Kau kira tlah kau ambil hal terbaik dariku
Kau kira kaulah yang tertawa pada akhirnya
Pasti kau kira segala hal baik telah hilang
Kau kira tlah hancurkanku
Kau kira aku akan kembali padamu
Kasih, kau tak mengenalku
Karena kau salah besar
.
.
a fic by belivixx
STRONGER
Disclaimer always Masashi Kishimoto
.
.
"Selamat pagi Hanabi."
"Pagi juga Hinata-nee. Dimana ayah? Tak ikut sarapan lagi?"
"Ayahada rapat penting pagi ini. Mau susu apa Hanabi?Vanila atau coklat?" tanya Hinata sembari mempercantik bento buatannya.
"Coklat saja."
"Baiklah." Dengan cekatan Hinata langsung membuatkan susu coklat untuk Hanabi. Memang, dirumah keluarga Hyuuga ini banyak sekali maid-maid yang bekerja, tapi kalau untuk urusan adik dan ayahnya pasti ia ingin melakukannya sendiri.
"Kau membuatkan bekal untuk dia lagi?" Hanabi yang terus memperhatikan Hinata, mengutarakan rasa penasarannya yang sedari tadi membuncah. Hinata hanya tersenyum dan terus merapikan letak isi bentonya, ini bento yang istimewa hanya untuk 'dia' yang dimaksud Hanabi. Hinata membuatkan dua bento, satu untuk Hanabi dan satu lagi untuk 'dia'. Mana untuk Hinata? Entahlah, Hinata tidak pernah memperhatikan dirinya sendiri, hanya dengan melihat 'dia'senang itu cukup bagi Hinata.
"Nee-chan kenapa kau sangat memperhatikannya? Dia kelihatannya tidak terlalu memperhatikanmu. Apa yang kau suka darinya? Aku akui dia tampan," terselip sebuah pujian dalam kritikan Hanabi, membuat Hinata tersenyum jahil kearah adiknya itu.
"Tapi tetap saja dia cuek, irit bicara, sombong, sok cool, dan segala hal lainnya. Aku tau kau tidak menyukai orang seperti itu, dan juga kau bukan seorang wanita pencinta harta nee-chan, kita seorang Hyuuga . .
Lalu apa yang membuatmu sangat mencintainya?" pertanyaan yang sekian lama terpendam akhirnya terlontar oleh bungsu Hyuuga.
Hinata terdiam sejenak, benar. Memang benar yang dikatakan Hanabi tentang-nya. Apa yang membuat Hinata begitu mencintainya? Apa yang membuat seorang gadis polos kutu buku seperti Hinata menyukai 'dia' yang dimaksud Hanabi. Entahlah, Hinata juga tak tahu pasti. Yang jelas Hinata sangat mencintai 'dia' itu. –sangat.
Sudah hampir 4 bulan mereka bersama, itu waktu yang cukup bagi Hinata mengetahui seperti apa 'dia' yang dimaksud.
Dibulan pertama, Hinata merasa sangat tidak ingin mengenal dia karena sikap cueknya itu. Salahkan Lee dan Kiba yang menyuruh Hinata untuk menemani pria itu di bazar sekolah dan dengan bodohnya Hinata menerima pernyataan cinta dari pemuda yang baru dikenalnya semalam itu.
Dibulan kedua, Hinata mulai mengetahui tentangnya. Tentangnya yang suka mempermainkan banyak wanita. Hinata saja baru tahu kalau 'dia' itu adalah siswa terpopuler. Sungguh, Hinata saja mengetahuinya dari Sakura dan Ino –sahabatnya . Dan dari sanalah Hinata meyakinkan diri untuk merubah kepribadian-nya.
Dibulan ketiga, rasa sayang Hinata mulai tumbuh, saat 'dia' tidak datang seminggu. Hinata mati penasaran, Hinata tidak tahu nomor 'dia' dan juga Hinata jarang bertemu dengan teman-teman 'dia' . Hinata saja selalu dijemput olehnya saat jam istirahat. Sehingga Hinata tak pernah tahu dimana kelasnya. Sampai akhirnya, Lee memberitahu Hinata bahwa 'dia' sakit. Sungguh Hinata sangat tidak ingin mendengarnya saat itu. Dengan segala permohonan akhirnya Lee mau mengantar Hinata kerumah 'dia' . Saat diperjalanan tak henti-henti Hinata berdoa dan sedikit tangisan. Sungguh, Hinata sangat merindukan 'dia'. Merindukan suaranya, merindukan pelukan hangatnya, dan bahkan Hinata merindukan kata-kata iritnya.
