BIG EVENT HUNHAN INDONESIA
.
.
.
PRESENT
.
.
.
Miserable Without You
Rate: M
Genre: Hurt, comfort, romance
Warning: GS (GenderSwitch), typo(s)
.
.
.
Summary:
"Aku akan kembali dan kita akan bermain bersama lagi. aku janji" - Oh Sehun
"Apa kau melupakanku atau kau memang tidak mau bertemu denganku lagi? Argh aku gila karenamu, Oh Sehun" - Xi Luhan
.
.
.
Main Cast:
Oh Sehun
Xi Luhan
Kim Kai
Do Kyungsoo
Park Chanyeol
Byun Baekhyun
Support cast:
Kim Jongdae
Kim Minseok
Kim Joonmyeon
Zhang Yixing
Kris Wu
etc.
.
.
.
Disclaimer: Cerita ini murni dari pikiran saya. Tidak ada unsur penjiplakkan. Semua cast yang berada di dalam cerita ini milik Tuhan
Tidak suka? Jangan lanjut membaca:)
Dilarang keras menjiplak, meniru, mencopy-paste tanpa izin dari saya sebagai penulis
.
.
.
NB: TULISAN DI "BOLD" BERARTI DENGAN BAHASA MANDARIN
.
.
.
Seorang anak laki - laki duduk bersandar dengan kursi santainya di halaman rumah dan sepasang earphone menemani kesendiriannya. Ia memejamkan matanya menikmati tiupan angin musim semi yang sebentar lagi akan datang. Anak laki - laki berumur 12 tahun ini sedang berlibur ke rumah neneknya yang berada di desa kecil di Beijing, Cina. Ia merupakan seorang anak yang suka menyendiri.
Sebenarnya ia merupakan seorang anak yang ceria. Dulu ia sering sekali tertawa dan tersenyum sambil asyik bermain dengan teman sebayanya. Semuanya berubah ketika orang tuanya memutuskan untuk pindah ke negeri yang terkenal dengan tanaman gingseng itu karena urusan pekerjaan
"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Oh Sehun, saya merupakan murid pindahan dari Beijing. Saya harap saya bisa mendapatkan teman baik di sini. Senang bertemu dengan kalian" Sehun, lelaki kecil itu memperkenalkan dirinya di hadapan wali kelasnya dan semua murid di kelas tersebut yang akan menjadi teman - temannya dengan senyuman manis khasnya
"Beijing? Wahh dia merupakan campuran dari Cina!"
"Ya! Tolong belajar bahasa Korea dengan baik! Cara bicaramu berantakan!"
Suara tawa mengejek memenuhi pendengaran Sehun. Belum sempat lelaki itu mengatakan maaf, beberapa remukan kertas melayang ke arahnya membuat dirinya merasa tidak pantas untuk bersekolah di sekolah elite di Seoul ini.
Walaupun keadaan sekarang sudah berbanding terbalik dengan dulu, tapi karena penghinaan yang dilakukan teman satu sekolah beberapa bulan semenjak ia masuk tidak bisa mengubah sifatnya menjadi semula. Keadaan membaik ketika Sehun mendapatkan peringkat pertama dan ketika orang tuanya datang, semua memandang hormat orang tuanya karena penampilan mereka yang mewah layaknya orang kelas atas. Disitulah Sehun mulai disegani dan disenangi oleh kaum laki - laki maupun perempuan
Sehun, anak itu masih setia memejamkan matanya. Ia menikmati setiap nada lagu yang ia dengarkan karena ia sangat menyukai musik. Ia bercita - cita menjadi seorang artis yang dikenal banyak orang. Ia mau menunjukkan bahwa seorang Oh Sehun bisa lebih sukses daripada orang yang telah menghinanya sewaktu kelas 4 SD dulu
"Ge-ge!"
Seorang anak perempuan menggoyangkan lengannya membuatnya geram setengah mati. Siapa yang berani mengganggu ketenangannya?
"Ge-ge! Ayo bangun!"
