Orang bilang jatuh cinta,

Itu adalah hal paling manis yang akan kau alami.

Tapi untukku, rasanya menyakitkan,

Karena aku seorang pecundang sekaligus pengecut

Orang bilang saat kau disakiti oleh cinta,

Itu adalah saat yang menyakitkan untukmu.

Tapi untukku, rasa sakit ini terasa samar,

Aku... tidak tahu harus bersikap seperti apa...


Harvest Moon (c) Natsume

Feel So Numb (c) Ruise Vein Cort

Rui bilang 'At the End' adalah fic TrentClaire terakhir?

Abaikan!

Karena muse muncul di waktu yang salah Rui kembali labil karena orang itu.

Ngah!


Sebelumnya, saat patah hati hanya butuh waktu dua minggu bagiku untuk kembali bangkit. Entah apa yang berbeda, karena kali ini... sesaat setelah patah hati aku tidak jatuh. Aku masih bisa tersenyum dan tidak menangis seperti sebelumnya. Tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam bergulung dengan boneka di dalam pelukanku. Aku bisa bersikap biasa-biasa saja. Seolah... mati rasa.

Hanya saja... rasa sakit itu terasa samar. Samar namun ada dalam jangka waktu yang terlalu lama. Terasa sakit tapi sulit untuk kurasakan. Semua sudah berakhir, aku tahu itu. Tapi bagaimana cara ia bersikap biasa-biasa saja padaku. Seolah ada bulu-bulu halus menggelitik bagian dalam tubuhku. Terasa menyenangkan tapi seiring waktu akan mulai menyakitkan.

Aku tidak mengerti, tidak mengerti dan tidak mengerti.

Rasanya... menyakitkan.

Claire,

27 Summer


"Kau tahu, aku menyedihkan," bisikku perlahan. Memainkan helai jerami di pangkuanku dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindari pandangannya. Pada pria yang seenaknya kuseret menuju pertanian yang sebelumnya adalah milikku dan kini adalah milik Jack dan Elli.

"Maksudmu?" dengan nada datar ia berucap. Duduk di sampingku dan aku berani bersumpah ia sedang berusaha melihat ekspresi apa yang tengah terukir di wajahku.

Hanya saja, kristal biru langitku selalu menyangkal untuk bisa menatap kristal obsidian miliknya. Sebelumnya aku bisa memperhatikan kristal-kristal cantik itu lebih dari satu hari tanpa henti. Aku tak akan merasa bosan dengan sensasi menyenangkan saat bulu-bulu halus menggelitik.

Sekarang... aku tak pernah bisa, bulu-bulu yang sebelumnya sangat halus sudah berubah menjadi pisau tajam. Memberi rasa sakit yang samar tapi lama untuk sembuh. Seperti saat kau mengiris jari telunjukmu dengan pisau. Luka tipis dengan hanya setetes darah. Tapi luka itu lama untuk sembuh dan memberi rasa nyeri yang menyebalkan bila tidak segera ditangani.

Seperti itu aku bisa mengambarkan apa yang kurasakan saat ini.

Setengah tahun. Seharusnya dengan waktu selama ini aku bisa mengatur kembali perasaanku. Membunuh rasa yang pernah berkembang dan mengantinya dengan rasa lain yang jauh lebih ringan. Tapi itu selalu gagal, aku tak pernah bisa melakukan hal seperti itu. Terasa begitu... sulit.

"Kau diam."

Aku mengerjap. Membiarkan kekehan lirih meluncur dari bibir tipisku. Lalu meminta maaf karena bersikap tidak seharusnya. Ayolah Claire, kau hanya punya waktu tidak sampai setengah jam. Kau sendiri yang memintanya untuk meluangkan waktu sebanyak itu.

Tapi... aku tidak tahu harus bicara dan bersikap seperti apa. Pikiranku... kosong.

"Karena aku menyedihkan..." Kembali kenyataan itu yang terurai dari mulutku.

Kuangkat kepalaku, berharap kali ini aku bisa menatap sosoknya dengan labih baik. Berharap aku bisa kembali menatap langsung pada kristal obsidian miliknya. Dan saat aku berhasil melakukannya, kupu-kupu mulai mengepakkan sayapnya. Kalimat pasaran. Tentu, sangat pasaran.

"Kenapa?"

Trent mengerjap pelan. Memiringkan sedikit kepalanya seperti biasa. Hal yang tidak jarang akan ia lakukan saat tidak mengerti dengan suatu hal. Ekspresi yang tidak pernah gagal membuatku tertawa pelan. Tapi gagal untuk kali ini.

"Karena aku memang menyedihkan."

"Aku sama sekali tidak mengerti maksudmu, sungguh."

Kali ini aku tertawa. Tertawa dengan cairan bening yang mengancam akan segera tumpah. Dan aku berusaha sebiasa mungkin agar mereka tetap ada dalam pelupuk mataku.

