Mungkin, memang karena cinta lah, dunia seakan memiliki warna, diliputi berbagai rasa dan ketidakmungkinan yang tak terduga.
~Jati Diri~
Saat itu musim semi, dimana bunga sedang bermekaran dengan indahnya. Dan tidak hanya kuntum – kuntum bunga saja yang bermekaran, namun ada satu hal lagi. Yaitu cinta. Musim semi adalah musim cinta. Orang lain bisa bilang apa jika kenyataannya banyak kisah cinta yang bermekaran menemani mekarnya bunga – bunga.
Luka merebahkan tubuhnya pelan, matanya memaksa untuk terpejam, namun jiwanya masih terjaga. Rasa lelah mendera perasaannya, namun tekad melunturkan perasaannya. Alih – alih ingin tertidur, dia malah bangkit dari posisinya. Seketika saja dia seperti mengingat sesuatu yang telah dilupakannya. Kesesakan adalah satu – satunya perasaan yang dimilikinya saat ini.
Megurine Luka, 23 tahun. Seorang Janda
Menjadi seorang publik figur merupakan jalan hidup yang mematikan. Sebelum mencoba untuk menapakinya, Kaito memang belum tau seberapa besar resiko yang akan dia terima, namun setelah semuanya dia lalui, akhirnya pria itu pun sadar jika banyak hal yang didunia ini yang memiliki misteri tersendiri. Dan yang dia pahami adalah, hidup yang dia inginkan seakan seperti menjauh meninggalkannya. Kesepian membungkus perasaan terdalamnya.
Shion Kaito, 25 tahun. Seorang Selebriti.
"mau pergi sekarang?" Len membalikkan tubuhnya, mendapati seorang wanita yang sudah berdiri dihadapannya. Tidak jauh dari meja makan yang baru saja dia tinggalkan.
"ya, nanti telat." Balasnya sambil meraih tas yang terletak di atas sofa ruangan itu. tanpa menunggu respon lainnya lagi, pemuda itu melangkahkan kakinya, dia tidak lagi peduli apapun sekarang, yang dia tau hanyalah bagaimana caranya agar dia diakui oleh dunianya.
Kagamine Len, 19 tahun. Seorang Mahasiswa.
Senyumnya megembang, walau airmatanya mengalir cukup deras menyusuri kedua pipinya yang memerah kelam. Kehilangan kepercayaan sudah berhasil menghancurkan perasaannya dulu, dan sekarang jika dihadapkan pada kenyataan untuk kehilangan kepercayaan sekali lagi, membuat perasaannya seakan teriris tak tersisa. Dia mungkin mencoba untuk tersenyum, namun batinnya sudah mulai tenggelam karena kesedihan, dia seakan lupa bagaimana caranya memisahkan airmata dari senyuman.
Hatsune Miku, 20 tahun. Nona Muda.
"kau mau berdiri berapa lama lagi disana?" Yuuma tersadar dari lamunannya. Memandangi orang yang dicintainya telah digenggam oleh tangan lain membuat jantungnya berdetak lemah. Namun secepat mungkin dia mencoba untuk tersadar kealam nyata yang sedang dijalaninya. Mungkin mencoba untuk melupakan satu kepingan kisah cintanya adalah jalan terbaik baginya untuk menyentuh kebahagiaan lain. Dan saat itu juga senyumanpun mengembang di wajah tampannya. Akan ku coba, batinnya melangkah berlalu.
Yuto Yuuma, 24 tahun. Lajang Kesepian.
Terkadang, banyak hal yang sebenarnya sering terjadi. Namun butuh kejadian yang berulang – ulang untuk kita agar menyadarinya.
~Jejak~
Miku menutup laptopnya. Terperangkap didalam kesibukkan adalah kemauannya. Mendapati diri sendiri diselimuti kesedihan memang sudah sering di sesalinya. Jadi untuk mengubah cara pandang orang lain pada sosok malangnya, mau tidak mau Miku berusaha mati – matian untuk menyibukkan dirinya. Bukan sebuah rahasia lagi bagi orang – orang sekitarnya. Dirinya sudah lama dijuluki dengan sebutan menjijikan dewi kemalangan. Kehilangan orang – orang yang dicintai bukanlah kemauannya, namun walaupun kita berusaha melarikan diri dari jeratan takdir, tetap tidak akan bisa merubah apapun. Miku bahkan lebih suka tersenyum getir menertawakan kemalangannya dari pada harus sibuk membumbui diri dengan tetesan air mata.
