(0 months)

"Oh God, no."

John Watson merasa panas.

Nggak, bukan rasa panas biasa kayak panas kena matahari, panas kena minyak goreng, atau panas karena catokan rambut- oke itu nyeleneh. Balik ke narasi yang masuk akal.

John Watson merasa panas, panas dari dalam tubuhnya. Butiran keringat terbentuk di keningnya. Dia sampai harus menyeimbangkan dirinya ke dinding, helaan nafas berat lepas dari mulutnya.

Dia tahu rasa panas macam apa ini. Bahkan dia tahu betul sensasi panas yang dia rasakan saat ini, merupakan gejala awal dari...

"Heat!" Sahutnya mendadak. John menurunkan dirinya ke lantai, sebelah tangannya melingkar diperut bagian bawahnya, merasakan rasa panas yang eksplosif disana... "Goddammit, ke-ke-kenapa...ah-ah, menda-dadak?" Suaranya terbata-bata karena air liur menggenang di mulutnya.

Yuuuup.

Heat. Yup, sebuah siklus yang akan dialami oleh seorang Omega beberapa kali di dalam hidupnya. Siklus di mana hormon seorang Omega akan berubah, keinginan untuk kawin dengan pasangannya timbul bagaikan ombak lautan yang menyerang pesisir pantai.

Rasanya seperti ditabrak kemudian dilumat menjadi tanah liat.

"Ugghghhh-" John berusaha untuk mengangkat kakinya, mencoba untuk berjalan masuk kedalam kamarnya. Dia harus segera mengunci dirinya, kalau tidak aroma yang dia keluarkan akan menarik perhatian.

Tentu John tidak mau kalau ada seorang Alpha maupun Beta asing menemukannya dalam keadaan begini, bisa habis dia yang ada.

Dengan usaha berat, John sukses menggapai pintu kamarnya dan mendorong dirinya sendiri masuk kedalam. Tak lupa dia menguncinya, tangannya gemetaran hebat saat memegang kunci.

"Aaaa-ahh, fuck."

Usai mengunci pintu, John roboh ke lantai. Dia menggeliat sebentar, kedua tangannya meraih celana jeans yang dia kenakan, telapak tangannya memegang selangkangan celananya dan menemukan celananya basah karena cairan lubrikasi yang keluar secara otomatis darinya.

John mati-matian menahan tangannya buat masuk ke celana dalamnya dan mulai menstimulasi dirinya sendiri, meskipun dia tahu hal itu tak akan memuaskan hasrat hewani bergetar di dalam tubuhnya.

"Sherrrr-Sherrrlock, Sherlooccck."

Ah, iya, Sherlock. Pasangan Alpha-nya. Where the fuck is he?

Memikirkan tentang Sherlock membuat John semakin basah. Good God, dia sangat ingin disentuh dan dimasuki oleh Sherlock sekarang ini; dia tidak perduli kenapa Heat-nya datang lebih awal, yang pasti saat ini dia ingin digagahi sampai kedua kakinya mati rasa, dan tak bisa dipakai berjalan keesokan harinya.

Rasa panas yang berkembang ditubuh John semakin menjadi-jadi, rasanya dia kepengen banget menggosokan badannya keseluruh barang di 221B- demi menghilangkan rasa gatal buat disentuh ini-

BRAK!

Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka paksa. Kunci gembok yang terpasang sampai lepas terbang ke mana gak tau.

John menatap horror sosok orang yang baru saja menendang pintu kamarnya secara brutal tersebut, bukan karena dia takut kalau itu adalah orang asing yang terpancing dengan aromanya; tetapi dia lebih takut karena orang itu adalah...

"John,"

Sherlock motherfucking Holmes.

Daaaan tidak, bukan sosok Sherlock yang membuatnya takut. Tapi lebih kepada ekspresi muka Sherlock yang menatapnya gelap, wajahnya penuh kenafsuan.

"Seharusnya kamu tidak mengalami ini untuk 3 minggu kedepan." Sherlock berdiri membatu di pigura pintu, seluruh tubuhnya gemetaran dikarenakan aroma milik John yang baginya tercium nikmat bagai calon bunga baru bermekaran di musim semi.

John mengeluarkan tawa miris, melihat Sherlock ditengah kondisinya ini bagaikan melihat oasis ditengah-tengah gurun... John sangat menginginkan Sherlock dan ehm, salah satu anggota tubuhnya setengah mati.

Sherlock yang sudah dibutakan dengan aroma milik pasangannya menyeringai dan dengan tangan gemetaran membuka seluruh pakaiannya. Dia menarik syal birunya, melepas jaketnya, membuka jas hitamnya, dan...

