalah kah ,hm? Ada stalker berkeliaran lagi? Atau…" Bisik pemuda beriris crimson sambil menggesakan dagu pada ceruk leher si intan emas.

"B-bukan…t-tapi- Eeek!"

"Apa?" Senandung Halilintar .Terkekeh lembut sebaik saja dia mengangkat dan mendudukkan Gempa di atas kaunter dapur berdekatan . Sedangkan tangannya masih berlingkar dipinggang Gempa.

"Cepat..."

"Ak-Hal-Hali jangan"

Gempa merasa geli saat Hallilintar menekan pada tempat sensitifnya , iaitu leher dengan dagu.

Hali menahan kekekkan dengan senyuman .

"Jawab, apa yang menyusahkan-"

"Hali su-sudah!" Pekik Gempa terlepas , ketawa-ketiwi memberontak kegelian . Tubuhnya tidak tahan dengan sentuhan geli apalagi Hali yang setentunya tau dimana yang paling Gempa pantang. Telinga , leher, perut ,paha-hay. Targetnya tadi mana ,um?

"Hnnrmm Geum- kenapa mulutku ditutup..." Rengek si suami geram . Walaupun begitu , tapi ada manja-manjanya yang gagal diselitkan .

Dilihatnya Gempa tersenyum merona . Sangat manis, bagaikan gula-gula kapas.

Meningkatkan lagi kegeraman Hali untuk mendekap dan menguburi kepalanya ke dada si intan.

"..."

Serasa ada yang telah terlupakan


Main ingat tempat


Saat Hali melihat mangsanya

"Grrr rawrrr"

Mangsa pun tertoleh dan melihat sang predator mengetap2 rahang. Sang mangsa mulai bergedik takut kemudian berlari menjauhi predatornya.

oleh kerana keistimewaannya yang dapat mengesan ketakutan mangsa. Predator itu mula berganjak dari tempat dia bersemayam dan pergi mengekori mangsa yang jauh melarikan diri. Sang mangsa pun mula panik ketika melihat predatornya mengejarnya. Dia akhirnya menaikkan kecepatan larinya agar tidak dapat disusul sang predator.

Namun , predatornya lebih pantas dan bertenaga sehingga gerakkannya begitu lincah melintasi segala halangan dengan mudah . Si manga semakin takut dan dia hampir kehabisan nafas. Malangnya ,dia tidak menyadari ada seketul batu sebesar penumbuk menjadi penyebab dia terjatuh.

"Waargh!"

Sang predator menyeringai dan semakin mendekati mangsanya, sementara sang target sasaran mencoba untuk bangun dan berjalan.

Drap!

Mangsa pun akhirnya tertangkap . Si predator pun tidak mengambil masa dan-

Prak!

Permainan kecil berupa lego dilontarkan pada sasaran dan seketika itu mata mereka tertumpu pada dua makhluk kecil sedang duduk bersila.

" Hehhe " Petir tersenyum sinis .

"Ayah terlupa ya? "

Bahawasanya , terdapat banyak kanak-kanak kecil berkeliaran disekeliling mereka.

"Hali... kita ada didepan anak anak.."


Shopping?


"Mm... sepertinya bahan makanan sudah mau habis..." gumam Gempa pada dirinya sendiri. "Khh sepertinya aku harus pergi belanja sekarang..."

"Hali~ aku mau pergi belanja dulu ya. Tolong jagakan anak-anak selama aku pergi,"

Halilitar yang kebetulan sedang libur mengalihkan pandangannya dari koran yang tengah dibaca. Ia memandang Gempa yang sudah berpakaian manis dengan keranjang belanja dalam genggamannya, siap untuk pergi ke supermarket.

Sang pemilik iris crimson itu melipat koran kemudian meletakkannya di meja sebelah sofa. "Biar aku antar. Anak-anak sedang bermain di rumah Api," Ujarnya sambil beranjak mengambil kunci mobil lalu menarik tangan Gempa agar ikut dengannya.

"Um... baiklah..."

.

.

.

"Hali, kau bisa menunggu di mobil kalau kau mau,"

Yup, mereka sudah sampai di tempat tujuan. Sebenarnya Gempa agak heran kenapa Halilintar membawanya ke supermarket yang terletak disebelah mall. Padahal ada supermarket dekat rumahnya yang lebih dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Yah, tapi ia tidak terlalu memikirkannya sih.

"Aku ikut," Jawab sang suami singkat yang dibalas dengan anggukan dari istrinya. Setelah mengunci pintu mobil, mereka berdua masuk ke dalam dan semuanya berjalan seperti biasa. Gempa yang sibuk memilih bahan makanan dan Halilintar yang membantu membawakan barang.

15 menit berlalu, sepasang suami istri ini akhirnya keluar dari supermarket setelah membayar semuanya. Kini Halilintar sedang memasukkan barang belanjaan mereka ke dalam bagasi lalu menutupnya ketika semua barang sudah masuk.

"Baiklah, ayo kita pulang Hali,"

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan berdua di mall sebelah? Akhir-akhir ini aku kan sibuk dan jarang punya waktu denganmu, jadi..."

Gempa tergelak ketika melihat Halilintar yang mendekatkan wajah padanya. " Sekarang aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu..." bisiknya tepat di telinga sang istri.

