おれの妹はいつも私には意地悪だが、私はまだ彼女を愛している

(Ore no imōto wa itsumo watashiniha ijiwaruda ga, watashi wa mada kanojo o aishite iru)

Kisah Roman Komedi keluarga Mitsurogi yang aneh dan penuh dengan kegembiraan pun dimulai.

salam hangat dari Author kepada semua pembaca

ps: jika ingin melihat karakter utama tolong rubah menu mobile kalian ke website untuk melihat Cover image


".. ne Kyouko-chan.."

"Hai okaa-san"

"Apa kamu tahu, ayah saat ini sedang melihat kita disana"

Seorang gadis kecil berusia 7 tahun itu menatap kearah ibunya dengan penasaran.

"benarkah? Dimana Okaa-san?"

"Di Surga sana"

"Surga?"

sang ibu tersenyum menganggukkan kepala sambil mengelus kepala anaknya. "Ia, itu adalah sebuah tempat dimana banyak orang baik berkumpul dan saling tersenyum. Tempat dimana tidak ada kesedihan sama sekali"

lalu sebuah senyum kesepian muncul diwajah sang ibu dengan sebuah tetesan air mata. "Kita juga akan kembali kesana"

..

...

"Itu adalah terakhir kalinya aku melihat Okaa-san menangis dihadapanku"


(April 20xx)

"urgh..."

'mimpi itu lagi ya?' aku memikirkan kembali mimpi aneh itu yang setiap waktu aku alami belakangan ini.

'Siapa dia itu ya?' aku penasaran sambil membiarkan sedikit perasaan kantuk menguasai diriku hingga aku mulai melamum sesuatu yang menyenangkan

"Onii-chan! Onii-chan! Bangun!"

'uragh!' aku mengerang kesakitan ketika sesuatu menghantam wajahku cukup kuat. Ketika ia terbangun dengan cara paksa, aku melihat di depanku atau lebih tepatnya di sebelah kasurku adik perempuanku berdiri dengan raut wajah sangat marah.

"Cepatlah bersiap! Kita hampir terlambat Onii-chan. Mou onii-chan no baka!"

"argh...hai..hai..." aku membalas dengan wajah tersenyum melihat betapa indahnya pagi ku hari ini

'yap, itu adalah reaksi paling normal dari adik perempuanku'

TAPI

Kenyataan yang terjadi saat ini sangatlah kejam sekali.

"Onii-chan, aku lapar" di sampingku aku melihat adik perempuanku memegang sebuah kayu dengan wajah marah

'sudah ku duga' aku menangis seperti orang yang menyedihkan melihat betapa kejamnya kenyataan yang aku alami

"Kenapa kau malah menangis!"

'URGH!"

Pagi hari yang damai menjadi berantakan setelah suara menyakitkan datang dari penghuni rumah keluarga itu.

Mitsurogi Rinze, umur 15 tahun. Dia adalah adik perempuanku yang sangat egois sekali. Di rumah ia memiliki sikap seperti seorang ratu yang suka memerintah bawahannya, namun ketika ia berada di luar ia sangat dikagumi bagaikan seorang putri

Namaku adalah Mitsurogi Naruto, 16 tahun kelas 2 SMA yang sangat normal dan bisa kalian temui dimanapun kalian berada. Yah setidaknya itu yang aku pikirkan

Adik perempuanku sangat terkenal sekali di kalangan remaja SMA kelas 1 dan 2. Dia memiliki rambut biru keunguan dengan mata hijau bagaikan emerland. Figur tubuh yang ideal bagaikan seorang model juga membuat daya tariknya sangat tinggi

Walaupun begitu satu hal yang sangat aku tandai dari dirinya.

Ia tidak bisa jujur padaku dan selalu mengatakan kebalikan dari apa yang ia pikirkan

Misalnya saja, Onii-chan no aho! Pergi mati saja aku akan pergi sendirian. Maka ia bermaksud ia ingin aku temani dan banyak lagi

Yah walau ia terlihat sangat menyebalkan, namun ia masih tetap menjadi adik perempuan yang sangat aku sayangi semenjak kematian kedua orang tua kami

Hidup di tengah kota tokyo memang sangat berat, terlebih lagi kami harus membiayai diri kami sendiri.

