Disclaimer: Gila kali saya yang punya. Pokoknya One Piece dan semua karakternya milik Odacchi seorang.
Setting: Amazon Lily Arc. Setelah pesta.
Re-Make dari: NIGHT BEFORE LUFFY'S DEPARTURE.
Sequel (hidden-scene) dalam fic: Seaming.
Attention: Fic ini adalah sebuah Re-Make dari fic pertama saya. Ada banyak yang saya ganti, baik dari susunan kalimat, tanda baca, dan embel2 panggilan. Karena saya lebih suka memanggil tanpa menggunakan embel2 (Kecuali Sanji dan Nami.)
Di fic ini juga mengandung unsur Lemon. Postingan pertama dulu, saya hanya menyelipkan momen fluff di antara Luffy dan Margaret, tapi sekarang tidak. Bwahahaha.
Oh ya, sayang ini bukan LuHan, tapi LuMar :DDD
Enjoy yaah.
Night Before Luffy's Departure
CHAPTER 1 : Luffy dan Margaret
Malam itu, Luffy kembali lagi kerumah nenek Nyon, yang sebelumnya memberitahu Luffy mengenai eksekusi Ace. Di sana mereka melanjutkan bincang-bincang, tetapi Luffy yang memang kurang memiliki sopan santun terus saja mengunyah-ngunyah daging raja laut yang sebelumnya memang sudah dia bawa – tapi kemudian ditinggalkan untuk bertemu dengan Hancock sebentar.
Sementara Margaret terus memperhatikan Luffy dengan pandangan terkagum-kagum dan terkadang tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya yang luar biasa. Karena memang kisah Luffy dan rekan-rekannya terlalu luar biasa bagi seorang gadis seperti Margaret yang terkurung dalam pulau Amazon lily yang terisolir di Calm Belt.
Luffy menceritakan kisahnya sedari dia kecil, berlatih (disiksa) Garp, kakeknya, lalu bermain dengan kakak-kakaknya, Ace juga Sabo, dan kisahnya dengan Shanks beserta nakama nya.
Setelah menghabiskan setengah daging raja laut, dia mulai menceritakan kisah petualangannya. Bertemu dengan semua nakamanya: Zoro, Nami, Usopp, dan Sanji. Lalu Chopper, Robin, Franky, juga Brook. Tidak lupa juga dia menceritakan tentang Vivi, nakamanya yang memilih untuk tinggal di negerinya sebagai putri mahkota karena rasa sayang yang besar pada rakyat negerinya.
Margaret pun menampakkan wajah yang sungguh terkagum-kagum. Matanya membesar dan senyuman manis mekar di sekeliling bibirnya yang casual dan seksi. Keringatpun turun dengan trek disekitar sisi mata sampai pipi dan hingga akhirnya jatuh di lantai yang terbuat dari kayu.
Setelah itu nenek Nyon bertanya mengenai perjalanan Luffy. Maksudnya, perjalan panjang hingga bocah itu bisa mendarat di sini. Luffy dengan senang hati menceritakannya, tapi tetap dengan daging yang terus dikunyah dimulutnya sepanjang cerita.
Luffy mulai dari kejadian di Logue Town, ketika dia akan dipenggal oleh seorang badut gila yang-entah-kenapa-Luffy-lupa-namanya, di tempat panggung eksekusi di mana sang Raja Bajak Laut dulunya mati. Margaret dan nenek Nyon ternganga mendengar bahwa Luffy terselamatkan oleh sambaran halilintar dan akhirnya berhasil kabur. Lalu pertempuran dengan salah seorang Sichibukai, Sir Crocodile di Arabasta. Menantang dewa, God Enel di pulau langit, di atas tanah legendaris Shandora. Hingga menghancurkan pasukan intelijen pembunuh khusus pemerintah dunia. Pertempuran di pulau hantu, Juga peperangan besar di kepulauan Shabaondy.
"...Fyuuh, bocah Luffy." nenek Nyon membuka. "Aku hampir tidak percaya kau melalui petualangan sebesar itu, bahkan sampai menemukan tanah legendaris Shandora!"
"Hahaha, aku juga sama hampir tidak percayanya dengan nenek, kalau aku bisa terdampar disini." Sebuah tawa yang riang diberikan Luffy dengan daging beterbangan kesana kemari. "Uhuk uhuk!" akhirnya Luffy mendapatkan batunya dengan tersedak oleh daging yang nyangkut di tenggorokannya.
"Uum, Luffy...silahkan tehnya," Margaret menyodorkan teh hangat dengan tangannya yang lembut namun sudah sangat terlatih dalam hal memanah.
"O, twerhima kwaswih, Mwargaret!" sahut Luffy masih dengan daging raja laut di mulutnya.
Haripun sudah hampir menjelang tengah malam.
"Baiklah, aku duluan" ucap nenek Nyon.
"Ok, baiklah nenek kacang."
"Siapa yang kacang! Enak saja, dasar bocah!" jawab nenek Nyon kesal.
"Um, nenek Nyon..." potong margaret.
"Ya, Margaret. Aku mengerti." jawab nenek tua itu. "Bocah Luffy, kau tidak keberatan bukan menemani Margaret lebih lama lagi?"
"Aa, gamasalah, 'kok" jawab Luffy dengan santai. "Lagipula sisa dagingnya masih banyak, 'nek kacang. Biar kubagi sedikit buat Margaret nanti."
"Baguslah."
Luffy pun menyelesaikan sisa daging raja lautnya sendirian dalam 20 menit, lalu membuka pertanyaan kepada Margaret.
