A-Z for M&W
Cast :: Kim Mingyu, Jeon Wonwoo
Genre :: Romance, Fluffy
Rate :: T
Warning :: Yaoi. BxB. Typo(s). AU!School-life.
Disclaimer :: Cast disini semuanya milik Tuhan YME, orangtuanya, dan diri mereka masing-masing. Yang milik saya cuma ceritanya aja (walaupun pasaran).
Kalau ada kesamaan, itu murni karena ketidaksengajaan. Apabila tidak suka dengan ceritanya, harap tidak usah dibaca dan jangan bash para cast nya ya~
ddideubeogeo17 present
.
.
.
Hana
Dul
Set
Enjoy it~
.
.
.
A – ABSENTMINDED
". . . maka dari itu aku meminta bantuan Jihoo-YAK! KIM MINGYU!"
"E-eh? Ne? Apa sayang?" lelaki yang merasa namanya dipanggil pun tersadar dari lamunannya.
"Cih tidak usah sayang-sayang! Kenapa kau mengacuhkanku sih? Aku kan sedang curhat betapa lelahnya mengurus kegiatan klub di sekolah, tapi kau malah-"
CHUP!
". . ." Wonwoo yang merasakan bibirnya ditubruk halus dan diberi sedikit lumatan oleh lelaki di depannya pun sangat terkejut.
"Hehe maaf, aku sungguh tidak bisa konsentrasi pada ceritamu, fokusku teralihkan oleh bibirmu yang mengundang minta diciu-"
PLAK!
"Aw! Sshh sakiiittt~"
"Biar saja, rasakan! Apa di pikiranmu itu selalu berisi hal-hal mesum, huh?" Wonwoo tidak habis pikir bagaimana bisa lelaki yang duduk di sampingnya ini main asal mengecup bibirnya di tempat umum seperti ini. Mereka sedang di café dekat sekolah, omong-omong.
"Tidak kok! Tidak selalu, sungguh. Itu berlaku hanya saat bersama mu saja."
"Jangan menggombal! Aku sudah kebal tahu. Memangnya kau pikir aku fansmu yang akan luluh begitu saja, huh?"
"Aku tidak menggombal. Kau harus percaya padaku, Wonu ku tercinta~"
"YAK! Jangan peluk-peluk. Uhhh kau membuatku sesak napas Kim!"
Mingyu tidak memedulikan protesan Wonwoo, ia dengan tubuh besarnya justru makin mengeratkan pelukannya di tubuh kurus Wonwoo, jelas membuat yang dipeluk merasakan sesak. Kim-seenaknya-Mingyu.
.
.
.
B – BACK HUG
PRITTTTTT!
"Cukup, latihan selesai! Istirahatlah dan siapkan fisik maupun mental kalian, mengerti?!"
"MENGERTI, PELATIH!" koor serempak anak-anak lelaki yang terlihat menggunakan baju basket.
"Baiklah, oh tunggu sebentar. Kim Mingyu, ikuti saya!"
Para siswa dari Daeji High School yang berstatus sebagai anggota ekskul basket tengah membubarkan diri. Semua kegiatan di lapangan indoor tersebut tidak luput dari tatapan setajam elang milik seorang lelaki manis berkacamata bulat yang duduk di bangku penonton, Jeon Wonwoo.
"Eoh? Wonwoo-ya? Kau pasti menunggu Mingyu kan?" tanya sosok lelaki bermata sipit.
"Ne Soonyoung-ah."
"Oh kalau begitu aku duluan ya."
"Ne, hati-hati di jalan."
Wonwoo mengalihkan pandangannya, ia melihat semuanya dengan jelas, bagaimana sang pelatih basket itu memarahi kekasihnya. Terbesit rasa sesak di hatinya saat melihat ekspresi lelah bercampur kekecewaan pada wajah Mingyu.
Bermenit-menit berlalu, keadaan lapangan indoor sudah begitu sepi dan hanya tersisa Mingyu dan Wonwoo. Sayangnya Mingyu tidak menyadari eksistensi sang kekasih tercinta.
GREP
"Siapa ka-"
"Ssshh. . . Ini aku, Wonunya mingoo~"
Mingyu tidak dapat menahan senyumnya saat mendengar suara manja kekasihnya. Ia pun menumpukan tangannya pada lengan sang kekasih yang melingkar di perutnya.
"Tumben memberiku back hug? Tapi aku masih berkeringat, jadi lepaskan dulu, hm?"
"Tidak apa-apa. Aku mau begini saja." Wonwoo mengusak-usak wajahnya di punggung hangat Mingyu, ia menghirup aroma parfum bercampur keringat sang kekasih.
Mingyu yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja sangat senang, ia mengerti jika Wonwoo pasti sudah melihatnya dimarahi sang pelatih. Dan ia paham ini salah satu cara Wonwoo untuk menghiburnya.
"Wonu-ya~"
"Hm?"
"Aku sangat mencintaimu."
"Hu'um. Nado~" ujar Wonwoo dengan suara teredam. Mingyu hanya terkekeh, 'menggemaskan!' batinnya.
.
.
.
C – CAR
"Motor!"
"Mobil."
"Motor saja!"
"Ku bilang mobil."
"Ish! Motor saja, aku maunya naik motor!"
"Hyung, ayolah. Aku sudah memiliki lisensi mengendarai mobil, kau bisa memercayaiku."
"Tidak. Sekali tidak tetap tidak!"
"Mob-"
"Motor atau tidak sama sekali."
"A-ah oke oke, motor. Fix. "
"Nah kajja!"