Anak perempuan itu terus menggoyangkan lengan Sehun. Sehun bahkan masih memejamkan matanya dan dalam hati ia mengumpat karena suara anak perempuan ini sangat tinggi membuatnya ingin menambah volume lagu yang sedang ia dengarkan
"Apa?!" Sehun melepas earphonenya dengan kasar dan menatap anak perempuan di hadapannya. Anak perempuan itu terkejut dan ia segera berhenti menggoyangkan lengan Sehun
"Apa kau orang Korea?" Anak perempuan itu mengganti bahasanya menjadi bahasa Korea, bahasa yang sedang ia pelajari karena ibunya merupakan orang asli Korea
"Ya, kau bisa bahasa Korea?" Sehun mengamati wajah anak perempuan itu dengan teliti. Ia mencari bukti keturunan bahwa ia berasal dari Korea tapi ia tidak menemukannya.
"Ibu Lulu berasal dari Korea, jadi Lulu bisa sedikit" Anak perempuan itu sedikit risih saat Sehun mencermati setiap inci wajahnya. Merasa tak nyaman, ia menutupi wajahnya dengan telapak tangan membuat Sehun tersadar akan tindakannnya dan ia berdehem pelan
"Jadi, kenapa kau mengganggu oppa?" Sehun menyimpan ponsel dan earphonenya di saku celananya lalu menatap anak perempuan ini lagi
"Ayo kita bermain!" anak perempuan itu melompat girang sambil menarik - narik tangan Sehun
"Ya! Hentikan atau oppa tidak akan mau bermain denganmu" Sehun berusaha keras menarik tangannya kembali tapi anak perempuan itu malah menariknya kuat hingga Sehun terpaksa berdiri lalu mengikuti anak perempuan itu
"Kita mau main apa, eoh?" Sehun menatap sekelilingnya. Ia dibawa ke lapangan kecil di desa ini dan ada beberapa anak lelaki seusianya sedang bermain di sini
"Teman - teman! Ayo kita bermain bersama!" Anak perempuan itu mengabaikan pertanyaan Sehun dan malah meneriaki beberapa anak lelaki yang sedang bermain dengan suara cemprengnya membuat Sehun menutup telinganya
"Luhan! Kau mendapat teman baru?" Salah satu dari anak laki - laki itu menyahut teriakkan Luhan lalu semua temannya menatap Sehun. Sehun malah menganga tidak percaya karena seorang perempuan menyukai permainan yang disukai oleh kaum lelaki. Sehun bahkan tidak menyukai hal ini, tapi kenapa anak perempuan yang bahkan ia tidak ketahui namanya... Oh namanya Luhan? Sangat indah, pikirnya.
"Mereka adalah teman - teman Lulu. Jangan menganggap Lulu remeh seperti itu, Lulu bisa bermain bola. Ayo kita bermain! Gunakanlah bahasa mandarin jika oppa bisa" anak perempuan bernama Luhan itu berlari menyusul temannya meninggalkan Sehun yang masih berdiri di pinggir lapangan.
Sehun menatap anak perempuan itu yang sedang membentuk kelompok dengan temannya yang mayoritas adalah anak laki - laki. Ia mungkin berkata sesuatu kepada temannya setelah itu mereka berpencar
"Senang bertemu denganmu, Sehun! Ayo kita bermain!"
.
.
Angin bertiup dengan lemah gemulai membuat cuaca menjadi sejuk ditambah matahari bersembunyi di balik awan kelabu membuat ketenangan desa ini semakin terasa. Penduduk yang tidak terlalu banyak sangat mendukung suasana ini. Seolah melengkapi, burung - burung yang tinggal di lereng pegunungan saling bersahutan
"Oppa! Ayo pergi ke suatu tempat!" Luhan masih setia mengganggu Sehun di setiap harinya berhubung Sehun juga tidak memutuskan untuk ikut perjalanan bersama orang tuanya. Ia beralasan bahwa suasana di desa cukup damai untuk itu ia tidak mau meninggalkannya.
