Hai semuanya~
Ini cerita bahasa Indonesia pertama yg aku publish di FF ^0^
Mengenai judul, sebenarnya aku paling tidak bisa memberi judul cerita2ku, jadi ini cuma judul sementara. Juga mengenai sebutan Mr,Mrs, dan Madame yang kugunakan disini mohon dimaklumi. Aku tidak terbiasa menggunakan kata2 seperti bibi, paman, tante,dsb. :p
Enjoy~
Chapter 1
Pagi yang sejuk membuatku malas untuk membuka mata. Hari yang baru tetaplah hari yang sama. Rutinitas ini telah kulakukan bertahun-tahun lamanya dan membuat badanku bergerak dengan sendirinya tanpa harus diperintah. Dengan satu ayunan kaki kanan aku mengubah posisiku hingga posisiku duduk di pinggir tempat tidur. Kulihat jendela kamarku, terbuka lebar. Mungkin angin besar semalam telah membuka kunci jendela yang sudah berkarat. Pantas saja aku merasa dingin yang luar biasa.
Aku berdiri dan menutup jendela. Pagi ini terlalu sejuk untuk sebuah akhir musim panas yang panjang. Mengambil beberapa potong pakaian dari lemari bajuku, aku bergegas menuju kamar mandi dan menutup pintu dan jendelanya erat-erat. Masih banyak yang harus kulakukan sehingga aku tidak punya waktu untuk sakit karena angin yang menyelinap masuk melalui celah-celah.
Setelah selesai mandi dan menata diri, aku menuju dapur dan menyiapkan sarapan. Suasana sepi rumah ini kurasakan tiap hari, seperti hanya aku sendiri yang hidup di dunia ini. Tidak ada suara, tidak ada pergerakan. Semua tetap sama. Pikiranku yang cenderung pesimis sering membuatku gelisah dengan segala kehidupan yang kujalani. Apakah semua berarti? Alasanku hidup saat ini hanyalah untuk tiga orang, Tuhan, aku sendiri, dan orang yang paling kucintai di dunia ini, ayahku.
Aku menaruh mangkuk sereal gandum ke sebuah nampan beserta air putih dan beberapa tablet yang telah kukeluarkan dari tempatnya. Aku berjalan menuju kamar tertutup yang berada tepat disebalah kamarku sambil bersenandung kecil. Dengan hati-hati, aku membuka pintu kamar dan masuk ke dalam. Suasana kamar itu gelap, sama seperti biasanya. Aku menaruh nampan makanan di meja terdekat dan membuka beberapa jendela kecil untuk pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari.
"Selamat pagi,yah" salamku sambil tersenyum kepada seorang laki-laki separuh baya yang terbaring di double bed yang terletak di tengah ruangan. Kamar itu tidak terlalu besar, tapi itu merupakan kamar terbesar yang ada di rumah ini. Disamping kasur ada meja kecil tempat aku menaruh nampan berisi makanan. Disebelah nampan, ada sebuah vas bunga besar peninggalan keluarga ayahku dan satu-satunya harta berharga yang ada dirumah ini. Di vas bunga tersebut, bunga lily calia dan mawar merah berkilauan memantulkan sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan.
Aku mendekati tempat tidur dan duduk di pinggirannya. Kutatap mata ayahku yang sayu dan tanpa warna hidup. Saat aku kecil, aku selalu menangis melihat keadaan ayaku seperti ini. Tapi sekarang aku menyadari hanya akulah harapan hidupnya. Stroke ini telah mengeregoti hidupnya selama 16 tahun dan menghancurkan seluruh hidupnya dan keluarga kami.
Aku tersenyum. Ayahku menatapku dengan penuh arti. Dari tatapannya aku tahu bahwa ia sangat menyayangiku dan betapa berharganya aku di matanya. Disaat ia tidak dapat bergerak dan berbicara lagi, aku tetap tidak meninggalkannya. Aku menggengam tangannya dengan erat.
"Pagi yang cerah, yah. Semoga hari ini kembali menyenangkan" ucapku sambil tetap tersenyum.
Ia hanya menatapku, diam. Tapi aku mengerti.
"Waktunya sarapan" ujarku ceria.
Aku terlalu banyak bersantai pagi ini. Buru-buru aku menyelesaikan semua pekejaan rumahku, membersihkan rumah, memasak makan siang untuk ayahku, lalu mencuci baju. Saat sedang menjemur pakaian di halaman belakang, aku bertemu dengan Mrs. Murrue, tanteku. Dia adalah orang yang paling kupercaya dan keluarga luarku satu-satunya. Dia bersedia untuk mengurusi ayahku disaat aku kerja. Karena aku tidak punya waktu lagi untuk ke rumahnya, lebih baik kusapa dia sekarang.
"Pagi, Mrs. Murrue" sapaku cepat dengan tangan masih sibuk mengantung baju.
Mrs. Murrue, tersenyum lebar. Ia adalah seorang wanita umur 40-an dengan rambut coklat bergelombang. Mukanya tegas dan keras tapi ia mempunyai sisi feminism yang kental. Suaminya, Mr. Mwu membuka toko peralatan komputer di sebuah pusat perbelanjaan elektronik murah. Mereka sudah menikah selama 15 tahun dan masih belum dikaruniai anak.
