"Pa, masih ingat tidak toko permen yang dulu papa pernah tunjukin ke Eren?" Pertanyaan tiba-tiba si bungsu putra keluarga bermarga Jeager itu menghentikan aktivitas si kepala keluarga.

"Toko permen?" sejenak sang ayah berpikir sambil mengelus dagunya, mencoba mencari memori dalam otaknya, "Ah! toko permen tua itu?" Akhirnya ia mengingatnya.

Sang anak mengangguk antusias, senyum sumringah terukir diwajah manisnya.

"Iya pa! Eren mau kesana, papa mau ajak Eren lagi kan?" ajakan sang anak hanya di balas tawa renyah sang ayah.

"Maaf ya nak! papa sibuk, besok papa harus ke luar kota untuk menyerahkan serum di desa yang terkena wabah."

"Tapi pa..." kecewa dengan jawaban sang ayah ia pun menggunakan jurus jitu terampuhnya.

Ya, wajah melas ala Eren. Iris Emerald-nya yang besar berkaca, katupan tangan di bawah dagu, dan airmata palsu sebagai tambahan dramanya. Namun naas, sepertinya sang ayah sudah kebal. Ia justru hanya tersenyum sambil mengelus surai coklat gelap milik anaknya itu dan kemudian melenggang pergi. sedang sang anak hanya menggembungkan pipinya, kesal.


Disclaimer: Singeki no Kyojin milik Hajime Isayama.

Yupi milik PT Yupi Indo Jelly Gummy.

Marjan milik PT Maha Jaya Sukses Indo.

Al-Sekoting RP milik Al-Sekoting RP parody.

Tidak ada keuntungan materil maupun non-materil dalam pembuatan fanfik ini.

Ini murni ide author absurd yang lagi WB atas fanfic lainnya. 8D

Genre: Parody, Romance (mungkin)

Warning! BACA YA PLISS!

Chara super OOC, setting tempat gaje (silahkan imajinasikan sendiri).

Cerita banyak gajenya dibanding intinya. Dedicate to AL-Sekoting RP.

Banyak kata mengambil Quote dari RP Al-Sekoting. Terakhir

Jika anda mengalami pusing, ambigu yang tak bisa dicerna.

Maka saya harapkan berhenti membaca ini fic. Masih minat? RnR pliss!

Ga suka? Ya jangan baca. Buat orang kesal dengan flame di bulan puasa ga baik loh~


©Hell13

Mempersembahkan

Cinta Di Antara Yupi


Helaan nafas sekali lagi keluar dari mulut Eren. Sejak jam istirahat berbunyi Eren memang hanya menghela nafas lelah, entah lelah kenapa. Bahkan ajakan teman-temannya seperti Connie dan Armin untuk ke kantin pun dihiraukannya. Armin yang bingung pun berinisiatif menyakannya pada Mikasa, mengingat Mikasa adalah anak angkat keluarga Jeager.

"Mikasa, Eren kenapa?" tanyanya seraya duduk di samping Mikasa yang sedang asyik membaca novel. Mikasa pun mengalihkan pandangannya dari novelnya, kemudian melihat Eren yang duduk di dekat jendela kelas.

"Dia, ingin ke toko permen." Ucap Mikasa, datar sedatar ekspresinya.

"HAH?" Armin mangap, sepertinya ia ketularan budeknya Eren. Mikasa kembali menatapnya.

"Eren ingin ke toko permen." Ulang Mikasa merasa Armin mungkin tidak dengar.

"I,iya. Tapi maksudku kenapa?"

"Dulu om Grisa pernah mengajaknya pergi ke toko permen di ujung jalan Al-Sekoting. Kemarin om menolak ajakan Eren yang tiba-tiba ingin ke sana lagi." Mendengar penjelasan Mikasa, Armin hanya ber-oh-ria.

Jalan Al-Sekoting lumayan jauh dari tempat Eren tinggal dan bukan hanya itu, Eren juga lupa lokasi tepatnya tempat toko itu berada. Ia hanya ingat toko permen itu toko tua dan tidak mencolok, entah juga toko itu masih ada atau tidak. Eren ke sana saat ia berumur lima tahun dan kini ia sudah berumur 16 tahun. Sebenarnya itu juga alasan Eren yang tiba-tiba berkeinginan untuk pergi ke toko permen tua itu. ya, untuk memastikan toko permen itu masih berdiri atau justru telah hilang di telan jaman.

