DEATH WISH
Chapter 1
Disclaimer : I do not own KUROKO NO BASUKE characters... Tehe...
Semuanya tlah hilang. Senyum itu, pandangan itu, sentuhan lembut itu, suara itu, tawa itu, dan semua kenangan itu. Semuanya sudah hilang bersama tubuh sang gadis yang nyatanya tlah terkubur jauh di dalam tanah. Akashi memeluk lututnya, terbangun dari mimpi buruk akan kenangan buruk yang penuh darah sang gadis. Ia terisak, mengingat bagaimana sahabat dan calon istrinya itu meninggal. Tak akan ada lagi yang mau menyemangatinya saat bermain basket, tak akan ada lagi yang slalu ada untuk dirinya disaat dia begitu rapuh. Akashi tak pernah merasa selemah ini. Dia slalu berusaha kuat, tapi mengingatmu yang mati ditangannya tlah menghancurkan dinding pembatas yang sudah ia buat bertahun tahun hancur berkeping keping. Dia semakin erat mencengkeram sebuah syal berwarna merah. Syal hadiah pemberian Akashi untuk dia yang hanya miliknya seorang. Sudah tepat setahun semenjak kejadian orang-yang-paling-Akashi-sayang tlah hilang dari dunia. Yah, kau meninggal setahun lalu tepat pada tanggal ini."bagaimana aku akan hidup tanpamu...?" Akashi kembali terisak. Kejadian kejadian itu seolah terus berputar di otaknya.
Flashback
Kau adalah seorang gadis lemah yang nyaris 7 tahun hidupmu kau habiskan dirumah. Orang tuamu terlalu takut kau akan menyakiti dirimu lagi jika kau ada di luar sana. Terlebih tak ada yang akan melindungimu. Saat itu kau tinggal di rumah sendiri. Orang tua? Mereka slalu terlalu mementingkan pekerjaannya dibanding putri sendiri. Menyakitkan bagimu, dipaksa tinggal di rumah sementara dirumah sendiri tak ada orang satupun selain dirimu dan pembantumu. Membuat kau merasa begitu kesepian, dan kehilangan emosimu sendiri. Kau tak menangis, tak tersenyum, tak takut, tak ada apa apa. Hanya... Emotionless.
Tiba tiba orang tuamu pulang. Menyuruhmu segera berganti baju karna akan ada yang bertamu hari ini. Kau hanya menurut karna dirimu mengerti maksud mereka. Pasti itu adalah orang orang yang akan mengikat masa depanmu. Apa maksudnya? semalam tanpa sengaja dirimu menangkap pembicaraan kedua orang tua. Mereka membicarakan tentang pertunanganmu. Yah, mereka berencanaakan menunangkanmu dengan orang yang namanya Akashi. Kau terkrjut tentu saja. Tapi memilih untuk diam. Percuma saja menolak, mereka pasti akan memakai alasan seperti 'kau terlalu lemah jika sendiri. Jika bersamanya kau akan punya pelindung nanti.' 'Kami ingin yng terbaik untukmu' dan bla bla bla lainnya. Tapi, yang jelas kau tau maksud pasti mereka melakukan hal kejam itu, 'untuk hubungan perusahaan dan kepentingan ekonomi mereka.'. Mau tak mau kau hanya bisa mengiyakan.
Setelah berganti pakaian kau menunggu kedatangan para tamu itu. Lama... Laama sekali. Kau bosan. Kau pun akhirnya pergi kesebuah ruangan. Ruangan pribadi yang didalam nya ada sebuah piano besar berwarna putih. Setelah masuk, kau mengambil biola yang ada di atas piano tadi. (Kau anak orang kaya, jadi jangan heran) termenung sebentar. Memikirkan lagu apa yang akan kau mainkan. Kau menaruh ujung biola itu di pundakmu dan mulai menggesek, menghasilkan irama indah nan lembut. Di lantai bawah terdengar beberapa orang yang sedang berbincang. 'Mereka datang' pikirmu.
Tapi kau tak peduli. Kau masih terus menggesekkan biolamu, menikmati irama yang kau buat sendiri. Lagu ...menggema indah di seluruh ruangan. Mungkin orang tuamu mendengarmu bermain. Mereka takkan mengganggumu karna mereka tau kau takkan suka.
Akashi POV
Aku diseret kaasan pergi menuju rumah rekan kerjanya. Aku tak tau apa mau mereka tapi apa daya aku ? Aku hanya bisa menurut. Kami pun sampai di depan sebuah rumah mewah. Aku, tou san dan kaa san di sambut ramah oleh para butler dan beberapa maid di sana. Dan muncul seorang wanita paruh baya memakai pakaian anggun bersama lelaki yang menurutku adalah suaminya. Mereka berbincang bincang dengan orang tuaku.
"Sejurou desu ka?" Tanya tante tante itu padaku. Aku mendongak tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Yoroshiku onegaishimasu, obasan, ojisan." Sahutku.
"Ara, sopannya. Kau kelihatan seumuran dengan anak kami (y/n)." Tante itu tersenyum. Aku mengedarkan pandangan. Tapi tak terlihat seorang gadis kecil pun sepertiku.
"Doko desu ka?" Tanyaku.
"Oh, dia diatas. Di ruang musik sepertinya. Dia agak pemalu. Kalau kau mau kau bisa pergi keatas dan menemuinya." Jelas sang tante.
