Tittle: Fight for You [Remake]
Editor: OShendyF
Cast(s): Oh Sehun & Kim Jongin, Kris Wu, Other.
Genre: Hurt/Comfort & Romace
Rate: Mature
Disclaimer: Cast belong to GOD. Story line belong to Bang Kise Ganteng.
Warning: GS!Some, Typo(s), AU, and manymore.
.
Don't Like, just Don't Read
Pagiarism is not my style.
.
...JUST ENJOY...
Incheon Airport.
Terlihat ramai hilir mudik orang yang berlalu lalang. Ditengah hiruk-pikuk orang-orang, terlihat seorang pria bermasker yang sedang mengangkat papan putih dengan nama 'Sehun' lengkap dengan lambang pusaran angin.
Seorang lelaki dengan tubuh jangkung melangkah dengan ringan menuju pria bermasker tadi. Dari mana saja dia, fikirnya. Masalahnya, pria ini sudah menunggunya selama dua jam penuh disini. Dan yang paling menyebalkan adalah sang pria masih bisa tersenyum tenang setelah membuatnya menunggu lama.
"Lama." Gumamnya. Lantas pergi meninggalkan pria tadi dengan supirnya yang tengah mengangkat koper-koper miliknya.
.
.
.
"Oseoseyo, Sehun-ie."
Wanita paruh baya dengan wajahnya yang awet muda tengah menyambut putra bungsunya yang diketahui bernama Sehun tadi dengan hangat. Tak lupa ia memeluk erat serta mencium putra bungsunya dengan penuh haru guna melepas rindu. Wajar saja, karena mereka sudah 7 tahun tak bertemu. Ya, itu disebabkan Sehun yang tinggal di London bersama kakeknya, Oh Hyunjong.
"Eomo-nim, berhenti menciuminya terus." Tegur seorang lelaki dengan rambut hitam raven, berbeda dengan adiknya yang berambut blonde.
"Ah, maafkan, Ibu." Jiyeon –ibu dari Oh bersaudara- terlalu terbawa suasana sampai-sampai tak melepaskan pelukan mautnya dari sang buah hati sedari tadi. Saking senangnya, ia sampai lupa bahwa putra bungsunya itu perlu istirahat setelah sampai ke Seoul. Membersihkan tenggorokannya, Jiyeon lanjut berbicara, "Ayo-ayo, Sehun-ie. Ibu akan buatkan makanan kesukaanmu. Sebaiknya kau istirahat dulu."
"Hn." Jawab Sehun dengan gumamannya yang memiliki sejuta arti. Sedangkan Jiyeon dan Sejong hanya bisa geleng kepala melihat perubahan Sehun. Ya, Sehun sudah berubah. Dia sudah bukan bocah kecil yang manja dan riang seperti dulu.
Sehun masuk ke kamarnya. Masih tetap sama, batinnya. Aromanya, warna dindingnya, bahkan foto-fotonya 7 tahun silam masih terpajang rapi di dinding kamarnya. Ibunya pasti rajin menyuruh orang membersihkan kamarnya secara rutin.
Lantas ia berjalan mendekat ke ranjang King Size miliknya. Bahkan ibunya masih menggunakan bed cover dengan gambar Barcelona. Ia terkekeh dalam hati. Itu adalah klub sepak bola yang ia sukai. Bahkan ia sampai rela terlambat pergi kesekolah karena menonton bola sampai jam 4 pagi.
Ia merebahkan tubuh kekarnya di kasur. Memandangi plafon kamar miliknya. Itu dulu. Dulu. Sebelum ia ikut dan tinggal bersama kakeknya di Inggris.
Keluarga Oh itu adalah tipe orang-orang berperangai keras, termasuk Oh Hyunjong. Dia diajarkan disiplin dan pekerja keras. Saat Sehun mengeluh tentang sesuatu yang memberatkannya, maka selalu memutar otak untuk membuatnya melakukan apapun. Termasuk bagaimana caranya egois.
Ia lelah dengan semua itu. Jadi, pemuda itu memilih menutup matanya dan terlelap ditelan mimpi baru yang mungkin akan lebih menyenangkan dari mimpi sebelum-sebelumnya.
Hening.
Diruangan itu hanya terdengar dentingan logam yang beradu dengan piring. Salah satu peraturan tak tertulis di keluarga Oh, berbicara ketika sedang makan adalah hal yang tabu.
Selesai makan, ibu Sehun pergi kedapur untuk mengambil beberapa makanan pencuci mulut yang telah ia buat. Sedangkan para pelayan dirumahnya mulai mengutipi piring kotor dan segera kembali kedapur setelah memberi hormat kepada majikannya.
Tak lama kemudian Jiyeon datang dengan dua orang pelayan dengan baki ditangan mereka. Sehun mendengus ketika melihat beberapa aneka pencuci mulut yang ada dimeja makan.
"Ibu terlalu berlebihan." Katanya sambil mencomot pie-apple-susu di depan Sejong.
"Hm, ini tak berlebihan, kok." Ucap Jiyeon sambil melihat makanan yang dibuatnya. "Ini jugakan untukmu, Hun-ie. Ayo-ayo dimakan."
