just another good day

.

.

warning:

literal porn without plot. hints of somnophilia (being sexually aroused by an unconscious/sleeping person). can be read as dub-con, but taehyung and yoongi have discussed their preferences/kinks plenty of time ― in short; they understand each other's likings and in a healthy relationship.

do not read if you're uncomfortable, ok

.


.

Membuka mata di tengah-tengah rehat setelah seharian bekerja adalah hal yang berat, tapi tidak ketika Taehyung merasakan tubuhnya mulai memanas ― seperti ada percik api kecil yang bersatu kemudian berkobar memacu detak jantung; mendorongnya terjaga dengan napas terengah-engah, padahal tidak ada siapapun yang mengejarnya sejak di alam mimpi. Sesuka apapun Taehyung dengan ragam drama atau animasi bertema menantang, belum ada yang menghantui alam bawah sadar dan membuat tubuhnya terguncang begini. Sambil mengeratkan cengkeraman tangan di seprai dan menelungkupkan kepala pada bantalan, ia berusaha menguasai diri, menstabilkan tempo sehingga deret kata tak lagi terjebak di lorong tenggorokan.

"H-hyung," gumam Taehyung pelan, "jauhkan―ah." belum selesai merangkai kalimat sempurna dan memulai proses negosiasi, ia buru-buru menutup mulut dengan sebelah tangan. Suaranya terdengar sangat parau dan memalukan. Belum lagi adisi desahan yang (mestinya) ia tahan mati-matian. Ia benci ini, tapi lubuk hatinya sudah mengakui: pikiran dan tubuh selalu berkonfrontasi ketika mendapat sentuh dan bujuk rayu, terutama dari kekasihnya ― ya, si bangsat yang kini sedang mengecupi tengkuknya sampai memerah. Kemudian menyelipkan jemari di balik kaus putih kebesaran untuk menggelitik dada, gantian mencubit kedua puting yang sudah menegang entah sejak kapan.

Taehyung tahu lelaki yang mendekapnya dari belakang ini sudah hafal titik-titik sensitif di semua bagian tubuhnya, dan sangat, sangat suka menyentuh saat ia masih terlelap, memompa hasrat dan mendorongnya untuk meminta lebih seusai bangun. Mengantarkan ciuman-ciuman manis pada pergumulan di atas ranjang. Padahal mereka baru saja diskusi, perihal waktu yang tepat untuk saling mengisi kekosongan raga ― karena Taehyung tidak mau mereka berdua sama-sama kelelahan karena bermain tanpa menimbang-nimbang situasi, sedangkan esoknya masih ada setumpuk pekerjaan yang menunggu di kantor. Taehyung jelas tidak akan meminta izin pulang setengah hari karena alasan konyol seperti 'punggung sakit' atau 'susah jalan'. Satu divisi bakal menghakimi dan mengejeknya habis-habisan. Kekasihnya sendiri memiliki tanggung jawab besar di agensi, jadi ia mengiyakan dengan mudah dan berusaha memegang komitmen. Hanya saja, Taehyung benar-benar tak menyangka ia bakal langsung diserang begitu akhir minggu tiba. Saat matahari belum terbit pula.

"Hmm. Sayang, aku sudah bermain sendiri sejak sepuluh menit lalu." Taehyung mendengar kekasihnya berbisik tepat di belakang telinga, sambil tetap menyusuri dada dengan jemarinya ― dari atas ke bawah. Taehyung tak perlu mencari-cari arti di balik kata bermain, karena sekali bergerak dari posisi awal, ia langsung menyadari ada yang menyelinap di balik celana dalamnya yang sudah bergeser tidak karuan. Juga merasakan bekas-bekas pekat yang menyebar di pahanya. Ia paham. Karena itu, ia spontan bilang pada kekasihnya untuk menjauh. bukan karena tidak nyaman; dalam hati justru ia kesal karena Yoongi lagi-lagi mencuri start, tidak menunggunya sampai sadar dan ikut menjalani prosesi dari awal sampai akhir. Bukankah kalau yang bersangkutan membangunkannya lebih dulu, lantas mengajaknya bersetubuh ― akan membuat segalanya jauh lebih nikmat?

Yoongi mestinya hafal kalau Taehyung haus dengan prelude dan ministrasi. Manusia satu itu memang kadang susah ditebak, menyembunyikan kecenderungan mesum di balik muka bosan dan sikap sok-sok tidak peduli. Taehyung sampai membuat catatan batin: bila suatu saat Yoongi kumat dengan rencana-rencana anehnya, ia bakal mengancam tidak mau diajak tidur bersama selama sebulan (sambil mengeliminasi semua video dewasa di memori komputer, yang ia tahu pasti diperbarui oleh kekasihnya secara berkala).

