Pagi hari yang sedikit mendung itu terasa sangat tenang, sangat tenang. Sebelum sebuah suara yang sangat keras membangunkan seluruh penghuni rumah mewah itu yang tengah terdidur.
"Oekk! Oekk!"
Satu orang namja keluar dari kamarnya. Merasa terusik dengan suara yang memekakkan telinga itu, namja yang masih berbalut piyama tidur itupun segera melangkahkan kakinya menuju sumber suara.
"Oekk! Oekk!"
Suara itu semakin keras saja, membuat sang namja mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan dengan kesal.
Iapun membuka pintu rumahnya, memandang ke kanan dan ke kiri. Namun ia tak mendapat hasil apapun. Tidak ada siapapun.
Namja yang masih setengah sadar itu langsung saja membalikkan badannya, ia akan kembali ke kamarnya sebelum suara yang mengganggunya itu masih saja terdengar.
Iapun kembali berbalik, kemudian menatap kearah bawah, tepat pada satu keranjang yang ia tak tahu apa isinya.
Segera saja keranjang itu ia bawa ke dalam rumah, masih dalam keadaan setengah sadar.
"Ahjumma!" teriaknya keras.
Seorang pembantu rumah tanggapun berlari dengan tergesa kearah sang namja.
"Ini" ujarnya seraya memberikan keranjang itu pada sang pembantu.
Namja itupun kemudian melenggang ke arah kamarnya dengan keadaan masih mengantuk berat.
"BAYI?!" pekik pembantu itu.
Sang namja kemudian membelalakkan kedua matanya, mengusapnya dengan kasar, kemudian berbalik kearah pembantu yang masih terkejut itu.
"Mwo?!" seru sang namja seraya melirik ke dalam keranjang.
Ia kini sudah benar-benar sadar 100%. Disentuhnya berulang kali kulit halus nan kemerahan sang bayi yang masih menangis itu. Memastikan jika memang benar itu adalah bayi, bayi manusia.
"Benar-benar bayi" gumam namja itu tak percaya.
"Ada apa ini?" tanya sebuah suara yang baru saja muncul itu.
-KYUMIN-
THAT'S OUR SON / KYUMIN / GS / TWOSHOOT / CHAPTER 1
Author : Amilia Marisca Kyumin Shipper
Cast : kyumin, dll
genre : family, romance
warning : maaf kalo pendek,banyak typo, judul tidak singkron dengan cerita, alur cerita bisa ketebak, dll. Maklum masih pemula.
-KYUMIN-
"Bisa kau jelaskan semua ini, Cho Kyuhyun?" tanya seorang namja paruh baya dengan sangat tegas.
Namja bernama Cho Kyuhyun itu menggelengkan kepalanya, "Aku tak bisa menjelaskannya appa, karena aku juga tidak tahu" jawabnya.
Cho Hangeng, nama sang ayah, segera memukul keras kepala sang anak, "Jangan bercanda Cho! Kau pikir bayi itu mainan, hah?!" serunya geram.
Sedangkan yang tengah diperdebatkan kini hanya bisa terdiam saja, menikmati sebotol susu dalam rengkuhan ibu Kyuhyun, Cho Heechul.
"Appa pikir aku bercanda?! Aku benar-benar tidak tahu!" seru Kyuhyun masih mempertahankan argumennya.
Hangengpun mencoba untuk tidak kembali memukul buah hatinya. Ia harus mengendalikan emosinya, menjadi seorang kepala keluarga yang bijaksana.
"Kau bisa membuktikannya?" tanya Hangeng kini menurunkan nada bicaranya.
Kyuhyunpun menatap berani pada ayahnya, "Tentu saja. Aku yakin jika bayi itu bukan anakku" jawabnya yakin.
Heechul hanya menatap kasihan pada puteranya itu. Ia ingin sekali membela Kyuhyun, menyentuh dan mengusap kepala Kyuhyun yang pastinya sangat sakit itu. Tapi, ia hanya dapat menahan keinginannya, membiarkan sang suami yang menanganinya. Ia tahu jika apa yang dilakukan suaminya memanglah yang terbaik untuk anak mereka.
"Baiklah, kita lakukan tes DNA. Kau berani?" tawar sang ayah.
Kyuhyunpun mengangguk pasti, ia yakin jika bayi itu memang bukan anaknya.