Sang kepala keluarga, Gikwang hampir saja terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang tak berubah, padahal mereka sudah berumur kepala lima. Namun tetap saja ia harus menjaga image seorang kepala keluarga Oh, apalagi didepan kedua anaknya yang sudah beranjak dewasa.
"Ayah sudah mendaftarkanmu disekolah baru. Kau bisa langsung masuk besok." Gikwang mulai bicara.
"Kurasa Sehun masih perlu istirahat, Ayah." Sejong menyahut. "Ah, maaf aku selesai lebih dulu. Aku masih harus menandatangani beberapa dokumen." Gikwang mengangguk singkat.
"Kurasa Sejong benar. Sehun masih perlu banyak istirahat." Jiyeon menatap wajah putra bungsunya yang tengah memakan salad buah. "Sebaiknya kau masuk lusa saja, ne, Sehun-ie. Ibukan masih kangen~" Lanjutnya kemudian sambil mengelus kepala putranya.
"Baiklah."
"Hn." Ia memberikan senyum tipis kepada Ibunya. "Kalau begitu aku mau tidur dulu. Selamat malam." Ujarnya sambil berjalan menaiki undakan tangga menuju kamarnya.
Seoul sudah banyak berubah semenjak terakhir kali ia meninggalkannya. Jika dulu kota ini tak begitu dipadati dengan gedung-gedung pencakar langit maka sekarang disetiap jalan yang ia lalui maka akan ditemukan gedung-gedung besar.
Ia tak menggunakan mobil mewahnya saat ini. Ia hanya berjalan kaki. Ini sudah pukul 3 sore, dan langit tampak tak bersahabat lagi. Kemana perginya matahari yang memayungi kota Seoul tadi, batinnya.
Karena tak kuat menahan dahaganya, Sehun memilih mampir ke minimarket terdekat. Membeli minuman dan beberapa soda untuk simpanannya dirumah. Entah berapa lama waktu yang dihabiskannya, sehingga tak sadar diluar hujan mulai mengguyur kota kelahirannya. Sehun berdecak kesal, seharusnya ia tadi langsung pulang kerumah.
Jadi Sehun memilih menunggu didepan emperan minimarket tadi. Ia menoleh kekanan dan kekiri. Banyak orang yang singgah ditempat yang sama dengannya guna berteduh dari guyuran air hujan. Sehun mulai merasa tak nyaman dengan sekitarnya, tentu saja. Ia sangat tak suka keramaian, apalagi sekarang ini banyak gadis-gadis yang menggerling genit kepadanya lalu terkikik tak jelas. Sehun mendengus kesal. Tidak di London tidak di Korea, semua gadis pasti akan begitu.
Lalu matanya bergulir memandang seorang gadis yang baru saja berdiri disampingnya. Dia melirik sang gadis melalui ekor matanya, gadis itu tampak sedang mengibaskan rambut panjangnya yang sedikit lepek karena air hujan. Dark Pink, huh. Sehun mendengus. Tak menyangka jaman sekarang masih ada saja gadis dengan rambut nyentrik begitu. Norak!
Ia sedikit melirik kearah gadis tadi, dan tertegun. Gadis disampingnya ini begitu cantik, dengan bulu mata lentik, hidung yang tak terlalu tinggi dan bibir tebalnya yang berpoles lipgloss berwarna nude. Tidak norak juga, batinnya sekali lagi sambil tersenyum kecil. Tapi ada yang aneh dengan dirinya saat ini, gadis itu seolah menjadi magnet, yang membuat ia terus menerus menarik perhatian Sehun untuk menatapnya. Dadanya sedikit berdegub, ketika melihat penampilan gadis ini. Dress putih selututnya dengan sepatu pants. Sangat cocok dikenakannya. Lalu ia menatap wajah itu. Kulitnya yang coklat terbakar matahari, dengan manic cokelat kelam yang tampak kosong. Eh?
Belum selesai dengan keterkejutannya, sebuah limousine hitam berhenti didepannya. Seorang pelayan –kalau ia tidak salah- keluar membawa payung untuk gadis disampingnya. Sang gadis hanya diam dan berjalan pelan kearah pintu penumpang. Lalu mobil tersebut membelah jalanan dibawah tetes-tetes air hujan yang mulai reda.
Sehun berjalan pelan kerumahnya, mengingat setiap detail wajah gadis tadi. Dan kini baru dia sadari satu hal. Gadis itu tak menatapnya sepanjang ia berdiri disamping Sehun.
Tidak, walau hanya sekejap. Entah mengapa Sehun sedikit kecewa dengan kenyataan itu.
"Oh Sehun, Bagabseubnida."
Sehun memperkenalkan diri didepan seluruh murid yang akan menjadi teman sekelasnya mulai dari hari ini. Onyx-nya menatap satu persatu siswa sampai berhenti karena mendapati makhluk creepy yang begitu bersemangat menatapnya.
"Kau bisa duduk didepan Tuan Park, Tuan Oh.."
Yoo Inna, menunjuk salah satu bangku kosong didepan pria yang masih menatap Sehun. Pemuda tersebut mengernyit heran saat melihat Sehun duduk di bangku depannya dengan wajah acuh tak acuh.