Sebuah ketukan membuyarkan pemikirannya. Miku membiarkan sang pengetuk memasuki ruangan megah miliknya. Dan disanalah dia merasa ada satu tarikan takdir yang mengajaknya ikut serta-lagi dalam permainannya. Takdir kelam yang tak tergantikan akan terus terjadi berulang – ulang pada kehidupannya. Bukankah begitu?
"lama tidak melihatmu, Miku-chan" suara itu terdengar santai, dengan seringaian senyum yang membuat sipemilik suara terlihat begitu tenang saat itu. mereka sudah duduk saling menatap, tidak ada suara, Miku sengaja membiarkan kesunyian menyelimuti mereka. Dengan begitu dia bisa menikmati ingatan kesedihan yang pernah dia alami dengan orang dihadapannya.
"sama denganku" Miku memaksakan senyum diwajahnya. "lama juga tidak melihatmu menggunakan mata ini, tapi rasanya baru sedetik yang lalu bayangan wajahmu memenuhi ruang kosong kesedihanku" ucapnya tegas tanpa beban.
-][-
Len memenjarakan dirinya didalam sunyinya ruang perpustakaan. Menerima penolakan berulang – ulang kali memang mungkin merupakan takdirnya. Tapi tetap saja pemuda itu tidak ada habisnya untuk memilih kata menyerah sebagai akhir dari perjuangannya. Dia ingat beberapa hari yang lalu, wanita itu membentaknya habis – habisan, setelah apa yang dia lakukan, agar wanita itu percaya dengan segala bentuk kesungguhannya. Namun dia selalu mendapatkan akhir yang sama, dia ditolak hanya karena dia tidak cukup baik untuk dijadikan sebagai seorang pria sejati, mungkin itulah kesimpulan akhir yang Len tarik dari kisahnya, dan dijadikannya sebagai motivasi, agar kelak di kemudian hari dia bisa muncul sebagai orang yang jauh lebih diperhitungkan.
"akhir – akhir ini melihatmu suka mengunjungi perpustakaan membuatku merinding Len" sebuah suara memenuhi ruangan pendengarannya. Tidak berapa lama keluar dari perpustakaan dan berniat melangkah menuju ruang kelasnya, Len sudah dihadiahi sebuah penampakan sosok orang yang dikenalnya. Dan disana dengan senyuman khasnya Leon sudah tersenyum sempurna.
"bukan urusanmu kan?" Len tidak terlalu ingin menggubris segala ucapan yang keluar dari mulut temannya itu, walaupun mereka berteman, tapi rasanya Len tidak terlalu suka jika urusannya dicampuri oleh Leon, apalagi tidak sedikit yang tau seperti apa kebiasaan Leon itu. Dia bahkan hampir menyerupai perempuan, suka bergosip maupun mendengar rumor – rumor tentang orang lain, dan rasa – rasanya kali ini Len tidak mau di jadikan topik pembicaraan seluruh orang satu kampus. Apalagi kehadiran Len memang cukup populer dikalangan gadis – gadis, siapa yang tidak kenal pemuda tampan seperti Len, sipenakluk wanita, playboy kelas kakap yang bahkan jadi incaran cinta semalam gadis – gadis kampus.
"kenapa cuek begitu Len, tidak seperti biasanya" Leon menangkap sisi berbeda dari seorang Len, sisi berbeda yang baru saja membuatnya hampir tercengang. Untuk beberapa terakhir ini memang ada perubahan yang Len alami, mencintai seseorang dengan niat yang sungguh – sungguh memang telah membalikkan jalan hidupnya.
-][-
"Kaito Shion?" Miku meletakkan beberapa lembar kertas yang sedari tadi ditelitinya. Ada beberapa laporan tentang Kaito Shion disana. "ya, mungkin dia bisa membantumu juga dalam masalah ini kan?" ucap Gakupo sambil tak henti – hentinya menyisipkan sebuah senyuman untuk gadis cantik itu. Dengan pakaian formal dan rok mini yang menutupi seperempat kulit kakinya, rasanya Miku memang mampu menarik mata pria itu untuk berlama – lama agar menatapinya. "jadi..?" Miku membalas kembali tatapan nakal Gakupo yang sudah disadarinya.
"apa kali ini aku harus mendengarkan sesuatu yang keluar dari mulut manismu, Kamui-san?" tatapan matanya tajam, dan segaris tipis diwajahnya mulai terbentuk.