"Tidak! Stop!" John meneriakinya pas Sherlock mau menarik...atau lebih tepatnya merobek kemeja warna ungu kesayangannya. "Ti-tinggalkan itu. Teta-tetap Pa-pakai itu." Pintanya.

Seringai Sherlock semakin melebar. "Oh John, kamu dan fetish-mu." Dia mencemoohnya.

John sudah tak perduli lagi sama omongan Sherlock. Terserah dia mau ngomong apa, asalkan si Alpha bego itu langsung mengagahinya atau apalah.

Sherlock yang tak jadi melepas kemeja kesukaannya itu langsung meraih tubuh John di lantai. Menciumi setiap inchi tubuhnya tanpa terkecuali.

"Mmm-Mm-Sher- ak-" John mencoba untuk berbicara ditengah-tengah ciuman mereka, dia membiarkan tangan Sherlock merayap masuk kedalam jumpernya dan menariknya hingga batas dada.

"Hush- John," Sherlock menarik mulutnya dari John. Ada juntaian benang air liur tertarik dari mulut mereka berdua. "J-jangan pikirkan apapun- biar-biarkan aku-" dia pun bergerak maju untuk...

Well, hello!

Air liur John menetes dari pinggir bibirnya, saat dia merasakan sesuatu yang tak asing lagi menyentuh selangkangan pahanya. Keras dan tumpul-

Sherlock melepaskan tawa kecil, "K-Kamu sudah siap untukku, Watson?" Matanya tak lagi terlihat manusia, digantikan dengan insting hewan untuk bersatu dengan pasangannya.

"Christ," John merinding pas cairan lubrikasinya keluar semakin banyak hanya karena mendengar suara Sherlock. Terkutuklah Alpha itu. "A-apakah kamu perlu bertanya s-seperti itu?"

Izin sudah di dapat, maka tinggal Sherlock bergerak melaksanakannya. Dia hanya membutuhkan izin John, setelah itu semuanya terserah pada dirinya. Terserah pada insting Alpha-nya.

Kedua tangan Sherlock mencengkram kedua kaki John, dan menarik paksa celana jeans sang mantan tentara. John hampir saja ikut tertarik jika dia tidak menanamkan telapak tangannya ke lantai.

Sherlock lalu melihat pemandangan yang ditawarkan didepan mukanya;

John Watson, pasangan Omeganya, tergeletak di atas lantai dengan jumper terangkat ke dada dan hanya memakai celanda dalam berwarna merah yang sudah basah seluruhnya karena cairan lubrikasi. Bahkan ada cairan menggenang dibawah kakinya, membuat sebuah kubangan kecil. Memperjelas betapa inginnya dia untuk disentuh.

"John, ka-kamu terlihat sangat... God." Sherlock kini bekerja untuk membuka gasper celana bahannya yang sudah tersa sangat sempit dari tadi.

John menyeringai sendiri. Dia tak perduli lagi soal Heat-nya yang datang mendadak ini, itu bisa dipikirkan nanti. Yang penting sekarang...

"Shhh-Sherlock."

John dengan malu-malu menaikan dan melebarkan kakinya, memperlihatkan keseluruhan badannya kepada Sherlock; sebagai bukti kalau dia menyerahkan seluruh tubuhnya bagi Sherlock.

Seringai Sherlock merekah bagaikan lampu di hari natal, dia seperti anak kecil yang baru mendapatkan perjalanan gratis ke toko permen.

"Well," Sherlock menjilat bibirnya, "Kamu sebaiknya-menelepon klinik dan menga-takan kau tidak akan masuk... Selama dua-tidak, tiga hari."

"Tiga hari? Aku rasa tidak-tidak akan selama itu-" komentar John, membuat Sherlock memberinya wajah serius.

John langsung menyesali komentarnya itu karena ujung-ujungnya dia tidak masuk bekerja selama satu minggu penuh, karena Sherlock membuat seluruh tubuhnya mati rasa dan rahimnya penuh dengan sperma.

Tapi John seperti biasanya tidak bisa lama-lama marah dengan Sherlock. karena usai semua itu, Sherlock menjaganya dengan baik. Dia tak meninggalkan dirinya sendirian di apartemen selama aroma mereka masih bercampur jadi satu dan bau lubrikasi dan sperma menggenang di udara.

Alhasil mereka pun melakukan apa yang biasa pasangan Alpha-Omega lain lakukan setelah masa Heat telah lewat,

Yaitu tidur nyenyak di dalam pelukan pasangan masing-masing.

...Daaaaaan mungkin bisa lanjut untuk... Yah, you know.