Dan, saat Hinata sampai dirumahnya. Lee bilang dia ada diruang ujung yaitu ruang 'gameroom' . Aneh memang, Lee bilang dia sedang sakit, tapi kenapa disana? Entahlah, yang Hinata inginkan hanya segera bertemu dengannya. Rumahnya sangat luas, sehingga Hinata perlu diantar oleh seorang maid dirumah itu. Dan taukah kau apa yang Hinata lihat saat dia membuka pintu? Pemandangan seorang dengan penampilan acak-acakan sedang asiknya bermain ps4 . Dan mulai detik itu, Hinata yang pendiam dan pemalu menjadi sangat cerewet.
Dan, minggu depan adalah bulan keempat. Sungguh, Hinata sekarang sangat ingin selalu berada disampingnya dalam suka dan duka. Hyuuga Hinata, putri pertama dari Hyuuga Hiashi sangat mencintai pria itu dengan sepenuh hatinya, bahkan Hiashi sendiri kaget mendengar itu, tapi Hiashi percayakan semuanya pada Hinata. Jika putrinya bahagia maka dia juga akan bahagia.
"Entahlah Hanabi, yang jelas nee-chan sangat mencintainya."
.
.
"Sasuke, ayo kita ke kantin! Aku sudah lapar." keluh Kiba. "Jam olahraga sudah berakhir 15 menit yang lalu Sasuke, kau tidak lapar?" tanya Sai.
"Kalian duluan saja, aku akan menyusul." jawab Sasuke yang masih sibuk dengan bola basketnya.
"Ck, yasudah. Teme, kami duluan ya. Jika kau mencari kami, kami ada dikantin."
"Hn."
Akhirnya mereka semua pergi ke kantin, dengan Sasuke yang masih sibuk dengan bola basketnya, tanpa disadari. Sejak tadi ada yang memperhatikannya, lebih tepatnya mengkhawatirkannya.
Perlahan, orang itu pun memberanikan diri untuk mendekati Sasuke. Sudah cukup ia memperhatikan Sasuke dari belakang, sudah cukup.
"S-Sasuke-kun?" cicitnya pelan.
Sasuke tak mendengarnya. "Sa-suke-kun?" panggilnya lagi. Tapi, Sasuke tetap tak mendengarnya dia masih sibuk mendribble bola basket nya ke ring.
"Hah, SASUKE-kun?" panggilnya dengan nada yang agak keras.
Mendengar panggilan itu, yang dipanggil pun menyeringai.
"Kau harus belajar memanggilku dengan lebih keras Hinata." Sasuke membalikkan badannya menghadap gadis itu.
Hinata hanya tersenyum "Aku rasa Sasuke-kun tidak bermasalah pada pendengaran kan?" canda Hinata.
"Kau tau itu."
"Cukup Sasuke-kun, aku membawakan bento untukmu." ujar Hinata sambil menyodorkan sebuah kotak bento bewarna hitam pada Sasuke, pemuda itu pun menghentikan permainannya sambil menatap lekat pada kotak bento itu.
"Bento?" tanyanya aneh. Hinata mengangguk mantap.
"Kenapa?" alis pemuda itu bertaut.
"Eh?" Hinata menyerngit tak mengerti. "Kenapa? Maksudnya Sasuke-kun?"
"Kenapa kau bawakan aku bento?" tanya Sasuke lagi. Pipi putih seputih porselen tanpa polesan make up sedikit pun itu merona, merona hanya karena sebuah pertanyaan dari Uchiha Sasuke.
"Um, k-kar-na" Hinata gugup.
"Bicara yang jelas, jangan gugup!" pinta Sasuke agak keras.
Hinata kaget dan makin menundukkan kepalanya "Karena aku ingin, memangnya aku tak boleh membawakan S-Sasuke-kun makanan?" tanya Hinata.
Sasuke terdiam.
"T-tapi, kalau Sasuke-kun tidak mau. Tak apa." Hinata pun menaruh kotak bento itu diatas bangku di ujung lapangan basket, dan menaruh sebotol air mineral tak lupa juga sebuah handuk kecil. "Jika Sasuke-kun lapar makanlah, tapi jika Sasuke-kun tak mau . ." Hinata pun tersenyum "Itu terserah Sasuke-kun."
Hinata pun pergi meninggalkan Sasuke sendiri.
"Bento?"
.
.