Walau begitu aku sedikitpun tidak menyesali apa yang terjadi, itu karena.

'...' aku menatap kearah adik perempuanku yang menunggu sarapan pagi di depan TV dengan tenang.

Ketika ia menyadari tatapanku ia melirik kearahku dengan wajah menjijikkan. "Jangan lihat aku SISCON!"

"Urgh!" aku keringat drop ketika melihat respon yang aku terima. 'Aku tidak siscon oi!' ingin sekali aku membalas perkataannya namun apa daya aku hanya shock

"Sudah cepat siapkan masakannya! Aku tidak ingin terlambat bersama dengan Siscon sepertimu"

Lalu ia mengalihkan wajah dariku dengan sangat angkuh.

'...oi..oi... kau baru saja membuat Onii-chanmu menangis' aku mengatakan itu di dalam benakku melihat bagaimana tingkah adikku

"Hai...Hai" aku membalas dengan tersenyum lalu melanjutkan kembali memasak makanan untuk kami berdua. 'Walau pun begitu, dia tetap adik yang aku sayangi'

Tak lama aku merapikan meja makan dan meletakkan makanan dengan rapi untuk kami berdua sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.

"Onii-chan, aku nanti ada kegiatan klub. Kau bisa pulang duluan"

Rinze berbicara sambil makan membuatku sedikit kesal. "Rinze, sudah berapa kali Onii-chan katakan. Jangan pernah berbicara sambil makan"

"Kau tidak perlu marah!" Rinze membalas dengan ketus membuatku kalah dalam desahan.

"Baik aku mengerti, tapi hari ini aku kerja. Kau bisa bawa kuncinya bersama denganmu"

"eh?" Rinze mulai mengeluarkan nada heran membuat perhatianku tertuju padanya.

Melihat raut wajah bingungnya aku paham dengan cepat mengapa. "Aku kerja di tempat lain, kebutuhan kita bulan ini dan bulan besok agak merah. Jadi hanya mengandalkan dari satu tempat terlalu berat untukku"

"'Begitu ya..."

Aku berani bersumpah saat ini aku melihat raut wajah khawatir dari Rinze walau ia menundukkan kepala agar aku tidak melihatnya. '...'

"Argh! Kita kelamaan!" aku berbicara dengan panik.

"AAAH!" Rinze ikut berteriak panik, kami berdua makan dengan sangat cepat dan bersiap untuk pergi ke sekolah

"Rinze kunci jangan kau lupa bawa!" kau berbicara dengan cepat ketika kami berdua sudah di depan pintu.

Seperti inilah kehidupan dari keluarga kecil kami. Aku hanyalah remaja SMA bisaa yang hidup bersama dengan adik perempuanku


[Di Sekolah]

"Kau terlambat Mitsurogi!"

Di depanku terlihat seorang sensei dengan sebuat kayu panjang dengan raut wajah menyeramkan menatap kearah wajahku. "A..Ano.. Sensei... Saya tidak terlambat"

Aku berbicara dengan ragu-ragu, aku sangat yakin sekali jika aku sampai di sekolah pukul 08.00

Sensei perlahan mendekat kearah wajahku dengan senyuman semakin gelap. "APA MAKSUDMU! KAU TERLAMBAT 0.1 MILIDETIK!"

Melihat bagaimana sensei ini sangat teliti sekali dalam waktu bahkan hingga milidetik juga dihitung membuatku kesal. "Tapi setidaknya aku masih tidak melewati satu detik!"

"SUDAH JANGAN BANYAK BICARA DAN BUAT LAPORAN 20 LEMBAR!"

"urgh!"

Aku mengerang dalam kekalahan ketika melihat hukuman yang harus aku terima seperti itu.

Setelah melewati perdebatan melelahkan dari Sensei super ganas itu, aku langsung menuju kelas dimana kulihat banyak siswa masih berkeliaran kesana kemari. 'Yah wajar saja, kelas di mulai pukul 9'

Sesampainya di kelas aku hanya membaringkan wajah di meja sambil menghela nafas cukup panjang.