Wonwoo pun menarik tangan Mingyu, mereka pergi ke kedai langganan mereka untuk makan malam bersama. Anggap saja kencan malam minggu. Tapi seperti biasa, 'beradu argumen' seperti sudah menjadi hal mutlak yang terjadi diantara mereka tiap memutuskan sesuatu.
"Hyung?"
"Hm?"
Mingyu menatap gemas kekasihnya yang menjawab dengan pipi menggembung karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Telan dulu sayang." ujar Mingyu sambil tangannya mengusap sudut bibir Wonwoo dengan tisu.
"Ne, sudah. Kenapa memanggilku?"
"Kenapa kau bersikukuh naik motor sih? Kau tidak percaya kemampuan menyetirku ya?"
"Tidak, bukan. . ."
"Lalu?"
"A- aku hanya. . . Aish lalu kau sendiri kenapa, huh? Kenapa bersikukuh untuk naik mobil? Kau ingin pamer kemampuan menyetirmu padaku ya?!"
Mingyu yang melihat pelototan mata kekasihnya hanya tersenyum, ia mengusak gemas poni yang menutupi dahi kekasihnya.
"Bukan begitu. Malam ini cukup dingin, aku tidak ingin kau sampai sakit. Setidaknya di dalam mobil aku bisa menyalakan pemanas agar tubuhmu tetap hangat." ucap Mingyu dengan sebelah tangan yang sibuk mengusap rambut sosok di hadapannya.
". . ."
"Lalu kenapa hyung ingin naik motor di suhu sedingin ini, hm?"
"A- aku. . ."
"Apa hm?"
"Aku ingin memelukmu!"
"N- ne?"
"Punggungmu hangat, aku suka." lirih Wonwoo. Ia menundukkan wajahnya, benar-benar merasakan panas menjalari pipi hingga telinganya. Mingyu yang tidak menyangka alasan Wonwoo pun segera berdiri dan duduk disampingnya.
"Aigoo~ lucunya kesayangan Mingoo~"
Chup! Chup! Chup! Chup! Chup!
Habis sudah diciuminya seluruh wajah Wonwoo dengan gemas. Untung kedai sangat sepi dan mereka duduk di sudut.
Mingyu? Kelakuanmu, ck!
.
.
.
D – DARKEST
TOK TOK TOK
"Masuk saja."
"Mingyu-ya apa yang sedang kau lakukan?"
Mendengar suara yang begitu familiar membuat Mingyu membelalakkan matanya kaget, ia segera membereskan barang-barangnya dan menutupnya dengan selimut.
"E-eh tidak kok. Aku tidak sedang melakukan apapun hyung. Hehe" kekehan Mingyu terdengar janggal, membuat Wonwoo menaikkan sebelah alisnya tidak percaya.
Wonwoo mendekati Mingyu yang sedang duduk di ranjangnya, namun sebelum makin dekat Mingyu sudah turun dan menuntun Wonwoo untuk duduk di karpet berbulu kamarnya.
"Ming?"
"I-itu spreinya kotor, aku tidak sengaja menumpahkan jus tadi pagi. Jadi sekarang kita duduk di bawah saja, ya?" tatapan tersirat permohonan Mingyu layangkan.
"Oke, terserah." jawaban singkat yang membuat Mingyu menghela napas lega.
Tapi bukan Wonwoo namanya jika termakan bualan Mingyu, dalam sekejap ia berdiri dan menarik selimut Mingyu.
TUK!
BRUK!
Wonwoo mendekati barang-barang yang terjatuh dari balik selimut, ia mengambil dan membacanya dengan teliti. Dan di detik berikutnya,
"Mw-mwoya ahahahahah ahaha aduh perutku! Hahahahaha"
Mingyu yang terkejut masih membeku di tempatnya, barulah saat ia mendengar ledakan tawa Wonwoo ia tersadar.
"Ish hyung berhenti!"
"Ahahahaha Mingyu-ya? Ada apa denganmu? Pfftthahaha" ujar Wonwoo kesusahan menahan tawanya.
GREP
BRUK!
". . ." Wonwoo terkejut, kejadiannya begitu cepat hingga sekarang ia sudah terbaring di bawah kungkungan Mingyu –di atas ranjang sang pemilik kamar.
"Hyuuung~ Jangan menertawakanku!"
"Hehe iya iya, maaf. Tapi menyingkirlah dulu." Mingyu menyingkir dan sekarang ia duduk bersebelahan di pinggir ranjang dengan kekasihnya.
"Jadi apa tujuanmu membeli produk pencerah kulit, hm? Itu sangat tidak Kim Mingyu sekali tahu."
"Ck orang berkulit putih pucat sepertimu tidak akan tahu penderitaanku hyung!"
"Eiyh~ Jangan begitu. Ayo cerita padaku, apa kau dibully?"
"Tidak juga sih, hanya saja teman-temanku sering meledekku jika aku yang 'tergelap'. Walau candaan tapi jika terlalu sering aku juga jadi kepikiran hyung."
"Mingyu-ya? Mau tau sesuatu?"
"Hm? Apa?"
Wonwoo menangkup kedua pipi Mingyu dengan tangannya yang hangat, "Kulit tan mu itu sangat seksi, dan kau tahu? Kau akan semakin menawan saat berkeringat!"
". . ."
"Tidak usah pedulikan mereka, jadilah dirimu sendiri. Karena aku mencintaimu apa adanya, arraseo?" ucap Wonwoo begitu lembut.