Kamui Gakupo, pria dua puluh enam tahun dengan personality yang terkenal supel dan ramah. Tidak ada seorang pun yang tidak kagum dengan kerja kerasnya. Dia sudah begitu banyak berperan penting dalam berbagai perusahaan, sebagai konsultan merangkap pengacara, dia cukup bisa dihandalkan dalam urusan pribadi maupun hukum, dan untuk itu, Gakupo sangat senang jika dihandalkan dalam sebuah bentuk kerja sama antar perusahaan. Dan sekarang arti kedatangannya adalah untuk membujuk Miku, salah satu mantan kekasihnya untuk membantunya merekrut seorang aktor dan penyanyi berbakat yang baru terjerembab dalam satu scandal mematikan di dunia hiburan. Dan namanya terancam punah dari deretan artis populer lainnya.
"ayolah Miku-chan, aku tau kau ini akan bersikap profesional, makanya aku datang kepadamu. Aku rasa tidak terlalu buruk untuk membantunya bangkit kembali kan?" Gakupo kembali membujuk. Tidak terlalu buruk memang, tapi juga tidak terlalu baik untuk perkembangan perusahaannya nanti, batin Miku. Apalagi sampai saat ini, masalah scandal yang Kaito alami sepenuhnya tidak ada kejelasan berarti. Artinya nama Shion Kaito masih terlalu tercemar untuk dijadikan sebuah icon dari sebuah produk yang pabrik – pabriknya hasilkan nanti kan? Dan lagi pula setelah mendengar permintaan Gakupo, pria itu ingin agar Kaito di pakai dalam iklan Mobil miliknya. Terlalu berlebihan kan?
"aku tidak bisa memutuskannya sepihak Kamui-san" Miku menyusun lembaran – lembaran itu, dan menyerahkanya kembali pada sang pemiliknya. Seharusnya dari pertama dia tidak memberi ijin bagi pria itu untuk masuk keruangannya, apalagi sampai mendengar permintaan yang berharap di kabulkannya, itu terlalu mustahil.
"baiklah, aku tidak akan memaksamu" Gakupo bangkit dari tempatnya duduk. Setidaknya dia tidak ingin terlalu memaksa gadis itu untuk mengabulkan permintaannya. Karena dia kenal betul siapa gadis yang sedang dihadapinya. "tapi aku tetap harus berterimakasih karena kau mau mendengarkan ku" senyumnya sebelum dia berlalu dari pandangan gadis itu.
Dan Miku hanya sanggup menarik nafasnya berat, membuangnya dengan pasrah bersama segala kekesalan yang menderah batinnya tentang pria itu.
-][-
Ini botol keempat yang berhasil Kaito habiskan hanya dalam beberapa menit. Perasaannya begitu hampa, pikirannya sedang kosong. Malam ini, lagi – lagi dia menghabiskan waktu hanya dengan minuman – minuman beralkohol itu, berusaha melarikan diri dari segala masalah yang sedang dia hadapi. Semua orang sudah tau siapa dia sekarang, di tuduh sebagai otak dari segala pemerasan yang di alami dari salah seorang direktur ternama, dan juga sebagai tersangka tindakan kekerasan yang dilami seorang wanita disalah satu hotel tempatnya pernah menginap. Mungkin hanya dia dan Tuhan yang tau kejadian apa sebenarnya yang terjadi, dia tau semua itu adalah fitnah yang dilimpahkan untuk mengorbankan nama baiknya, tapi tetap saja hanya dia sendiri lah yang mengetahui kebenarannya.
Beberapa pekan lalu, namanya sempat dipajang dalam berbagai tuduhan tak baik di surat kabar, majalah, televisi maupun internet. Diduga melakukan pemerasan, karena dia diduga menerima uang dalam jumlah besar dari seorang direktur, mereka tidak tau jika uang itu adalah upah yang dia terima sebagai calon dari salah satu bintang yang akan mengiklankan produk milik direktur tersebut, dan entah karena alasan apa, namanya ditarik dalam permasalahan dua jenis perusahaan dan tuduhan itu pun menyebar semakin lebar. Dia mengelak untuk mengaku dari segala jenis tuduhan yang dijatuhkan padanya, dan media seakan tuli untuk itu, lalu selang beberapa hari kemudian publik dikejutkan dengan sebuah rekaman yang menampilkan adegan kekerasan, dan alangkah terkejutnya mereka saat tau Shion Kaito lah yang menjadi pemeran utama disana. Pemuda itu menendang perut wanita itu dengan begitu kejam, hingga tubuhnya ambruk jatuh diatas lantai. Meminta penjelasan dari yang bersangkutan, Kaito menyela kebenarannya, dia mengakui itu memang dirinya, tapi dia berani bersumpah jika dia tidak sedang menganiaya, dia hanya ingin menyelamatkan hidupnya sendiri. Dan seakan tak dipedulikan, pembelaan Kaito tidak begitu mampu menarik simpati kembali dari masyarakat untuknya, dia dikucilkan, makian dari segala arah dia terima begitu saja, membawa kejalur hukum atas tuduhan nama baik juga percuma. Kaito hanya merasa ini adalah balasan dari segala efek jalan hidup yang dipilihnya.