"Tapi, yeobo. Bahkan bayi ini sepertinya baru lahir, kau tak kasihan padanya?" ujar Heechul.
Memang terlihat jelas kulitnya yang masih kemerahan, menandakan jika bayi itu baru lahir.
Hangengpun melirik bayi yang masih digendong istrinya itu, rasanya namja itu juga tak tega.
"Kita bisa melakukannya menggunakan rambut, umma" ujar Kyuhyun sebelum Hangeng mengatakan sesuatu.
"Ah, benar juga" ujar Hangeng menyetujui.
"Baiklah, setelah ini kita ke rumah sakit. Bersiap-siaplah" lanjutnya.
-KYUMIN-
"Apa kita tak memberinya nama?" ujar Heechul.
Kini mereka telah berada di rumah. Mereka sudah melakukan tes DNA, dan tinggal menunggu hasilnya dikirim saja. Mungkin memerlukan waktu beberapa hari.
Wanita itu dari tadi menggendong sang bayi, karena tak ada satupun diantara suami dan anaknya yang mau menggendongnya.
Tak ada sahutan dari dua namja berbeda generasi itu. Mereka hanya diam saja.
"Bagaimana kalau Cho Minhyun?" ujar Heechul semangat.
"Sayang~, kau boleh saja memberi nama. Tapi, kenapa marganya Cho?" tanya Hangeng mengeluarkan pendapat.
"Karena Minhyunnie kan cucu kita, keluarga kita juga" jawab Heechul dengan seenaknya menyebut bayi itu dengan nama 'Minhyun'.
"Sudah kukatakan itu bukan anakku, umma!" seru Kyuhyun.
Namja itu beranjak menuju kamarnya, ia sudah benar-benar muak dengan apa yang menimpanya hari ini. Dibantingnya keras pintu kamarnya, menggambarkan jika namja itu benar-benar kesal.
"Aigoo, jangan menangis. Cup, cup, cup" ujar Heechul seraya berdiri dan menimang-nimang sang bayi.
Bayi bernama Minhyun itu tadi sedikit terisak, mungkin karena terkejut dengan suara tinggi Kyuhyun.
"Darimana kau mendapatkan susu dan botol bayi untuk bayi itu, Chullie?" tanya Hangeng saat dirasanya ada yang ganjil.
Heechul yang untungnya memunggungi Hangeng itu terlihat sedikit tersentak. Ia memutar otaknya untuk mencari jawaban yang sekiranya masuk akal untuk didengar suaminya.
"Aku tadi menyuruh pembantu kita mencari botol susu Kyuhyun yang dulu saat ia masih kecil, dan juga membeli susu formula" jawab Heechul.
Hangengpun hanya mengangguk-angguk saja, pertanda ia mengerti dan paham.
"Bagaimana kalau memang benar anak itu anak Kyuhyun? Cucu kita?" ujar Hangeng lirih, pada dirinya sendiri dan pada Heechul, istrinya.
Heechulpun kembali duduk, kemudian mengusap punggung tangan suaminya dengan sebelah tangannya.
"Bukankah kita sangat menginginkan cucu?" tanya Heechul tenang.
"Tapi bukan begini caranya" ujar Hangeng terlihat frustasi.
Heechulpun mengangkat kepala Hangeng yang semula tertunduk, kemudian mengarahkan kearah bayi mungil yang terlihat sudah tenang kembali itu.
"Lihatlah, apa ia tak mengingatkanmu pada seseorang?" tanya Heechul pelan.
Hangengpun meneliti setiap detail wajah bayi yang digendong istrinya itu, dan ia baru menyadari satu hal.
"Kyuhyunnie" jawab Hangeng lirih.
"Boleh aku menggendongnya?" tanya Hangeng.
Heechul tanpa menjawabpun segera menyerahkan bayi mungil itu ke lengan suaminya.
Hangeng merasa jika ia kembali ke masa itu. Masa dimana ia pertama kali menggendong Kyuhyun kecilnya. Saat itu, ia baru menyandang predikat sebagai ayah. Ia bagai seorang namja paling bahagia di dunia. Dan sebuah senyumpun terlukis di wajah tegasnya.
"Siapa tadi namanya?" tanya Hangeng.
"Minhyun. Cho Minhyun" jawab Heechul.
"Kenapa Minhyun? Bukankah terkesan seperti nama yeoja?" tanya Hangeng yang tak lepas memandang wajah kecil di rengkuhannya itu.