Mingyu merasakan matanya berkaca-kaca, tidak pernah terbayang sosok yang dulu begitu sulit di dapatnya ternyata mencintainya dengan begitu tulus.
"Yak jangan menangis. Dasar cengeng haha. Ujujujuju~ baby Mingoo~" dengan sayang Wonwoo memeluk leher Mingyu dan menelusupkan wajahnya di leher sang kekasih.
"T-terima kasih! Aku… arghh hiks kenapa aku menangis sih hyung? Memalukan!" rutuk Mingyu.
"Tidak memalukan. Justru aku menyukai tingkah kekanakanmu itu."
CHUP!
Dan hari minggu siang itu ditutup dengan kecupan Wonwoo di pipi Mingyu, membuat yang dikecup tersenyum begitu lebar.
.
.
.
E – EDGINESS
"Yak Mingyu-ya! Cepat kesini! Apa yang kau lakukan disana?" teriak Seungcheol, kapten tim basket Daeji High School.
"Hyung duluan saja. Aku menyusul sebentar lagi. Sungguh!"
"Baiklah, cepat ya. Pertandingan akan dimulai sebentar lagi!"
Mingyu hanya menjawab dengan tanda 'oke' di jarinya.
Kegelisahan Mingyu meningkat seiring berputarnya jarum jam. Sosok yang di harapkannya muncul nyatanya tidak memperlihatkan batang hidungnya.
Pertandingan berlangsung alot dan hingga babak ketiga Daeji High School harus menelan kekalahan dari Haengjin High School.
Saat jeda waktu istirahat, lagi-lagi Mingyu mengedarkan pandangannya ke bangku penonton. Tidak begitu fokus mendengarkan omelan sang pelatih karena ia sibuk berharap sosok yang ditunggunya datang, dan bersyukurlah pada dewi fortuna karena kali ini Mingyu bisa melihat lelaki berkacamata bulat telah menyunggingkan senyum manis hingga matanya melengkung indah.
". . . kalian paham?!"
"Paham, Pelatih!"
"Baiklah, kalau begitu semangat!"
Mingyu merasakan semangatnya meningkat pesat. Ia bertekad jika tim sekolahnya harus menang.
Menit berlalu hingga pertandingan telah rampung. Papan score telah menunjukkan angka 63-57 dimana Daeji High School keluar sebagai pemenang.
Disaat pemain lain sibuk dengan euforianya, Mingyu justru memfokuskan pandangannya pada sang kekasih yang sedang mengacungkan dua jempol dan mengatakan tanpa suara 'Kau hebat, Mingyu-ya' padanya.
Setelah semua selesai, Mingyu langsung mengajak kekasihnya bertemu. Dan disinilah ia sekarang, berjalan sambil menggenggam erat tangan Wonwoonya.
"Maaf."
"Hm?" Mingyu menolehkan wajahnya dan menatap Wonwoo dalam.
"Maaf, aku datang terlambat."
Mingyu yang paham jika kekasihnya merasa bersalah, segera melepaskan genggaman tangannya dan beralih merangkul bahu sang kekasih.
"Dimaafkan. Memang kenapa? Tumben kau terlambat."
"Aku mengantar Kookie ke dokter, kau tahu kan jika orangtuaku sedang di luar kota. Jadi aku tidak tega membiarkannya ke dokter sendiri."
"Ah geurae~" Mingyu mengangguk paham. Jungkook atau yang lebih sering dipanggil 'Kookie' adalah adik satu-satunya Wonwoo dan seumuran dengannya –setahun lebih muda dari Wonwoo.
"Lalu kenapa tadi kau terlihat tidak fokus begitu huh?!"
"Ck itu kan gara-gara kau hyung! Aku akan merasa gelisah jika belum melihatmu."
CTAK!
"Aw! Sakit, kenapa menyentil dahiku sih."
"Jangan manja begitu. Kau tidak boleh terlalu bergantung padaku, bagaimana jika suatu saat aku tidak ad-"
CHUP!
"Jangan. Jangan katakan hal mengerikan begitu!"
"Mengerikan apanya? Kan aku hanya bilang-"
"Ssstt… Hyung ayolah, ini hari kemenangan tim sekolah kita. Kau harusnya memberiku hadiah bukan mengatakan hal-hal seperti itu. Lagipula bagaimanapun caranya aku akan tetap membuatmu disampingku!" Mingyu mengerucutkan bibirnya.
Wonwoo hanya terkekeh melihat kelakuan kekasihnya yang terkadang begitu kekanakan. Ia pun melepaskan rangkulan Mingyu dan memeluk tubuh yang lebih tinggi darinya.
GREP
CUP!
Sebagai bonus, didaratkannya juga kecupan manis di dahi Mingyu.
"Bagaimana jika hadiahmu menghabiskan malam bersamaku?" bisik Wonwoo di telinga Mingyu.
"H-hyung? Aku mau, t-tapi kita belum legal. Kita juga masih siswa seko-"
CTAK!
"Hyuuunngg~ Berhenti menyentil dahiku."
"Itu agar kadar kemesuman otakmu berkurang! Memangnya kau pikir apa, huh? Aku mengajakmu untuk movie marathon di rumah bersama Jungkook dan Taehyung hyung."
"M-MWO? Yahhh. . ."
"Kenapa mengeluh?! Kau pasti berpikiran macam-macam ya?!"
"Ti-tidak!"
'Tidak salah lagi' batin Mingyu.
.
.
.
F – FAINTED
BRAK!
"Dimana Wonwoo hyung?!"
PLAK!
"Berisik Kim! Kau pikir ini di hutan? Kecilkan suaramu!"