"Kemana?" Sehun sedang memakaikan Luhan sebuah mantel karena angin membuat suhu menjadi dingin. Kenapa ia menggunakan bahasa mandarin? Ini merupakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Sehun membantu Luhan belajar bahasa Korea dan Luhan membantunya belajar bahasa Mandarin. Itu kesepakatan yang terjadi karena tata bahasa Korea Luhan membuat Sehun tertawa hingga perutnya sakit
"Bagaimana kalau ke taman? Lulu dengar ada wisata taman bunga di sekitar sini tapi aku belum pernah berkunjung ke sana" Luhan merapikan mantelnya setelah Sehun selesai mengancing mantelnya. Ia lalu melompat ke pangkuan Sehun membuat Sehun terkekeh sebelum memeluk ia erat
"Berapa umurmu? Kau sangat lucu dan pintar!" Sehun mencubit kedua pipi tembem Luhan sambil tersenyum manis. Ahh terkadang ia bersyukur Tuhan mempertemukannya dengan seorang anak perempuan lucu ketika ia mengharapkan seorang adik perempuan hadir di tengah keluarganya. Tapi harapan itu musnah ketika ibunya dinyatakan tidak bisa mengaruniakan seorang anak lagi
"Lulu berumur 8 tahun. Sangat jauh dari oppa" Luhan menghindari cubitan Sehun dengan memeluk lehernya dan menyembunyikan wajahnya di bahu tegap Sehun. Sehun terkekeh lalu berdiri sambil menggendong Luhan
"Baiklah. Ayo kita ke taman!"
Mereka menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Perjalanan mereka dipenuhi canda tawa dengan Luhan yang setia berada di belakang punggung Sehun. Sehun bahkan tidak mengeluh kecapekan sampai akhirnya mereka sampai di taman bunga yang dimaksud Luhan
"Oppa baik - baik saja?" Luhan menggenggam tangan Sehun. Sedangkan Sehun sedang berbicara dengan pemilik kedai untuk membeli minum
"Jangan khawatir, ge-ge baik - baik saja. Kau tahu, kau sangat ringan" Sehun terkekeh sambil menerima 2 botol air mineral dari pemiliki kedai. Setelah Sehun megucapkan terima kasih, mereka meninggalkan kedai tersebut
"Benarkah? Padahal Lulu merasa berat badan Lulu bertambah karena suka makan makanan ringan"
"Hmm ini, minumlah supaya kau bisa berjalan mengelilingi taman ini. Ge-ge mau membeli tiket masuknya dulu, ya" Sehun menyerahkan sebotol air untuk Luhan lalu ia pergi ke loket penjualan tiket dan segera membeli 2 karcis. Setelah itu, ia kembali menghampiri Luhan
"Sini tanganmu, ge-ge akan memasang gelangnya" Sehun mengambil tangan Luhan lalu membuat stik gelang tersebut melingkar di pergelangan tangan Luhan
"Oppa ini kebesaran untuk tangan Lulu" Luhan menggerutu sambil memandang gelang di tangannya yang bisa turun ke lipatan tangannya
"Itu tandanya kau sangat kurus, Lu. Itu sudah ukuran paling kecil" Sehun tertawa lalu mencubit pipi Luhan yang semakin tembem karena ia mengerucutkan bibirnya
"Apa itu pujian atau hinaan buat Lulu?" Luhan menatap Sehun kesal. Sehun hanya tersenyum lalu ia berdiri, menggenggam tangan Luhan lalu mereka berjalan masuk menuju gerbang masuk taman yang terdiri dari beberapa batang tanaman yang dibentuk menyerupai dinding
Mereka berjalan dengan santai sambil menikmati keindahan bunga - bunga musim semi yang mulai bermekaran dengan warna yang berbeda - beda. Luhan tidak berhenti berdecak kagum atas keindahan bunga - bunga tersebut dan Sehun hanya tersenyum simpul jika ia mendengar kata - kata yang keluar dari mulut Luhan