"Heh, mas Eren!"

Panggilan seseorang menginterupsi lamunan Eren, membuat dirinya menatap kesal orang yang berani-beraninya menganggu acara melamunnya itu. Setelah melihat si wajah empunya pengganggu, Eren kembali menatap jendela kelas. Ternyata si pengganggu itu adalah Connie, si botak yang katanya belum sempurna botaknya.

"Heh! Mas Eren! Aku lagi ngomong sama kamu loh, dengerin dong." Connie yang merasa dicuekin mengguncang-guncang tubuh Eren yang kembali melamun.

"Apa sih mas Connie, ganggu orang aja dah!" ketus Eren, mulai sensi dengan gangguan Connie.

"Aku mau mastiin. Kemarin ibu kamu jadi toh, beli marjan sekardusnya. Harga marjan di toko mas masih 15.000 loh, di warung lain saja sudah 17.000, lagi promo sih mas jualnya." Terang Connie, sekalian iklan.

"Hah? Marjan?"

"Kan kamu yang kemaren bilang mesen. Masa lupa gimana toh."

"Mesen? Oh, sirup itu. iya jadi lah mas, langsung kirim aja ke rumah Eren. Ntar biar papa yang bayar."Ucap Eren, kemudian percakapan itu pun berakhir. Eren kembali dalam lamunanya, sedang Connie sudah keluar kelas entah kemana.


Parapapapa_SKIP TIME_Parappapa


Pulang sekolah Eren masih lemas, membuat Armin dan Mikasa sedikit risih. Hampir saja Mikasa akan menampar Eren Karena greget dengan tampang lesu si pemuda berkulit kecoklatan itu, jika saja Armin tidak menahannya.

"E,Eren, Mikasa. Bagaimana kalo kita mampir ke tempat Annie? Sekalian makan bakso di sana." Usul Armin sambil menahan Mikasa yang masih gatel tangannya untuk nampar Eren.

"Boleh juga." ucap Mikasa yang sudah tenang kembali.

"Terserah deh, Eren ikut aja." Eren cuma setuju dengan setengah hati, dia sedang kesal juga sih dengan papanya yang mentingin kerjaan dibanding dia. Jadi usulan Armin untuk tidak langsung pulang bukan ide yang buruk baginya.

Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di rumah Annie. Annie adalah teman sekelas Eren, Armin, dan Mikasa. Annie juga adalah anak angkat penjual bakso terkenal di kota itu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Eren dan kawan-kawan untuk mampir ke warung bakso dengan penjual bernama Reiner dan Berthold itu, ya mereka memang langganannya sih.

Berthold, salah satu pemilik kedai bakso itu mengantarkan pesanan Eren Dkk. Dia sedikit kepo dengan wajah abstrak Eren. Ada apakah gerangan yang membuat Eren begitu lelah? Pikirnya.

"Mas Eren, kenapa toh?" tanya Berthold. Eren Cuma menoleh dan menggeleng, namun wajahnya masih lesu. Berthold makin bingung.

"Eren mau ke toko permen, mas." Akhirnya Armin yang menjawab dan berthold pun hanya mengangguk pura-pura paham, padahal jelas dia makin bingung.

"Hei, Ren! Setrika dulu wajah kau itu, kusutnya mirip baju habis dijemur kau tahu. Bisa-bisa pelangganku kabur semua lihat wajah kau. Mau kau tanggung jawab?" Reiner pemilik lain warung bakso itu menasehati Eren sambil memulukul punggung Eren. Maksudnya bercanda tapi pukulan Reiner terlalu kuat, membuat Eren meringis kesakitan.

"Eren bukan baju bang, pake di setrika segala. Eren lagi kesel nih, papa ga mau nganterin Eren pergi ke toko permen. Kan Eren jadi kesel." Jelas Eren, sambil cemberut mengingat penolakan sang ayah tercintanya.

