Author's Note : Lama tak berjumpa minna-san… ^^ cerita ini aku buat setelah aku nonton padam-padam walaupun belum sampai tamat sih… ada satu percakapan yang aku ambil.. karena memang keren… tapi untuk keseluruhan ceritanya sangat berbeda.. jadi nikmatilah…^^

Disclaimer : Masashi Kishimoto.

Rate : T

Pairing : SasuNaru

Warning : BL, typo, dll.

Genre : Romance

Song : Tablo-Tomorrow

RUMOR

By : yukka-keehl

"Tidak terganggu?"

"Hn?"

"Rumor itu…"

"Memangnya kau terganggu?"

"Tidak, hanya saja… jika aku berjalan denganmu, pandangan orang-orang menjadi berbeda. Kita perlu meluruskannya."

"Che.. merepotkan…"

Ya, begitulah. Sebuah rumor menyebar di sekolah Naruto dan Sasuke. Sebuah rumor tentang kedekatan mereka. Rumor itu berawal ketika Sasuke dan Naruto masuk ke sekolah tersebut, dan kedekatan mereka di mata orang lain itu berbeda atau mereka yang mensalah artikannya.

Maka dari itu, banyak orang-orang yang berkata. "mereka pasangan homo.", "ya ampun… aku tak percaya Sasuke yang tampan itu homo." Atau "mereka serasi tapi… sebagai teman, bukan pasangan.".

Awalnya Sasuke dan Naruto tidak terlalu peduli, toh mungkin setelah beberapa hari juga rumor itu akan menghilang dengan sendirinya. Tapi sialnya, itu salah, rumor itu malah menyebar menjadi besar dan besar. Dan mau tidak mau, Naruto harus terganggu dengan hal itu. Dan hei, jika itu terus berlanjut, bisa-bisa dia malah tidak akan pernah mendapatkan pacar. Dan nasib sial apalagi yang akan menimpanya jika begitu.

"Jadi, menurutmu kau akan melakukan apa?" Tanya Sasuke.

"Aku tidak tahu, tapi kau harus membantuku.. ini juga untuk kebaikan kita berdua."

"Tapi aku tak peduli."

"Oh ya.. aku melupakan sesuatu… bagimu.. ini adalah cara terbaik agar tidak ada wanita-wanita yang mengejarmu, tapi kau tidak mengerti… jika begini… aku bahkan tidak akan pernah bisa mendekati wanita yang kucintai…" Naruto menghela napas berat, nampaknya pikirannya dipenuhi segala sesuatu. Dan bahkan dia tidak menyadari tatapan tajam dari teman sebelahnya yaitu Sasuke.

"Siapa? Sakura?" Tanya Sasuke galak.

"Siapa lagi, kau pikir aku akan menyukai Ino, atau Karin dan orang lainnya yang mengejarmu?"

"Apa kau lupa? Sakura juga mengejarku.."

Naruto terdiam sejenak.

"Ya… dan bodohnya, kau tak menerimanya."

Sasuke terlihat sangat kesal, ia mengepal tangannya erat-erat.

"Kau hanya tidak tahu sesuatu Naruto."

"Ya aku tidak tahu sesuatu, bahwa sebenarnya menyakiti hati wanita itu adalah hobimu."

Sasuke langsung menyambar tangan Naruto, menarik Naruto dan mendorongnya ke dinding sehingga sekarang Naruto terjebak antara tubuh Sasuke dan dinding yang dingin.

"Apa yang kau lakukan Sasuke? Kau ingin berkelahi denganku, ha?" Tanya Naruto yang sekaligus menantang Sasuke.

Sasuke tertawa sinis. "Kau pikir aku akan melawan orang yang bahkan lebih lemah dari kucing? No, sir. Oke, dengar, hal pertama, mengapa kau terus mengejar Sakura yang bahkan Sakura sendiri tidak menyadari kehadiranmu? Hal kedua, aku tak pernah peduli dengan orang lain karena aku sudah mempunyai orang yang kusukai."

