Park Chanyeol berumur delapan tahun saat ia mendapatkan luka memar di bibirnya dan melawan untuk pertama kalinya. Bukan karena ia seorang anak berandalan, namun ia tidak menyukai kekerasan dengan niat untuk menyakiti. Ia pernah melihat itu di sekolahnya, sehingga ia—dengan kemauannya sendiri belajar bela diri, tak banyak yang tahu tentang keahlian Chanyeol tersebut, kecuali satu orang, yaitu Kim Jongin. Jongin menjadi saksi saat Chanyeol, yang saat itu berumur sepuluh tahun terlibat perkelahian di antara pencuri. Chanyeol hanya menyelamatkan dompet kecil seorang Nenek yang sudah tua berjalan sendirian di sebuah gang perkotaan. "Sejak kapan kau bisa berkelahi, nak?" tanya Jongin, pada Chanyeol sepuluh tahun.
Chanyeol kecil menatap aneh ke arah pria yang berdiri di hadapannya. Penampilannya sedikit kumal, jaket kulitnya seperti tidak pernah dicuci, rambutnya kusam, dan wajahnya tidak bersih, dilihat dari wajahnya, usianya tidak lebih dari duapuluh tahun.
"Siapa, Hyung?" tanyanya, dan mengambil jarak untuk menjauh.
Jongin tersenyum kecil pada Chanyeol, "Namaku, Jongin. Aku terkagum melihat keberanianmu tadi. Kau pintar sekali bela diri. Siapa yang mengajarimu?" ia sedikit menunduk, menaruh telapak tangannya dilututnya sebagai tumpuan.
Chanyeol menggelengkan kepala sembari berkata, "Tidak ada."Jongin mengerutkan kening, "Jadi maksudmu, kau mengajari dirimu sendiri? Bukan Ayahmu, Kakak, tetangga mungkin?"
Dan sekali lagi Chanyeol menggelengkan kepala, "Tidak ada yang mengajariku. Aku hanya membaca buku lalu melihat dvd. Ayah sibuk, aku tidak memiliki kakak, Ibu selalu pergi dengan teman-temannya."
Jongin membentuk bibirnya menjadi huruf O sambil menganggukkan kepala, "Kalau begitu, kau benar-benar hebat. Bisakah kau mengajariku?" pintanya sambil tersenyum.
Karena begitu polos dan senangnya Chanyeol, mungkin ini pertama kalinya seseorang tertarik dengan hobinya. Ayahnya tidak peduli tentang apapun selain pekerjaan dan nilai Chanyeol yang bagus. Ibunya tidak pernah di rumah kecuali jika ada pesta dan makan malam bersama keluarga besar, dan yang paling membosankan, Chanyeol adalah anak tunggal. Ia bersama sepupu-sepupunya pun tidak akrab. Jadi, tidak salah jika Chanyeol memilih jalan yang berbeda dari mereka semua.
"Bagaimana? Kau mau? Kita bisa berteman," ulang Jongin seraya mengulurkan tangan kanannya, untuk berjabatan.
Chanyeol mengamati tangan tersebut, lalu menatap Jongin sejenak.Dengan senyum yang lebar, Chanyeol menerima uluran tangan tersebut, "Kau adalah teman pertamaku, Hyung," ucapnya lalu terkekeh.
Semenjak saat itu, Chanyeol dan Jongin selalu bersama, Ayah Chanyeol yang melihat kenyamanan putranya tersebut menawarkan Jongin untuk menjadi bodyguards pribadi Chanyeol, walaupun Chanyeol menolak pada awalnya, namun kini ia menerimanya karena itu membuat latihan mereka menjadi mudah.
Ya, selama bertahun-tahun lamanya, Chanyeol dan Jongin melatih diri untuk menjadi yang terbaik. Namun potensi yang dimiliki Chanyeol jauh lebih luas daripada Jongin, sehingga Jongin hanya mengawasi Chanyeol berlatih.
*
"Park! Sepuluh menit lagi!" teriak salah satu pria yang menggunakan seragam keamanan.
Chanyeol mendongakkan kepalanya sambil menganggukkan kepala. Kemudian ia menatap dirinya di cermin. Dia hanya menggunakan kaos putih polos, dada bidangnya terlihat jelas dibalik kain putih itu, ia mengambil sarung tinjunya dan memakainya. Ia memejamkan mata, menghela napas panjang lalu menghembuskannya.