"Kau tak apa kan sei? Pergilah bermain dengan anak keluarga Sakuya-san." Perintah kaa-san. Yah mungkin itu ide bagus. Aku bosan kalau hanya bersama orang tua seperti mereka. Palingan juga mau membicarakan pekerjaan.
"Di mana ruang musik nya"
"Kau ke atas saja. Ada pintu khusus berwarna putih emas. Kau langsung saja masuk." Ujar oom oom suami ibu tadi. Aku menggangguk.
"Jaa, shitsureishimasu," aku pun pergi ke lantai atas. Bisa aku lihat dari tangga mereka berempat duduk di sofa sambil bercanda. Aku tak peduli. Apa urusannya dengan bocah umur 8 tahun sepertiku? Aku pun menyusuri lorong lantai dua itu. Rumah ini luas juga . tiba tiba terdengar alunan musik biola di depan sana. Itu pasti dia. Aku terus berjalan dan berhenti di depan pintu bercat putih seperti penjelasan orang tadi. Aku mengetuk pintu. Tapi tak ada reaksi. Alunan musik itu terus berbunyi, seperti mengacuhkanku. Aku mengetuk lagi lebih keras, tetap tak ada reaksi. Aku menghela nafas lalu memutar kenop dan membuka pintu secara perlahan. Aku terdiam. Di depanku ada seorang gadis berkulit putih pucat, berambut panjang putih kebiruan dan gaun one piece berwarna putih. Parasnya cantik sekali, matanya terpejam meresapi indahnya melodi yang ia buat. Ia sepertinya tak sadar aku disana, seolah tubuhnya bergerak sendiri. Dia anggun pikirku. Musik ini... Rasanya hatiku tersentuh mendengarnya. Dan bisa kurasakan dadaku berdebar debar. Perasaan apa ini...
Tiba tiba ritme melodinya menjadi lebih cepat. Seolah dia menumpahkan seluruh emosi dan amarahnya, tapi entah kenapa rasanya seperti indah sekali. Tunggu... Dia... Menangis? Mataku terbelalak. Tak berapa lama , musik indah nan menegangkan itu melambat dan mulai menyelesaikan iramanya. Setelah selesai, dia menurunkan kedua tangannya dan menunduk, air mata terus bercucuran di paras cantik itu. Dia terlihat agak pucat dan tak ada tanda tanda dia mengeluarkan ekspresi, namun entah sihir apa yang ia berikan pada akashi seijurou sepertiku. Hatiku leleh melihat sang gadis. Dia sepertinya menyadari kehadiranku. Dia menoleh, wajahnya datar, air mata terus mengalir.
"Dare?" Tanya gadis itu.
Aku terdiam, menatapnya dalam. Aku pun menghampirinya meletakkan tanganku di pipi sang gadis itu. Mengusap lembut pipinya.
"Akashi seijurou." Jawabku datar. Dia terbelalak, lalu menunduk. Air mata kembali mengalir, dia mulai terisak . dan entah kenapa melihatnya menangis membuatku sesak. "Kenapa menangis? Sussh... Jangan menangis lagi..." Aku menenangkan. Tiba tiba dia memelukku, aku memeluk balik. Menenangkan dirinya yang terisak dalam dekapanku . entah siapa gadis ini, tapi aku sangat ingin melindunginya. Dia melepaskan pelukan. Masih terisak pelan sambil menunduk kebawah. Sebuah ide pun muncul di kepalaku. Aku akan membuatnya tersenyum. Aku menarik pelan biola dan penggeseknya dari tangan mungil gadis itu. Dia tampak menatapku heran. Aku tersenyum lembut dan mulai memainkan biola putih miliknya. Memainkan sebuah musik yang membuat matanya terbelalak. Sementara aku memainkan biola itu, dia tampak tenang mendengarkan. Beberapa menit kemudian aku selesai memainkannya. Aku menata nafas dulu, mencoba menenangkan hati. Lalu menoleh padanya. Aku membelalakkan mata. Dia... Dia tersenyum lebar dengan mata tertutup. Wajahku memanas tanpa kusadari. Dia manis sekali...
"Hehehe" dia tertawa. Sudut bibirku melengkung ke atas. Dia aneh pikirku. "Arigatou Akashi-san... Itu indah sekali..." Ujarnya malu malu. Aku meletakkan kembali biola itu di atas piano putih lalu duduk di kurai di depan piano itu. Dia ikut duduk di sampingku.. Kami berdua terdiam. Bingung ingin mengatakan apa. Aku pun angkat bicara.
" siapa namamu?" Tanyaku. Dia agak terkejut karna suaraku membangunkannya dari lamunan. Ada garis kemerahan di pipinya. Dia menatapku beberapa detik lalu tersenyum.
"Sakuya (name)" jawabnya. "Eto, arigatou Akashi san. Sudah mau menghiburku." Aku pun mengangguk. keheningan pun kembali terasa di antara kami...
"Ne, akashi-s-"
"Seijurou" potongku. Dia menatap heran. " panggil saja aku Seijurou" sambungku.
"H-hai. Se-seijurou-k-kun." Dia tergagap. Aku tersenyum padanya. Dia seperti malaikat kecil yang turun dari surga dan tiba tiba saja dikenalkan kaasan padaku.
Chapter 1 end...
a-anoo... Go-gomenne minna. Ini ff pertama Kira... :-p jadi kalau ada yang salah hontouni gomenne... Oh ya, RNR please... A-arigatou go-gozaimasu...