Naruto menatap Sasuke dengan perasaan marah sekaligus jengkel.

"Sasuke, asal kau tahu saja, bagiku orang yang kucintai itu berharga… aku tidak peduli dia melihatku atau tidak… tapi yang pasti aku akan melindunginya…"

"Kau pikir aku tidak seperti itu?"

Ketika Sasuke bertanya seperti itu, Naruto hanya bisa diam seribu bahasa. Kemudian Naruto sedikit demi sedikit membuka mulutnya.

"Ta-tapi.. selama ini aku tidak melihat kau menyukai seseorang.."

"Karena orang itu tidak peka."

Naruto menampakkan tanda tanya di wajahnya. Dan ia kemudian sadar kembali dengan posisinya sekarang.

"Oke, aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kau katakan. Tapi aku mohon sekarang lepaskan aku." Naruto memandang Sasuke lelah. Ia sekarang merasa lebih suka mendapat banyak tugas sekolah daripada harus berhadapan dengan Sasuke dengan posisi yang menurutnya 'gak banget', bisa-bisa dia dikira homo beneran lagi… belum pernah pegangan tangan pun sudah dikira homo… apalagi yang seperti ini.

"Kau pikir akan semudah itu?" Sasuke mengangkat satu alisnya. Ia kemudian mengeratkan pegangannya ke tangan Naruto dan tentu saja membuat Naruto kaget dan kebingungan. Dan dalam sedetik, bibir Sasuke sudah berhasil mengecup singkat bibir Naruto.

Naruto yang masih terkejut hanya bisa membuka matanya lebar-lebar sampai-sampai ia tak sadar kalau Sasuke sudah pergi.

"Che.. lelucon apa ini..? dia pasti sudah gila."

Sedangkan di tempat lain, seorang gadis berambut merah muda sedang terduduk tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia tidak pernah tahu kalau Sasuke yang diklaim miliknya itu benar-benar mempunyai hubungan dengan Naruto yang ternyata mengakui kalau dia suka pada gadis itu.

"Ini pasti mimpi…" bisiknya.

OooooO

Wajah aneh, merah, kecapekan itu muncul dihadapannya.

Dia terengah, menyimpan tangannya di lututnya yang lemas. Dia menatapnya. Sang objek hanya diam, menunggu orang didepannya mengucapkan sesuatu, atau setidaknya itulah yang dia pikirkan ketika orang tersebut hendak membuka mulutnya.

"Ga-gawat.. kita dalam masalah besar…" dalam bicara pun dia bersusah payah mengatur napasnya.

"Teruskan." Jawab Sasuke enteng.

"Me-mereka… mendapatkannya.." sebenarnya Naruto ingin sekali menjelaskan semuanya dengan benar, tapi apa daya ketika tenaganya terkuras.

Alis Sasuke berkedut, "Jadi?"

"Photonya… ya ampun.. photonya…" kata Naruto, entah karena terlalu malas menceritakannya atau karena terlalu panik.

"Photo apa?"

"Astaga.. masa kau tak mengerti.." Naruto yang sudah pusing malah membuat Sasuke kebingungan.

"Aku rasa kita tak punya photo apapun yang aneh.."

"Photo kita ciuman kemarin, Sasuke!" Naruto yang masih terengah menatap tajam Sasuke.

"Lalu?"

"Lalu?" Naruto membeo.

"Mengapa itu jadi masalah besar?"

"Oh ya ampun… kenapa harus bertanya, tentu saja itu masalah… reputasi kita makin tercoreng, Sasuke… dan-dan.. kita bisa dikeluarkan dari sekolah.." sejujurnya Naruto ingin berteriak waktu itu, tapi ia segera mengurungkan niatnya.

"Kenapa tidak?"

"Apa? Apa aku tak salah dengar? Dengar Sasuke, photo itu menyebar ke seluruh sekolah, mereka sedang membicarakannya, dan masalah ini bisa saja menyambung ke kepala sekolah kita…"

"Ya, kenapa tidak?"