"kau menyesalkan?" suara itu tak lagi terdengar jelas baginya, namun Kaito berusaha mengangkat kepalanya, memandang sosok yang kini begitu menyakitkan baginya.
"Lu-luka.." ucapnya dengan nada bergetar, hatinya terasa berkecamuk dengan perasaan bersalah yang tak dapat dibendungnya. Dan tanpa dia tau, ada sebutir airmata yang sudah mengalir dipipinya. "a-aku minta maaf.." sambungnya sambil menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangannya. Suasana malam itu seakan berhasil membawanya kedalam kegelapan, dan tangisnya seakan tak lagi terdengar menyedihkan. Dia memang tidak ingin dikasihani, tapi untuk kali ini dia berharap wanita itu mau memberinya pengampunan. "aku menyesal.." sambungnya penuh ketidakberdayaan.
Luka terdiam sejenak. namun keprihatinan sudah menguasai pikirannya. Melihat pemuda itu begitu rapuh membuatnya harus rela mengenyampingkan keegoisannya kali ini saja. Dan dengan perasaan bergetar, tangannya mulai menjamah pucuk kepala Kaito, dan disana untuk pertama kalinya perasaan Luka mulai tersentuh oleh sesuatu.
"jika hanya menyesal saja pun percuma" Luka mengangkat wajahnya, memaksa agar dirinya tidak ikut terlarut dalam kesesakan yang dia rasakan diruangan itu.
Membiarkan waktu mendahului mereka, didalam ruangan itu Luka dan Kaito sama – sama menerawang kepedihan. Luka ingat bagaimana pedihnya kehidupan saat orang yang dia cintai meninggalkannya. Dia menangis sendirian, memendam kepedihan sendirian, menyesal sendirian dan menyerah sendirian. Dia tidak ingin orang – orang tau seberapa dangkal perasaan yang sudah dia rasakan, rasanya tidak ada lagi tempat untuk meraih kebahagiaan didalam dirinya. Tapi saat mendapati orang lain dengan kepedihan yang sama didepanmu, rasanya Luka mulai menyadari satu hal, dia tidaklah sendirian.
"kembalilah pada keluargamu" Luka masih menatap kegelapan dalam ruangan itu. Dia tidak tau entah sejak kapan dia jadi tidak begitu suka sebuah terang memanjakan matanya. Hanya saja dia menyukai kegelapan yang memungkinkan wajahnya tidak terlihat menyedihkan, sejak dia merasakan kesedihan itu. "hanya mereka tempatmu untuk kembali" sambungnya.
Kaito menolehkan wajahnya, mencoba menemukan sebuah jawaban yang mecoba untuk menyentuh kehidupannya. Namun yang dia temukan hanya sebuah wajah yang begitu kelam, wajah wanita yang dia amat cintai kini berubah menjadi tak berperasaan.
Luka tidak pernah menyalahkan Kaito dalam masalah apapun yang terjadi dalam hidupnya. Baginya, Kaito adalah sosok orang yang begitu berarti baginya, hanya saja ada hal yang membuatnya jadi berubah untuk membenci pemuda itu dalam hidupnya. Namun sebesar apapun rasa benci yang Luka pendam dalam hatinya untuk Kaito, dia masih bisa menyisihkan rasa kepeduliannya untuk pria itu. Jauh didalam hatinya, ada sedikit cinta untuk pemuda itu dulu, tapi rasanya semua perasaan yang dia miliki untuk Kaito saat ini sudah bercampur menjadi satu, menjadi satu hal yang sulit dia artikan.