"Sasuke, kau harus ingat perjanjian kita dulu"
"Hanya empat bulan Sasuke, dua bulan berikutnya kau harus menjauh darinya"
"Pasti akan sangat merepotkan, huaah Mendokusai~"
"Jika kau hanya ingin bermain, maka berhentilah sekarang. Sudah cukup Sasuke!"
"Kau, Jatuh cinta padanya? Teme?"
"Kau bercanda Naruto? Sasuke akan jatuh cinta? Dengan sebuah taruhan?"
"Pasti bercanda"
Percakapan itu, kembali terngiang ditelinga sang bungsu Uchiha. Percakapan hasil dari reaksi teman-temannya saat ia membawa bento itu ke kelas, tepatnya 5 hari yang lalu. Sungguh, apakah memang harus berhenti? Atau melupakan semuanya? Atau membatalkan perjanjian bodoh itu? Uchiha Sasuke, bingung.
"nghh, Sasuke-kun? Kenapa berhenti?" tanya seorang wanita berambut pirang yang sedang berada dibawah tubuh Sasuke. "Ayo lanjutkan, Sasuke-kun~" goda wanita itu lagi.
Sasuke menatap lekat wanita yang sedang ditindihnya itu, tiba-tiba wanita pirang itu berubah menjadi seorang gadis indigo. Gadis indigo yang selalu tersenyum hangat padanya, gadis indigo yang selalu bersemu merah sangat ia memujinya, gadis itu. Yang selalu memberikan kehangatan pada Sasuke. Dan sekejab itu juga . .
"Cukup, pakai bajumu dan enyahlah dari rumah ku!" ucap Sasuke datar langsung bangkit dari posisinya.
"Tapi, Sasuke-kun . . Ayolah, kenapa berhenti? Kau aneh Sasuke-kun." goda wanita itu lagi sambil bergelanyut manja di lengan Sasuke. "Ayolah Sasuke-kun . ." godanya lagi.
"KELUAR!" bentak Sasuke langsung. Dan sontak, wanita itu segera memungut pakaiannya yang berserakan dilantai. Berlari meninggalkan kamar bernuansa putih dongker itu.
Ketika wanita itu pergi, pria bermata onyx itu pun duduk ditepi ranjangnya. Menatap keluar jendela yang tertuju langsung pada taman belakang rumahnya.
"Akkkhhh!" Ia mengacak rambut ravennya frustasi.
"Benar, mereka benar! Ya, aku harus menghentikannya. Harus." pria itu pun mengambil ponselnya dimeja samping tempat tidur dan menghubungi seseorang.
"Katakan padanya, aku akan kerumahnya. Bilang aku akan menjemputnya." ucap Sasuke datar. Sasuke pun langsung bangkit dan langsung masuk ke kamar mandinya.
Ya, dia harus mengakhirinya sebelum terlambat.
.
.
Sebuah Bugatti Veyron hitam melesat pelan memasuki gerbang sebuah kawasan elit yang bernama Konoha International High Shcool. Sekolah elit yang hanya menerima murid dari kalangan atas, bangsawan dan para keturunan 'Einstein' dan juga tempat ini adalah penjara bagi para murid polos yang menjadi korban pembullyan hanya karena gosip usang atau tidak ingin mengikuti suatu peraturan para penguasa.
Lucu, karena para guru disekolah ini tidak pernah menangani. Hanya karena ketika seorang murid kaya berbuat kesalahan tidak pernah dihukum, malah hanya mengatakan "Biarkan saja, kau harus banyak bersabar. Maaf karena kami tidak mau nama sekolah ini buruk. Lebih baik kau lupakan saja."
Dan hanya dengan kata itu, cukup untuk membuat seluruh pelajar disekolah ini enggan mematuhi peraturan dan bertindak sesuka hatinya. Sepertinya ini bukan tempat bagi mereka para siswa polos.
Dan berbuat sesuka hati itu juga berlaku bagi Uchiha Sasuke, siswa dari kalangan atas yang merupakan Prince of the Prince dari segalanya disekolah ini. Mulai dari yang terkaya, tertampan, terkece, dan terpintar setelah Shikamaru Nara tentunya. Dan oh ya jangan lupakan bahwa dia adalah seorang cassanova sejati.
Dia seorang keturunan Uchiha, pewaris sah dari Uchiha corp. Kenapa? Karena kakaknya Uchiha Itachi memilih untuk membuat perusahaan sendiri dengan alasan ingin memperbesar nama Uchiha. Sungguh, tak ada yang bisa mengetahui seperti apa beban yang ditanggung oleh pangeran tampan itu. Semua dimulai dari keluarganya, semua tekanan yang ia terima hanya karena ia adalah seorang pewaris Uchiha. Ia benci hal itu, sangat membencinya, ia ingin bebas.