Mata Sehun menangkap ada beberapa keranjang dengan isi beberapa tangkai bunga yang terdiri dari warna yang berbeda di setiap keranjangnya. Tanpa sepengetahuan Luhan, Sehun mengambil salah satu bunga yang berwarna merah muda lalu ia menyembunyikannya dengan digenggam, berhubung bunga itu juga berukuran kecil
"Oppa, ternyata ada wahana permainan di sana. Ayo kita coba!" Luhan menarik tangan Sehun membuatnya sedikit terkaget karena takut Luhan mengetahui kalau ia mengambil bunga
"Oh iya? Ayo kita ke sana, tapi sebelum itu..." Sehun berjongkok di hadapan Luhan lalu ia menyelipkan rambut Luhan di belakang telinga dan ia selipkan bunga yang ia ambil tadi di telinga Luhan
"Wahh, Lulu sangat cocok dengan bunga itu" Sehun memuji kecantikan Luhan untuk menghindari suasana canggung di antara mereka berdua
"Benarkah? Berarti Lulu tidak salah jika menyukai warna merah muda, iya'kan oppa?" Luhan tersenyum dan Sehun hanya mengangguk sebagai balasannya dan mereka berjalan lagi menuju tempat wahana permainan yang berada di wisata taman bunga tersebut
"Apa yang mau Lulu mainkan?" Sehun melihat sekeliling mencari permainan yang cocok untuk anak usia 8 tahun. Sangat tidak mungkin Sehun membawanya ke wahana seperti roller coaster karena Luhan akan berteriak histeris mengingat ia memiliki pobia terhadap ketinggian.
"Oppa ayo kesana!" Sehun mengikuti kemana tangan Luhan menunjuk dan pilihan wanita kecil ini adalah menembak dari jauh bebek - bebek yang bergerak di air. Sehun hanya tersenyum ketika Luhan melompat girang karena Sehun menyerahkan sebuah pistol air kepadanya untuk bermain
"Apa yang mau Lulu dapatkan?" Sehun bertanya ketika Luhan ingin memulai permainannya. Kesempatannya hanya tiga kali dan Luhan takut ketika ia tidak bisa menyelesaikan permainan ini
"Lulu mau boneka rusa yang di sana" Luhan menunjuk sebuah boneka rusa berukuran sedang yang digantung di sudut atas kios ini. Boneka tersebut merupakan hadiah utama jika bisa menembaknya tiga kali berturut - turut
"Baiklah, selamat berjuang Lulu!" Sehun menepuk bahu Luhan untuk menyemangatinya.
Luhan mencoba tembakan pertama dan ia gagal. Sehun tetap menyemangatinya dengan mengakan bahwa ia bisa mendapat hadiah yang lain dengan model rusa. Sedikit terobati, Luhan mencoba tembakan kedua dan ia rasanya ingin menangis karena ia sudah gagal dengan dua kali tembakan. Sehun terus menyemangatinya hingga ia sanggup mencoba tembakan terakhir. Tembakan terakhir juga gagal membuat Luhan menangis dan berlari memeluk kaki Sehun. Sehun segera menggendongnya lalu menenangkannya
"Ge-ge akan mencoba supaya kau mendapatkan boneka kesukaanmu" Sehun memindahkan Luhan ke belakang punggungnya. Luhan menyembunyikan wajahnya di bahu Sehun dan menangis tersedu - sedu di sana
Sehun memberikan beberapa lembar uang lalu ia mengambil pistol air. Sebelum ia memulai, ia meyakinkan dirinya sendiri kalau ia bisa menghibur Luhan. Ia tersenyum senang ketika tiga kali kesempatan yang diberikan ia tuntaskan dengan baik. Luhan masih menyembunyikan wajahnya ketika Sehun menerima hadiah dari pemilik kios
"Apa kalian bersaudara? Saya perhatikan kalian sangat mirip" Pemilik kios itu tersenyum sambil memperhatikan Sehun dan Luhan yang masih memeluk leher Sehun
"Tidak, paman. Kami hanya teman baik yang baru kenal seminggu" Sehun tersenyum sambil melirik Luhan yang masih belum mengubah posisinya sedari tadi