Baru saja ia ingin bertanya, namun suara Yoo Inna sang guru biologi kembali mengudara.
Sehun menatap jengah pria bersurai ikal didepannya. Bel istirahat telah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, dan selama 10 menit itu pula pemuda dihadapannya ini menatapnya.
Kadang ia mengernyitkan alis, mengelus dagu dan blablabla.. Semua gerak-geriknya terlihat konyol dimata Sehun. Dan yang tak kalah konyol adalah pertanyaan pemuda itu..
"Kau tidak mengenalku?"
"Tentu saja Dobby Pabo." Ucapnya ketus.
"Hwaa.. benarkah? Benarkah?"
Sehun lebih memilih membuang pandangannya ke luar jendela, membiarkan pertanyaan Park Chanyeol menguap entah kemana. Dan itu merupakan hal yang tepat, karena sekarang ia melihat sosok dark pink diantara hijaunya daun.
Itu gadis yang ia temui kemarin sore.
Tak tahu kenapa Sehun sangat senang menerima kenyataan bahwa gadis itu bersekolah ditempat yang sama dengannya. Di Seoul International High School.
Ia terus menatap gadis itu sampai sadar bahwa sang gadis tidak sendirian. Ada gadis lain yang menemaninya. Gadis berambut sewarna wine dengan eyeliner disekitar kelopak matanya yang sipit.
"Kau tertarik dengannya?"
Pemuda didepannya berkata tanpa mengalihkan perhatiannya dari Sehun, membuat dirinya menjadi sadar bahwa ia tidak sendirian dikelas ini.
"Yang berambut dark pink? Atau wine?" Pemuda didepannya lagi-lagi bertanya walau masih diacuhkan Sehun.
"Jangan mendekatinya!" Sehun terkejut saat tiba-tiba suara Chanyeol naik beberapa oktaf.
"Apa urusanmu?" Sehun bertanya sarkatis sambil bersedakap dada. Ia belum mengalihkan pandangannya dari gadis berambut dark pink diluar sana.
"Aku hanya memberi tahu. Dia gadisnya Kris. Kau akan mendapat masalah jika berurusan dengannya."
Sehun mengangkat sebelah alisnya. Sudut bibir pemuda itu terangkat sedikit. "Mungkin kau benar, aku tertarik dengannya." Chanyeol sedikit kurang mengerti maksud teman lamanya itu. Ia menatap sehun yang masih tidak mengalihkan pandangannya dari gadis berambut dark pink diluar sana. "Jadi siapa namanya?"
"Namanya Kim Jongin dan kuingatkan jangan mendekatinya apalagi jatuh cinta padanya. Cukup sudah banyak korban gara-gara gadis itu." Sehun mengernyitkan alis ketika mendengar nada tidak suka dari perkataan sahabat lamanya itu.
"Aku hanya bilang tertarik, dan bukan mencintainya." Katanya pelan.
Tapi aku rasa aku sudah jatuh cinta padanya sejak saat itu.
Jadi… Apa sebutan yang tepat untuk itu? Cinta pada pandangan pertama? Atau, cinta dibawah hujan!
Hei, Kim Jongin?
.
Jongin bukannya tidak sadar bahwa pria yang diatas tadi terus-menerus menatapnya. Ia hanya pura-pura tidak tahu. Beruntunglah Baekhyun langsung menariknya pergi dari tempat itu beranjak ke kelas.
Sehun membolak-balikan buku fisika-nya. Pemuda itu telah mempelajari semuanya sebelum ia masuk kesekolah barunya. Kekeknya dengan rutin membelikannya buku pelajaran agar cucunya tersebut juga bisa belajar layaknya anak sekolah pada umunya.
Di London, Sehun hanya home schooling selama beberapa bulan setelah ia mengusai semua materi dengan baik.
Fikiran pemuda itu sedang tidak berada ditempatnya sekarang. Ada sesuatu yang mengganggunya karena perkataan Chanyeol tadi siang.
'Cukup sudah banyak korban gara-gara gadis itu.'
Sehun benar-benar tidak mengerti atas perkataan sahabat lamanya itu. lelaki itu beranjak dari meja belajarnya. Membuka pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Fikiran-fikiran aneh tentang gadis yang beberapa hari lalu ia temui berseliweran dibenaknya.
Sehun menutup dengan kasar pintu balkon sebelum merebahkan diri di kasur. Lebih memilih untuk tenggelam dialam mimpinya.
"Kris-geh~"
Jongin sedikit melenguh saat Kris tak henti-hentinya melumat bibirnya. Gadis itu sedikit menepuk bahu Kris agar setidaknya kekasihnya itu melepaskan tautan bibir mereka barang sejenak.
Kris memeluk penuh protektif tubuh semampai kekasihnya setelah sebelumnya melepaskan ciuman mereka. Pemuda itu menumpu dagunya dibahu Jongin yang masih tertutupi seragam sekolah.
"Aku merindukanmu! Kau jadi gadis yang baik kan selama aku pergi?" Kris melepaskan pelukannya dan menatap tajam manik mahini didepannya. Jongin memaksakan seulas senyum sambil mengangguk pelan. Gadis itu menggeliat tak nyaman saat Kris memeluknya lagi.