Heechulpun bingung, dan kembali berpikir keras. Ia tak tahu jika suaminya akan bertanya hal sedetail itu.
"Tidak. Menurutku nama itu manis dan aku menyukainya" ujar Heechul.
"Tapi dia namja, sayang" bantah Hangeng.
"Kita bisa memanggilnya Hyunnie. Pokoknya namanya harus Cho Minhyun. Titik!" ujar Heechul bernada final.
Hangengpun hanya menghela nafas beratnya saja, menghadapi tingkah keras kepala istrinya.
"Arra. Arra. Bagaimana kalau kita sekarang membeli perlengkapan Minhyun?" ujar Hangeng, terlihat sedikit antusias memang.
"Eum. Ide yang bagus. Kaja! Aku sudah sangat gatal ingin berbelanja perlengkapan bayi" ujar Heechul semangat.
"Nado"
Memang pasangan suami istri itu sangat menginginkan cucu, namun sang anak tak mau juga untuk memberikannya.
-KYUMIN-
Seminggu sudah Minhyun berada di rumah megah itu. Dan seminggu juga Kyuhyun menyendiri. Ia hanya akan keluar kamar untuk bekerja dan makan. Selebihnya ia gunakan untuk berdiam diri di mau sama sekali menyentuh Minhyun.
Yang menjaga dan merawat Minhyun tentu saja Hangeng dan Heechul. Bahkan mereka juga membuatkan Minhyun kamar sendiri. Di dekat kamar mereka tentunya.
Dan tadi siang seorang kurir mengantarkan sebuah amplop besar, hasil tes DNA dari rumah sakit. Dan kini keluarga itu tengah berkumpul di ruang tengah.
"Bukalah" perintah Hangeng.
Kyuhyunpun dengan tak minat mematuhi perintah ayahnya. Iapun mengambil amplop itu, kemudian membuka tali yang menguncinya. Setelahnya, ia mengeluarkan selembar kertas berwarna putih dari dalamnya.
Dilewatinya baris-baris tulisan yang ia tidak mengerti dan langsung saja membaca dalam hati bagian bawah kertas yang menunjukkan angka 99% itu.
Kedua bola matanya membulat tak percaya, "Tidak mungkin" lirihnya pelan, sangat pelan.
Hangeng yang melihat ekspresi Kyuhyunpun segera merebut kertas itu dengan mudahnya. Mengamati tulisan-tulisan itu bersama sang istri.
Kemudian Hangeng segera menggulung kertas itu, dan memukulkannya di kepala Kyuhyun.
"Masih mau mengelak, eoh?" ujar Hangeng, namun ia tidak begitu marah nampaknya.
Seminggu bersama Minhyun membuat namja paruh baya itu mulai menyayangi Minhyun. Ia sudah mulai terbiasa dengan kehadiran bayi yang mulai gemuk itu. Tangisnya sudah terekam jelas di telinga Hangeng. Dan ia nampaknya sudah bisa menerima kehadiran Minhyun, cucunya.
"Maldo andwe" gumam Kyuhyun masih belum percaya.
"Aigoo, Minhyunnie cucu haraboji" seru Hangeng senang seraya mengelus pipi chubby Minhyun.
"Sudah bangun, sayang? Ini halmonie" seru Heechul tak kalah antusiasnya.
Minhyun yang baru bangun itupun menguap kecil, benar-benar menggemaskan. Dan tak lama, bayi itu terisak pelan.
"Minum susunya dulu, ne" ujar Hangeng seraya menyambar botol susu Minhyun dari meja, kemudian memberikannya pada sang bayi.
"Tidak! Itu bukan anakku! Hasil tes ini pasti salah!" seru Kyuhyun masih belum terima.
"YA! Pelankan suaramu! Nanti uri Minhyunnie terganggu!" ujar Hangeng.
Kyuhyunpun dengan kesal segera beranjak ke kamarnya. Ia sudah tak habis pikir, orang tuanya kini memihak pada bayi yang baru seminggu ini mereka kenal daripada anak mereka.
Dikuncinya pintu kamarnya, kemudian ia beranjak kearah kasur. Duduk di pinggiran kasur, membuka laci yang berada di sebelah kasur. Kyuhyun mengambil sebuah figura foto dari dalamnya.