"Hey!"
Chanyeol membuka mata, dari pantulan ia menatap Jongin yang berdiri di depan pintu sambil menyilangkan kedua tangannya.
Chanyeol tersenyum, mengencangkan sarung tangannya dan meregangkan otot-otot leher dan tangannya.
"Gugup?" tanya Jongin sambil duduk di sebuah kursi samping Chanyeol.
Chanyeol terkekeh tanpa menoleh, "Untuk apa? Aku sudah melakukan ini semenjak umurku limabelas tahun."
Chanyeol sendiri sekarang berumur delapanbelas tahun.
Jongin pun hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala, "Kau benar. Tapi ini sebuah kompetisi, dengan lawan yang berpengalaman."
Benar, kali ini lawan Jongin adalah yang berpengalaman, seorang pria sepantara Chanyeol, itu kata Jongin. Chanyeol belum tahu pasti siapa dia, dan kali ini dia berkesempatan untuk mengetahui siapa dia.
"Baiklah, ayo!" ajak Jongin.
Chanyeol menganggukkan kepala dan menyuruhnya untuk keluar terlebih dahulu.
Chanyeol kemudian berjalan keluar dari ruang gantinya sambil sesekali memukul kedua tangannya untuk melatih otot tangannya.
"Tuan, sudah berapa kali ku bilang, jangan masuk ke ruangan ini!"
Chanyeol berhenti sejenak ketika mendengar suara dari petugas keamanan yang lantang tersebut, kemudian ia menoleh, dan di ujung ruangan sebelah kanan dari ruangan Chanyeol, ada salah satu petugas keamanan yang berdiri di depan sebuah ruangan dan di hadapannya ada seorang pria mungil, tubuhnya membelakangi Chanyeol.
"Tuaaaan, sudah berapa kali ku bilang, bahwa aku seorang pegawai di sini!" tegas pria mungil tersebut menirukan aksen petugas keamananan. Chanyeol mengerutkan kening, ia tidak tahu mengapa ia berhenti dan mendengarkan percakapan mereka. Pria mungil tersebut menggunakan kaos biasa, namun sedikit terlihat berlebihan, pakaian semacam itu bukanlah berasal dari tempat ini, dan yang Chanyeol ketahui adalah, rata-rata pegawai disini seorang wanita dengan pakaian seksi, dan suka menggoda para pria.
Petugas keamanan tersebut menatap pria mungil dengan tajam, namun pria mungil tersebut justru menaruh kedua tangannya di pinggang seraya menghentakkan kaki, seakan menantang balik.
"Baiklah, baiklah. Aku berbohong. Aku bukanlah pegawai disini. Tapi bolehkah aku bertemu dengan kekasihku, ku mohooooon, tuan berkumis," erang pria mungil sambil menundukkan kepalanya.
"Kekasih?"
Pria mungil tersebut menganggukkan kepalanya dengan cepat, "Benar tuan. Dia akan melangsungkan pertandingan disini, dan aku, sebagai kekasih yang baik, harus mendukungnya, bukan? Aku harus berada di barisan paling depan dan menyemangatinya, kasihan anak-anakku—"
Chanyeol sedikit terkejut mendengarnya, jika dilihat dari fisik, pria mungil tersebut masih di bawah umur, mungkin 16-17 tahun, pikir Chanyeol.
Chanyeol menggelengkan kepala, heran.
"Chanyeol!"
Chanyeol terlonjak, lalu menoleh ke sumber suara, Jongin melambaikan tangannya untuk cepat keluar. Chanyeol menoleh sekali lagi ke arah pria mungil tersebut yang masih berdebat, kemudian ia berlari menghampiri Jongin untuk memulai pertandingan.
*
Suara gemeruh meramaikan gedung pertandingan ini. Mereka, dengan pakaian yang berkelas duduk santai di sebuah ruangan kaca yang berada di lantai atas, sedangkan penonton dengan teriakan kencang mereka mengelilingi arena pertandingan.
Chanyeol sudah terbiasa dengan suasana seperti ini, dia sudah sangat akrab dan merindukan momen seperti ini, karena ia merasa, bahwa inilah jati dirinya, ia melempar senyum ke arah para pendukungnya yang mengikutinya dari awal Chanyeol memasuki dunia pertandingan ini.