Saat tahu siapa yang memukul kepalanya, seketika nyali Mingyu menciut. Ia mana berani melawan kekasih sang kapten basket sekolah, Yoon Jeonghan. Lelaki berparas menawan yang sikapnya sebaik malaikat jika dihadapkan dengan para uke, dan akan begitu ganas jika menghadapi para seme.
Ia adalah siswa yang kebetulan sedang bertugas di ruang kesehatan pada hari itu.
"Mianhae, aku kan panik. Jadi dimana Wonwoo hyung?"
"Dia ada di ranjang ujung, kau lihat tirai yang tertutup. Nah disana."
"Oke, gomawo hyung."
Mingyu pun melangkahkan kakinya di ruang kesehatan sekolah tersebut. Beruntungnya karena beberapa jam lagi sekolah usai dan sekarang kelas sedang 'jam kosong' dikarenakan para guru yang rapat.
Mingyu sangat panik saat diberitahu oleh Seokmin –teman sekelasnya yang baru saja dari kamar mandi, mengatakan bahwa ia melihat Wonwoo dibopong oleh salah satu teman sekelasnya dalam keadaan pingsan.
SRET
"Wonwoo hyung~ Kenapa bisa begini, hm?" Mingyu menggenggam sebelah tangan Wonwoo yang terasa begitu kecil dibanding miliknya.
"Apa hobimu membuatku khawatir, huh? Jangan lagi. Jangan seperti ini, aku tidak suka melihatnya. Aku benci melihatmu terbaring lemah begini." lirih Mingyu. Matanya berkaca-kaca, entahlah. Ia bukan lelaki cengeng yang mudah menangis, namun semua hal seperti tidak berlaku pada Wonwoo.
Mingyu bisa dengan mudahnya meneteskan air mata seperti sekarang. Matanya terpejam erat membiarkan aliran yang menganak sungai di pipinya terjatuh begitu saja. Tak peduli jika ada yang memergokinya, ia hanya merasakan sesak saat melihat Wonwoo sakit begini.
"Uljima, jangan menangis Mingoo~"
Mingyu terkejut saat merasakan ada tangan halus yang mengusap pipinya, terlebih ia mendengar nada suara khas milik Wonwoo.
"Hei hyung sudah bangun? Apa aku membangunkanmu? Maaf. Apa kau haus? Atau butuh sesuatu? Atau-hmmpp"
Sebelah tangan Wonwoo membekap mulut Mingyu.
"Ish kenapa kau jadi cerewet begini?" tanya Wonwoo mengerucutkan bibirnya sebal.
Mingyu hanya tersenyum dan mengusap pelan rambut Wonwoo.
"Aku cerewet juga gara-gara siapa memangnya? Aku kan khawatir. Lagipula kenapa kau bisa pingsan? Pasti kau kurang istirahat lalu melewatkan sarapan dan jam makan siang kan?" tuduh Mingyu.
Wonwoo yang merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Mingyu hanya mengangguk lemah. Mingyu sebenarnya ingin marah, tapi mana tega dengan keadaan Wonwoo yang seperti ini.
Pada akhirnya Mingyu ikut merebahkan dirinya di ranjang besi tersebut, tidur menyamping dengan tangan yang merengkuh Wonwoo dalam pelukan hangatnya.
"Argh! Sesak, longgarkan sedikit!"
"Tidak mau! Begini lebih baik."
"Ck jangan memaksa, Ming. Sempit tahu!"
"Aku tahu ini sempit, tapi kalau dipaksa pasti bisa kok!"
"Ish tidak akan muat, kau itu besar Ming. Tidak tahu diri."
"Eiyh~ muat. Percaya saja padaku. Mendekatlah."
Huh?
Hmm tidakkah perkataan mereka berdua terdengar cukup ambigu?
Yah itu bisa dibuktikan dengan wajah Jeonghan dan Seungcheol –kekasihnya yang baru saja datang- memerah hingga ke telinga.
"Jeonghannie~"
"Apa?! Jangan macam-macam, Cheol-ah. Dan tetap disitu, jangan mendekat!" seru Jeonghan galak saat menyadari jika tatapan Seungcheol tersirat berjuta makna. Alarm di otaknya seakan menyala dan tahu kemana arah pembicaraan kekasihnya.
Padahal sih semua itu tidak seperti yang kalian pikirkan.
.
.
.
G – GABBLED
"Wonwoo hyung?"
". . ."
"Wonwooku tercinta?"
". . ."
"Wonwoo kesayangannya Mingyu?"
". . ."
"Wonunya Mingoo~"
". . ."
"Kim Won-"
BRUK
"Aw! Sakit~ Tega sekali memukul kepala kekasih sendiri dengan novel tebal begitu."
". . ."
"Sayang? Kau akan tetap mendiamkanku, hm?"
". . ."
GREP
Tidak punya pilihan lagi, akhirnya Mingyu memilih cara yang sedikit memaksa. Ia menarik tubuh ringan Wonwoo agar duduk dipangkuannya dengan posisi membelakangi, lalu dipeluknya erat pinggang ramping sang kekasih. Mereka sedang duduk di sofa ruang keluarga rumah Wonwoo, omong-omong.
Mingyu menyenderkan sebelah pipinya di punggung Wonwoo. Merasakah kehangatan dari tubuh yang lebih kurus.
"Hei~ Aku minta maaf, sungguh. Aku sudah menolak, tapi ia begitu memaksa. Lagipula jika ku tolak ia tidak akan pergi jadi ku pikir lebih baik jika aku me-"
"Menerimanya? Begitu, huh?!"
