Bruk!
"Ma-Ma-..."
Gadis remaja yang tak sengaja menabrak orang yang memakai jubah di hadapannya ini terdiam tatkala melihat sesuatu di balik tudung hitam tersebut. Pupil matanya mengecil tatkala perasaan takut mulai hinggap saat tahu siapa yang berada di balik tudung hitam itu. Namun orang itu malah dengan santai mengambil tas kecil milik si gadis yang tadi sempat terjatuh karena bertubrukan dengannya. Tanpa berkata apapun ia menyodorkan tas kecil itu pada pemiliknya meski tak ditanggapi karena masih ketakutan.
"Naomi!"
Mendengar seseorang yang memanggil namanya membuat gadis itu beralih pada seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya. Bukan hanya gadis itu saja yang merespon namun orang berjubah itu pun dengan terburu-buru menarik lengan si gadis dan memberikan tas sebelum meninggalkannya begitu saja tanpa berkata apapun. Dan tak berapa lama setelah sosok berjubah itu menjauh orang yang berteriak memanggil gadis itu pun berlari mendekat kearahnya.
"Kau baik-baik saja, Naomi? Wajahmu terlihat pucat."
"Ne-Neko."
"Neko?"
Gadis bernama Naomi itu berbalik menatap punggung orang berjubah yang telah berjalan cukup jauh itu. "Ku-Kuro Neko." Gumamnya.
Mendengar sebuah julukan, teman gadis itu pun ikut mengalihkan pandangannya pada orang berjubah tersebut. "Lebih baik kita pergi dari sini sekarang."
"Ha-Ha'i."
~Under The Moon~
Kretek... Kretek...
Suara kayu yang termakan oleh api membuat suasana sunyi di dalam hutan terkesan sedikit ramai dengan diiringi orkestra serangga malam. Dalam diam sosok berjubah hitam yang menjadi pemilik api unggun tersebut mulai menyiapkan makan malamnya kali ini meski hanya dengan beberapa ikan air tawar yang berhasil ia tangkap sore tadi. Rasanya ini lebih dari cukup jika mengingat, bahwa ia bukanlah seorang juru masak maka dari itu hanya dengan beberapa batang kayu dan sedikit garam akan menjadi hidangan istimewa baginya.
Ia menengadah menatap bulan yang telah kehilangan separuh cahayanya dan bergulir pada tebing tinggi tak jauh dari tempatnya bermalam. Ia memang sengaja memilih spot yang berada di bawah tebing tapi, bukan berarti berada di bawah tebing adalah pilihan tepat untuk bermalam. Ada alasan berada disana salah satunya takkan ada yang akan mendekat ataupun menjelajah di tempat rawan longsor jadi, inilah tempat yang tepat orang sepertinya. Sangat cocok.
Tunggu! Sepertinya kali ini salah.
Ya, dia benar-benar salah kali ini. Ia berpikir demikian karena matanya menatap sosok yang sepertinya tengah berlari di tepi tebing. Tak hanya satu! Kali ini ia menatap gerombolan pria yang mengejarnya dengan membawa pedang. Budak? tapi melihat pakaian yang tersembunyi di balik jubah gadis itu sama sekali tak mencerminkan seorang budak. Dan sekarang... Tunggu! ada sesuatu yang membuatnya tau akan status gadis itu. Dia bukanlah budak! Ia yakin hal itu karena tak ada budak yang di perbolehkan menggunakan sihir dan gadis itu menggunakannya.
Sungguh! ia benar-benar melihat ketika gadis itu tersudut dengan anjing-anjing liar di depannya. Tepat waktu dirinya melihat sebuah lingkaran sihir berwarna hijau terbentuk dengan cepat di udara sesaat sebelum gadis itu melompat ke arah jurang. Seharusnya gaya gravitasi mengikatnya sehingga ia akan terjatuh kebawah yang bisa membuatnya meninggal akibat benturan cukup keras, namun dengan adanya lingkaran sihir tersebut ia terhempas cukup jauh seakan angin menghempasnya dengan kuat yang bahkan dirinya perkirakan akan sampai di tempat ia berke-
Bruk!
-mah.
Maaf, sepertinya author kurang cepat menjelaskannya.
Beruntung kali ini ia cukup sigap tatkala gadis itu telah beberapa meter di atasnya hingga membuat dirinya dapat menangkap dengan tepat. Tak hanya itu, hembusan angin saat gadis yang tidak di ketahui asalnya ini membuat tudungnya terhempas kebelakang sehingga membuat apa yang ada di baliknya terlihat. Perlahan kelopak mata gadis yang baru di ketahui berwarna sakura itu terbuka menampilkan warna giok yang indah. Sepasang batu giok itu dengan perlahan meneliti apa yang menjadi tempat pendaratannya sebelum menengadah keatas.
Hitam
Satu deskripsi sempurna saat sebelum menyadari benar apa yang menjadi penolongnya hingga ia melihat jelas. Bola mata hitam yang begitu dingin, bulu hitam legam yang membiaskan cahaya, moncong dan kumis yang terkesan tak asing, dan juga telinga kucing. Telinga kucing?
"Kuro Neko."
To Be Continue
Maaf, beribu maaf! Karna saya belum bisa melanjutkan crita saya! dan saya juga malah bikin crita ini! Dan terakhir saya minta maaf bagi orang yang sadar siapa si "Kuro Neko" ini. Jangan serbu saya!!!
Dan saya ga bisa banyak berkata apa pun untuk kali ini.. Saya cuma bisa bilang!!! Jangan lupa Kritik, sarannya. Trima kasih.
Salam hangat,
Go Minami Asuka Bi