"Oh, berarti kalian jodoh. Kata orang tua jika kau memiliki wajah mirip dengan lawan jenismu, maka kalian jodoh"
"Ahh kalau begitu terima kasih, paman" Sehun tersenyum lalu ia membungkuk sebelum pergi meninggalkan kios tersebut
"Hey! Kau tahu, ge-ge gagal mendapatkannya" Sehun berjalan sambil menahan senyumnya sambil menatap sebuah tas plastik berisi boneka rusa kesukaan Luhan yang bergantung di jari - jemarinya
"Benarkah? Kenapa oppa tidak mencoba lagi?" Luhan mengangkat wajahnya lalu menghapus air matanya. Ia menatap wajah Sehun dari samping yang memasang ekspresi sedih membuat Luhan ingin menangis lagi karena tidak mendapatkan bonekanya
Sehun hanya terdiam. Luhan juga terdiam karena tidak terlintas di pikirannya bahwa Sehun membohonginya. Mereka menemukan sebuah bangku kosong di bawah pohon dan Sehun memutuskan untuk istirahat sejenak di sana
"Ge-ge hanya bercanda. Ini bonekamu" Sehun tertawa melihat muka sebal Luhan lalu ia memberikan boneka rusa itu di pangkuan Luhan
"Terima kasih oppa!" Luhan melompat kepelukkan Sehun dengan boneka di tangannya. Sehun terkekeh lalu ia membalas pelukkan Luhan
"Jadi Lulu mau kemana lagi?" Sehun menutup botol minumnya lalu meletakkannya di tempat sampah tepat di sampingnya
"Ayo kita makan es krim!" Luhan turun dari bangku lalu menarik tangan Sehun menuju kios es krim yang ada di sana
"Lu, cuaca sangat dingin kenapa kau mau es krim?!" Sehun berlari kecil mengikuti Luhan yang sudah berlari meninggalkan dia
"Oppa mau rasa apa? Lulu mau rasa stroberi" Luhan menggoyangkan tangan Sehun supaya permintaannya dikabulkan oleh Sehun. Ia juga tidak lupa memasang wajah imut agar Sehun luluh dan membelikannya satu cup es krim
"Uhh baiklah. Bibi, saya pesan satu cup es krim stroberi dan satu cup es krim green tea" Sehun berbicara kepada bibi penjual es krim lalu bibi tersebut tersenyum dan segera membuat pesanan Sehun
"Oppa! Ayo duduk di sana!" Luhan menariknya kembali ke sebuah meja dan kursi yang berada di dalam kios es krim ini
"Kau selalu menarik ge-ge, eoh?" Sehun merenggangkan tangannya berpura - pura kalau tangannya sedang pegal. Luhan yang melihatnya segera mengerucutkan bibirnya sambil menatap Sehun kesal
"Oppa laki - laki atau bukan?"
"Jelas, ge-ge adalah seorang laki - laki. Kenapa kau masih bertanya?" Sehun mendekatkan wajahnya ke hadapan Luhan, memberi tatapan ke arah mata Luhan dan dengan otomatis Luhan menjauh lalu menutup wajah Sehun dengan telapak tangannya yang kecil. Sehun segera menjauh lalu ia tertawa melihat tingkah aneh Luhan
"Kenapa kau mengeluh? Menurut Lulu, laki - laki tidak suka mengeluh" Luhan menyilangkan tangannya di depan dada dengan sebal karena Sehun menertawainya terus menerus
"Ge-ge hanya bercanda, Lu. Kenapa kau sangat lucu, hm?" Sehun meraih puncak kepala Luhan lalu mengacak - acak rambutnya membuat Luhan semakin sebal
"Ini pesanan kalian, nak" seorang bibi datang dengan dua cup es krim di atas nampannya
"Terima kasih, bibi" Luhan menjawab ramah bibi tersebut dengan senyum mengembang di bibirnya. Setelah bibi tersebut pergi, Luhan segera melahap es krimnya. Ia tidak peduli Sehun yang menatapnya sedari tadi
