Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan tertarik dengannya. Bagiku, dia hanyalah teman satu klubku dan pesaing terberatku di sekolah. Tapi semuanya berubah semenjak hari itu ….


Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto-sensei

No commercial advantages gained by making this fanfiction.

This Fanfic by Tania Hikarisawa

[Our Beloved Sakura, Chapter 1: This Feeling is Love or Not?]

Warning : AU, OOC (maybe), typo—


"Sasuke-san, kau dipanggil kepala sekolah!" satu panggilan atau tepatnya teriakan itu berhasil membuyarkan konsentrasi Sasuke yang sedang mengerjakan beberapa soal geometri di kelasnya.

"Hn," tapi akhirnya dia bangun juga. Dengan langkah pelan, dia meninggalkan kelasnya dan segera naik ke lantai dua gedung sekolahnya. Satu tujuannya, ruang kepala sekolah. Apa yang membuatnya harus dipanggil ke sana? Apa dia melakukan kesalahan? Ah! Tidak mungkin. Bagaimana mungkin seorang ketua OSIS di SMA Konoha yang terkenal rajin dan taat aturan ini melakukan kesalahan?

Baru saja, Sasuke akan mengetuk pintu ruangan yang ada di depannya. Tiba-tiba saja ia melihat seorang gadis berjalan ke arahnya. "Sakura," bisikan halus itu keluar dari mulut Sasuke.

Sasuke dapat melihat gadis itu berlari ke arahnya ketika mata mereka bertemu pandang. "Oh! Sasuke-kun, kau dipanggil oleh Sarutobi-sensei juga?" gadis itu tersenyum menatap Sasuke.

"Hn, kau juga?"

"Iya, kebetulan sekali," Sakura segera mengetuk pintu di hadapannya. Dia pun segera membukanya setelah menerima izin dari orang yang ada di dalam. "Konnichiwa," sapa Sakura kepada orang yang ada di dalam. Sasuke pun mengikuti Sakura masuk ke dalam.

"Kalian berdua sudah datang? Ayo silahkan duduk," kepala SMA Konoha yang bernama Sarutobi Hiruzen itu mempersilahkan kedua muridnya untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya.

Setelah Sasuke dan Sakura duduk, Hiruzen pun juga ikut duduk di hadapan mereka setelah sebelumnya mengambil beberapa lembar kertas yang ada di atas meja kerjanya. Kepala sekolah yang terkenal akan keramahannya itu memberikan kertas-kertas itu kepada kedua murid kebanggannya.

"Kalian tahu bukan, bahwa setiap tahunnya sekolah kita selalu mengikuti Lomba Sains?" Hiruzen menatap kedua muridnya. Sasuke dan Sakura mengangguk. "Tahun ini pun, kita juga akan mengikuti lomba tersebut. Dan kami para guru telah memutuskan bahwa kalian berdualah yang akan mewakili sekolah kita," Hiruzen menghentikan ucapannya. Dan berikutnya ia memberikan dua lembar kertas lagi kepada kedua muridnya itu, "Ini adalah jadwal pembinaan kalian, kalian setuju kan mengikuti lomba ini?"

"Iya, saya akan mengikutinya," Sasuke segera menjawabnya sambil tersenyum kecil. Di sebelahnya, Sakura memandang Sasuke kemudian beralih memandang kepala sekolahnya.

Sakura memperhatikan jadwal pembinaan yang ada di tangannya. Dia tahu bahwa sekolahnya akan mengikuti lomba ini. Lomba ini mengharuskan satu sekolah untuk mengirimkan dua perwakilannya, satu laki-laki dan satu perempuan. Sakura menghembuskan napasnya, "Iya, tentu saja saya akan ikut," sahutnya kemudian sambil tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, sekarang kalian kembalilah ke kelas. Kalian baca saja dulu aturan perlombaannya, pembinaannya akan dimulai besok," Hiruzen mengakhiri ucapannya. Kedua muridnya itu pun segera keluar setelah membungkuk ke arah kepala sekolahnya.

"Kami permisi," ucap keduanya bebarengan.

"Kalau begitu, sampai jumpa besok, Sasuke-kun," tanpa menunggu balasan dari Sasuke, Sakura segera berlari meninggalkannya, rambut panjangnya yang diikat ekor kuda itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Selama beberapa detik, Sasuke memandangi punggung mungil Sakura sebelum dia akhirnya berbalik, ingin kembali ke kelas dan melanjutkan soal geometrinya yang tadi.

"Uchiha-san," tapi langkahnya terhenti ketika sang kepala sekolah tiba-tiba saja ada di sebelahnya. "Tadi saya lupa mengatakan, tempat untuk pembinaannya akan ditentukan oleh guru mata pelajaran masing-masing, mereka akan menelponmu terlebih dulu, setelah itu beritahu Haruno-san," Hiruzen tersenyum kemudian menepuk kepala muridnya yang juga menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah yang ia pimpin. "Bersemangatlah!" lanjutnya.

"Baik, saya mengerti," sahut Sasuke kemudian membungkuk hormat dan segera kembali ke kelasnya.