"YO Mitsurogi, kau terlihat seperti ikan mati ya"

"Itu tidak lucu" aku menjawab dengan ketus kepada teman sekelasku yang bernama Iwafumi Naofumi.

"Seperti bisaa ya, kau selalu popular" aku keringat drop ketika melihat bagaimana salah satu murid dari lain kelas tiba-tiba datang memberikannya sebuah hadiah. Yah wajar saja, dia adalah idola untuk para gadis disini karena ketampanannya, sementara aku.

'…..'

Melihatnya selalu kerumuni gadis-gadis membuatku sedikit iri padanya.

"hee… Kau iri denganku ya Mitsurog" Naofumi berbicara dengan nada sombong padaku membuat dahiku berkedut karena sikapnya yang seperti itu secara tiba-tiba

Dengan cepat aku mengambil sebuah penghapus pinsil dari dalam tasku dan ku lemparkan tepat di wajahnya yang saat ini sedang berpose sang ikemen

"ite.." Naofumi mengerang sakit ketika penghapus itu berhasil mengenai dahinya, tawa pun terlepas dari mulut Mitsurogi Naruto ketika melihat bagaimana reaksi dia

'Setidaknya di sekolah aku bisa tenang' gumamnya dalam benak ketika melihat kehidupannya sehari-hari tetap sama seperti ia harapkan

[Jam Istirahat Makan Siang]

"Naru-chan, ayo kita makan siang"

Aku mendengar suara yang sangat indah di tengah nyenyaknya tidurku. Ketika aku terbangun dan melihat siapa yang bicara itu, alangkah indahnya pemandangan malaikat itu.

"Tolong ijinkan aku menikahimu"

"eh? ... Eeeh"

Suara jeritan pelan karena kaget membuat aku tertawa kecil, terlebih ketika melihat ekspresi lucunya yang memerah kebingungan itu.

"Tidak, aku hanya bercanda"

Dan seperti yang aku harapkan, dia mulai memberikan ekspresi marah kecil ketika aku menjahilinya. "mou... Naru-chan, kau selalu jahat padaku"

'oh tidak' aku melihat dia akan menangis dan itu adalah sinyal bahaya untukku. "Oh okay! Okay aku salah! Tolong jangan menangis"

"..." dia menatap kearahku dengan mata sedikit berair.

'jangan katakan!' aku mengerti apa yang sebenarnya ia inginkan dan aku berharap ia tidak memintanya. Namun entah bagaimana ia masih berusaha mempertahankan sikap menangis kenak-kanakannya membuat aku di hujani tatapan kematian dari satu kelas.

"Baiklah aku menyerah" aku menghela nafas sambil mengelus kepalanya dengan pelan

Hinata Kyouko, 16 tahun gadis dengan rambut merah muda memiliki mata berwarna biru muda serta fitur wajah yang seperti seorang adik perempuan itu sangat populer sekali dan bahkan menjadi sosok yang wajib di lindungi diantara para murid kelas 2. Kepopuleran Kyouko sudah mencapai SMA lainnya di sepanjang Tokyo.

Jujur saja, aku sudah tidak tahan dengan tekanan dari para fans nya namun apa daya. Hinata Kyouko adalah teman sejak aku sekolah Dasar di Nagoya sebelum akhirnya kami berpisah saat kelas 5.

Namun entah bagaimana kami bertemu lagi saat aku masuk ke sekolah SMA ini sebagai teman sekelas yang 'kebetulan' bisa bersebelahan sebanyak 2 kail

'mungkin keajaiban'

Aku melamun tidak jelas ketika makan siang.

"Mou, jangan melamun ketika makan Naru-chan"

'baru saja aku bicara mengenai itu tadi pagi' aku menatap kearah Kyouko yang masih melirikku dengan tajam walau jujur saja aku katakan tatapannya sangat lucu sekali. "eh... ano.. Kyouko"

"Hai?" Kyouko memiringkan wajahnya sedikit dan menatapku dengan heran.

"bisa berhenti memanggilku Naru-chan, ano... itu sedikit memalukan"

"ehmm..." Kyouko membuat pose berpikir sebentar lalu ia tersenyum. Aku langsung tersenyum cerah karena ini pasti adalah hal yang bagus.