Terlihat sepasang namja dan yeoja yang tengah duduk di sebuah bangku, tersenyum begitu bahagianya. Sang namja terlihat melingkarkan lengannya ke pundak sang yeoja, sedangkan sang yeoja melingkarkan sebelah tangannya di pinggang sang namja.
"Minnie, aku merindukanmu" gumam Kyuhyun lirih seraya mengusap foto sang yeoja.
"Minnie kemana? Kenapa meninggalkanku? Aku minta maaf jika aku membuat kesalahan. Aku merindukanmu" ujarnya lagi.
Kyuhyunpun meletakkan figura itu di dadanya, kemudian berbaring diatas kasur yang ia dudukki.
"Andai saja anak itu anak kita, aku pasti akan sangat bahagia" gumam Kyuhyun sebelum ia masuk ke dalam mimpinya, tidur merupakan cara terbaik untuk kali ini.
-KYUMIN-
2 tahun kemudian~
"Minnie! Bisa kau antarkan pesanan ini ke alamat ini?" ujar seorang yeoja paruh baya seraya menyerahkan sebuah kantong plastik serta sebuah kertas kecil kepada puterinya, Lee Sungmin.
Sungminpun menerima kantong plastik dan kertas kecil itu, kemudian menganggukkan kepalanya.
"Hati-hati di jalan, ne!" pesan Leeteuk, sang yeoja paruh baya, pada puterinya itu.
"Ne, Minnie berangkat dulu, umma!" seru Sungmin seraya berjalan mengambil sepedanya.
Diletakkan kantong plastik itu ke dalam keranjang sepedanya dan mulai mengayuh sepeda itu kearah alamat yang tertera di kertas kecil yang ia letakkan di saku bajunya.
Sungmin sesekali bersenandung kecil, menyanyikan beberapa bait lagu yang ia hafal liriknya di luar kepala. Sekedar mengurangi rasa bosan saja sebenarnya.
Setelah sampai, iapun segera turun dan mengambil kantong plastik itu. Ditekannya bel rumah di hadapannya. Tak lama muncullah seorang wanita paruh baya keluar, menampilkan senyuman hangatnya.
"Aigoo, cepat sekali pesanannya tiba!" seru wanita itu.
"Tentu saja, rumah makan kami memang yang terbaik!" ujar Sungmin semangat.
Setelah melakukan transaksi, Sungminpun kembali menuju sepedanya. Kemudian kembali mengayuh sepeda itu dengan kakinya.
Sebelum kembali ke rumah, Sungminpun mampir dulu ke sebuah taman. Entah kenapa ia ingin membeli ice cream, jadi ia berhenti dulu.
Diedarkan kepalanya mencari pedagang ice cream yang ia inginkan, kemudian berjalan kearah sang pedagang.
Disana terlihat seorang anak kecil berdiri seraya memandang ingin pada ice cream yang dilihatnya.
Sungminpun berjongkok di samping anak itu, kemudian tersenyum kecil.
"Adik manis ingin ice cream, eoh?" ujar Sungmin.
Anak itu nampaknya kaget, kemudian menatap kearah Sungmin.
"Ne. Hunnie mu ek kim" ujar anak itu.
Sungmin sedikit terkekeh pelan mendapati bocah dihadapannya yang menjawabnya dengan bahasa yang agak 'rumit'.
"Nuna belikan, eoh?" ujar Sungmin.
Bocah itupun mengangguk semangat, kemudian mengulurkan kedua tangannya, meminta digendong. Ia ingin memilih sendiri ice cream yang ia inginkan. Tapi, ukuran tubuhnya kurang mendukung, makanya ia meminta digendong.
Sungminpun menggendong bocah itu. Dan dengan semangatnya bocah itu menunjuk rasa vanilla.
"Mu ni juci!" seru bocah itu pada sang pedagang.
"Dan rasa strawberi satu" tambah Sungmin.
Pedagang itupun segera menyiapkan pesanan sang bocah dan Sungmin, kemudian memberikannya pada sang pembeli.
"Ini, ahjussi" ujar Sungmin seraya menyerahkan beberapa lembar uang pada sang penjual.
"Hunnie kesini sendiri?" tanya Sungmin.
"Ni. Hunnie ma hamonie" jawab bocah itu sambil menikmati ice creamnya.
"Eh, ama Hunnie tu Hunnie, ukan Hunnie" seru sang bocah.