Kemudian, suara semakin meriah ketika seseorang memasuki arena pertandingan, Chanyeol menoleh dan mendapati lawannya. Ia mengetahui karena penampilannya sama dengannya, hanya pakaian polos dan celana training pendek, sarung tinju di kedua tangannya. Tubuhnya menjulang tinggi, dada bidangnya, dan tentu saja ketampanannya. Sangat tidak cocok untuk menjadi seorang petinju. Namun kemenangan semacam ini tidak diukur dari fisik, melainkan taktikmu untuk mengalahkan lawan.
"Park Chanyeol!" teriak wasit di dalam ring. Chanyeol berjalan dan memasuki arena tersebut. Jongin menunggu di luar arena, sambil memberikan teriakan semangat untuk Chanyeol.
"Oh Sehun!"
Chanyeol menatap lawannya dengan intens.
Pertandingan dimulai. Chanyeol mengamati dan menghafalkan bagaimana lawan akan mengalahkannya. Beberapa menit di awal, Sehun tidak melakukan pelanggaran sedikitpun. Chanyeol lega bahwa ada orang yang melakukan pertandingan ini dengan baik tanpa kecurangan. Namun Chanyeol menyadari bahwa fokus Ming seperti tidak ada di arena ini. Sesekali ia melihat luar arena, namun tidak juga melepas fokusnya pada gerakan Chanyeol.
"Permisi... permisi..."
Suara familiar tersebut terdengar kembali. Chanyeol mendapatkan kesempatan menoleh saat setelah berhasil memukul pipi Sehun dengan sempurna sehingga membuatnya terjatuh. Pria mungil tersebut berjalan di antara kerumunan orang-orang untuk mendapat barisan di depan.
"Permisi nona... bisakah kau singkirkan payudaramu... agar aku bisa lewat... nah... terima kasih..."
Chanyeol mengerutkan kening dan menatap pria mungil tersebut, pria mungil tersebut menatap Sehun dengan wajah terkejutnya, "Oh Sehun! Bangun kau! Kau tidak boleh kalah!" teriaknya dengan sangat kencang, orang-orang menatapnya aneh.
Kemudian Chanyeol menoleh dan menatap Sehun yang berusaha bangkit, sudut bibirnya berdarah karena pukulan Sehun, namun ia tersenyum menatap pria mungil tersebut. Bel berbunyi, ronde pertama, Chanyeol yang memenangkannya.
Chanyeol kemudian duduk di ujung arena sambil mengambil botol minuman, sedangkan Sehun berjalan ke arah tepi arena dan menghampiri pria mungil tersebut.
"Baekhyun! Aku mencarimu kemana-mana. Kau membuatku khawatir!"
Pria mungil tersebut— Baekhyun namanya terkekeh, "Kau harus mentraktirku makan sepuasnya karena aku sangat lelah menghadapi petugas menyebalkan itu. Tapi lupakan! Yang terpenting aku disini, dan kau, Oh Sehun harus menang!" ucapnya dengan sekali napas.
Sehun terkekeh kemudian mengusap pipi Baekhyun, "Aku selalu menang untukmu. Tapi kali ini, aku tidak yakin. Dia sangat, ugh, hebat mungkin. Selalu tahu gerakanku."
Baekhyun pun mencoba melirik Chanyeol, Chanyeol yang tidak ingin terlihat bodoh, menatap balik Baekhyun. Baekhyun mengerutkan kening dan raut wajahnya tidak menyenangkan. Ia menoleh kembali ke arah Sehun.
"Aku tidak mau tahu. Kau harus menang, dan aku sangat lapar!" ucapnya dengan tegas.
Sehun terkekeh dan mengusap rambut Baekhyun dengan lembut.
"Nah, aku akan memenangkannya untukmu. Selalu," katanya, membuat Baekhyun tersipu malu.
Oke, mungkin ini terlihat tidak sopan, tapi Chanyeol benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pasangan tersebut. Mereka benar-benar mencuri perhatian orang-orang disini. Chanyeol mengalihkan pandangannya, mereka sudah berkeluarga, batinnya.
Bel berbunyi, ronde kedua dimulai. Chanyeol menaruh botol minumannya, dan Jongin mengambilnya.
Chanyeol menyadari bahwa Sehun kini terlihat bersemangat, dan pria mungil tadi kini berteriak-teriak menyemangati Sehun.
Sehun menatapnya dengan senyuman licik, ia sudah memasang gerakan untuk melawan. Chanyeol berhasil menghindar beberapa pukulan dari Sehun, dengan ketangkisannya, Chanyeol dengan gerakan cepat memukul tubuh bagian kanan Sehun.