"Kau tidak lapar, Margaret?"
"Um! tidak, aku tidak lapar Luffy." jawab gadis itu terkejut karena lamunannya dipecahkan, tapi berusaha menyelipkan senyuman yang manis pada kalimat terakhirnya. "Aku, entah kenapa...senang menatapmu,"
"Mm? menatapku senang ?" tanya Luffy yang sudah kekenyangan, duduk terkapar.
"Iya" Jawab gadis itu dengan senyum malu-malu dan pipi yang merona.
"Aneh. Kalau aku 'sih sukanya menatap daging."
"Daging?"
"Ya. Apalagi daging yang 'beesaaar'."
"Daging yang besar?" tanpa sengaja Margaret menyentuh buah dadanya. Gadis itu meraba-rabanya dan berpikir apakah daging di dadaku ini cukup besar? Kalau dibandingkan dengan milik Aphelandra, sudah jelas dadaku lebih kecil, pikirnya. Kyaaa, apa yang kupikirkan, teriak Margaret di dalam hati sambil menyentuh kedua pipinya yang merona.
"Mm? kau kenapa, Margaret?" tanya Luffy berusaha mencari tahu dengan melihat wajah Margaret. "Kau sakit? wajahmu merah."
"Tidak 'kok Luffy-san..."
"Coba sebentar..." Luffy mencondongkan badannya ke arah gadis itu, dan menyentuhkan keningnya dengan kening lembut milik Margaret. Yang menyebabkan seluruh wajah gadis itu semakin merona hebat.
"Kau demam, Margaret ?"
"Um, ee..itu, tidak 'kok, Luffy-san, hanya..." Jawab Margaret.
"Hanya?"
"Hanyasajaakusedikithaus...!" dengan sangat buru-buru gadis itu menjawab. Ia mendorong tubuh Luffy sedikit kebelakang sehingga keningnya terpisah dengan kening Luffy dan berlari sesegera mungkin ke dalam rumah.
"Oo...haus, ya ?" unggah Luffy, disusul tawa lebarnya melihat Margaret berlari terburu-buru.
-o0o-
Saat Margaret di dalam, Luffy melantunkan senandung 'pulau bermusim' bodohnya sambil menggali hidung. Kemudian secara tidak sengaja, dia melihat pohon mint tumbuh di depan beranda rumah.
"Ha, daun...mint ya?" Luffy melihat pohon mint di depannya dan teringat akan kata-kata Sanji,
'Oi, Luffy, kalau kau akan berbicara dengan seorang lady pastikan mulutmu tidak bau. Cara termudah adalah dengan mengunyah daun mint. Kau mengerti?'
'Ee—buat apa, Sanji ?' jawab Luffy dalam ingatannya.
"Aku tidak tahu untuk apa mengunyah daun mint, tapi kalau enak tidak masalah dimakan, shishishi." ujar Luffy sambil cengengesan, menjulurkan tangan karet nya dan mengambil tiga lembar daun mint, lalu mengunyahnya.
Untuk sesaat dia terdiam. "...iyyeek, gak enak banget, Sanji! Kau menipuku,"
Sementara itu.
"Uuh...kau kenapa, Margaret?" Tanya gadis belia itu pada dirinya sendiri. "Kenapa kau tiba-tiba salah tingkah di depan Luffy?"
Kemudian ia menenggak segelas air putih yang sudah diambilnya tadi.
"Apa ini? perasaan hangat apa ini?" tanyanya, seraya memandangi dirinya yang lain yang terpantul berada dibalik cermin. "Dadaku berdegup kencang, wajahku merona, tubuhku bergejolak? Perasaan apa ini, Luffy? Luffy...!"
Tak lama, Margaret keluar dari dalam sebuah ruangan. Berusaha menunjukkan wajah nya sebiasa mungkin. Akan tetapi rona merah di wajahnya tetap tidak menipis.
"Ooh...Margaret. Sudah minumnya? Shishishi." sapa Luffy dengan ceria, ketika melihat gadis itu berjalan ke arahnya.
"Iya, sudah Luffy, hihi..." tawa kecil Margaret karena malu. Sekaligus karena wajah Luffy yang tersenyum ramah dengan lebar.
Merekapun duduk bersebelahan, menatap bulan malam itu yang bersinar sangat terang karena posisinya yang cukup dekat dan sedang mengalami fase purnama.
Untuk sejenak mereka terdiam. Wajah Margaret menunjukkan ekspresi yang campur aduk, bahagia, malu, grogi – semuanya jadi satu. Dan terkadang gadis itu melirik ke arah si bocah bajak laut yang kemudian di balas dengan senyuman lebar khas Luffy.
Sedangkan Luffy duduk bersila seperti biasa dengan topangan lengan kirinya di belakang dan segelas teh hijau hangat di tangan kanan yang terkadang di tiup nya lalu di seruput, layaknya kakek-kakek saat melihat bulan.
Samar-samar tercium wangi mint yang luar biasa segar bercampur dengan aroma teh hijau yang khas dari suku Kuja yang terkenal wanginya.
Aroma kesegaran ini memancing indra penciuman Margaret kearah wangi ini berasal, dan dia menemukannya. Aroma ini berasal dari si pemuda yang menggantungkan topi jeraminya di leher belakang, dari Luffy. Tanpa sadar Margaret menggeser tubuhnya kearah Luffy dan semakin mendekat, sehingga jarak di antara mereka kini tinggal satu jengkal tangan.
-Next-
A/N: Warning! chapter berikutnya mengandung konten dewasa.