Semenjak saat itu, aku selalu menjemputnya ke kelasnya sebelum kami berdua mengikuti pembinaan. Saat pertama, aku mengganggap hal ini sebagai hal yang merepotkan. Tapi entah mengapa, lama-kelamaan aku jadi mulai terbiasa dengan semua ini. Ini mulai menjadi salah satu hal yang menyenangkan.


Dengan tenang, Sasuke membawa langkahnya ke kelas sebelas IPA-7. Di juga terlihat membawa buku-buku fisikanya dengan beberapa alat tulis di saku bajunya. Sejenak, Sasuke sedikit terganggu dengan teriakan-teriakan dari anak-anak kelas sebelas IPA-6. Selalu seperti ini jika dia melewati kelas ini. Bahkan samar-samar Sasuke dapat mendengar namanya disebut-sebut oleh anak-anak dari kelas itu.

Tapi yang terpenting sekarang, Sasuke sudah sampai di depan kelas IPA-7. Gadis yang dia cari pun sepertinya sudah siap dengan semua bukunya. "Ayo, Sasuke-kun. Hari ini di mana?"

"Perpustakaan," Sasuke menyahutnya singkat. Sekarang mereka berdua berjalan beriringan di sepanjang koridor itu dan lagi-lagi setiap melewati kelas IPA-6, pasti disambut oleh kegaduhan anak-anak di sana.

Sakura menyadari perubahan mimik wajah Sasuke, "Kau kenapa? Tiba-tiba wajahmu masam seperti itu?" tanya Sakura tatkala mereka sedang menuruni tangga. Gedung perpustakaan memang terletak di gedung berbeda.

Sasuke melirik Sakura sebentar sebelum menjawab, "Kau tahu, kenapa anak IPA-6 itu selalu ribut setiap aku lewat di depan kelas mereka, terutama yang perempuan?"

Tapi bukannya menjawab pertanyaan itu, Sakura malah tertawa. "Kau tidak tahu ya? Ah! Benar juga, mana mungkin kau bisa mengetahuinya, kalau kerjaanmu cuma belajar saja."

"Tahu apa?" balas Sasuke, cukup kesal juga jika ditertawai seperti itu.

Sakura segera meredam tawanya, "Shion-san. Banyak yang bilang kalau kau disukai Shion-san."

"Oh, Shion. Anak yang rambutnya pirang pucat itu?" pertanyaan Sasuke itu dijawab oleh anggukan mantap Sakura. "Pasti itu hanya gosip yang dibuat oleh teman-temannya."

"Ah, awalnya aku juga berpikir seperti itu. Tapi sepertinya itu bukan gosip. Waktu itu dia pernah berkata seperti ini 'aku iri dengan Sakura-san yang selalu bisa berdua dengan Sasuke-kun,' itu sih katanya Ino."

Sasuke tersenyum mengejak, "Kenapa kau mudah sekali percaya? Bisa saja itu hanya rekayasa anak-anak IPA-6."

Sakura memandang Sasuke, jarang sekali Sasuke banyak berbicara seperti ini. Atau mungkin karena Sakura memang tidak terlalu dekat dengan Sasuke? Mereka berdua memang tidak sekelas. "Aku tidak tahu, tapi mana mungkin teman-temannya Shion-san berbuat seperti itu. Hei, tumben sekali kau bicara banyak seperti ini?"

"Hn, entahlah. Hanya ingin. Lalu kau percaya?"

"Apa? Tentang Shion-san? Percaya tidak percaya, aku juga tidak terlalu perduli," sahut Sakura.

"Tapi kau tahu banyak."

Sakura menghentikan langkahnya, "Ayolah, Sasuke-kun," Sasuke pun juga ikut menghentikan langkahnya. "Tok, tok," ucap Sakura tatkala kepalan tangan Sakura mengetuk-ngetuk dahi Sasuke—bercanda. "Gunakan kepalamu. Aku ini sekelas dengan Ino—Yamanaka Ino—seorang ratu gosip di angkatan kita," jelas Sakura kemudian melanjutkan langkahnya.

Sasuke yang merasa tidak terima dahinya dipukul-pukul seperti itu, segera mengejar Sakura berniat membalas tapi sayangnya Sakura sudah lebih dulu masuk ke dalam perpustakaan. Dia pun akhirnya mengurungkan niatnya, lagipula apa yang barusan dipikirkan oleh dirinya? Membalas dendam? Sungguh suatu hal yang kekanak-kanakan bagi seorang Uchiha Sasuke.

Melihat Sakura sudah duduk di salah satu bangku yang ada di sana, Sasuke pun segera duduk di sebelahnya. "Sensei belum datang," desah Sakura tatkala hanya melihat pegawai perpustakaan yang ada di sana.

"Hn, mungkin sebentar lagi. Tadi dia bilang akan membahas gelombang," beritahu Sasuke.

Sakura terlihat sangat bersemangat ketika Sasuke mengucapkan bab yang akan dibahas, "Itu pelajaran kelas dua belas, kan? Akhirnya kita sampai di sana setelah dua minggu pembinaaan."