"Kris-ge, aku harus pulang."
"Kau akan menginap disini!" Jongin tahu perkataan Kris adalah mutlak untuknya. Jika pria itu telah mengeluarkan perintahnya, maka tidak ada jalan lain selain menurutinya.
Mentari pagi mulai menyembul malu-malu dari peraduannya. Kicauan burung-burung ikut menandakan bahwa hari ini adalah hari yang baik untuk memulai aktivitas.
Namun sepertinya tidak untuk pemuda yang masih bergelung dalam selimutnya saat ini. Park Chanyeol tampak tidak memerdulikan teriakan sang ibu yang sudah memanggilnya sejak tadi. Malah remaja berumur 17 tahun ini makin mengeratkan bungkusan selimut pada tubuh tegapnya. Suara Sandara yang sejak tadi berteriak bagaikan suara music yang semakin menenggelamkannya dalam mimpi.
"Sudahlah. Mungkin hari ini dia libur." Youngbae –ayah tercinta Park Chanyeol– telah biasa mendengar teriakan pagi-pagi seperti ini. Ia dengan santai membaca koran sambil sesekali menyesap kopi hitam buatan istrinya.
"Ini masih hari kamis, tidak mungkin libur." Sandara menggeram sebentar sebelum melangkahkan kakinya dengan cepat kearah kamar putra semata wayangnya. "Chanyeol! Cepat bangun atau kau akan terlambat."
Sandara menggedor pintu Chanyeol tanpa ampun, membuat sang empunya terganggu.
"Chanyeol!"
"Yaa.. menyebalkan sekali!" gumamnya seraya mengambil handuk lantas berjalan dengan gontai ke kamar mandi.
Chanyeol datang kesekolah dengan mata yang sedikit terpejam. Semalaman suntuk pemuda itu menonton bola di kedai paman Ilkook bersama Chen dan Luhan. Dan, beginilah akhirnya. Ia harus tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang pelajar walaupun tidak ingin.
Chanyeol menutup mulutnya dengan telapak tangan ketika ia menguap. Rasa kantuk itu tak juga hilang walaupun ia sudah membasuh wajahnya berkali-kali.
Chanyeol tidak akan takut dengan nilai akademiknya jika ia sejenius Joonmyeon. Biarpun tukang tidur akut, namun anak Kim itu merupakan makhluk paling jenius yang dikenalnya. Ia terkadang iri dengan kapasitas otak pemuda dengan senyuman malaikat itu.
Dan lagi, Chanyeok harus mempercayai bahwa ada sejuta keajaiban diantara kekurangan. Contohnya, ya seperti Joonmyeon itu.
Ia sedikit melirik bangku didepannya. Sehun disana dengan earphone yang menyumpal telinga-nya. Matanya terpejam menikmati alunan music yang terdengar dari i-Pad miliknya.
Chanyeol memilih keluar dari kelasnya. Lelaki itu berjalan dengan langkah gontai menuju atap sekolah. Bolos beberapa mata pelajaran sekali-kali tidak apa-apakan?
Sehun membuka matanya. Lantunan nada yang ada di i-Pad miliknya sudah berhenti dari tadi. Masih ada sekitar 5 menit lagi sebelum bel masuk. ada sesuatu yang mengganjal difikiran remaja berumur 17 tahun ini.
Bunyi deritan besi dengan ubin menarik perhatian seluruh siswa yang berada di kelas XI IPA4. Sehun mengacuhkan semua pandangan itu, melangkah dengan santainya melewati Kim Hanbyul yang baru masuk.
"Oh Sehun-ssi, kau ingin kemana?"
"Maafkan saya, seonsae. Saya merasa tak enak badan dan ingin beristirahat di UKS."
Sehun sangat beruntung, karena saat dia memasuki ruang UKS tempat ini sangat sepi. Tapi sepertinya ia harus membuang segala macam khayalannya tatkala indra pendengarnya menangkap keributan diluar pintu masuk UKS.
"Untung ada kau, Jongin-ssi! Kau memang seperti malaikat penyelamat!"
Sehun sedikit menyingkap tirai yang menghalangi pandangannya ketika mendengar nama 'Jongin' disebut. Lelaki itu hanya ingin melihat dengan jelas bahwa 'Jongin' yang barusan didengarnya adalah Jongin yang selama ini dikaguminya.
Dan terlihatlah dua orang berbeda gender yang satunya sangat familiar dimata Sehun. Gadis berambut dark pink.
"Uhm, kau bisa obati lukamu sendiri, Zitao-ssi!"
Jongin memberi cairan antiseptic kepada Zitao agar lelaki itu mengobati luka lecet di kakinya. Pria berambut dark Blonde itu dengan senang hati menerimanya. Sehun masih memperhatikan keduanya dari tempatnya, memperhatikan Jongin lebih tepatnya.
Gadis itu terkadang ragu-ragu dalam gerakkannya. Ia bahkan tak sedikitpun menyentuh Zitao. Saat pria berambut dark Blonde itu meringis sakit, Jongin akan mengulurkan tangannya untuk membantu sebelum menariknya cepat.