Sungminpun mengangguk, seolah faham. Walau ia sendiri tak tahu maksud dari bocah itu.
Suara dari ponsel Sungmin membuat yeoja itu menurunkan sang bocah dari gendongannya, kemudian mengambil ponselnya.
Setelah membaca pesan singkat dari sang ibu yang menyuruhnya untuk segera pulang dan membantunya di rumah makan kecil milik keluarga mereka itu.
"Nuna harus segera pulang dulu. Bye-bye!" ujar Sungmin seraya mengusap kepala sang bocah.
"Dah Dah!" seru bocah itu saat Sungmin berjalan menjauh dan semakin tak terlihat karena ia sudah mengayuh sepedanya kearah rumahnya.
"Eh, baby! Kenapa makan ice cream? Nanti gigimu sakit loh!" ujar seorang wanita paruh baya yang baru saja datang.
"Hunnie mu ek kim, Monnie!" seru bocah itu semangat.
Sang wanita paruh baya langsung saja menggendong bocah itu, kemudian mengecup pelan pipi chubby sang bocah yang sudah ternodai dengan ice cream.
"Arra. Untuk kali ini Hyunnie boleh makan ice cream. Tapi tidak untuk lain kali, ne?" ujar wanita itu seraya berjalan kearah mobilnya ia parkirkan, kemudian masuk kedalamnya.
"Ni! Hunnie mu kan ek kim agi!" seru bocah itu keras kepala.
Sang wanita paruh baya hanya menggelengkan kepalanya saja, kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Appa! Appa dah ulang?" ujar seorang bocah saat melihat seorang namja tengah duduk manis memainkan PS di depan televisi.
Bocah itupun segera memeluk namja yang tengah serius bermain itu.
"YA! Lepaskan! Kau menggangguku bermain!" seru sang namja, Kyuhyun, seraya mendorong pelan tubuh gemuk Minhyun, sang bocah.
Namun, dorongan pelan Kyuhyun berhasil membuat Minhyun jatuh terduduk diatas karpet.
"Appa! Hunnie uga mu main ma appa!" seru Minhyun sambil kembali berdiri.
"Aku bukan appamu! Jangan memanggilku appa lagi!" seru Kyuhyun dingin.
Kedua bola matanya menatap serius pada layar di hadapannya yang menampakkan dua orang yang tengah bergulat itu.
"Appa, Hunnie mu main ma appa!" seru Minhyun berusaha mengambil perhatian Kyuhyun.
Ditariknya kaos lengan pendek yang Kyuhyun kenakan dengan pelan, karena memang tenaganya yang tidak seberapa itu.
Kyuhyun yang merasa terganggu itu menarik kaosnya dengan paksa, membuat Minhyun kembali terjatuh.
"Hunnie mu idul ma appa, ne?" ujar Minhyun kini menyentuh lengan Kyuhyun.
Kyuhyun yang sudah benar-benar kesal itupun segera membanting stik yang ia pegang ke lantai, kemudian menatap tajam Minhyun. Dicengkramnya tangan mungil Minhyun dengan tenaganya.
"Dengar! Jangan memanggilku appa! Dan jangan meminta apapun padaku, karena aku bukan ayahmu!" ujarnya tajam seraya melepaskan tangan Minhyun, dan beranjak ke kamarnya.
"Appa, akit" gumam Minhyun seraya menatap tangan kecilnya yang memerah.
Heechul yang mengintip itupun langsung saja menghampiri cucunya.
Dipeluknya Minhyun dengan hangat, "Mana yang sakit sayang?" tanya Heechul dengan suara bergetar. Ia tak mau menangis di hadapan cucunya.
Minhyunpun mengulurkan telapak tangannya yang memerah ke hadapan Heechul. Kemudian Heechulpun meniup-niup tangan mungil itu dengan sayang, sesekali mengecupnya.
"Ada apa Chullie?" tanya Hangeng yang barusaja pulang dari kantornya.
Heechulpun mengangkat tubuh Minhyun dan duduk di sofa, tepat di sebelah Hangeng, sambil memangku Minhyun tentu saja.
"Tadi..."
"Hunnie adi akal, bojie. Hunnie mukul-mukul main Hunnie. Kayang, angan Hunnie akit" ujar Minhyun menyela ucapan halmonienya.
"Jinja? Mana yang sakit baby?" tanya Hangeng panik.