"Aigoo. Maafkan aku sayang. Aku-"
"Diamlah!"
"Ya Tuhan Jeon Wonwoo, dengarkan aku!" Mingyu menaikkan nada suaranya, berusaha mendominasi Wonwoo dan memang berhasil.
Walaupun sedikit disesali olehnya karena ia merasa tubuh Wonwoo sempat tersentak kaget. Tapi mau bagaimana lagi, jika tidak begitu Wonwoo tidak akan mendengarkan penjelasannya.
"Maaf. Sungguh aku benar-benar minta maaf, aku menerima minum yang Tzuyu berikan karena aku ingin ia segera pergi. Kau tahu? Ia tidak akan bergerak dari tempatnya jika aku tidak menerima minuman itu. Lagipula pada akhirnya aku memberikan minuman itu pada Pelatih, tapi kau nya sudah salah paham dan memilih pergi." terang Mingyu panjang lebar.
"Hm."
"Wonwoo hyung? Aku dimaafkan tidak?"
Wonwoo tidak langsung menjawab, keheningan yang terjadi membuat Mingyu menelan ludahnya kasar. Bersiap jika sang kekasih tidak mau menerima maafnya.
Tapi itu semua ditepis oleh kenyataan, karena sekarang Wonwoo malah menggenggam erat tangan Mingyu yang melingkar di pinggangnya.
Mingyu tersenyum lebar. Sangat lebar hingga semua deretan giginya terlihat jelas, mengenal Wonwoo dengan waktu yang tidak sebentar membuatnya paham jika Wonwoo acapkali mengekspresikan dirinya melalui tindakan non verbal.
Dan Mingyu tahu, ia sudah dimaafkan.
"Terima kasih." Mingyu memberikan kecupan ringan di tengkuk Wonwoo berkali-kali hingga membuat sang empunya kegelian.
"Su-sudah! Geli ahahaha yak! Jangan digigit!"
"A-aw iya iya! Tidak ku gigit yaampun berhenti menjewer telingaku! Sakit sungguh!"
Setelah 'perang dingin' usai, mereka berdua hanya menghabiskan waktunya dalam keheningan, tenggelam dalam tayangan televisi.
"Hyung?"
"Hm?" dehem Wonwoo. Ia masih berada di pangkuan sang kekasih dan tengah menyandarkan kepalanya ke bahu kiri Mingyu.
"Sebenarnya aku suka jika kau cemburu, itu kan berarti kau mencintaiku. Tapi aku tidak suka jika kau tenggelam dalam persepsimu dan meragukan perasaanku. Kau tahu pasti semua rasa cinta dan sayang yang ku curahkan untukmu begitu besar."
"Aku paham. Hanya saja. . . arghhh aku tidak tahu! Pokoknya emosi ku seakan ingin meledak detik itu juga saat melihat kau menerima minuman dari Tzuyu. Apalagi kau menerimanya disertai senyuman, apa kau tidak berpikir jika hal itu bisa saja memberi harapan baginya? Kau itu tidak peka ya?!" ucap Wonwoo dalam satu tarikan napas.
Wonwoo juga jarang sekali bicara panjang lebar, apalagi mengeluarkan semua isi hatinya begini. Hal itu tentu saja membuat Mingyu terpaku.
"Pokoknyajanganmenerimaapapundarinyalagi!"
"AkutidaksukakaumenampilkansenyumituuntukTzuyu!"
"Pokoknyaakubenci!"
Setelah beberapa kalimat terakhir yang bahkan bisa menyaingi kecepatan bicara rapper kelas dunia, Wonwoo akhirnya menghembuskan napas lega.
Wonwoo bicara dengan begitu cepat dan membuat Mingyu hanya mendengar beberapa bagian. Tapi inti yang Mingyu tangkap ialah Wonwoo begitu cemburu jika ia berinteraksi dengan Tzuyu –adik kelas yang terang-terangan mengaku jika ia menyukai Mingyu.
"Wonwoonya Mingoo~"
"Apa?! Dan jangan mengklaimku sembarangan. Aku bukan milikmu!"
"Eiyh~ Soon-to-be-my-wife jika sedang cemburu dan marah-marah kok semakin manis sih?"
"Diam!"
"Aigoo~" Biar saja Wonwoo marah-marah, toh Mingyu yakin itu hanya di mulut. Nyatanya sekarang yang Mingyu lihat adalah semburat merah muda di pipi sang kekasih yang menjalar hingga ke telinga.
CUUUPP
CUUUPP
Mingyu mendaratkan kecupannya di pipi kanan Wonwoo dengan gemas. Bahkan ia mengusakkan pipi kirinya dengan pipi kanan sang kekasih. Membuat Wonwoo risih.
"Ish, sana! Menjauh!"
"Tidak mau~"
"Kim Mingyu!"
"Apa sih Kim Wonwoo?"
"Arghhh jangan digigit! Sakit!" Wonwoo mengusap pipi kanannya yang menjadi korban gigitan Mingyu. Tersangkanya justru malah terkekeh ringan sambil ikut mengusap pipi putih yang warnanya menjadi semakin memerah.
"Ujujuju~ sayangnya Mingoo. Hehehe. Sekali lagi aku minta maaf ya~"
"Hu'um~"
.
.
.
H – HABIT
Mingyu itu saat dulu dimasukkan sekolah oleh ibunya terlalu cepat setahun, hingga tidak heran jika sekarang ia sudah berada di tingkat tiga, seangkatan dengan Wonwoo.