"Hyung curang," geram Taehyung, dengan bibir tertekuk dan keringat bercucuran di dahi. Ia ingin berbalik dan menjitak Yoongi, tapi seperti ada rantai tak tampak yang menahan area bawah untuk bergerak. Kedua kakinya terasa lemas, bahkan merekatkan antar lutut saja susah. Mungkin ini yang disebut terjerat mantra; bukannya menjauh, tubuhnya malah semakin rapat dengan Yoongi seiring waktu.

Sementara Yoongi? ia masih sibuk menandai permukaan yang bisa dijangkau, membiarkan bagian tubuh tertentu saling bergesekan. Jelas bibir liangnya dalam zona bahaya, apalagi lumuran pelumas masih sangat, sangat terasa ― jejak-jejak beceknya terdengar sampai telinga. Sepertinya mereka bakal menghabiskan satu botol lagi, padahal segelnya baru dibuka kapan hari. Dalam hati Taehyung mengumpat; Min Yoongi pelit uang buat jalan-jalan, tapi boros buat hal-hal begini.

"Curang?" Yoongi menaikkan alis dengan sugestif, kemudian tertawa kecil. "Jelaskan pada hyung apa yang kamu lakukan di kamar mandi semalam. Sengaja membuatku terangsang itu juga curang, Tae."

Satu, dua; muka Taehyung pun sukses dibuat merah padam. Tentu saja Yoongi bakal memergoki, ya ampun, mereka ini tinggal seatap, bukan lagi hidup di dua blok berbeda. Tapi serius, ia tidak punya niat apapun selain melepas lelah setelah seharian pusing disodori banyak proyek baru dengan deadline ketat. Ia bisa saja membangunkan Yoongi yang tertidur di sofa bersama setumpuk buku dan bilang terang-terangan kalau sedang haus kasih sayang, tapi gejolak batinnya terhalang 50% tidak tega dan 50% gengsi. Walhasil, ia pun memutuskan untuk memanjakan diri sendiri.

"Kenapa? tidak sadar lenguhan pasrahmu terdengar sampai ruang depan?"

Sungguh pertanyaan retoris, Taehyung tidak mau menanggapi atau Yoongi akan menggodanya lebih jauh lagi; membeberkan detil kenakalan yang ia lakukan semalam, memutar ulang caranya meneriakkan 'Yoongi' dan 'Hyung' seperti kaset rusak. Kemudian pada satu titik juga akan mengungkit hal semacam, 'Kapan kamu bisa seberisik itu saat melakukannya denganku?' sambil mengerucutkan bibir. Mana sanggup Taehyung menjelaskan alasan di balik kebiasaan-kebiasaan itu, siapapun akan sulit berpikir jernih saat raganya sedang terkoyak. Tubuh seringkali merespon lebih cepat, atau malah berkontradiksi dengan apa yang ada dalam benak.

(Termasuk saat ini, ia jelas ingin Yoongi cepat-cepat masuk pada bagian inti, tapi malah terjebak ajakan basa-basi.)

"Hnggh, bersyukurlah aku tidak memanggil-manggil nama lelaki lain."

(Ya ampun, ia malah balik memprovokasi.)

"Nakal sekali." Desis Yoongi, sempat saja menampar pantat sintalnya sampai merekah, diikuti dengan cengkeraman kuat di bagian pinggul. Taehyung tidak sepolos itu untuk melewatkan kesempatan; tangan yang sedari tadi berkutat di sekitar bantalan kini mundur teratur, meraih ban pinggang celana dalam dan menariknya ke bawah hingga terlepas dari tubuh. Dengan hati-hati ia juga melebarkan jarak antar paha, mengangkat salah satu kaki dan menempatkannya di atas guling yang terbaring di samping.

Tak berhenti sampai di situ, Taehyung kembali mengarahkan tangannya ― kali ini menuju pangkal paha, semata-mata untuk memberikan ruang yang lebih leluasa. Sesering apapun ia membiarkan Yoongi menjajah, tetap butuh persiapan teknis dan suasana rileks agar liangnya mampu mendekap hangat, tanpa terasa perih saat berhadapan dengan kemaluan yang mengeras. Ia yakin saat ini Yoongi sedang memperhatikan gerak-geriknya, menunggu sampai ia selesai menetapkan posisi. Begitu Taehyung mendorong pinggangnya ke belakang, barulah ia merasa liangnya tak lagi renggang. Yoongi menenggelamkan miliknya dengan mudah, perlahan-lahan, hingga menghilang dari pandangan.