Entah mengapa, kemisteriusan yang ada pada gadis itu menjadi daya tarik sendiri untuknya. Sehun ingin mengenalnya lebih dekat. Ingin berbicara dengannya. Dan ingin dipandang dengan pandangan puppy teduhnya yang penuh misteri.
"Zitao-ssi, aku harus kembali kekelas. Sepertinya jam olahraga sudah usai." Suara Jongin mengalun pelan. Lembut dan nyaring seperti bunyi gemerincing lonceng ditelinga Sehun.
Huang Zitao menundukkan kepalanya sedih. Jarang sekali ia bisa berbicara dengan gadis impiannya dan sekarang, ketika saat-saat yang dinanti itu telah datang, gadis itu malah menjauh.
Jongin mengerti perubahan raut wajah Zitao yang berubah drastis. Ia hanya bisa menghela nafas pelan. Tidak ada yang bisa dilakukannya. Ia tidak boleh sering-sering melanggar aturannya sendiri.
Jangan pernah mendekati laki-laki lain apalagi jatuh cinta padanya. Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang dikepalanya. Hanya aku yang boleh kau lihat.
Jongin menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, mencoba mengusir ingatan tentang kata-kata yang Kris ucapkan padanya pertama kali.
Jongin dengan cepat meninggalkan ruangan bernuansa putih itu tanpa menoleh kearah Tao yang kini menatap kecut punggungnya. Dan –
…tanpa tahu bahwa ada sepasang mata lain yang sedari tadi mengawasinya.
Chanyeol tak pernah menyangka bahwa orang seperti Sehun bisa tidur nyenyak dan bermalas-malasan di UKS sana. Chanyeol menatap bangku tempat Sehun duduk dengan penuh dendam sebelum mengambil tas pria itu dan menemui si empunya.
Beberapa menit berjalan, akhirnya ia telah sampai diruangan serba putih itu. Segera saja ia masuk kedalamnya dan melihat Sehun yang kini tengah berdiri tepat didepan jendela.
"Ohmaja.." Ia menggeram rendah, mencoba menggertak lelaki berhelaian blonde itu. Chanyeol sedikit mengernyit saat tidak mendapatkan respon apa-apa dari sahabat karibnya itu. "Hei, OhMaja-Sehun. Enak sekali kau bersantai sedangkan aku menyalin –"
"Chanyeol!" Panggilan Sehun kepadanya memotong muntahan kalimat yang akan diucapkan pria bermata almond itu. "Bisakah kau ceritakan padaku, bagaimana Kim Jongin itu?"
Chanyeol berjalan pelan kearah Sehun. Kepalanya sedikit ia julurkan kearah jendela, dan akhirnya pemuda berambut ikal itu tahu siapa objek perhatian Sehun sejak tadi.
Kim Jongin.
Chanyeol sedikit menatap Sehun sebelum bersuara. "Untuk apa? Bukankah sudah kubilang jangan tertarik apalagi jatuh cinta padanya."
Sehun menoleh kearah Chanyeol sebentar, sebelum kembali lagi melihat Jongin yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya dibawah sana.
"Mungkin, kau terlambat mengatakannya." Sehun bekata pelan. Bibirnya tertarik pelan, membentuk satu senyuman simpul. "Dia sudah menyeretku lebih dulu dalam pesonanya sebelum kami saling mengenal."
Sehun menghilangkan senyumnya saat Jongin menaiki sebuah mobil –yang sama seperti malam itu– dan menghilang beberapa saat kemudian. Sehun kemudian berbalik dan mendapati Chanyeol yang kini tengah menatapnya tak percaya dengan mulut ternganga lebar.
"Kau terlihat menjijikkan berekspresi seperti itu." Sehun berkata sarkas melihat wajah Chanyeol yang belum berubah juga sejak pria itu membalikkan badannya.
Chanyeol merengut imut, sebelum memasang wajah serius ketika ia tiba-tiba mengingat perkataan Sehun barusan. "Tadi… kau mengatakan bahwa kau jatuh cinta pada Jongin-ie?"
Alis Sehun menungkik tajam saat mendengar embel –ie– dari bibir pemuda jangkung satu ini. Entah mengapa ia tidak suka saat Chanyeol menambahkan kata itu di belakang nama Jongin. Namun, pemuda poker-face ini hanya diam saja dan menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Chanyeol tadi.
Tak lama kemudian helaan nafas berat terdengar darinya, seolah-olah apa yang akan dikatakannya kepada Sehun adalah hal yang paling sakral dan tidak boleh diketahui siapapun.
"Akan aku beritahu, tapi traktir aku Bossam sampai puas! Deal?" Sehun hanya dapat memutar bola matanya bosan mendengar permintaan Chanyeol.
"Jadi cepat! Ceritakan padaku!" Perintah Sehun ketika mereka telah sampai di kedai mie yang tak jauh dari pekarangan SIHS.
Chanyeol merengut kesal, "aku bahkan belum menyentuh bossamku sedikitpun."