Kelas Mingyu, 3-2 berada di lantai dua dan bangkunya tepat disamping jendela. Membuat ia bisa melihat dengan jelas lapangan outdoor yang kerapkali digunakan untuk berolahraga, seperti yang sedang dilakukan oleh kelas kekasih manisnya sekarang.
Biasanya Mingyu akan senang, karena melihat Wonwoonya yang begitu manis jauh lebih menarik daripada mendengar celotehan guru sejarah. Harap jangan ditiru. Tapi kali ini Mingyu justru dibuat mati-matian meredam api cemburu yang berkobar di hatinya, mengingat masih ada guru yang mengajar di kelas.
Bagaimana tidak? Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri dimana Wonwoo duduk menyandar pada salah satu pohon lalu saat ada lelaki lain –yang mulai detik ini Mingyu ikrarkan sebagai rival- duduk disampingnya, dengan naturalnya Wonwoo menyenderkan kepalanya ke bahu kanan sosok tersebut.
'Wonu kau tega padaku? Apa-apaan menyandar begitu? Aku sebagai kekasihmu disini sedang belajar, mempertaruhkan waktu supaya sukses di masa depan. Agar bisa menghidupimu dan anak-anak kita, tapi kau malah bermesraan dengan lelaki lain. Jahat sekali!' batin Mingyu absurd.
Jika ada peribasa 'Cemburu Menguras Hati' tapi sepertinya untuk Mingyu lebih cocok jika 'Cemburu Menguras Akal Pikiran'.
Kim-berlebihan-Mingyu.
Waktu terasa begitu lambat bagi seseorang yang menantinya. Jam istirahat yang dinanti seluruh warga sekolah pun akhirnya berbunyi dan disambut penuh suka cita. Tapi tidak dengan Mingyu, ia justru berada dalam mood yang buruk dan satu-satunya yang ada dipikirannya sekarang adalah menemui Wonwoo di kelasnya.
Saat menemukan eksistensi sang kekasih, Mingyu langsung menariknya lembut ke atap sekolah.
Setibanya di tempat tujuan, Wonwoo yang tidak mengerti hanya menatap kekasihnya bingung.
"Mingyu-ya? Ada apa?"
"Hyung berselingkuh ya?!"
"Mwo?!"
"Jangan kira aku tidak tahu, aku melihat semuanya. Se-mu-a-nya! Saat hyung menyandarkan kepala dan tidur di bahu temanmu yang hidungnya seperti perosotan anak TK itu!"
"Uh huh?"
"Ish!"
"Kapan?"
"Tadi, saat jam olahraga."
"Oh. . ."
"Hanya 'oh'?"
". . ."
"Hatiku sakit lho hyung! Rasanya sesak, seperti ditusuk-tusuk tapi tidak berdarah!" ujar Mingyu sambil sebelah tangannya meremas dada tepat di bagian jantung dengan dramatis.
"Apa kau sedang mencoba bicara puitis?"
"HYUNG!"
Mingyu kesal, sungguh. Ia sedang cemburu dan kekasihnya malah terkekeh tanpa dosa begitu. Menyebalkan!
Wonwoo mendekat kepada Mingyu, ia menariknya dan mereka duduk bersandar sambil menatap langit yang sedang begitu bersahabat.
"Kau cemburu ya?"
". . ."
"Ujujuju~ Mingoonya Wonu sedang cemburu~" ucap Wonwoo dengan nada sing a song. Ia menusukkan jari telunjuknya di sebelah pipi Mingyu. Berkali-kali hingga membuat Mingyu pada akhirnya luluh juga dan tersenyum.
Mingyu yang merasa lemah oleh aegyo Wonwoo akhirnya menutup seluruh wajahnya dengan telapak tangan. Wonwoo yang tahu jika Mingyu sudah tidak marah hanya mampu terkikik geli.
Ia melepaskan tangan kekasihnya agar tidak menutupi wajah. Wonwoo mendekatkan wajahnya dan,
CHU~
Memberi kecupan ringan. Mingyu membeku, ini jelas bukan pertama kali skinship diantara mereka. Tapi jika Wonwoo yang memulai, itu beda lagi ceritanya.
"Jangan cemburu lagi, hm? Ia teman sekelasku, namanya Jun dan ia pindahan dari China. Aku teman pertamanya karena kebetulan Jihoon tidak masuk, jadi untuk sementara ia sebangku denganku."
"Mwo-"
"Ssstt dengarkan dulu. Tadi aku merasa pusing, jadi ia menghampiriku dan menolong. Itu saja."
"Tapi kan kau bisa menyandar pada Soonyoung hyung yang jelas lebih kau kenal."
"Kau tidak lihat jika tadi sedang pengambilan nilai sepak bola? Ia sedang bermain dan kebetulan giliran Jun sudah selesai, jadi ia menemaniku."
". . ."
Wonwoo memeluk sebelah tangan sang kekasih dan menyenderkan pipinya ke bahu Mingyu. Bermanja pada kekasih sebenarnya bukan gaya Wonwoo, 'Tapi sekali-kali tidak apa kan?' batinnya.
"Jangan marah lagi. Kau memang tega jika membiarkan aku yang sedang sakit duduk sendirian seperti anak hilang? Jelas jika bisa aku lebih memilih menyender padamu seperti ini, tapi tidak mungkin tadi kau izin keluar kelas hanya untuk menemaniku." ucap Wonwoo sambil sesekali menguap ngantuk.