Minhyun mengulurkan tangannya yang memerah, sama seperti apa yang ia lakukan tadi.
Sedangkan Heechul hanya menatap sendu pada cucunya saja. Bukan hanya satu kali ini saja Minhyun menutupi apa yang dilakukan Kyuhyun padanya. Heechul pikir Minhyun begitu menyayangi ayahnya, sehingga tak mau jika ayahnya dimarahi oleh kakeknya.
"Masih sakit?" tanya Hangeng penuh kekhawatiran.
Minhyunpun mengangguk, "Dikit" ujarnya.
"Bojie, Hunnie mu idul" tambah Minhyun.
"Tidur sama halmonie dan harabojie, ne?" ujar Hangeng.
Minhyunpun menganggukkan kepalanya semangat, membuat Heechul dan Hangeng tersenyum saja.
-KYUMIN-
Keesokan harinya~
"Monnie, appa eyum ulang ya?" tanya Minhyun untuk yang kesekian kalinya.
Heechulpun menggeleng lagi, kemudian kembali menatap pada buku cerita yang ia bawa.
"Halmonni bacakan lagi ne?" ujar Heechul seraya kembali membacakan Minhyun buku cerita.
Minhyun kini tengah menunggu kedatangan ayahnya yang sepertinya lembur itu. Ia duduk tenang di pangkuan Heechul yang duduk di sofa ruang tengah.
Heechul mencoba membuat Minhyun tidur dengan cara membacakannya sebuah buku cerita. Namun nampaknya tak mempan karena setiap kali Heechul tengah bercerita, Minhyun selalu menanyakan tentang 'kepulangan' sang appa.
Cklek~
Pintu utamapun terbuka, menampakkan seorang namja dengan tampilan kusutnya masuk ke dalam rumah.
Minhyun segera turun dari sofa, dan berlari kearah Kyuhyun yang baru saja sampai.
"APPA!" serunya senang seraya memeluk kaki Kyuhyun.
"Lepas!" ujar Kyuhyun tajam sambil berusaha melepas pelukan bocah kecil itu.
"Iyo! Hunnie mu eyuk appa!" ujar Minhyun.
Kyuhyun menatap sang umma yang masih duduk itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
Heechulpun beranjak, kemudian berjongkok di samping Minhyun.
"Appa mau mandi dulu sayang. Appa kan lelah bekerja seharian. Hyunnie lepaskan dulu, ne?" bujuk Heechul.
"Appa apek?" tanya Minhyun pada Heechul.
"Eum, appa capek sayang. Sekarang Hyunnie cuci kaki sama halmonie ne" jawabnya yang dijawab anggukkan kecil Minhyun.
Sedikit tak rela, Minhyunpun melepaskan pelukannya, kemudian menghambur ke pelukan neneknya. Sedangkan Kyuhyun, ia mendengus kasar seraya berjalan ke arah kamarnya, meninggalkan Heechul dan Minhyun.
Heechulpun menatap sedih kearah puteranya, "Mianhae" lirihnya pelan.
Iapun menggendong tubuh cucunya kearah kamar sang cucu, kemudian membantu Minhyun mencuci kakinya.
Setelah itu, Heechul membaringkan Minhyun ke kasurnya. Ia mengambil botol susu Minhyun, ikut berbaring disamping sang cucu.
"Minum susunya dulu ya, baby" ujarnya seraya memberikan botol itu pada Minhyun.
Minhyunpun dengan semangatnya mengangguk, kemudian menikmati susunya yang ada dalam botol. Tak lama berselang, Minhyunpun sudah tidur dengan nyenyak.
Heechul menyelimuti tubuh Minhyun sebatas dadanya, mengecup pelan pipi chubby Minhyun, meletakkan bantal-bantal di sekitar Minhyun agar ia tak terjatuh. Kemudian Heechulpun beranjak mematikan lampu kamar dan keluar dari kamar Minhyun.
"Maafkan halmonie, Hyunnie" ujar Heechul pelan saat menutup pintu kamar Minhyun.
-KYUMIN-
TBC?/END?
Sekedar menyalurkan imajinasi saya yang tiba-tiba muncul saja. Semoga enggak mengecewakan.
Ini ngetiknya baru tadi pagi, tanpa edit, soalnya males aja. :-D Mian jika banyak typo, dan ceritanya terkesan terburu-buru
Ditunggu RnRnya... ;-)