"Apa kau selalu begitu jika makan es krim?" Sehun mengeluarkan suaranya ketika Luhan menyelesaikan suapan terakhir dari es krimnya
"Ya, Lulu sangat menyukai es krim" Luhan mengambil tisu lalu membersihkan sudut bibirnya dan pipinya yang terkena es krim
"Setelah hari ini, ge-ge harap kau tidak sakit" Sehun melanjutkan es krimnya sedangkan Luhan tidak mempedulikan perkataan Sehun karena ia sibuk bermain boneka rusanya sambil menunggu Luhan
"Oppa!" Luhan memanggil Sehun tiba - tiba. Sehun yang sedang bermain dengan ponselnya hanya begumam menjawab panggilan Luhan
"Apa hari ini dinamakan kencan?" Luhan bertanya dengan raut wajah polos tercetak di wajahnya. Sehun yang mendengarnya hanya tersenyum
"Apa yang kau ketahui tentang kencan, hm?" Sehun menyimpan ponselnya di saku celana lalu menatap Luhan menunggu kata - kata keluar dari mulutnya
"Kata mama Lulu, kencan itu jika cowok dan cewek jalan bersama" Luhan memeluk bonekanya lalu menatap Sehun. Sehun hanya tersenyum lalu mengusap rambut Luhan
"Ayo kita pulang, kita harus istirahat" Sehun bangkit berdiri lalu ia melangkah menuju kursi Luhan untuk menggendongnya
Sehun kembali menggendongnya dalam perjalanan pulang. Luhan bercerita banyak hal dan Sehun hanya membalasnya dengan senyuman. Ketika Luhan terdiam, disitulah Sehun tersadar bahwa anak itu tertidur
"Terima kasih sudah menemani Luhan. Kami belum sempat membawanya ke taman bunga tersebut karena tidak ada waktu" ibu Luhan yang menyadari bahwa Sehun merupakan orang Korea langsung otomatis menggunakan bahasa Korea
"Sama - sama, tante. Kalau begitu Sehun permisi dulu" Sehun tersenyum lalu membungkuk hormat. Setelah ibu Luhan menutup gerbang rumah mereka, Sehun berjalan pulang ke rumah neneknya yang berbeda 7 rumah dari rumah Luhan
"Tiga hari lagi aku akan pulang, Lu. Aku harap kau tidak bersedih"
.
.
"Apa?!"
Sehun menganga saat ia mendengar penuturan neneknya bahwa Luhan sedang sakit. Pantas saja ia tidak diganggu oleh Luhan dua hari ini.
"Iya, dia terkena demam besok paginya setelah kalian jalan bersama. Kunjungilah dia dengan membawa beberapa buah" nenek Sehun meletakkan satu buah keranjang berisi berbagai buah - buahan lalu duduk di samping Sehun
"Tapi besok Sehun pulang, nek" Sehun menyandarkan badannya di kursi lalu menghela nafasnya berat. Sebentar lagi ia mau meninggalkan Luhan dan kabar pagi yang baru diterimanya membuat ia enggan meninggalkan desa ini
"Kalau dibicarakan baik - baik pasti tidak ada masalah. Tidak ada salahnya mencoba, bukan?" Nenek Sehun menepuk pelan pundak Sehun. Nenek Sehun tahu kedekatannya dengan seorang anak perempuan yang memiliki paras cantik di desa ini.
"Sehun ke sana sekarang, nek. Sehun pergi nek!" Sehun membungkuk hormat di hadapan neneknya lalu meraih keranjang buah di atas meja. Ia berjalan dengan buru - buru menuju rumah Luhan
"Permisi!" Sehun menggoyangkan gembok pagar rumah tersebut agar sang pemilik rumah mendengarnya
"Sehun? Ada apa, nak? Ayo masuk!" Mama Luhan keluar dari rumahnya lalu membuka pagar rumah
"Apa Luhan sedang sakit, tante?" Sehun bertanya dengan ramah sambil mengikuti mama Luhan masuk ke rumah mereka
"Iya, dia tidak mau makan dari kemarin karena kamu tidak datang menjenguknya. Jadi, saya memberitahukan nenekmu" mamanya mengantar Sehun ke depan kamar Luhan yang pintunya tertutup
"Boleh Sehun masuk, tante?"