Mingyu menggerakan sebelah tangannya guna menutup mulut Wonoo yang sedang menguap. Ia merasakan hatinya menghangat mendengar penuturan Wonwoo yang menyiratkan ketulusan.
"Mengantuk, hm?"
"Hu'um." jawab Wonwoo mengangguk dengan mata yang sudah tertutup.
"Tapi kau belum makan kan? Kita makan saja dul-"
"Ssstt sebentar saja. Aku tidak akan tidur, hanya biarkan aku memejamkan mata sebentar."
"Baiklah."
Hembusan angin yang membawa hawa dingin membuat Mingyu melepaskan pelukan Wonwoo di lengannya, ia beralih memeluk tubuh kurus kekasihnya. Berusaha membuatnya nyaman dengan kehangatan yang Mingyu berikan.
"Mingyu?" suara Wonwoo memecah keheningan.
"Iya?"
"Hal seperti tadi tidak perlu dirisaukan. Toh aku hanya menyandar di bahunya, kau tahu pada akhirnya aku bahkan akan menyandarkan hidupku padamu." ujar Wonwoo masih dengan mata terpejam.
Mingyu merasakan jantungnya dipompa dengan begitu kencang. Ia hanya mengeratkan pelukannya dan mengecup puncak kepala Wonwoo, menyalurkan kasih sayang yang begitu besar.
Dari sekian banyak hal di dunia, salah satu yang Mingyu tidak suka adalah kebiasaan Wonwoo yang akan merebah di bahu orang lain jika ia mengantuk atau sakit. Tapi mendengar perkataan Wonwoo barusan, membuat Mingyu berpikir bahwa sudah tidak sepatutnya ia mempermasalahkan kebiasaan kekasihnya. Yang penting Wonwoo tetap miliknya, titik.
.
.
.
I – INSIDIOUS
TOK TOK TOK
"Hyung?!"
". . ."
"Hyung? Wonwoo hyung? Kau mendengarku tidak? Kau baik-baik saja kan?"
TOK TOK TOK
"HYUNG!"
Cklek
GREP
"Wo-Wonwoo hyung?" Mingyu yang mendapat pelukan tiba-tiba hanya mampu membalas pelukan dan mengusap punggung kekasihnya.
Menit berlalu dan mereka masih bertahan di posisi yang sama.
"Hyung lebih baik kita masuk, hm? Udara dingin ditambah angin kencang karena hujan, nanti kau sakit. Kajja."
Setelah memastikan pintu terkunci, mereka masuk ke dalam. Wonwoo hanya menurut tanpa melepaskan pelukannya di pinggang sang kekasih. Meskipun untuk berjalan jadi sedikit kesulitan, tapi Mingyu tidak masalah.
Wonwoo bukanlah tipe orang yang eskpresif, tapi dengan melihat gelagatnya seperti ini saja Mingyu bisa menebak jika kekasih manisnya ini tengah ketakutan.
"Kenapa gelap sekali hyung? Kau lupa menyalakan lampu?"
Wonwoo menggeleng pelan. "Mati lampu."
"Oh geurae, itu sebabnya kau menelepon dan menyuruhku kesini, hm?"
"Hu'um."
"Memang Abeoji, Eommoni, dan Kookie kemana hyung?"
"Mereka di rumah sepupuku, mau pulang tapi sedang hujan badai. Jadi mereka menginap di sana. "
Mingyu yang mendengarnya hanya mengangguk. Mereka masih dalam posisi berdiri dengan Wonwoo yang menempel erat di tubuh tingginya.
"Hyung, tunggu sebentar ne? Aku akan mencari lilin di dap-"
"ANDWAE! Mingoo~ Jangan tinggalkan aku!"
Mingyu heran, menurutnya Wonwoo bukanlah tipe orang penakut.
"Hyung hanya seben-"
"ANDWAE! KAJIMA! Gunakan saja flashlight dari ponselmu." Wonwoo refleks mencengkram erat lengan berbalut parka cokelat yang Mingyu kenakan.
"Iya iya, baiklah. Lalu kau ingin kita kemana, hm? Ke ruang keluarga? Atau ke kamarmu saja?"
"Kamar." lirih Wonwoo.
Mingyu akhirnya mengeluarkan ponselnya dan menyalakan flashlight, melangkah dengan hati-hati hingga ke kamar Wonwoo yang berada di lantai dua.
Cklek
"Hyung mengantuk tidak? Ini sudah pukul sepuluh malam. Tidur ya? Meskipun besok hari minggu, tidak baik sering tidur larut malam."
Wonwoo hanya membalas dengan gelengan pelan. Ia menarik tangan Mingyu, membuat sang empunya menurut meski di hati kecilnya timbul berbagai pertanyaan.
Mereka berdua akhirnya duduk bersebelahan dengan menyandar pada dashboard ranjang Wonwoo.
"Hm hyung?"
"Iya?"
"Jadi malam ini aku menginap?"
Wonwoo mengangguk.
"Hyung? Kok tidak dijawab?"
'Oh iya, kan flashlight ponsel Mingyu sudah dimatikan. Pantas ia tidak melihatku.' batin Wonwoo.
"Iya, menginap saja. Yaaa~?"
"Kenapa? Tumben. Biasanya mau ada hujan badai selebat apapun kau tidak seperti ini."
"Kan mati lampu."
"Seingatku saat terakhir mati lampu juga saat hujan, bahkan lebih lebat dari ini. Dan kau juga sedang sendirian di rumah."
"Ish! Kau tidak mau ya menginap disini? Kau tidak tulus menemaniku? Kalau tidak mau, ya sudah. Bilang dari awal, pergi saja sana!"
