Disclaimer :

Hyouka by Honobu Yonezawa

First Part : Hal yang Merepotkan Akan Menimpaku lagi

Andaikata kalau aku tak bertemu dengannya, pasti hidupku sekarang tidak seperti ini. Ah lusuh, setiap hari aku harus mendengarnya berkata 'aku penasaran', 'aku penasaran', dan 'aku penasaran'. Oh ayolah! Bukankah bisa sehari saja aku tak mendengar perkataan itu? Oi, aku ingin kehidupan lamaku yang tenang kembali.

Gumamku sambil tertidur di ruangan klub sore itu. Di bawah temaram sinar mentari yang kin sebentar lagi tenggelam. Sore itu tidak ada siapapun selain diriku. Hari ini, sangatlah jarang terjadi, tidak ada siapapun yang menggangguku. Bahkan untuk Chitanda Chitanda, gadis yang selalu menyeretku dalam masalah. Satoshi dan Mayaka pun tak ada, mereka tampaknya sedang asyik dengan obrolan school trip yang guru beritahukan kemarin.

Jujur saja, aku tak tertarik dengan kegiatan tersebut, namun kemarin siang….

"Oreki-san!" panggil Chitanda tepat di depan wajahku. Terlalu dekat!

"Ah, ada apa?" kataku sambil tak peduli.

Chitanda segera menarik kursi di depanku, duduk di sana dan terlihat gelisah. Kembali, khayalanku soal kesialan hari ini akan segera datang kembali. Oh aku harap kali ini tidak begitu merepotkan kalau bisa, gumamku.

"Kau sudah dengar soal school trip minggu depan kan, Oreki-san?" wajah yang mengisyaratkan penuh kegirangan.

"Ya, aku tahu. Memangnya kenapa?"

Chitanda kembali menatapku dengan mata bulatnya yang besar itu. Kerlip cahaya tentu saja gemerlapan di pupil ungunya itu. "Kita harus membuat kenangan yang bagus berempat tapi…"

Aha! Aku mulai merasakan aura 'aku penasaran' yang sebentar lagi ia keluarkan.

"Aku tidak tahu bagaimana cara membuat kenangan yang bagus itu nanti. Nah, Oreki-san, apa kau tahu sesuatu?"

"Tidak!" aku kembali menutup wajah dengan kedua tangaku dan menjatuhkannya ke meja. Menunduk untuk tidak menatap Chitanda lebih jauh.

"Kau tahu kan tujuan kita kemana?" Chitanda kembali mengeluarkan kalimat dari bibirnya.

Yang aku ingat kemarin, guru bilang kalau kami akan ke pantai minggu depan. Pantai itu tidak terlalu jauh dari kota, ya walaupun butuh waktu 4 jam sih… tunggu, bukan kah itu jarak yang jauh?

"Pantai bukan?"

Chitanda menepuk tangannya. "Ya! Lalu.. biasanya kalau orang ke pantai itu ngapain ya?"

Eh serius dia tidak tahu? Aku mengangkat wajahku. "Kau itu terlalu polos ya, bukankah sudah jelas kalau kita akan bermain di sana… eh tidak, maksudku kalian."

"Hmm?" ia kembali menggunakan wajah khasnya itu lagi. Baik aku sudah tak kuat.

"Baik-baik, aku mengerti. Kau ingin membantuku untuk membuat list apa saja yang akan kita lakukan di pantai nanti bukan? Benar begitu?" kataku sambil tetap memasang wajah tak peduli.

"Benar, oreki-san. Kalau begitu kau akan membantu kan?"

Kembali, aku dijebak oleh kata-katanya.

Kembali ke sore yang sendu, Chitanda bilang ia akan menemuiku di depan gerbang ketika pulang sekolah. Ia mengajakku untuk berdiskusi soal apa yang akan kita lakukan. Aku pikir pertemuan ini hanya akan diikuti oleh dua orang, ternyata perkiraanku salah. Ketika aku sedang berjalan menyusuri lapangan sekolah menuju gerbang. Di depan sana sudah ada Satoshi, Mayaka dan Chitanda yang menungguku, aku kira mereka sedang asyik mengobrol setelah pelajaran. Ternyata aku salah.

"Oi Houtarou! Kau terlambat!" laki-laki yang berteriak di sana adalah Satoshi. Ya dia tidak berubah, masih seperti remaja laki-laki tanpa kostum super sentai. Aku mempercepat langkah dan sampai di gerbang.

Kami pun mulai beranjak dari tempat itu dan menuju lokasi yang Chitanda bilang.

Sebuah kafe kecil di pusat kota yang sepi sore ini. Di dalam hanya ada beberapa orang saja yang menjadi pelanggan. Sebagian besar adalah orang tua. Aku tak terlalu mengerti mengapa Chitanda memilih tempat ini… tapi setelah dipikir-pikir lagi mungkin karena pemikirannya yang kolot kali ya.

Kami pun duduk di pojok ruangan yang menghadap jalan. Temaram sinar masuk lewat jendelanya dan menerangi sedikit ruangan di dalam. Kami semua memesan makanan kecil. Aku dan Satoshi memilih kopi sebagai minuman sedangkan Chitanda dan Mayaka memilih teh. Pelayan pun pergi dan membuatkan pesanan kami. Setelah itu ada jeda agak panjang di suasana yang sendu ini.