"Kau ingin berkelahi denganku, Sasuke?" Naruto meraih kerah baju Sasuke, memegangnya erat, menariknya.

Sasuke hanya tersenyum sinis, ia melepaskan genggaman tangan Naruto di kerahnya.

"Kau hanya tidak mengerti, Naruto.. memangnya kau mau kita melakukan apa? Menyangkalnya bahwa photo itu editan? Apa yang mereka dapatkan memang asli, Naruto… kita tak bisa melakukan apa-apa… dan jika memang kau mau melakukan sesuatu cara agar rumor itu menghilang.. aku tidak melarangmu, tapi yang pasti aku tidak ikut campur tentang masalah ini."

"A-Apa? Kau yang menyebabkan ini terjadi..! mengapa tidak kau saja yang berusaha menghilangkan rumor itu..?" Naruto kini sangat murka, hingga sulit sekali mendeskripsikan bagaimana wajahnya saat ini.

"Sudah kubilang, percuma saja.. lagipula, aku tak masalah dengan rumor itu.."

"Lalu, bagaimana denganku? Kau tidak memikirkanku? Kau pikir aku sepertimu yang tidak bermasalah dengan rumor itu..? bukankah kau sudah dengar alasanku kemarin? Atau kau sudah lupa?"

"Dan.. bukankah aku sudah berkata alasanmu juga sia-sia,"

Naruto tertawa sinis. "Mengapa Sakura tidak bisa menyukaiku?"

"Percayalah padaku Naruto, Sakura bukan wanita yang baik. Mengapa kau bisa menyukainya?"

"Kau jangan asal bicara, Sasuke. Bagaimana kau bisa tahu dia bukan wanita yang baik? Dan mengapa kau bertanya kenapa aku menyukainya?"

"Dengar, Naruto… sebelum masuk sekolah ini… aku dan Sakura menempati sekolah yang sama… dan apa yang dia lakukan? Dia menendang semua wanita yang mengejarku, dan mengklaim bahwa aku miliknya."

Mendengar penjelasan dari Sasuke, Naruto terdiam.

"Jadi, biarkan saja ini berlalu."

"A-aku salah Sasuke… aku terlalu bodoh untuk memikirkannya, dari dulu aku tahu Sakura hanya mengejarmu… aku ingin Sakura bahagia bersamamu… itu sudah membuatku bahagia…"

"A-apa? Bersamaku? Yang benar saja? Kalau begitu aku yang tak akan bahagia, Naruto.."

"Sakura sebenarnya wanita yang baik, Sasuke.. hanya saja karena dia terlalu berobsesi padamu, dia melakukan semua itu." Kata Naruto suram.

"APA? Apa aku sedang bermimpi?" Sasuke tak habis pikir.

"Tidak… kalau begitu, Sasuke… aku mau pergi…" Naruto hendak melangkahkan kakinya untuk pergi menjauh dari Sasuke. Tapi usahanya itu sia-sia ketika Sasuke lagi-lagi memegang kasar tangan Naruto.

"Ada apa lagi, Sasuke?" Naruto membalik tubuhnya menghadap Sasuke.

"Kau tidak bertanya mengapa aku menciummu waktu itu?"

"Aku tahu kau hanya bercanda…"

Sasuke nampak marah sekali, ia mendorong Naruto ke dinding.

"Aku asal-kau-tahu-saja mencintaimu."

Naruto saat itu terkejut dan tidak mampu mencerna apa yang dikatakan Sasuke. Dan diterkejutan itu, Sasuke melahap bibir Naruto ganas. Naruto yang terkejut tidak sadar membuka mulutnya yang segera dimasuki oleh lidah Sasuke.

Naruto baru tersadar dengan apa yang sedang mereka lakukan. Maka, ia berusaha melepaskan serangan Sasuke. Sialnya, Tenaga Sasuke lebih besar dibanding dirinya.

Akhirnya, ciuman yang penuh nafsu itu berakhir ketika keduanya kehilangan oksigennya.