Gempa yang sudah merona mendorong pelan dada Halilintar lalu mengalihkan pandangannya. "Sadar tempat Hali..."

.

.

.

"Waa Hali lihat! Topi ini pasti lucu kalau dipakai oleh Tanah~!"

Halilintar melirik sang istri yang tengah melihat-lihat berbagai macam penutup kepala, mulai dari beanie sampai topi rajut. "Hm..."

"Tapi... kalau Petir melihatnya dia pasti mau juga... menurutmu yang mana topi yang paling cocok dengannya Hali?" Tanya Gempa tanpa mengalihkan pandangannya dari benda yang dipegangnya.

Sang suami yang tadinya hanya memperhatikan akhirnya ikut berbaur bersama istrinya. Gempa nampak antusias dalam memilih model penutup kepala itu. Ia menyuruh Halilintar untuk mencoba memakai topi berwarna hitam dengan garis merah, sesuai dengan topi trademarknya dirumah.

Bahkan ia meminta pimilik iris crimson itu untuk menilai penampilannya saat ia memakai topi rajut berwarna putih gading di kepalanya.

5 menit berada di toko itu, akhirnya mereka keluar dengan Halilintar yang menbawa tas berisi topi di tangan kanannya sementara tangan kirinya menggenggam sang istri. Gempa mengajaknya berbicara sambil tertawa kecil sesekali agar suasananya lebih hangat. Matanya meniti setiap toko yang dilaluinya.

Beberapa kali Gempa menarik Halilintar untuk masuk ke dalam toko baju untuk melihat-lihat. Dan hebatnya tidak ada satupun orang yang sadar kalau Gempa itu laki-laki selama mereka di mall.

Dua jam terlewati sudah, dan dua sejoli itu sedang berjalan menuju pintu keluar setelah cukup lama berbelanja dan jalan-jalan dalam mall.

"Hali, aku ingin ke toilet sebentar. Kau boleh ke mobil duluan kalau mau,"

"Aku mau menunggumu saja,"

"Yasudah terserah kau saja,"

Iris crimson laki-laki berstatus 'ayah' itu menatap datar kepergian istrinya sebelum matanya menangkap sesuatu yang cukup menarik.

"hmm.." Gumamnya dengan senyuman diwajah.

.

.

.

Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai dirumah. Kebetulan dirumah saat itu sudah ada Tanah dan Petir, yang kelihatan terheran-heran ketika melihat papanya nampak berseri-seri selagi membantu ayah mereka yang nampak agak kesulitan dengan tumpukkan barang yang dibeli .

"Ayah mau Petir bantu?" Tawar si anak sulung sambil mengulurkan tangannya yang dibalas dengan gelengan dari sang ayah.

"Tidak perlu, kau tolong tutup bagasi mobil saja, lalu kunci mobilnya,"

"Baik ayah,"

.

.

.

Halilintar merebahkan badannya di atas kasur setelah selesai membawa masuk dan membantu merapikan semua barang belanjaan Gempa. Sungguh, bagaimana ia bisa lupa? Faktanya Gempa memang punya sisi shoppaholic dalam dirinya yang sangat jarang dikeluarkan. Dan kebetulan hari ini sisi itu tiba-tiba muncul. 'Tak apa lah. Toh aku yang mengajaknya berjalan-jalan ' pikir Halilintar.

Krieett

"Hali? Kau kelelahan ya? Maaf... dan juga terima kasih untuk ini" ujar sang istri yang baru masuk ke dalam kamar. Ia dapat mendengar suaminya menjawab dengan gumamam kecil walau tidak terlalu jelas.

Gempa tersenyum lembut sebelum mendekati Halilintar dan-

CUP

Ia mengecup pelan pipinya yang membuat Halilintar tersentak.

"G-Gem? Kau baru saja..." Walaupun bukan yang pertama kalinya, tetap saja hal ini jarang terjadi sebab Gempa itu tipe yang malu-malu masalah perasaan. Halilintar dapat melihat wajah sang istri yang memerah sambil menundukkan kepalanya malu.

Sang pemilik iris crimson itu tersenyum menawan lalu mencubit pipi Gempa dengan gemas, "Sama-sama," ujarnya sebelum beranjak dari posisinya menuju sebuah tas belanja yang belum dibuka.

"Hali mau kemana?" Tanya Gempa yang masih merona. Halilintar mengeluarkan isi tas itu kemudian memperlihatkannya pada pujaan hatinya.

Sebuah boneka teddy bear dengan tulisan 'You will always be mine' dalam hati digenggamannya.

"Untukmu," kata sang suami dan sekali lagi Gempa dibuat merona dan bedebar-debar akibatnya.


End and to be continue !


Okeh, untuk fic ini saya sengaja khaskan untuk cerita-cerita pendek pair HaliGem dengan sedikit bumbu2 pair lain. Jadi jangan hairan klo chapter seterusnya sangat berbeza ya!

Harap para peminat HaliGem terhibur!

Dan satu lagi . Jangan ambil perkara ni serius sangat ya , kita disini hanya bertujuan untuk berhibur sesama fans . :)

Ada lagi...tentu kamu keliru dengan gender gemgem kan? ...dia tetap gempa ...asli...

AKHIR KATA- SELAMAT MENYAMBUT HARI JADI BBBOY KITA YG TERSAYANG !

-Salam dari ManisPedas beserta Rara (dia dah tidur nampaknya)