Sehun mendengus pelan, pria itu menopang dagu pada tumpuan tangannya dan menatap pantulan wajahnya pada kuah ramyun. Chanyeol dengan santai melahap bossam dengan sesekali berdecak kagum saat merasakan kenikmatan dari makanan favorite-nya.
"Dulu, aku juga sempat tertarik dengannya." Chanyeol memulai ceritanya setelah ia selesai memakan habis miliknya. "Dia sangat cantik dan begitu lembut."
Sehun masih mendengarkan dengan seksama setiap cerita Chanyeol. "Tapi kedatangan seseorang membuat semuanya berubah." Sehun menatap Chanyeol namun tak diacuhkan pria itu. "Kris Wu namanya."
"Siapa?" Sehun bertanya ambigu, entah mengapa pria bernama Kris ini sedikit mengusiknya hanya dengan mendengar nama pemuda itu dari Chanyeol.
Chanyeol mengangkat bahu, dahinya sedikit berkerut sebelum menjawab, "kekasih Jongin. Aku juga tidak mengerti bagaimana hubungan mereka, tapi semenjak pemuda itu hadir Jongin menjadi berubah."
Sehun masih diam mendengarkan, ia juga ikut penasaran dengan orang yang berstatus kekasih Sehun itu.
"Semua lelaki yang mendekati gadis itu perlahan mulai mundur. Termasuk aku!" Chanyeol menggeleng pelan sebelum melanjutkan lagi ceritanya, "aku tidak menegerti mengapa, tetapi tatapan Kris begitu dingin. Dia seperti… psikopat." Lelaki itu kemudian bergidik sendiri.
Tangan Sehun meraih segelas air yang berada dimeja mereka, menegaknya sedikit sebelum menaruhnya kembali.
"Dia jadi gadis pendiam dan suka menyendiri. Oh tidak! Ada gadis bermarga Byun bersamanya." Chanyeol dengan cepat meralat perkataannya kembali ketika kepala berambut ikalnya mengingat Baekhyun, -gadis yang selalu bersama Jongin selama ini.
Pembahasan ini membuat Sehun tambah tertarik ingin mengenal semua orang yang terlibat dengan Jongin, gadis yang diam-diam ia sukai.
"Kusarankan sebelum kau lebih jauh, sebaiknya berhenti memikirkan semua tentang Jongin."
Sehun tersenyum tipis. Chanyeol serta-merta langsung menoleh kearah samping saat mendengar suara bangku disampingnya bergeser. "Justru ini semakin membuatku tertarik." Pria itu mengambil dompetnya yang ada disaku celana dan membayar semua makanan mereka.
"Terimakasih untuk ceritamu, Dobby!"
Sehun tidak mengerti ini hanya kebetulan atau sebuah takdir. Teddy Lee selaku guru kimianya menyuruh pemuda berdarah Oh itu mengambil beberapa buku untuk bahan observasi di perpustakaan. Dan, saat itulah ia melihat Jongin yang tengah berjinjit mengambil buku yanga ada diatas rak yang sama dengannya.
Sang gadis tak menyadari tatapan pemuda itu padanya. Jongin malah berjalan kesudut lain ruangan dan mengambil bangku dari sana sebelum menaikinya.
Sehun masih melihatnya dari tempatnya berdiri, sebelum Jongin menoleh dan begitu terkejut melihatnya. Kursi yang dinaikinya sedikit bergoyang dan hampir membuatnya jatuh sebelum Sehun dengan kecepatan cahaya berlari kearah gadis itu dan menggenggam tangannya.
Pertama kalinya..
Sehun merasakan jantungnya yang terpompa cukup keras hanya karena bersentuhan dengan tangan berbalut kulit tan itu.
Jongin yang menyadari dirinya baik-baik saja segera melepaskan tangannya dari Sehun. Gadis itu sedikit membungkuk dan mengucapkan kata terima kasih dengan pelan.
Reaksi yang sangat berbanding terbalik dengan yang ada dipikiran Sehun.
Sebelum Jongin benar-benar pergi dari hadapannya, pemuda itu tanpa sadar menggerakkan bibirnya, "Aku sedang mencari beberapa buku, bisa tolong bantu aku?"
Jongin menoleh pelan menatap wajah Sehun yang sangat tampan dimatanya. Gadis itu tampak berfikir pelan sebelum mengangguk dengan ragu, membuat seulas senyuman tipis terpatri diwajah Sehun tanpa sadar.
"Terimakasih." Ucapnya tulus.
Jongin tidak mengerti perasaan apa yang menghantuinya. Setelah perjumpaannya dengan pria yang bernama Oh Sehun beberapa hari yang lalu, membuat harinya sedikit berbeda.
Baekhyun –yang memang selalu bersamanya – hanya bisa mengernyit bingung melihat perubahan sikap Jongin. Sejak beberapa hari yang lalu, sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri itu tampak berbeda.
Jongin lebih sering menutup mulutnya, ia lebih sering berdiam diri dan mendengarkan ocehan Barkhyun. Biasanya, Jongin akan sesekali membalasnya dengan guyonan garingnya. Tapi kali ini, gadis cantik itu hanya diam saja, ia hanya berbicara seadanya atau dalam sesuatu yang benar-benar mendesak.