Dan saat itu juga, Naruto berlari menjauhi Sasuke. Sasuke berdecak keras.

OooooO

Pagi itu, Naruto berangkat pagi sekali, dan tentunya tidak bersama Sasuke. Entah mengapa ia harus marah dengan kejadian kemarin. Apa dia marah karena Sasuke menciumnya? Tidak, dia tidak seperti itu. Hanya saja…

"Kemana suamimu, Naruto?" ejek seorang temannya. Naruto lebih memilih untuk tidak mempedulikannya.

"Sepertinya, mereka sedang bertengkar.." Sahut temannya yang lain, dan semua teman yang ada di kelasnya tertawa memojokkannya.

Walaupun Naruto merasa kesal, ia berusaha untuk tetap bertingkah dingin. Tapi, hal itu tidak bisa tertutupi ketika ia membanting tasnya ke meja dan duduk dengan decakan di mulutnya.

'Control emosimu Naruto…' jerit Naruto dalam hati.

Sedetik dari itu, Sakura teman yang sekaligus cinta pertama Naruto mendekatinya. Ini adalah hal yang termasuk jarang terjadi kepada dirinya.

"Hi!" Sapa Naruto yang tidak tahu harus berbuat apa.

"Ikut aku, Naruto." Sakura memandang Naruto lurus-lurus. Naruto yakin ada hal serius atau setidaknya menurut Sakura serius yang ingin dikatakan Sakura kepada dirinya. Maka Naruto menurut saja walau dia merasa hatinya tidak enak entah sebab apa.

Mereka berdua pun tiba di luar kelas, tepatnya di samping pintu masuk kelas.

"Jadi, apa yang membawaku kesini?" Tanya Naruto tak sabar.

"Kau-Kau… berani-beraninya merebut Sasuke dariku…." Sakura berkata dengan gemetar dan terlihat hendak menangis.

"Hah? A-Apa?" Naruto tidak mempercayai pendengarannya sendiri.

"Usahaku ternyata sia-sia saja.. menyebar rumor itu agar kau menjauh dari Sasuke malah membuat kau semakin dekat dengan Sasuke.. dan bahkan.. bahkan.. di berkata mencintaimu… aku tahu itu…" dan sekarang Sakura sudah menangis tersendat-sendat.

Naruto terkejut mendengar pernyataan ini apalagi dengan didukung satu fakta yang baru saja ia ketahui bahwa sebenarnya biang keladi di balik masalahnya adalah Sakura.

"Jadi kau-"

"Ya, Aku! Aku yang menyebar rumor itu! Aku yang menyebar photo itu! Aku! Tapi mengapa jadi seperti ini… mengapa.." walaupun Sakura menangis, dia masih bisa berteriak.

"Kau memang wanita jahat, Sakura, padahal aku mencintaimu… ku pikir kau seorang malaikat.. ternyata selama ini aku telah salah… dan.. asal kau tahu saja, Sakura… sia-sia saja berkata apapun padaku.. kau pikir aku yang mendekati Sasukemu itu? Tidak, Sakura…aku masih normal." Naruto memandang marah Sakura yang sedang menangis. Kemudian, dirasa ia hanya membuang-buang waktu, Naruto berbalik hendak memasuki kelasnya kembali tapi langkahnya terhenti ketika ada seseorang di hadapannya, yaitu Sasuke.

Naruto menatap Sasuke tajam, ia kemudian berdesis sinis. Sasuke yang tadinya terus menatap Naruto kini beranjak menatap Sakura hanya untuk memberi tatapan benci padanya. Kemudian, Sasuke menatap Naruto kembali, lalu memegang tangan Naruto dengan kasar.

"Ikut aku!" seru Sasuke kepada Naruto yang membuat Naruto menyunggingkan salah satu sudut bibirnya.

"Ada perlu apa padaku?" Tanya Naruto menyebalkan.

"Aku ingin berbicara padamu."

"Bicara saja kalau begitu."