"Oh, silahkan. Saya akan turun membuat makanannya, mungkin jika kamu yang memberinya makan dia mau" mama Luhan tersenyum lalu ia segera turun ke lantai bawah meninggakan Sehun
"Lu, apa kau di dalam?" Sehun mencoba mengetuk pintunya dan ia sedikit tersenyum ketika di pintu itu tertempel hasil gambar Luhan yang sedikit berantakan
"Oppa? Oppa di sana?" Luhan menyahutnya dari dalam kamar
"Ya, bolehkah ge-ge masuk?" Sehun tersenyum sendiri. Apa ini? Apa ia mulai menyukai Luhan si gadis desa yang memiliki cara sendiri untuk membuat hati Sehun luluh?
"Iya" Luhan menjawab dan Sehun langsung membuka pintunya. Sehun meletakkan keranjang buahnya di meja nakas lalu ia duduk di pinggiran tempat tidur Luhan
"Gege membawa buah untukmu. Dimakan ya!" Sehun mencubit pipi Luhan dan ia langsung merasakan perbedaaan suhu dengan tangannya
"Tentu. Oppa, ayo kita bermain!" Luhan menarik - narik tangan Sehun membujuknya agar mau ikut bermain di luar
"Ge-ge dengar kau tidak mau makan, ya? Kalau belum makan, mana bisa main di luar" Sehun menarik hidung Luhan membuat Luhan kesal dengan memeluk boneka rusanya
"Lulu sedih karena oppa tidak datang" Luhan menyembunyikan wajahnya di bonekanya
"Sekarang ge-ge sudah di sini, Lulu harus makan ya?"
"Baiklah" Luhan menampakkan wajahnya kembali dan di saat yang bersamaan mama Luhan datang membawa sebuah nampan dengan semangkuk bubur dan segelas air putih di atasnya
"Lulu harus makan. Kalau tidak mau, mama tidak mengizinkan Lulu keluar rumah lagi" mama Luhan tersenyum ke arah Sehun sambil menepuk pundaknya. Sedangkan Luhan menggerutu kesal
"Ayo kita makan" Sehun memberikan suapan pertama ke mulut Luhan dan diterima dengan baik. Luhan bercerita tentang teman - temannya di sekolah lalu ia tertawa sendiri ketika ia mengingat seorang temannya dihukum oleh guru di sekolahnya karena mengganggunya terus menerus. Mereka terus bercerita hingga semangkuk bubur di tangan Sehun habis
"Lulu sangat pintar hari ini. Makanannya sudah habis!" Sehun memukul sendok ke mangkuk sambil berteriak heboh dan Luhan mengikutinya
"Sekarang Lulu harus minum obat lalu tidur ya" Sehun mengambil sebuah botol kaca dan sendok plastik lalu ia menuangkan isi botol kaca tersebut ke sendok
"Obatnya sangat pahit, oppa. Lulu tidak suka" Luhan menutup mulutnya dengan telapak tangannya menandakan ia tidak terima obat tersebut
"Kalau Lulu sakit terus gimana? Nanti Lulu tidak bisa belajar dengan baik terus nanti cita - cita Lulu menjadi dokter malah tidak terkabulkan" Sehun tersenyum ketika perkataannya membuat Luhan membuka mulutnya dan Sehun segera menyuapi Luhan obat tersebut lalu memberi segelas air kepada Luhan
"Sekarang Lulu istirahat ya? Mau ge-ge nyanyikan apa?" Sehun memperbaiki posisi bantal Luhan dan setelah itu Luhan berbaring
"Lulu tidak suka dinyanyikan oppa. Lulu suka kalau rambut Lulu diusap" Luhan tersenyum saat tangan Sehun mengusap kepalanya lembut. Beberapa menit kemudian Luhan sudah tertidur dan Sehun segera merapikan selimutnya lalu keluar dari kamar Luhan
"Apa makanannya habis?" Sehun berpapasan dengan mamanya di depan kamar Luhan
"Ia menghabiskannya dengan baik, tante. Dia juga sudah meminum obatnya. Sekarang dia sedang tidur" Sehun tersenyum ketika raut wajah khawatir dari mama Luhan sedikit berkurang
"Terima kasih, Sehun. Sepertinya dia sangat menyukaimu" Sehun hanya terkekeh mendengar pernyataan mama Luhan
"Tante, besok Sehun akan kembali ke Korea. Bisa tolong katakan baik - baik dengan Luhan?"