"Tidak mau"

"!" aku langsung menghantamkan wajahku ke meja

"Eh... Naru-chan apa kau baik-baik saja?"

Dengan aku menaikkan wajahku dan menatap kearahnya dengan ekspresi yang menyedihkan. "Baiklah-baiklah, aku mengaku kalah"

"Eh..." Kyouko hanya berteriak pelan keheranan melihat tingkahnya

Dari luar kelas sesosok gadis berambut hitam mentap kearah Mitsurogi Naruto melalui kaca pintu dengan raut wajah cemberut. "hump"

Ia perlahan berjalan menjauh, namun setelah ia cukup jauh dari kelas ia mendesah dengan wajah muram. '... Onii-chan no aho!'

Ia menggenggam kotak makan siangnya dengan cukup kuat.


[Sepulang sekolah]

"Naru-chan, ayo kita pulang sekolah sama"

Aku menatap kearah Kyouko dengan wajah menyesal "Maaf, aku harus kerja habis ini"

"... baik... Kalau begitu, berhati-hati ya" Hinata Kyouko berbicara dengan nada khawatir sekaligus kecewa karena ia tidak bisa pulang sama dengan temannya.

"Jangan khawatir, besok kita bisa pulang sama. Aku janji"

Wajah Hinata Kyouko langsung ceria lalu ia tersenyum padanya. "Janji ya!'

Naruto hanya bisa tersenyum padanya. "Tentu saja, sudah sana sebaiknya kau pulang ini sudah cukup sore"

"Hai... Sayonara" Hinata Kyouko berjalan menjauh diikuti senyuman yang tidak memudar dari wajahnya membuat Mitsurogi Naruto pun ikut tersenyum

"Baiklah, saatnya kembali bekerja"

Ia menggerakkan tubuhnya yang ia rasa sedikit kaku. Dengan santai Mitsurogi Naruto berjalan menuju tempat kerja. Ia masih melihat adik perempuannya yang berlatih baseball dengan teman-temannya menikmati masa muda dengan ceria.

'Ayah...Ibu.. lihatlah putri kalian. Dia sangat ceria sekali' ia bergumam di kepalanya sambil berjalan menjauh

Tanpa ia ketahui Mitsurogi Rinze menatap kearah kakak laki-lakinya yang pergi bekerja, sebuah senyuman tipis pun tercipta di wajahnya yang cantik itu

'Itterahai Onii-chan'

'Aku Mitsurogi Naruto, pelajar SMA biasa yang harus bekerja keras demi aku dan Rinze. Kehidupanku tiap hari mungkin terlihat aneh, tapi yah seperti inilah jalan hidup kami. Walau adik perepuanku membenciku untuk alasan yang aku tidak tahu, tapi aku berjanji jika suatu saat nanti ketika ia mampu berjalan dengan kedua kakinya di puncak keberhasilan maka aku bisa meninggalkannya tanpa banyak kekhawatiran'

Ia berkata di dalam pikirannya sambil bekerja mengangkat bahan bangunan.

Saat ia sudah dirumah ia melihat jam, 23.45

'Rinze pasti sudah tidur'

Naruto berbicara di depan pintu dan sudah mempersiapkan diri jika tidak ada yang menyambutnya sama sekali, sama seperti sebelumnya.

"Tadaima"

'...'

Ia berjalan menuju ruang tamu dimana ia melihat TV masih menyala, namun bukan itu yang ia perhatikan.

Namun yang ia perhatikan adalah sosok perempuan berambut hitam, Mitsurogi Rinze tertidur di sofa dengan tenang.

'hm' sebuah senyuman tercipta di wajahnya ketika melihat adik perempuan yang ia sayangi sedang tidur nyenyak tanpa terganggu sama sekali.

"Otsukaresama, Rinze"


[Keesokan Harinya]

"..."

"uaraaaaagh!" aku menguap di pagi hari dengan cukup kuat. Aku penasaran apa ini efek samping dari kelelahan.