"Beberapa hari lagi, dia akan datang." Baekhyun membuka obrolan, menghapus keheningannya ada. Jongin menoleh kearah sahabatnya yang duduk tepat disamping kanannya, "tiga atau dua hari lagi." Katanya lagi.
Jongin mengangguk pelan, jemari lentiknya mengambil sebotol air mineral yang ada diatas meja, membuka penutupnya dan meminumnya hingga tandas setengahnya.
Jongin hanya diam, membiarkan perkataan Baekhyun menguap entah kemana. Barkhyun mendengus kesal, merasa tidak diperdulikan oleh Jongin. "Ada apa denganmu?"
Jongin menoleh dan memberi senyum terbaiknya kepada Baekhyun, "tidak ada."
"Aku tahu pasti ada sesuatu yang telah terjadi." Tebak Baekhyun asal, "jadi katakan padaku, sebelum aku mencari tahunya sendiri." Gadis berumur tujuh belasan itu menarik lengan seragam Jongin, membuat tubuh sang gadis sedikit terguncang.
"Baiklah. Hentikan Baekhyun!" Jongin mencoba menghentikan kebrutalan Baekhyun yang kini tengah mengguncang tubuhnya. Gadis itu tertawa pelan sebelum melepaskan tubuh Jongin dari kukungan tangan rampingnya.
"Cepat ceritakan padaku." paksanya kemudian.
Jongin mempertemukan alisnya, menatap wajah Baekhyun yang kini menatapnya penuh penasaran, "tapi janji ya, jangan ceritakan pada siapapun."
Baekhyun mendengar dengan seksama setiap rinci perkataan Jongin. Bagaimana pertama kalinya ia bertemu dengan pemuda bernama Oh Sehun, membantunya mencari buku di perpustakaan. Dari segi cerita Jongin, pemuda itu termasuk orang yang menyenangkan.
Tunggu! Ada yang aneh disini.
Setahu Baekhyun, Jongin termasuk orang yang susah bergaul dan jarang menerima kehadiran lelaki lain disekitarnya. Yah, apa sebabnya, ia juga tahu.
Tapi kali ini, Jongin berkata seolah-olah gadis itu…tertarik dengan seseorang.
"Kau menyukainya?" Baekhyun bertanya serius. Jongin menoleh terkejut menatap wajah Baekhyun yang kini sangat berbeda dari sebelumnya.
"Aku tidak bilang begitu." Jawabnya.
"Kau menyukainya, terlihat dari wajahmu." Baekhyun menyentil dahi Jongin pelan membuat sang gadis mengaduh sakit. "Aku jadi penasaran dengan pemuda itu?"
"Mana mungkin aku menyukainya, saat ada Kris disampingku." Lirihnya. Baekhyun mengerti dengan maksud Jongin tentang Kris. Pemuda yang selama tiga tahun menjadi kekasih sahabatnya dan mengurung Jongin dalam labirin gelapnya.
Hanya Baekhyun dan orang-orang tertentu saja yang tahu bagaimana dunia hitam yang Kris miliki. Pemuda berdarah dingin yang enggan menunjukkan emosi. Pemuda yang rela menjerumuskan orang tercintanya hanya demi obsesi. Bahkan Baekhyun paham dengan sifat-sifat Kris sampai ketulang-tulangnya.
Dan Baekhyun hanya bisa menghela nafas pasrah, lebih membiarkan Tuhan yang menentukan takdir orang-orang tercintanya.
Jongin begitu terkejut saat keesokan harinya ia menemukan kekasihnya sedang duduk di dibangku miliknya. Jongin melangkah mendekati Kris yang masih menatap keluar jendela.
"Kau sudah datang?" adalah sapaan pertama Kris saat merasakan Jongin telah duduk di sebelahnya.
"Iya." Jawabnya pelan. "Kau tidak bilang akan datang hari ini?" Jongin bertanya kepada kekasihnya yang masih saja menatap keluar jendela kelas.
Kris menarik sudut bibirnya, pandangannya kini lurus menatap Jongin yang tengah menatap meja. Tangan-tangannya melingkar disekitar bahu gadis itu. Memeluknya dengan posesif seolah-olah takut aka nada orang lain yang merebut Jongin-nya. Pemuda bersurai light blonde dengan tattoo naga di lengan atasnya itu menenggelamkan kepalanya diperpotongan leher dan bahu Jongin. Menghirup dalam-dalam aroma khas gadis itu.
Jongin mendesah geli saat merasakan hembusan nafas hangat pria itu dilehernya, "uhm, Kris-gehh~."
Kris mengecupi dengan lembut leher tan milik kekasihnya sampai kebahu. Lelaki itu tak perduli jika kelakuannya akan menjadi tontonan temannya.
"Masih terlalu pagi untuk bermesraan, oke!" Baekhyun tiba-tiba berbicara ketus, melihat kelakuan Kris sedangkan Jongin menunduk malu. Kris hanya memandang datar kearah Baekhyun yang kini tengah melihat dirinya dengan perhatian penuh. Entah apa yang ada difikiran gadis berambut lurus sewarna wine itu.