"S-sadar kalau kamu," Yoongi sekuat tenaga menahan desah, tapi terus menciumi ceruk leher dan menyisakan gigitan di tepi, "sudah sangat longgar?"

Taehyung tidak bersuara, sedikit kecewa karena tidak bisa merasakan permainan jemari dalam keadaan sadar (Ya, ia 99% yakin Yoongi sudah membukanya di menit-menit sebelum terjaga. Oh. Bahkan ia sudah membuka dirinya sendiri semalam). Namun ia tetap menanggapi Yoongi dengan anggukan singkat, sembari mengikuti tempo yang telah diatur oleh intuisi. Dindingnya melepas dan mengapit secara beriringan, menyambut kelembutan yang ditransfer Yoongi dengan mata terpejam.

Tiap sentuh dan bisikan sayang dari Yoongi mengingatkan Taehyung bahwa di balik rencana-rencana mesum tanpa permisi, kekasihnya adalah lelaki paling perhatian ― jauh dari asumsi kebanyakan orang. Teman-teman dekatnya selalu khawatir Taehyung akan disakiti oleh Yoongi, hanya karena tampang default dan tutur katanya yang ceplas-ceplos di hadapan publik. Padahal selama dua tahun mereka menjalin hubungan, Yoongi tidak berhenti memperlakukannya seperti seorang raja. Memuja dan menghujaninya dengan simbol cinta yang berbeda tiap harinya.

"Hyungie,"

"Ya, Sayang?"

"… Cium."

Tanpa perlu dijelaskan panjang lebar, Yoongi memenuhi keinginan Taehyung. Salah satu dari sekian banyak hal yang membuat taehyung jatuh hati. Awalnya kepribadian mereka nampak tidak kompatibel, tapi setelah mengenal jebih jauh, menjalin hubungan hingga hidup bersama seperti sekarang, Taehyung menyadari mereka mudah untuk saling mengerti (bukan hanya karena mereka lahir dan besar di wilayah yang sama). Dalam beberapa detik, Yoongi mengubah posisi mereka; kini Taehyung terbaring dengan kaki terbuka, sementara Yoongi berada di atas untuk menangkap bibir dan mengelus pipinya perlahan. Jantung Taehyung berdegup lebih kencang tiap mereka berciuman di atas ranjang, juga ketika Yoongi mencari-cari tangan dan menggenggamnya erat. Semua itu mengingatkannya pada momen mereka bercinta untuk pertama kalinya. Begitu naif dan terburu-buru, tapi baru saat itu Taehyung paham bagaimana rasanya diinginkan begitu kuat oleh seseorang.

Raga mereka terpisah sejenak, tapi seusai memberinya ciuman panjang, Yoongi menarik bantal terdekat dan menyisipkannya di balik punggung Taehyung. Memberi kebebasan baginya lagi untuk mengatur posisi.

"Kalau sudah begini ... aku jadi ingin dua ronde." Gumam Yoongi, "atau tiga, ditambah blowjob."

Beruntung kini mereka saling berhadapan, tidak saling membelakangi. Jadi Taehyung bisa menjitak keras dan mencubit lengan Yoongi sampai yang bersangkutan mengaduh kesakitan. Tak lupa membisikkan "Dasar liar," tepat di telinga ― walau setelah itu, ia melingkarkan kedua lengannya pada leher Yoongi ― menjatuhkan mereka kembali pada sesi saling cium dan mengeksplorasi permukaan. Tanpa harus memanjakan milik Yoongi dan mengarahkannya lebih dahulu, liangnya kini tak lagi terjebak kehampaan. Sambil menggigit bibir, ia merasakan bagaimana Yoongi perlahan membenamkan diri; memberikannya dorongan-dorongan ringan, meregangkan dinding dengan satuan padat yang selalu berhasil membuatnya lupa cara bernapas. Di hari-hari biasa Taehyung mudah sekali melempar ejekan semacam 'Ha! Tinggi Yoongi-hyung tuh sudah tersedot habis, dialihkan untuk ukuran penisnya' sambil tertawa tanpa rasa berdosa, namun di saat seperti ini, ia harus mengakui punya kecenderungan size queen juga. Punya kekasih lebih pendek? No problem, yang penting ia lebih besar (hatinya).