Sasuke berdecak keras. Ia menarik tangan Naruto menuju tempat yang aman untuk berbicara, berharap tidak ada seorang pun yang mendengar.

"Dengar, mengapa kamu marah padaku?" Tanya Sasuke, memandang langsung ke mata Naruto.

"Apa kau tidak tahu?" Naruto memandang Sasuke seolah Sasuke telah mengatakan suatu kebohongan besar.

"Aku benar-benar tidak tahu. Apa karena aku menciummu, kau marah? Atau apa karena aku mencintaimu?"

Naruto tidak menjawab atau tidak menemukan kata yang tepat untuk menjawab.

"Apa aku harus meminta maaf padamu karena aku mencintaimu?"

Hati Naruto kini mencelos tak karuan, yang dikatakan Sasuke benar. Mengapa is harus marah?

"Bukankah, ketika aku mencintaimu dan kau tidak, kau lah yang harus meminta maaf padaku? Kalau begitu, MINTA MAAF! MINTA MAAF!"sia-sia saja ternyata Sasuke menemukan tempat yang aman. Nyatanya kini Sasuke tak dapat mengontrol emosinya dan berteriak meledak-ledak sementara Naruto diam terpaku.

Hening. Suasana seperti ini tidak banyak orang sukai. Tapi tiba-tiba saja Naruto jatuh terlutut dihadapan Sasuke. Ia sedikit demi sedikit membuka mulutnya.

"Ma-maafkan aku.." lirih Naruto. "Aku tak bisa mengikuti jalanmu Sasuke…"

"Aku tidak butuh jalanmu Naruto… aku hanya butuh kau mencintaiku juga."

"Tapi-"

"Dengar Naruto, aku benar-benar tersinggung. Jadi, lebih baik kita sudahi saja perbincangan ini." Sasuke langsung melangkahkan kakinya untuk menjauhi Naruto dan pergi menuju kelas.

Hari itu, Naruto tidak memasuki kelasnya, ia lebih memilih berada di atap sekolah daripada bertemu teman-temannya apalagi Sasuke dan Sakura. Ia sudah muak dengan semuanya, dan apa-apaan ini? Sasuke mencintainya? Sakura dalang dari semua ini? Yang benar saja… hidup apa ini?. Ia bergidik ngeri.

Lalu apa setelah semua ini? Apakah ia berharap semua anak sekolah melupakan tentang rumor itu? Apakah ia berharap Sakura mencintainya? Ataukah dia berharap akan ada wanita lain yang jatuh cinta padanya setelah rumor buruk tentangnya tersebar ke seluruh penjuru sekolah? Tidak… itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi pada dirinya, Naruto tahu itu.

"Apa yang harus aku lakukan kalau begitu?" Naruto bergumam pelan. Dia tak bisa terus keras kepala seperti ini. Lalu dia harus apa? Yang lain harus apa? Apakah Naruto menginginkan permintaan maaf dari Sakura? Ya, tentu saja. Apakah Naruto ingin mendapatkan permintaan maaf dari semua anak-anak sekolah yang menganggap ia buruk dan homo? Ya, tentu saja. Tapi masalahnya adalah bagaimana?. Haruskah ia membiarkan ini terus seperti ini tanpa ada pemecahan masalah? Tidak. Lalu bagaimana dengan masalahnya dan Sasuke? Apa dia harus menolak mentah-mentah Sasuke? Atau menerimanya? Tentu saja tidak kedua-duanya, dia tidak cukup gila untuk menerima Sasuke setelah selama ini berusaha agar rumor tentang dirinya dan Sasuke itu terhapus. Tapi, Sasuke adalah temannya.. dia adalah satu-satunya orang yang berada disisinya. Naruto tak ingin hubungannya dengan Sasuke terputus gara-gara ini. Dan kali ini Naruto tahu, ia harus meminta maaf lagi kepada Sasuke, menolak perasaan Sasuke dan meminta Sasuke untuk menjadi sahabatnya. Ya, tentu saja. Ide bagus, Naruto.