"Kesiangan sayangku?" tanyanya sambil tertawa kecil.
Aku hanya nyengir, dia mengetahui lebih banyak tentang diriku
"Bolehkah aku meminta tolong disini? Sepertinya setelah ini aku harus mengayuh sepedaku dengan kencang" kataku dengan muka sedikit bersalah.
"Tentu saja, Cagalli" jawabnya, "Hati-hati di jalan"
Aku mengangguk, " terima kasih madame"
Aku langsung berlari menuju kamarku, menyisir rambut semi-long ku yang berantakan dan mengambil tas sambil memastikan barang-barang yang aku perlukan ada di sana. Setelah semuanya siap, aku menuju kamar ayahku, mencium keningnya dan mengucapkan sampai jumpa. Aku mempercayakan ayahku kepada Mrs. Murrue. Setiap beberapa jam sekali, Mrs. Murrue akan mengunjungi ayahku dan melihat keadaannya. Pada saat makan siang, dia akan memanaskan makanan yang telah aku masak sebelumnya, menghidangkannya beserta obat yang juga telah kusiapkan.
Aku mengambil sepedaku yang dirantai di dekat pagar rumah. Sepeda tua ini kubeli dari anak tetangga yang mau menjualnya dengan harga yang sangat murah. Tidak cukup memberikan kebaikannya, Miguel—anak yang terlalu baik hati itu, mengecat ulang sepeda tua ini dengan warna orange cerah dan membuat sepeda ini sangat mencolok. Tapi paling tidak, cat ini membantu menghilangkan karat yang hampir ada di semua bagian komponen.
Seperti kataku tadi,aku harus mengayuh sepedaku dengan kencang. Di jalan, aku bertemu dengan mobil-mobil yang kukenal, berjalan ke arah yang sama denganku. Tinggal satu belokan lagi, aku sampai ke tempat kerjaku. Tidak seperti mobil-mobil mewah yang berhenti di depan gerbang besar, aku masuk lewat pintu belakang. Memarkirkan dan mengembok sepedaku dengan cepat. Aku masuk dan menutup pintu dengan suara yang cukup keras. Ruang loker yang kumasuki kosong karena semuanya menyambut anak-anak yang datang. Aku menaruh tas dan menanggalkan jaketku, lalu meninggalkannya di loker.
Apapun usaha yang kulakukan, aku pasti sudah ketahuan oleh Mrs. Natarle, ketua asosiasi guru disini. Kuputuskan untuk menyambut anak-anak tak berdosa ini di depan kelasku, lebih baik disana karena aku sedang malas untuk ngobrol dengan para orangtua murid. Aku menemukan seorang anak duduk di pojokan saat membuka pintu kelas. Rambutnya berantakan—entah itu model rambut terbaru atau bukan—dan berwarna biru tua. Ia sedang asyik bermain Nintendo DS dan sepertinya tidak menyadari keberadaanku.
"Selamat pagi, Alex" sapaku sambil duduk di kursi mini disebelahnya.
Ia berhenti bermain lalu mengangkat kepalanya untuk melihatku," Pagi Miss Cagalli" kemudian ia bermain lagi.
Aku tersenyum, ia lucu sekali, "Apa kamu sudah sarapan, Alex?"
Jawabannya mengejutkanku, ia menggelengkan kepala.
"Kenapa?" tanyaku lagi
"Mama kerja, katanya ada rapat" jawabnya.
Alex Zala hanyalah seorang anak kecil yang baru berumur 5 tahun. Ia adalah anak ketiga dari pasangan suami istri Patrict dan Lenore Zala, pemilik Zala Corp, perusahaan software computer paling terkenal abad ini. Pasangan suami istri ini menduduki peringkat pertama orang paling kaya didunia dengan total kekayaannya 1 tahun tidak mungkin kukumpulkan meskipun hidup selama 500 tahun.
Alex merupakan anak yang paling sering diterpa gossip di ruang guru. Perbedaan umur Alex dengan kedua saudaranya sangat jauh. Kakak perempuannya sekarag berumur 26 tahun dan sudah menikah. Aku beberapa kali melihatnya menjemput Alex dan dia adalah orang yang sangat cantik. Semua unsure elegan tertanam di seluruh penampilannya. Mereka seperti ibu-anak ketimbang kakak-adik. Kakak laki-lakinya, kurang dikenal di kalangan guru. Mungkin karena dia sedang studi di luar negeri untuk meneruskan jejak ayahnya.
"Mau kubawakan roti dan susu?" tanyaku lembut. Alex mengingatkanku dengan sosokku terdahulu. Sendiri.
Dia menatapku lagi lalu mengangguk sambil tersenyum. Aku balas senyum sambil beranjak dan berjalan menuju kantin sekolah.
Chapter 1 is done!
Tolong di review yah... supaya aku bisa melanjutkan cerita ini atau tidak. C ya...