Tahun lalu, dengan segala kemampuannya Kaito menjadi satu – satunya orang yang harus disalahkan dalam keretakan hubungan rumah tangga Luka dan Toukai, saudara kembar Kaito. Mereka sangat mirip, tidak ada hal fisik yang bisa membedakan keduanya, rambut sama biru, mata sama mempesona dan semua serba sama. Hanya satu yang bisa menjadi pembeda diantara keduanya, yaitu respon cinta yang Luka miliki ke Toukai menjadi satu – satunya yang bisa membedakan mereka. Luka begitu amat mencintai Toukai. Teramat sangat hingga dia merasa jika kematian Toukai telah membawa separuh nyawanya, atau bahkan hampir sepenuhnya.
Siapa yang tidak cemburu melihat gadis yang kau cintai mampu membagikan senyuman yang sama yang dia tunjukkan untukmu dan juga pada orang lain. Toukai tidak bisa menyangkal jika dia, Luka dan Kaito adalah sahabat yang begitu dekat. Tapi rasanya, jika tau Luka juga sama perhatiannya pada Kaito, rasanya api cemburu begitu cepat membakar hati. Walau Toukai sepenuhnya tau jika Luka hanya mencintainya.
Untuk membatasi keduanya, Toukai yang masih terbilang muda itu mengambil resiko besar dalam hidupnya. Dia memutuskan untuk menikahi Luka, dan Luka menerimanya tanpa pikir panjang lagi. Dia suka sifat kedewasaan yang hanya dimiliki Toukai, berbeda dengan Kaito yang menurutnya masih kekanak – kanakan.
Singkatnya pernikahan mereka berlangsung cukup sederhana, namun rasanya pernikahan tak seindah seperti yang Luka bayangkan, memilih untuk menyetujui ajakan pernikahan yang Toukai usulkan membuatnya mengalami perbedaan sikap. Toukai berubah menjadi sosok yang penuh kekangan dan hal yang paling Toukai benci adalah kedekatan antara hubungan Kaito dan Luka istrinya. Minggu kelima pernihakan mereka, Kaito dan Toukai berkelahi hebat, Luka didera perasaan bersalah luar biasa. Kali ini jika memikirkan masalah diantara mereka berdua, Luka merasa jika Toukai lah yang terlalu kekanak-kanakan, dan Kaito harus menyerah untuk membiarkan Toukai memenangkan perselisihan diantara mereka, namun kejadian selanjutnya berbanding menjadi perselisihan tiada akhir hingga detik ini. Detik yang membuat Luka menjadi seorang wanita tanpa perasaan.
"maaf untuk segala masalah yang kulakukan Luka" suara itu merusak ingatan lama Luka, membuyarkan apa yang baru saja terbayang di memori otaknya. "aku tau, kau masih tidak bisa memaafkanku karna kematian Toukai kan?" kalimat itu membuat airmata Luka terjatuh. Mungkin dalam lubuk hatinya, kehadiran Kaito telah mengubah segalanya. Termasuk mengubah cara pandangnya akan pria itu, dan perlahan perasaan itu memang benar – benar telah berubah, rasa cinta akan Toukai tergantikan oleh kehadiran pria itu dalam hidupnya.
"tidak perlu ada seseorang yang harus disalahkan dalam setiap kejadian dihidupku Kaito" ucapnya lirih, tangannya bergerak mencapai pipinya, mengusap airmata yang tak lagi mampu dibendungnya. Dan setelah itu dia tidak lagi tau apa yang Kaito lakukan padanya, bibirnya seakan pasrah saat pria itu mengecupnya, matanya memaksa untuk terpejam, desahan nafsu tak tertahan menguasainya bersamaan dengan segala sentuhan yang Kaito berikan pada setiap inchi kulitnya. Ruangan redup itu seakan menjadi saksi teriakan penuh gairah darinya. Luka tau ini salah, setidaknya masih ada rasa cinta untuk Toukai dihatinya. Namun memandang sejauh mana pengorbanan Kaito untuknya, rasanya Luka telah berubah menjadi wanita yang paling hina di dunia. Tapi apa daya, dia juga membutuhkan teman dalam sepinya. Dan orang itu adalah orang yang kini telah dicintai dan mencintainya.
tbc~
hi~ salam kenal, saya Zoe. suka bikin FF dari tahun 2010. tapi saya tidak pernah punya niatan untuk UP diranah ini.
saya memang tidak terlalu mengenal dunia Vocaloid. tapi rasa - rasanya saya begitu suka dengan cerita - cerita dari Fandom ini, dan dari sana lah saya jadi punya inspirasi cerita dan mulai mengenal setiap gambaran chara di Vocaloid.
dan sebagai seorang Newbie saya rasa saya butuh bantuan dari para senpai untuk membimbing saya ke jalan yang benar.
terimakasih~~