"Oh, ya sudah kalau begitu. Aku pergi ya!"
Mingyu sudah beranjak dari ranjang, baru selangkah dia sudah mendengar teriakan, "MINGYU! Hiks"
Bola mata Mingyu melebar, tidak menyangka candaannya menimbulkan isakan dari sang kekasih. Mingyu segera menyalakan flashlight ponsel dan menaruhnya di meja nakas. Setidaknya membantu penglihatan, meski sangat minim.
"Aigoo~ Kesayangannya Mingyu, kenapa hm? Ssshh sudah jangan menangis. Aku keterlaluan ya? Maaf ya… Aku tidak bersungguh-sungguh meninggalkanmu kok."
"Hiks hiks hiks" Wonwoo masih menangis dengan tersedu. Jangankan Mingyu, bahkan Wonwoo sendiri merasa kalau dirinya kali ini begitu Out Of Character. Tapi jika sudah ketakutan, memang sikap bisa dikontrol?
Mingyu masih memeluk Wonwoo di atas ranjang, ia mengelus perlahan surai lembut yang lebih tua. Setelah dirasa mulai tenang, ia mendorong pelan bahu Wonwoo guna memberi sedikit jarak. Dengan lembut diusapnya pipi halus Wonwoo yang basah akibat air mata.
"Sebenarnya kau kenapa, hm? Tumben sekali seperti ini, tidak biasanya. Kau Jeon Wonwoo kesayangannya Mingyu kan?"
PLAK
"Aw! Sakit. Kenapa sih, jika tidak menyentil dahiku pasti kau memukul kepalaku." keluh Mingyu.
"Habisnya kau ini bodoh atau apa? Memangnya, jika aku bukan Jeon Wonwoo mu yang kau maksud, lalu kau pikir aku siapa? Jangan-jangan kau punya 'kesayangan' lain ya di luar sana?! Mengaku!"
"Ck tidak. Ya ampun, Jeon Wonwoo itu semestaku. Jadi mana bisa aku melirik yang lain lagi, hm?"
Mingyu memeluk erat Wonwoonya. Diam-diam ia tersenyum tipis, merasa berhasil membuat Wonwoo kembali menjadi dirinya yang biasa.
"Film."
"Uh? Kau bicara apa?"
"Aku begini gara-gara film."
"Aigoo, film apa yang kali ini kau tonton?"
"Insidious 3."
"Kapan kau menontonnya? Dengan siapa? Jangan bilang dengan temanmu yang hidungnya seperti perosotan anak TK itu, siapa ya? Jin? Jun? Itu lah."
Wonwoo terkekeh mendengar nada cemburu yang begitu kentara keluar dari mulut Mingyu.
"Hari ini, bersama Jeonghan hyung, Seungkwan, dan Jihoon. Dan yang benar nama temanku itu Jun, omong-omong."
"Ish terserah. Namanya Jun ataupun bukan, aku tidak peduli. Pokoknya jangan dekat-dekat dengannya."
"Iya."
"Jadi hyung ketakutan karena habis menonton film itu, hm?"
Wonwoo hanya mengangguk pelan. Mingyu terkekeh, membuahkan pelototan dari Wonwoo.
"Hei jangan memelototiku begitu. Hyung semakin terlihat menggemaskan, tahu?"
"Diamlah Mingyu!"
"Eiyh~ Jangan begitu, nanti giliran ku tinggal kau malah menangis."
BUK!
"Aw! Hyung, untung itu bantal. Dan ini untuk yang kesekian kalinya ku peringatkan jangan sembarangan memukul-"
CHUP!
"Menginap saja ya? Temani aku. Ayo tidur, aku sudah mengantuk."
Tanpa memedulikan efek kecupan singkatnya pada Mingyu, Wonwoo segera merebahkan diri dan berbaring telentang bersiap untuk tidur.
Mingyu merasakan pipinya menghangat, 'Ya Tuhan jantungku!' batinnya.
"Hyung? Kau sudah tidur?"
"Belum." jawab Wonwoo namun matanya tetap terpejam.
Mingyu yang gemas akhirnya ikut merebahkan tubuhnya dan menarik tubuh Wonwoo agar berbaring miring, berhadapan dengannya.
Mingyu menyunggingkan senyum manisnya dan mengecupi seluruh wajah Wonwoo mulai dari dahi, kedua mata, pipi, hidung, dan berakhir dengan kecupan lembut di bibir.
"Selamat tidur. Semoga mimpi indah, Wonu nya Mingyu~"
"Hu'um. Selamat tidur juga Mingoooo~"
Mendengar nada yang begitu menggemaskan membuat Mingyu tidak bisa menahan keinginannya mengecupi hidung sang kekasih.
Mengetahui Wonwoonya bisa semanis ini saat ketakutan, membuat Mingyu berpikiran jika ia akan lebih sering mengajak Wonwoo ke bioskop untuk menonton film horror atau jika saat mereka melakukan movie marathon Mingyu akan dengan senang hati memborong DVD film horror.
Jika takut, Wonwoo pasti akan menempel dan memeluknya erat seperti tadi, itu sah sah saja kan? Toh mereka sepasang kekasih.
'Yang single, tolong jangan iri.' –kata Mingyu.
.
.
.
TBC
*Hai~ Aku bawa drabble dan ficlet tentang meanie. Ini baru huruf A sampai I, perlu kah dilanjut? Atau udahan?
**Makasih buat yang udah mau meluangkan waktunya membaca fic ini.
***Mind to RnR? Gomawo ^^