"Tentu. Pasti akan tante bicarakan baik - baik. Semoga perjalananmu diberkati, Sehun" mama Luhan tersenyum sambil merangkul Sehun menuju ke bawah
"Baiklah. Kalau begitu Sehun permisi pulang dulu, tante" Sehun membungkuk lalu berjalan menuju pagar rumah, membuka pagar tersebut lalu setelah ia keluar ia menutupnya kembali
"Semoga kalian dipertemukan lagi di masa depan"
.
.
Sehun menarik kopernya dengan berat hati. Hari ini ia harus pulang ke Korea karena libur panjangnya sudah mau berakhir. Ia mengangkat koper tersebut ke bagasi dibantu dengan supir pribadi keluarga mereka
"Kenapa muka tuan sangat lesu?" Supir pribadinya yang memperhatikannya sedari tadi bertanya ketika Sehun berada di dekatnya
"Tidak apa, paman" Sehun tersenyum lalu segera masuk kembali ke rumah untuk mengambil tas yang lain
Sehun keluar dengan tas tenteng terakhir yang di bawa oleh keluarganya. Ia menyerahkannya ke paman Kim, supir pribadi mereka
"Semoga kalian selamat sampai tujuan" nenek Sehun memeluk mama Sehun lalu ayahnya setelah itu ia memeluk Sehun
"Yakin tidak mau bertemu dengannya untuk terakhir kali?" Nenek Sehun membisikkan kata - kata tersebut membuat orang tuanya heran
"Tidak, nek" Sehun menggeleng pasti. Jika ia bertemu Luhan lagi, ia semakin enggan meninggalkan desa ini
"Semuanya sudah beres. Kami pergi Bu!" Ibu Sehun memeluk ibunya sekali lagi lalu mereka pergi keluar rumah
Sebelum Sehun masuk ke dalam mobil, Luhan dengan terburu - buru menghampiri Sehun dan segera memeluk kakinya membuat Sehun terkejut sehingga ia hampir terhuyung ke belakang
"Oppa! Kenapa oppa pergi? Kenapa oppa meninggalkan Lulu?" Luhan menangis di kaki Sehun. Sehun menggendongnya lalu memeluknya
"Maafkan ge-ge, ge-ge harus pergi. Jaga dirimu baik - baik, jangan sakit lagi" Sehun mengelus punggung Luhan untuk menenangkannya agar tidak menangis
"Tapi, nanti siapa yang menemani Lulu bermain bola? Siapa yang menemani Lulu pergi ke taman lagi? Lulu tidak mau oppa pergi!"
"Lulu pasti akan mendapatkan teman lebih banyak lagi karena Lulu cantik dan juga pintar" Sehun rasanya ingin menangis juga karena isak tangis Luhan yang mengiris hatinya
"Tapi Lulu tetap tidak mau oppa pergi!" Luhan semakin menangis di pundak Sehun membuat baju Sehun sedikit basah
"Aku akan kembali dan kita akan bermain bersama lagi. Aku janji" Sehun menurunkan Luhan lalu ia mengecup kening Luhan. Ia juga menghapus bekas air mata di pipi Luhan
"Janji? Lulu akan menunggu oppa" Luhan memberikan jari kelingkingnya dan Sehun langsung mengaitkan jari kelingkingnya dengan punya Luhan
"Janji!"
.
.
.
.
.
TBC
.
.
Hallo! Jadi ini merupakan ff ketiga gue menurut sejarah dari gue menulis ff. Memang sih ini yang pertama di ffn, sisanya di wattpad, follow dan baca juga ya wushixun0412 :)
Gue berterima kasih banget buat semua pembaca yang sudah membaca ff gue yang gajelas(?) ini hehe. Gue juga berterima kasih buat Kak Re HHI yang udah mengadakan event besar ini sampai buat gue berpikir keras dalam 3 hari ini *lagi mau UTS loh kak:3*
Sekali lagi terima kasih dan sampai ketemu di chapter 2 *byebye*
*bow*