"Heeeeeey! Pria kurang ajar!" teriak Baekhyun sambil menghentakkan kaki.
Chanyeol menoleh sedikit dan menatap tajam ke arahnya, namun Baekhyun justru melototkan matanya seakan menantang Chanyeol.
'Apa masalah dia?' gerutu Chanyeol. Dan dapat, Chanyeol terjatuh ke samping dan mendesis kesakitan, pandangannya sedikit mengabur karena pukulan yang keras oleh Sehun disisi tubuh kirinya.
"ITU BARU PRIAKU! SEHUN, SEMANGAT!" teriaknya.
Chanyeol mengepalkan kedua tangannya. Sudah cukup, ia tidak akan membiarkan pria mungil itu mengganggu konsentrasinya, suara tidak pentingnya tersebut jangan sampai membuat kekalahan untuknya.
Ronde ketiga, Chanyeol berhasil membuat Sehun terjatuh tiga kali, dan keempat kalinya, Sehuj tidak bisa bangun. Ia mengerang kesakitan di bagian tangan kanannya. Chanyeol tidak tahu apakah dia mematahkan tulangnya atau tidak, tapi dari hitungan detik pertama Sehun terbangun, namun waktu telah habis.
"Pemenang, Park Chanyeol!"
Suara teriakan bergemuruh. Jongin terlonjak gembira dan berteriak bahagia.
Pria mungil tersebut berlari dan menghampiri Sehun memegang lengannya dan mereka seperti saling mengadu kasih. Chanyeol hanya menatap mereka, tak peduli sang juri memberi selamat padanya.
Baekhyun menatap Chanyeol dengan tajam. Kemudian menarik Sehun untuk keluar dari arena.
*
Setelah Chanyeol membersihkan diri dan berganti baju, ia merapikan beberapa barang yang berada di ruang ganti dan memasukkannya ke dalam tas. Namun sesuatu menarik perhatiannya di pantulan cermin.
Chanyeol menoleh dan mendapati pria mungil tadi berdiri di depan pintunya sambil tersenyum ke arah Chanyeol, namun Chanyeol tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Halo tuan!" sapa pria mungil itu— Baekhyun.
Chanyeol mengerutkan kening, "Ada apa kau kesini?" tanyanya heran.
Baekhyun mendecak pelan, "Hey, jangan berbicara seperti itu, apalagi dengan seseorang yang akan memberi ucapan selamat untukmu," Baekhyun berjalan menghampiri Chanyeol seraya mengulurkan tangan kanannya.
Chanyeol menatap uluran tangannya sejenak, kemudian menerima jabatan tangan tersebut.
"Terima Kasih," ucap Chanyeol.
Baekhyun mengangkat kedua bahunya, dengan mimik wajah yang kesal, "Aku memang tidak menyukaimu karena kau telah mengalahkan Sehun-ku. Tapi kau benar-benar hebat di atas arena sana."
Chanyeol tidak menjawab pujian atau olokan dari Baekhyun tersebut, ia hanya memandang wajahnya dan cara ia berbicara.
Baekhyun tersenyum, memecahkan konsentrasi Chanyeol dan mengalihkan pandangannya sejenak.
"Oh, ada sebuah pesta yang di adakan oleh temanku. Kau bisa datang, bebas, kau bisa mengajak siapapun—" Baekhyun merogoh sakunya dan memberikan sebuah undangan kecil pada Chanyeol "— disana ada alamat dan jam mulainya pesta," jelas Baekhyun.
Chanyeol menganggukkan kepalanya, akan tidak sopan jika ia tidak menerimanya.
"Baiklah, sampai jumpa besok, tuan—"
"Chanyeol."
Baek berhenti sejenak kemudian menganggukkan kepala, "Chanyeol," ulangnya sekali lagi memastikan.
Chanyeol ikut tersenyum, tanpa ia sadari.
"Aku akan menunggumu disana," ucap Baekhyun sambil tersenyum dan melambaikan tangan, kemudian meninggalkan Chanyeol.
Chanyeol tidak tahu mengapa Baekhyun mengganti kata 'kami' menjadi 'aku' untuk menunggunya besok.
Baekhyun sedang menggodanya.
Cerita pertama saya di FFN. Mohon kritik dan sarannya ya teman-teman