Memilih untuk tidak memikirkan apapun, ia langsung berjalan menuju kamar mandi dan bersiap untuk ke sekolah hari ini. Saat ia berjalan ia melihat kalender

'oh ia, hari ini adalah awal persiapan dari festival budaya. Rinze pasti sudah pergi duluan untuk tugas OSIS'

Aku hanya mengangkat bahu dan memilih untuk segera mandi.

Aktifitas pagiku terasa damai sekali tanpa suara berisik dari Rinze.

Setelah selesai mandi ia langsung berpakaian dan menuju dapur memasak makanan. 'Eh? Rinze kan tidak bisa masak, jadi bagaimana dengan makan siang dia?!'

"Anak itu!" perasaan kesal mulai memasuki diriku ketika memikirkan dirinya yang tidak makan pagi dan langsung main pergi saja

Setelah semua selesai aku persiapkan aku segera merapikan seragam sekolahku, karena ini bukan musim dingin jadi aku tidak mengenakan jas dari sekolah. Yah itu sudah jelas karena panas, memang tidak ada kewajiban untuk memakai blazer

Setelah aku keluar dari rumah aku disambut oleh pemandangan wanita cantik di depanku. 'heh... ini pasti mimpi" aku berbicara sendiri

"Tidak mungkin Kyouko mau menjemputku kerumah"

"a...Ano..Naru-chan.."

"tcih.. halusinasi yang tidak masuk akal" aku dengan cepat meletakkan tanganku di pipi kyouko.

Dengan seringai aku menarik pipi Hinata Kyouko dengan pelan membuat ia mengerang kesakitan. "ah...Ittai Naru-chan"

Aku melepaskan cubitan di pipinya di barengi oleh tawa kecil melihat reaksi marahnya yang sangat lucu. "Sorry Sorry... aku terlalu berlebihan"

"Hump"

Melihat Kyouko seperti itu membuatku terhibur untuk beberapa alasan

Mereka berdua kemudian berjalan kesekolah seperti biasa namun bedanya Naruto membuat Kyouko marah lagi untuk kesekian kali nya hingga ia benar-benar marah.

Sesampainya di sekolah, seperti biasanya sensei masih diam di depan gerbang dengan wajah menyeramkan

'untung aku tidak terlambat'

Di loker sepatu, ia melihat ada seorang murid dari kelasnya secara tiba-tiba tidak tahu darimana dan entah apa tujuannya

"Hinata Kyouko-chan, aku suka padamu! Tolong jadi pacarku!"

Aku keringat drop melihat tindakannya.

Kyouko menatap kearah murid itu dengan senyuman "Maaf aku tidak bisa"

'Sudah aku duga'

Murid itu di tolak dengan spontan membuat dia shock. Apa yang lucu adalah Hinata Kyouko sudah berulang kali di nyatakan cinta oleh banyak murid namun berujung di tolak 100 persen. Sehingga mereka menyebut siapapun itu yang menyatakan cinta sebagai pahlawan

"Kyouko-chan, kenapa kau menolakku!...A..Apa..apa ada yang kau suka?"

Dia berbicara dengan terbata-bata sebuah tanda dimana ia nyaris menangis. (LOL)

'apa kau perlu menanyakan itu?' aku berbicara dalam kepalaku.

"i...Itu..." Kyouko memerah ketika mau menjawab sambil melirik ke kanan dan ke kiri.

Seluruh murid laki-laki melihat reaksi dari Kyouko spontan jatuh dalam kekacauan. "HEEE! Kyouko ada yang ia suka!"

Berita dadakan mulai tersebar luas, begitu juga dengan kepanikan. Kalangan laki-laki mulai saling mencurigai dan saling menuduh setelah mendengar jawaban dari kyouko

"Reporter Mitsurogi Naruto, berikan laporanmu mengenai kejadian ini"

Naruto yang bertindak seperti reporter dimana dibelakangnya terjadi kekacauan antar murid laki-laki hanya bisa berkeringat. "yah, seperti yang kalian lihat pemirsa. Saat ini perang antar murid laki-laki tidak terhindarkan dimana mereka sudah mulai saling mencurigai satu sama lain. Semua ini bermula dari dia yang menyatakan cinta pada Hinata Kyouko dan membuat pertanyaan yang membuat kita semua terjatuh. Bisa jelaskan detilnya pak"

Naruto memberikan mic yang entah darimana ia dapatkan kepada murid laki-laki tadi.