Seolah tak mendengar sindiran Baekhyun barusan, Kris kembali merengkuh tubuh semampai Jongin. Sedangkan Baekhyun hanya bisa menatap prihatin pada Jongin yang kini tampak berusaha lepas dari Kris.
Baekhyun bisa menilai orang dengan cara melihat gerak-geriknya, tatapan matanya atau dari cara bicaranya. Namun, pada lelaki ini, kemampuannya itu hanyalah nol besar saja. Hanya ada satu yang bisa disimpulkan oleh gadis wine ini dari tatapan mata pemuda bernetra hitam kelam itu.
Ambisius, obsesi, dan…. Kesepian.
Dan untuk yang lainnya ia tak mengerti apapun.
Sehun duduk dimeja kantin ditemani Chanyeol dan Jongdae, teman sekelasnya. Didepannya ada sekaleng soft-drink yang masih dingin tak tersentuh. Matanya focus menatap satu arah, dimana gadis yang dicintainya duduk.
Duduk bersama seorang pria berambut blonde yang terus menempel padanya seperti kucing.
"Kau harus menjaga tatapanmu darinya, huindung-i." Chanyeol yang sudah bosan melihat tampang bete' Sehun mulai buka suara, "bisa gawat kalau sampai Kris tahu kau sedang melihat milikknya." Pemuda creepy itu menekan kata 'miliknya', untuk menjauhkan Sehun dari bahaya yang bisa datang kapan saja.
Sedang Jongdae yang masih tidak ngudeng dengan apa yang dikatakan Chanyeol barusan hanya bisa melirik kearah dua temannya. Barulah ketika ia melihat tatapan Sehun yang mengarah pada Jongin ia mengerti.
"Oh, Jongin ya?" katanya pelan. Sehun dan Chanyeol langsung mengalihkan atensi mereka kepada Jongdae. "Kau tertarik padanya, Sehun?" tanya Jongdae.
"Dia bahkan sudah jatuh cinta padanya." Celetuk Chanyeol.
"Tidak mengejutkan, sih, kalau ada yang menyukai gadis secantik dia. Tapi jika ada yang bertahan karenanya lah yang paling mengejutkan."
Sehun mengerutkan dahi kurang paham dengan maksud Jongdae, Chanyeol juga sama. Jongdae melirik dua temannya sebelum kembali bercerita, "Kau pernah dengar kasus Hyukjae-sunbae, Chanyeol?"
Chanyeol sedikit mengingat tentang senpai mesumnya saat mereka kelas satu tahun lalu, sebelum mengangguk. "Dia pernah mengalami patah tulang dibagian tangan, dan sempat koma selama seminggu gara-gara sebelumnya ia hampir memperkosa Jongin di toilet wanita." Jongdae sedikit bergidik ketika mengingat bahwa ialah yang menemukan sunbae-nya yang terbaring tak berdaya dihalaman belakang sekolah lalu membawanya kerumah sakit saat itu.
"Aku tidak tahu siapa pelakunya, tetapi semua bukti merujuk pada Kris." Jongdae menatap tiga orang yang tengah duduk di meja seberang sana. "Lalu kasus, Lee Joon Sunbae-nim, atlit renang dari sekolah kita. Kabar burung yang kudengar, lelaki bergigi kurang rapi itu itu mencium Jongin didepan semua orang. Lalu, tiga hari setelah itu ia koma dirumah sakit dan pindah sekolah."
"Kali ini, apa Kris lagi pelakunya?" Chanyeol bertanya mewakili pertanyaan Sehun.
Jongdae mengangkat bahu, "aku tidak tahu. Semuanya memang lebih condong kearah Kris karena ia terlihat terobsesi dengan gadis itu. Tapi tidak ada satupun bukti yang mampu memberatkannya."
Jondae masih terus bercerita tentang semua keanehan yang berhubungan dengan dua pasangan itu, sedangkan Sehun kini tengah memperhatikan Jongin yang sama sekali tidak merasa bahagia ketika tubuhnya dirangkul mesra oleh pemuda berambut blonde bernama Kris itu.
Kemudian tatapan mereka bertemu. Mahoni dan onyx. Permata berwarna cokelat gelap itu seperti ingin lari dari sana. Seolah-olah meminta Sehun datang dan merebutnya dari tangan pemuda blonde itu.
Tentu saja..
…tentu saja Sehun akan merebutnya dari Kris. Tidak perduli sebahaya apapun pemuda itu, Sehun akan menyelamatkan Jongin dari lubang hitam dibawah pengaruh Kris dan membuatnya bahagia. Bahagia bersama dengannya.
.
TBC
A/N: Allohha~~~~
Comeback dengan Fict remake yang berjudul asli 'Say Hello To Desteny', dan aku berterima kasih sekali pada Bang Kise Ganteng yang mengizinkan aku me-Remake fanfict SasuSaku buatannya. Ini bukan plagiat ya, ini remake.
Dan bukannya lanjutin fict ku yang lain, tapi sumpah aku stuck banget di beberapa fict aku yang lain.
Yaaa segitu aja, makasih udah mau baca daadaahhhh~~