Tapi entah bagaimana caranya, Ayahnya selalu berkata "Uchiha adalah sebuah kutukan, maka terimalah takdirmu sebagai bagian dari kutukan itu. Sungguh tak ada yang bisa mengubah sebuah takdir didunia ini, hanya Kami-sama yang berhak atas itu." dan itulah takdir seorang Sasuke, menjadi seseorang yang dituntut untuk sebuah kesempurnaan semata. Apakah ia tidak bisa untuk sekedar bermain-main? Hanya sebentar saja. Ia selalu memohon atas itu.
Tapi, tampaknya Sasuke sudah bermain sejak lama.
Sejak kepergian Uchiha Madara, ya Madara adalah kakeknya. Orang yang selalu mengerti perasaannya dan juga tidak pernah menuntut sebuah kesempurnaan darinya. Madara tau manusia tak ada yang sempurna. Berbeda dengan Uchiha Fugaku, selalu saja membandingkan Sasuke dengan Itachi dan menuntut segala macam kesempurnaan. Mungkin itulah yang membuat Sasuke tak pernah puas untuk bermain.
Pemuda itu memarkirkan mobil kesayangannya di parkiran khusus genk-nya. Oh jangan lupakan bahwa donatur terbesar disekolah ini adalah klan Uchiha dan beberapa klan besar lainnya yang membuat mereka semua mendapatkan hal-hal khusus disekolah ini. Pemuda itu pun turun dari mobilnya dengan penampilan yang uhh, membuat para kaum hawa menjerit tak karuan dan para adam berteriak iri dengan ketampanannya. Sungguh dengan tampilan kemeja asal, dasi yang ia longgarkan dan tas yang hanya disandang sebelah tangan. Dan jas kebanggaan sekolahnya? Ia taruh didalam mobilnya, sungguh ia gerah memakainya, tapi hanya karena ibunya, ia membawanya kesekolah. Wajah datar khas Uchiha terus terpasang diwajahnya, wajah putih tanpa noda cela sedikit pun. Tanpa senyum dan tatapan tajam dari mata onyx nya mampu membius siapa pun yang melihatnya.
Aaaa, Sasuke-kun tampan sekali!
Siapa ya yang bisa mendapatkan hati Sasuke-kun sepenuhnya ya?
Iya aku penasaran, selama ini Sasuke-kun selalu saja bermain-main dengan para model dan para siswi yang terkenal disekolah ini.
Aku sangat ingin melihat Sasuke-kun mempunyai pasangan yang pasti.
Eh, Sasuke-kun kan sedang berpacaran dengan Shion-chan
Semoga saja bertahan lama ya
Aah lebih baik kita lihat sajalah dulu, siapa yang akan benar-benar memiliki hati Sasuke-kun.
Ya, hanya itu yang bisa kita dengar dari para fansgirl Sasuke. Sasuke ingin, ingin sekali memiliki seorang kekasih yang mengerti perasaannya, yang apa adanya dan tak peduli dengan apa yang Uchiha Sasuke punya. Sasuke ingin wanita yang hanya mempedulikannya, persis seperti ibunya. Tapi, entah kapan itu bisa terjadi. Bagaimana dengan Shion? Jangan tanya, wanita itu sangat-sangat bukan tipe Sasuke. Dan kenapa status Shion adalah 'pacar' Sasuke? Karena Sasuke hanya ingin mengikuti taruhan yang dibuat oleh teman-teman bodohnya. Ia tak ingin teman-temannya menganggap remeh seorang Uchiha Sasuke.
Sasuke memasuki kelasnya, duduk di pojok dekat jendela. Itu adalah tempat favoritnya. Ia memejamkan matanya dan menikmati semilir angin pagi yang menerpa wajahnya dan menyapu rambut raven miliknya. Semua ketenangan itu berakhir ketika seorang berteriak keras di ujung pintu.
"TEMEEEEEEEEEEE!"
Seseorang yang memiliki rambut kuning jabrik dan memiliki mata blue sapphire yang sangat indah itu berteriak bagai toa sekolah. Dan berhasil, suara itu mengusik ketenangan Sasuke.
"Ck, apasih dobe? Kau menggangguku." ucap Sasuke datar.
"Teme, dimana ponselmu? Dari tadi Kiba mencoba menghubungimu tapi tak kau jawab." keluh Naruto pada sahabatnya itu. Ya namanya adalah Uzumaki Naruto.