"Ehem, Chitanda-san, kau bisa memulainya sekarang," itu Satoshi, ia berdehem untuk membuat Chitanda terbangun dari lamunannya.

"O-Oh iya, un.. un jadi begini, aku mengumpulkan kalian di sini untuk membuat rencana school trip kita nanti. Untuk memulai bagaimana kalau Ibara-san yang memberikan saran duluan," kata Chitanda Eru dan langsung menunjuk Mayaka yang tampak tidak siap. terlalu cepat kau tahu, Chitanda?

"Kok aku sih, Chii-chan?" Chitanda hanya tersenyum. "Ah baik-baik, aku yang mulai duluan. Hmm kalau kita main ke pantai biasanya pasti ada semangka kan? Pasti kalian tahu permainan memukul semangka dengan mata tertutup itu kan?" kata Mayaka sambil memeragakan sebuah bat bisbol yang sedang ia pegang lalu ia pukul-pukul kan ke depan. Tepat ke arah Satoshi yang jadi gugup seketika.

Satoshi mengangguk, ia mengerti. Sedangkan aku diam seribu bahasa. Berpura-pura untuk tidak tahu.

"Baiklah, kalau begitu kita tulis di catatan. Ada lagi? Bagaimana kalau kau, Fukube-san?" Chitanda menunjuk pulpennya lagi ke orang selanjutnya. Yang tak beruntung sekarang adalah Satoshi. Aku menyeringai sedikit.

"A.. apa ya kira-kira. Bermain di pantai sudah tentu kita akan main air, berkejaran dengan ombak, berenang, foto-foto, main voli, kejar-kejaran, main friss-"

"Ah aku potong sebentar. Satoshi, bukankah kau sudah menyebutkannya terlalu banyak?" aku memotong saran Satoshi di tengah jalan. Dia terlalu banyak omong hari ini.

"Memangnya sudah banyak ya? Mmm.. kalau kau bilang begitu Houtarou.. kau juga ingin memberi saran bukan?" sambil Satoshi tengah mengejekku, makanan serta minuman yang kami pesan sudah datang. Dua buah kopi panas serta teh sudah tersaji di meja. Mengajak siapapun untuk segera meminumnya. Mayaka yang tampak bosan mengambil langkah pertama dan meminumnya. Satoshi tetap menatapku penuh ejek.

'Ah, suatu saat akan kubalas tatapan mu itu,' gumamku.

Aku mengangkat wajah dari atas meja dan mulai mengoceh. "Saranku hanya satu : tidur di bawah payung pantai. Itu saja."

Mayaka yang diam saja, kini mulai ikut-ikutan seperti Satoshi.

"Ha, saran yang bagus dari Orang yang Sangat Malas Bergerak ini. Apa kau tidak sekali saja membuang prinsipmu itu untuk school trip ini, Oreki? maksudku, ini kan perjalanan sekali di kelas 10, apa kau tidak mau untuk sekali saja bersenang-senang begitu?" Mayaka mulai menebasku dengan perkataannya sore ini. Pertarungan dimulai.

"Aku hanya mengeluarkan pendapat saja. Terserah untuk dilakukan kan, benar Chitanda?" aku menoleh ke arah gadis bermata ungu itu. Sepertinya ia sedang asyik mengemil satu persatu makanan yang ada di atas meja. Sudah jadi kebiasaannya kalau ada makanan di meja, dengan sigap dan cepat, Chitanda akan menandaskan makanan itu ke dalam mulutnya tanpa pikir panjang.

"Eh eh iya iya," jawabnya dengan gugup seperti biasa. ia membetulkan posisi duduknya.

"Ah Chii-chan, nggak seru ih!"

"Sudah-sudah, Houtarou, saranmu kami tolak," kata Satoshi sambol terkekeh tak lupa menyilangkan kedua lengannya.

Ya kalau memang akhirnya begitu sih. Aku tak keberatan, gumamku sambil meminum kopi yang mulai menjadi dingin itu. "Hm," ternyata enak juga ya.

Chitanda kembali fokus. Dia membuka buku catatannya dan mencatat beberapa hal. Ia pun membuka mulutnya, "Saran dari Fukube-san sepertinya banyak ya. Aku pikir itu sudah cukup," katanya sambil tersenyum kembali.

Satoshi merenggangkan persendiannya tepat setelah Chitanda membuka suara. Mayaka mengambil makanan kecil di depannya dan mulai makan satu persatu. Aku masih sibuk minum dari cangkir berisi kopi itu sebelum Chitanda beringsut tepat di depanku. Matanya mulai berkelip ganas. Seperti badai yang akan menerjang otak malasku. Aku yakin dia ingin mengatakan hal yang merepotkan (lagi).

"Oreki-san, aku tidak sabar lagi dengan school trip. Aku harap kau menemukan hal menarik nanti," katanya sambil tersenyum misterius.

Sekali lagi, bulu kudukku berdiri dan waspada kalau-kalau Chitanda mulai akan merepotkan ku lagi nantinya.