Taehyung tidak suka menyuruh Yoongi melakukan ini itu. Ia bukan tipe penuntut saat seks, mungkin ini yang membuat Yoongi merasa ia kurang 'berisik'. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, ia sering gagal menahan desahan dan mengomel saat Yoongi sengaja memperlama proses; menyiksa Taehyung dengan foreplay tiada ujung, dorongan-dorongan ringan, atau memegang erat pergelangan Taehyung sehingga ia tidak bisa menyentuh miliknya sendiri. seperti sekarang. Ia berkali-kali menggumamkan, "Hyungie, lagi," tapi Yoongi malah membalasnya dengan seringai menyebalkan. Apa lelaki ini mencoba mengeluarkan sisi bandel Taehyung? Membuatnya bertingkah seperti remaja yang mengingkari hasrat, meneriakkan hal-hal memalukan seperti 'Cuma segini saja kemampuanmu? Cih, bahkan seperangkat mainan yang kau belikan itu lebih bisa memuaskanku!' ― Ya ampun. Ia sudah bersyukur bisa menjadi kekasih yoongi dan bercinta secara berkala, tidak perlu berpura-pura jadi anak bandel segala.

"Hyung, aku―"

Memutus kalimatnya di tengah jalan, Taehyung memilih untuk mengalihkan muka, berhenti melakukan kontak mata dengan Yoongi dan menghela napas panjang. Namun pada detik itu juga, Yoongi seperti mendengar teriakan batinnya. ia mulai mengelus area di balik paha, kemudian berhenti di belakang lutut ― mengangkatnya sedikit, menahannya dengan kekuatan lengan. Posisi mereka saat ini menyadarkan Taehyung: dorongan yang ia dapatkan semakin menghujam. Apalagi ketika Yoongi bergerak maju, merendahkan tubuh untuk menyapa permukaan di hadapan. Tentu saja ia akan menarik kaus putih yang masih ia kenakan, menggantungkan lipatannya tepat di atas dada sambil mengulum putingnya secara bergantian, memberi gigitan-gigitan kecil sebelum mengisapnya sampai basah. Taehyung ingin menangis, sesungguhnya yang ia harapkan hanya dorongan, bukan rangsangan yang berlebih-lebih. Tapi kalau sudah begini, ia bisa apa?

"Tae, katakan keinginanmu pada hyung." Ujar Yoongi tiba-tiba, menghentikan permainannya sejenak. Menatap lekat-lekat matanya, tak lupa menyibakkan rambut yang tanpa disadari sudah jatuh memenuhi dahi. Taehyung tidak tahu bagaimana harus menjawab, gelengan lemahnya mengisyaratkan bahwa ia siap dengan apapun dan memasrahkan semua pada refleks tubuh. Sayangnya, selama Taehyung menolak untuk bicara, Yoongi terus memberikan sugesti, atau lebih tepatnya, bermonolog tepat di depan telinganya. Bagian terburuknya adalah, suaranya turun beberapa oktaf ― menjadikannya terdengar lebih berat dan menggetarkan. Ditambah dengan pilihan kata yang semakin lama semakin kotor,

"Tae ... Sayang, kau ingin hyung lebih cepat?"

"Ingin milik hyung yang besar memenuhi liang sempitmu?"

"Atau ... ingin hyung gagahi sampai tidak bisa jalan? sampai kau bisa merasakannya tiga hari ke depan?"

Taehyung memukul dada bidang Yoongi berkali-kali dengan kesal, tapi memang itu yang ia rasakan. Yoongi hanya menerjemahkan suara hatinya, seperti biasa. Tentang ia yang sewaktu-sewaktu butuh perlakuan kasar dengan persetujuan, ingin dimakan habis, ingin dibuat porak poranda sampai babak puncak, ingin terpuaskan tanpa harus menyentuh miliknya sendiri.

Satu-satunya respons yang akhirnya didengar kedua pihak adalah, "Hnn. Hyungie, terlalu lembut akan menyiksaku." meski diucapkan dengan suara bergetar dan mata tertutup rapat. Tapi cukup membuat Yoongi terkekeh tanpa beban, mengapresiasinya dengan kecupan di ujung bibir.

"As you wish, Baby."

.

.

Pagi itu Yoongi mendapat tiga kali orgasme dalam tiga ronde, tepat seperti yang ia rencanakan. Taehyung tidak akan protes, karena ia juga mendapatkan benefit yang sama. Hm.

.

end

.


originally posted on ao3. my dear friend suggested a prompt and this fic is sort of gift for her, i suppose.

m'sorry. i suck at writing orgasm scene so let it be :(