Akhirnya di sore hari, setelah pulang sekolah, Naruto pergi menuju rumah Sasuke. Awalnya Naruto ragu, ia sedikit bingung dengan apa yang akan dikatakannya. Tapi Naruto mencoba untuk berani, karena ia ingin menyelesaikan masalah ini.

Tok. Tok. Tok.

Naruto mengetuk pintu rumah Sasuke. Udara dingin yang menyertainya benar-benar mengganggunya. Naruto berkali-kali menggosok-gosokkan tangannya untuk menghangatkan dirinya, tapi sia-sia saja ternyata, ia sama sekali tidak merasa hangat.

Setelah lama menunggu, pintu rumah Sasuke pun terbuka, menampilkan wajah Sasuke yang terlihat sedikit terkejut atas kedatangan Naruto.

"Boleh aku masuk?" Tanya Naruto.

Sasuke tidak berkata apa-apa, dia hanya memberi isyarat kepada Naruto dengan membukakan pintunya dengan lebar. Naruto pun masuk dan duduk di sofa Sasuke.

"Ada perlu apa?" Sasuke bertanya.

"Ehm.. soal yang tadi… aku rasa.. aku tidak bisa menerima perasaanmu, tapi tolong.. aku masih sahabatmu…"

Sasuke hanya diam, nampaknya ia tak bisa berkata apa-apa.

"Kau bisa mencari wanita lain yang kau cintai, Sasuke. Tidak ada yang kurang darimu, sungguh. Tapi tolong jangan aku… kau terlihat lebih baik daripada bersamaku…"

But, my smile is dead

My heart become burdensome

How can you say like that?

"Aku bisa bernapas lega sekarang."

But I'm running of my breath

"Kamu akan baik-baik saja. Kita semua akan baik-baik saja."

Please stop saying words of comfort that I can't hear

"Kamu dan aku akan mengalami hari yang cerah di esok hari."

There is no tomorrow

It's springtime again for you

But the seasons don't change for me

"Kalau begitu aku pergi." Naruto berdiri dari tempatnya. Tapi tangan Naruto ditahan oleh tangan Sasuke.

"Aku punya satu permintaan."

Naruto mengangkat satu alisnya bingung.

"Habiskan malam ini denganku."

Naruto hampir mati karena terkejut, tapi kini hatinya luluh.

"Baiklah, lagipula aku sedang kedinginan."

It's the last lingering moment

Malam itu adalah malam penuh nafsu dan emosi. Malam yang akan terus dikenang oleh Naruto dan Sasuke.

I'm stopped in this time, this place

I'm lingering here

Although for you, it's just a passing day

OooooO

Di luar sana semua berjalan baik, rumor itu hancur ketika Naruto berpacaran dengan Hinata. Dan Sakura kini pindah ke luar negeri karena kedua orang tuanya pindah kerja. Jika bicara tentang Sasuke, dia menjalani kehidupan biasanya dengan bersikap dingin tanpa senyum.

THE END

OMAKE

"Aku akan pergi duluan ya… bye bye… Hinata…" Naruto dengan senyum cerah diwajahnya melambaikan tangannya kepada Hinata.

"Iya…"

Naruto pun berjalan di sepanjang koridor, tapi kemudian langkahnya terhenti ketika dia menemukan Sasuke di depannya.

Naruto dan Sasuke kini saling pandang dalam keheningan. Naruto akhirnya memutuskan untuk tersenyum kepada Sasuke. Dan Sasuke pun membalas senyumannya dengan senyuman yang selama ini mati.

"Aku akan terus menunggumu, Naruto. sampai kau kembali, setiap hariku adalah kemarin."

Naruto membalasnya dengan senyuman tipis, "Terimakasih, Sasuke."

000000

Foot Note : Sebenernya niat bikin bersambung... :( tapi takut gak punya waktu jadi... aku akan usahakan untuk buat sekuelnya yang pas dihati kalian.. :)

Mind to review?