"Mode silent."jawab Sasuke cepat.
"Selalu saja begitu." Naruto makin kesal dengan Sasuke sekarang.
"Ada apa?" tanya Sasuke lagi.
"Ayo berkumpul, ada yang ingin dibacarakan kata Shino." jawab Naruto enteng.
"Ck, apa lagi? Taruhan lagi? Aku tidak tertarik." Sasuke lalu melenggang pergi meninggalkan Naruto dikelas.
"Temeeee, tunggu duluuu!" Naruto pun berlari menyamakan langkahnya dengan Sasuke.
"Apalagi dobe? Bilang pada mereka aku tidak tertarik."
"Tunggu dulu, kata Shino gadis itu polos. Shino dan Kiba sudah sebulan mencari informasi tentang gadis itu!" Ucap Naruto merentangkan tangannya didepan Sasuke. Sasuke pun menghentikan langkahnya. Gadis polos? Oh Sasuke sangat menyukai gadis polos.
"Hn, dimana mereka?" tanya Sasuke. Naruto pun menyeringai mendengarnya.
"Kau tertarik teme?" tanya Naruto sambil bersedekap.
"Dimana mereka, dobe?" lanjut Sasuke, sungguh Naruto memperlambatnya.
"Wow wow, baiklah teme. Tak usah buru-buru. Lihat saja ditempat biasa, aku ingin ke kantin dulu. Kau bisa sendiri kan teme?" ucap Naruto.
Setelah, mendengar jawaban Naruto, Sasuke langsung pergi tanpa menjawab kata-kata Sahabatnya itu. Sungguh, ia tak sabar.
"Ck, dasar Teme! Kalau dengar gadis polos saja langsung begitu. Semoga gadis itu tidak terlalu polos. Kami-sama lindungilah gadis itu." dia Uzumaki Naruto. Walau dia termasuk komplotan Sasuke, setidaknya dia masih memiliki hati dan perasaan yang ditanamkan Ayah dan Ibunya.
.
.
"Jadi, apakah kau tertarik Sasuke?" seorang berkaca mata hitam menatap lekat pria yang sedang melihat foto seorang gadis malang.
"Kau yakin memberikan itu pada Sasuke? Shino, kau tau? Gadis itu ada hubungannya dengan Neji. Kau bisa dibunuh Neji nanti."
"Tak apa Sai, Neji sedang berada di luar negeri sekarang. Dan Neji akan kembali saat kita akan naik kelas. 6 bulan itu waktu yang lama." jawab Shino meyakinkan.
"Tapi, apakah tak apa? Dia sekelas denganku, Dia gadis yang sangat baik. Sebaiknya jangan." ucap Lee tanpa semangat mudanya, Lee sangat mengkhawatirkan gadis itu.
Uchiha Sasuke tetap diam memperhatikan sebuah foto ditangannya, sungguh gadis itu sangat cantik. Tapi entah kenapa Sasuke ingin sekali mencoba bermain-main dengannya. Dan dari yang ia dengar dari teman-temannya bahwa gadis itu adalah gadis yang sangat baik dan terlalu polos untuk taruhan mereka. Salahkan Shino dan Kiba yang membuat gadis ini terbawa dalam lubang hitam ini, Sasuke hanya mengikuti.
"Sasuke, aku saran kan jangan. Aku mengenal gadis itu, dia gadis 'baik-baik'. Jangan kau libatkan aku ketika Neji tau semua ini. Itu akan sangat merepotkan." Shikamaru pun kembali tertidur setelah mengutarakan pendapatnya tentang taruhan itu.
"Kalian ini, diam sajalah! Biarkan Sasuke yang memutuskan!" ucap Kiba malas.
Lama terdiam, akhirnya Sasuke pun menjawab
"Baiklah, aku setuju."
Matilah gadis itu, Uchiha Sasuke akan memulai permainan-nya.
.
.
~TBC~
A/N : Haii
Kembali lagi dengan fic baru yah:v gomen-gomen padahal fic lainnya belum kelar. Sebenarnya udh selesai, Cuma belum mood untuk update chapter selanjutnya. Malah lagi mood buat fic baru. Btw, ini fic lama dan ide pasaran sih ya kayaknya. Tapi yang ini mungkin bakal nemu kata 'end' gak kayak fic saya yang lain. Karena memang status fic ini udah lama tapi baru saya publish. So, enjoy the story guys!
Note: perhatikan setiap ceritanya, bakalan bingung dichapter depan kalau gak ngerti chapter ini.