"ya, tadi semua ..."sebelum ia menyelesaikan kalimatnya Naruto menarik Mic dari dia dan memotong pembicaraannya

"ya seperti itu pemirsa, murid A ternyata di gagal cinta dan membuat kita semua jatuh dalam keputus-asaan.."

"Hei aku belum seelsai!"

"NANI!"

"NARUTO-Senpai!"

Perkelahian sengit tidak terhindarkan antar murid 2.C.

Dari dalam kelas dimana para gadis melihat pertengkaran konyol ini hanya bisa mendesah.

"Laki-laki memang idiot"

"KALIAN SEMUA! KENAPA BERKELAHI!"

Sensei yang paling mengerikan datang dengan sebuah kayu di tangannya.

"HM!" semua perhatian langsung kearah sensei itu namun bukan ekspresi ketakutan, melainkan tatapan tajam diarahkan ke dia.

"BIar saya yang menjadi penengah. Sensei, saya langsung saja ke topik"

"APA MAKSUDMU!"

"Apa benar anda sudah mendapatkan pacar?"

Sensei tidak menjawab hingga semua kemarahan menaik di kepala para murid.

"SEMUA UNIT! SERANG!"

Naruto memberikan perintah layaknya komandan untuk mengejar sensei itu

Mereka semua memang orang idiot


[jam istirahat]

"DENGAR KALIAN SEMUA! KALIAN TIDAK AKU IJINKAN BERGERAK SATU LANGKAH PUN ATAU KALIAN HARUS MENGHABISKAN MUSIM DINGIN DI SEKOLAH!"

'eeeh!"

'hah... kenapa aku harus terlibat juga?'

Ia mendesah ketika mereka semua dihukum berdiri di lapangan layaknya pecundang yang menyedihkan.

Beberapa menit berlalu bel istirahat berbunyi dan perut mereka semua mulai berbunyi satu persatu.

"ARGH! Kami lapar!"

Keluh mulai datang satu persatu.

'...lapar... oh ya aku lupa! Bekal untuk RInze'

Dia mulai ingat makan siang untuk adik perempuannya. Perasaan khawatir mulai memasuki dirinya mengingat RInze sejak tadi pagi tidak makan apapun

'aku rasa aku tidak punya pilihan lain selain menyelinap'

Namun melihat sensei masih disana duduk mengawasi mereka ia tidak bisa menyelinap sama sekali. Frustrasi akan situasi ia hanya bisa memegang kepalanya dengan kedua tangan.

"biar aku bantu kau menyelinap"

"? Naofumi, apa kau yakin?"

"Jangan pikirkan aku, kau ada hal yang penting bukan? Biarkan aku membantumu"

"Naofumi, arigato"

"Jangan pikirkan itu!"

Naofumi langsung keluar dari barisan dan membuat kegaduhan hingga ia belari keluar dari barisan dengan cepat.

'Naofumi... Maaf kawan!'

Ia langsung berlari diikuti para murid lainnya yang ikut berlari bubar dari barisan.

Ia segera menuju kelas dan mengambil kotak makan siang untuk Rinze. Beruntung semuanya berjalan dengan mudah

'itu kelas RInze, ia tersenyum ketika sampai di kelas Rinze. Namun ia tidak melihat ada Rinze sama sekali dikelas. 'Kemana ia?'

Ia kemudian berkeliling mencari dimana RInze hingga sesuatu terdengar ke telinganya.

"Kau memang bitch yang munafik ya"

'hm?' ia mendengar sesuatu yang tidak menyenangkan datang dari arah tangga.

Ketika ia berjalan dengan pelan berusaha tidak terdengar oleh mereka karena ia ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi.

'!'

"haha... kau memang menyedihkan ya"

Apa yang ia lihat membuat darahnya mendidih hingga ke kepalanya. Di depan matanya ia melihat RInze tidak berbicara dan hanya terdiam membiarkan 4 perempuan lainnya menyiram wajahnya dengan air bagaikan budak mereka.

"Apa? Apa kau berani melawan kami? Pikir posisimu dasar slut!"