Ah... Trent... kenapa aku harus jatuh hati pada pria paling tidak sensitif sepertimu? Ada banyak pria yang mengerti aku dan menjamin hari-hari yang tidak dipenuhi rasa sakit sepertimu. Tapi... sesuatu di dalam sini masih terikat pada sosokmu. Sekali pun yang aku miliki hanya rasa sakit. Apa ini berarti aku masochist?

"Hei... berapa lama kita putus?" Di antara tawa, pikiranku mulai menyusun kalimat itu. Tapi bila ia menjawab, aku tak tahu apa yang akan kugunakan untuk melanjutkannya. Oh ayolah... bukankah aku sudah menghabiskan waku satu malam penuh untuk menyusun semuanya?

"Mungkin lima bulan, kenapa?"

"Lima bulan satu minggu dua hari kurang empat jam lima belas menit tepatnya."

Ia menggerutu pelan. Entah karena apa aku tak tahu. Hanya saja waktu yang baru saja kukatakan adalah waktu paling tepat untuk menunjuk saat keputusan final kuutarakan.

Aku yang mengatakannya. Dan sampai saat ini aku belum beranjak sedikit pun. Jauh di dalam diriku, aku merasa masih berdiri di Gereja. Memperhatikan Trent yang menanti keputusan final aku utarakan. Menatap wajah yang sebelumnya blank terisi oleh perasaan kalut oleh kesedihan. Ekspresi itu yang membuatku mengambil keputusan dengan dorongan suara parau darinya.

Aku tak menangis saat ia hanya mengangguk dan melemparkan senyuman lemah padaku. Aku tak menangis saat ia mengacak-acak rambutku saat aku berkunjung ke kliniknya untuk mengucapkan salam karena aku bertukar pertanian dengan Jack. Aku tak menangis saat dengan ringannya ia berkata; "Selamat jalan."

Tak ada yang kutangisi sama sekali. Tak ada... dan sangat disayangkan aku menangis sebulan setelahnya akibat lampiran surat yang entah kapan terselip di dalam pakaian overallku. Menangis sejadi-jadinya.

"Kau memanggilku hanya untuk membicarakan masalah itu?"

Samar aku menangkap nada ketidaksukaan. Seolah yang aku ucapkan tadi adalah hal yang tak ingin ia ingat.

"Bukan..." gumamku pelan. Memeluk lututku sendiri lalu menengadahkan kepalaku. Memperhatikan langit biru cerah yang brtolak belakang dengan suasana di dalam diriku. Siapa bilang saat kau merasa suram alam akan berbaik hati menemanimu? Aku benci kisah di mana sanga tokoh utama sedih maka cuaca akan berubah drastis dari yang sebelumnya cerah menjadi hujan badai. Tapi kalau seandainya bisa, aku ingin badai mengambarkan isi hatiku sekarang.

"Lalu apa?"

"Pernyataan cinta."

Ia tercekat. Reflek memundurkan dirinya bebeapa centi mendengar pernyataanku yang begiu gamblang dan datar. Sementara otakku mulai kalut saat sadar dua kata apa yang baru saja aku katakan. Sungguh, kau pikir siapa orang waras yang mau mendengarkan pengakuan cinta dari mantan kekasihnya sendiri?

"Err... Claire?"

"Aku cuma mau bilang kalau sampai saat ini, sampai detik ini, aku masih menyukaimu. Ah... maaf, aku salah, tapi cinta. Suka tidak akan selama ini kan?"

Kata demi kata meluncur begitu saja. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa saja yang sudah meluncur dan akan meluncur dari mulutku. Yang aku tahu adalah... bagaimana Trent mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Lagi-lagi aku berpikir bahwa hal lain jauh lebih baik dibandingkan kristal obsidian miliknya.

Kami diam, dalam keheningan menyesakkan. Saat aku memiliki keberanian menatap wajahnya, hal pertama yang kulihat adalah...

...ekpresi penuh kesedihan yang sama dengan ekpresi di waktu yang lalu.

"Aku menyedihkan..."

Sesuai harapanku, hujan turun saat matahari bersinar terik di atas sana. sesuatu yang sangat... menarik.


Owari.


Jangan bunuh Rui 0.0a

Ini Rui juga masih nggak bisa ngebayangkan apa yang terjadi dan jawaban Trent.

Mudah;

Kalau Rui buat Trent setuju - Kesannya Rui ngarep banget.

Kalau Rui buat Trent menolak - ... (pundung di sudut ruangan).

Jadi ya... Rui tinggalkan ini untuk imajinasi pembaca.

Haha...

Dan...

Fic ini Rui gunakan untuk kumpulan drabble TrentClaire, daripada berceceran kebanyakan.

Langsung aja satuin -.-a

Sampai nanti.

(Ambil boneka Voodo sama paku panjang dan palu)

Mind to Review?

II II II

V V V

V V

V

v

Boneka Voodo bukan buat kalian (Sweatdrop)