"Bah! Manja kali kau, Ren! Kau bukan anak kecil lagi kau tahu, masa ke toko permen saja minta antar papa kau." Sindir Reiner, logat bataknya bikin Eren tambah kesal.

"Eren ga manja, bang! Toko nya jauh di Al-Sekoting. Masa Abang tega, ngebiarin anak seimut Eren jalan sendirian. Kalo Eren diculik gimana?" Ucap Eren narsis, yang lain sweetdrop. Pliss deh Ren, pikir semua makhluk yang ada di kedai itu.

"Emang ada yang mau menculik kamu ren?"tanya Annie yang tiba-tiba muncul sambil membawa es teh pesanan Eren dkk. Mendengar pertanyaan Annie, Eren cemberut. Sementara yang lain hanya menahan tawa.


Eren kembali lesu, Berthold, Reiner dan Annie sudah kembali pada aktifitasnya masing-masing melayani para pelanggan. Sedari tadi Eren hanya mengudek-udek bakso di mangkoknya. Ia hanya memesan baksonya saja tanpa mie dan teman-temannya. Sedang Armin dan Mikasa memesan dua mangkok bakso lengkap. Ah, jangan salah Armin meski kecil badannya, makannya memang banyak. Sedangkan Mikasa, dia harus makan banyak karena dia ikut beladiri karate di dojou dekat rumah Eren. Jadi wajar kalo dia makannya banyak. Eren sendiri sebenarnya makannya sama banyak dengan dua sejolinya itu, hanya hari ini dia sedang tidak mood. Bahkan sedari tadi ia hanya memainkan makannanya.

"Eren, umm. Kamu benar-benar ingin ke toko permen itu ya?" tanya Armin memecah kehidmatan makan-memakan bakso sore itu.

Eren yang tadinya berwajah 3L (lelah, Lemas, Letih), langsung ceria bak sinar mentari pagi. Kerlap-kerlip yang bertebaran di sekitar wajahnya, bahkan mengalahkan seorang banci dari fandom sebelah. Ah, Armin silau.

"A,Armin. Kamu malaikat." Ucap Eren berlebihan, padahal Armin cuma bertanya.

"Eh?" Armin bingung.

Eren mengambil tangan Armin, wajah sumringahnya masih terpasang jelas. Armin jadi gugup.

"Terima kasih banyak min, Eren benar-benar bahagia punya temen kaya Armin." Sekarang sebelah tangannya mengusap airmata haru di sudut mata besar eren, ceritanya sih terharu. Armin makin bingung dengan tingkah Eren, seingatnya ia hanya bertanya tadi. namun kebingungannya pun terjawab langsung dengan pernyataan Eren setelahnya.

"Mikasa besok kita bersiap ke Al-Sekoting, mencari toko permen itu. Armin bersedia mengantar kita."

"Baiklah." Mikasa hanya berucap singkat sambil tetap khidmat menikmati baksonya. Armin? Ini reaksi Armin saat ini.

"HAH?!"

Hari ini sepertinya dua kali ia berkata hal yang sama. Mulutnya membuka dan menutup, sebelas-dua belas sama ikan Koi peliharaan Jean. Niatnya sih, Armin ingin berkata membela diri atas tuduhan Eren. Memang kapan ia berkata ia ingin mengantar Eren? Namun Armin yang notabene terlalu baik, shota, dan imut melihat wajah bahagia sahabatnya itu, akhirnya urung untuk membantah. Armin memang anak sholeh. Kata terakhir mungkin tak ada hubungannya, tapi anggaplah terhubung.


TBC


A/N: loh? Ngapa jadi twoshoot? Yah biarkan saja ya. Aye masih WB ama fanfic kurobas! Pliss. Jadi jangan tanyakan fanfic itu dulu ok. Saya janji akan melanjutkannya. Kalo ide saya sudah berbentuk kata-kata dalam lembaran Ms. Word. Jadi sabar aja. Untuk ini fanfic saya Cuma mau memeriahkan fandom ini aja. 8D

Terakhir thanks to fandom parody Al-Sekoting beserta antek-antek RP di sana. Fanfic ini terinspirasi dari RP kalian. Ah saya jadi terharu #hapasih. 8D