Ia menampar wajah RInze dengan cukup keras membuat Rinze terjatuh. Ketika ia sudah di lantai kepala RInze dipijak oleh mereka. "Ini akibatnya jika kau berani mencuri perhatian Suzuki-senpai"

"tcih!" mereka berempat meninggalkan Rinze yang sudah di injak harga dirinya.

Kemarahan dia semakin meningkat ketika melihat air mata Rinze turun dari matanya. 'Rinze...'

Ia tahu jika ia sedang marah dan ingin sekali menghajar mereka. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan ia hanya bisa terdiam disitu tanpa melakukan apapun.

'maaf aku, Rinze'

Rinze kembali ke kelas dengan baju basah tanpa memberitahukan apa-apapun pada sensei situasi yang terjadi

[Di rumah]

"Tadaima"

"Okaeri"

Rinze terkejut ketika ia mendapat balasan dari sapaannya. Apa yang ia lihat adalah kakak laki-lakinya berdiri di depan pintu dengan sebuah senyuman.

"Apa kau lapar RInze? Mari kita makan dulu"

Ia berusaha tidak membawa topik itu walaupun ia tahu dari melihat baju Rinze saat ini yang masih kotor dan sedikit basah.

Naruto memilih menunggu di meja makan menunggu rinze datang. Tak lama Rinze datang dengan baju kasualnya, Rinze sama sekali tidak bersuara dan hanya diam saja saat menyantam makanannya

'...Apa yang harus aku lakukan...'

Rinze terus terdiam.

"a..ano..Rinze"

"hm?" rinze bahkan tidak menatap kearahnya dan masih terus makan dalam diam.

"Apa yang terjadi dengan bajumu"

Rinze langsung terhenti dari makannya.

"Katakan padaku jika ada sesuatu"

"tidak ada" RInze menjawab dengan spontan

'...'

"Ri..Rinze"

RInze langsung membantingkan tangannya di meja. "Berhenti menanyakan itu onii-chan! Kau mengganggu! Apa yang kau pedulikan? Kau sama sekali tidak peduli, apa aku salah?"

Rinze entah kenapa mulai marah pada dia, saat itu juga ia mulai berpikir kembali mengenai apa yang ia lakukan belakangan ini.

"Rinze, aku tahu aku salah tapi.."

"Tapi apa?! Onii-chan tidak peduli padaku sama sekali!"

"...K..kau...Kau selalu begitu"

Baru kali ini dalam hidupnya Mitsurogi Naruto ia membuat adik perempuannya menangis, selama ini ia berpikir jika ia sudah menjadi kakak yang baik untuk rinze dan untuk keluarga ini.

Melihat adiknya menangis seperti itu, ia mulai merasakan perasaan sesak di dada.

"Rinze. Maafkan aku.. aku tahu, aku memang salah dan aku tahu sekali aku memang idiot"

Ia mulai menyesal, ketika melihat betapa kesepiannya Rinze, dengan cepat ia berjalan dan memeluk adik perempuannya untuk membuat ia tenang.

"Maafkan aku...Maafkan Onii-chanmu yang bodoh ini..."

"...O..Onii-chan..."

Rinze dan Naruto menangis bersama-sama ketika dua saudara ini saling mengerti satu sama lain. Naruto sekarang menyadari jika adik perempuannya sangat kesepian terutama setelah ia mulai bekerja dan waktu ia habiskan untuk bersama dengan Rinze sangat sedikit

'...'

"RInze..."

"..."

Rinze tidak berbicara sama sekali. Mereka berdua sudah tenang dalam tangisan yang ia sesalkan

"Onii-chan berjanjji. Onii-chan akan selalu ada untukmu!"

"..." RInze masih tidak menjawab dan masih saja diam, namun ia merasakan pelukan RInze yang menguat.

Naruto menatap kearah langit-langit rumahnya dengan raut wajah serius bercampur kebingungan.

"'Apa aku terlihat seperti siscon ya?'"

Namun melihat adiknya tersenyum tipis di pelukan dia, ia mau tidak mau ikut tersenyum

'Baiklah kalian perempouan nakal, biar aku tunjukkan pada kalian bagaimana aku mengalahkan kalian'