"Kau terlihat senang, Sakura. Hn, soal Shion yang tadi,"

"Apa lagi, Sasuke-kun? Kau terlihat tertarik sekali dengan topik ini," Sakura menanggapi perkataan Sasuke sembari membuka-buku buku fisikanya.

"Kau bilang dia iri denganmu?" Sasuke memangku kepalanya menggunakan lengan kanannya sambil terus memperhatikan tingkah Sakura.

Tangan Sakura berhenti membuka buku fisikanya pada bab gelombang. "Hmm... entahlah, aku tidak begitu mengerti kenapa dia iri denganku," Sakura mengangkat kedua bahunya. "Tapi jika situasinya seperti itu, mungkin aku bisa mengerti kenapa dia iri padaku," lanjut Sakura menggantung sambil menerawang.

"Seperti itu? Maksudmu?"

Kali ini, Sakura menatap Sasuke sambil tersenyum, "Maksudku jika situasinya kau menyukaiku, Sasuke-kun."

Sasuke segera mengangkat kepalanya dari tumpuan lengannya. "A-apa? Mana mungkin ada situasi seperti itu!" Sasuke memalingkan wajahnya dari Sakura.

"Benar, kan? Makanya, aku bilang aku juga tidak mengerti. Sudahlah, Sasuke-kun, hentikan topik ini. Setelah ini, kita belajar gelombang kemudian taraf intensitas. Ayo, semangat!" ucap Sakura lebih kepada dirinya sendiri.


Saat itu, aku tidak tahu apa penyebab wajahku memerah.


Sore itu, sang nyonya Uchiha kedatangan seorang tamu. Gadis berambut panjang berwarna merah muda dengan warna mata hijau yang mengingatkannya akan pohon sakura.

"Ara? Ada tamu. Dilihat dari wajahnya, sepertinya teman Sasuke-kun, kan?" Uchiha Mikoto tersenyum ramah sambil mempersilahkan tamunya masuk ke dalam.

Gadis itu menunduk hormat sebelum menjawab, "Iya, saya ingin mencari Sasuke-kun, nama saya Haruno Sakura."

"Ohh ... Sakura-chan? Sasuke-kun banyak bercerita tentangmu. Ayo silahkan duduk."

Akhirnya Sakura pun duduk di sofa panjang yang ada di ruang tengah rumah keluarga Uchiha. "Arigatou, Oba-san. Memang Sasuke-kun sering menceritakan apa?"

"Banyak hal, dari Sakura-chan yang merupakan pesaing terberatnya sampai sekarang kalian pasangan di suatu lomba, kan?" Mikoto tersenyum.

Sakura tidak habis pikir, ternyata walaupun Sasuke sedikit tertutup di sekolah. Tapi sepertinya di rumah ia cukup terbuka. "Bukan hanya tentang Sakura-chan. Tapi dia sering menceritakan Naruto-kun dan Sai-kun yang juga satu klub dengannya," tambah Mikoto yang membuat Sakura semakin heran dengan Sasuke.

"Wah, benarkah?"

"Oh iya, Oba-san panggil Sasuke-kun dulu. Sakura-chan ingin minum apa?"

"Apa saja boleh. Maaf merepotkan," Sakura menunduk sungkan.

"Ah, iie. Nah, Sakura-chan tunggu sebentar ya."

Setelah Mikoto pergi, Sakura segera mengambil bungkusan yang ia bawa. Bungkusan itu akan diberikannya kepada Sasuke, mengingat hari ini Sasuke sedang berulang tahun. Sebenarnya bungkusan berbentuk kubus itu bukanlah hadiah darinya, tapi melainkan titipan dari Shion. Sebenarnya hal ini sedikit merepotkan tapi Sakura akhirnya mau juga mengantarkannya untuk Sasuke. Lagipula, Sakura juga ingin memberikan sesuatu kepada Sasuke. Jadi, seperti kata pepatah, sambil menyelam minum air.

Dari lantai atas, Sakura dapat mendengar suara langkah kaki diiringi dengan suara dua orang yang sepertinya sedang berdebat. "Oh, Sakura. Ada apa mencariku?" itu suara Sasuke, dia segera duduk di sofa yang berhadapan dengan Sasuke.

"Sikap apa itu? Seharusnya kau senang ada temanmu yang datang di hari libur seperti ini. Bukannya memasang wajah dingin seperti itu," ucap seorang laki-laki yang berjalan di belakang Sasuke. Kemudian ia pun juga duduk di sofa panjang yang diduduki Sasuke.

"Diam kau, Aniki. Bukan urusanmu!" ucap Sasuke sedikit membentak lalu dia mengalihkan perhatiannya ke Sakura. "Jadi ada apa, Sakura?"

Sakura bukannya menanggapi pertanyaan Sasuke, dia malah menatap laki-laki yang sekarang duduk di sebelah Sasuke. Sepertinya dia pernah melihat lelaki ini. "Tunggu, jangan-jangan kau Uchiha Itachi? Ketua klub misteri tiga tahun lalu?"

Itachi tersenyum mendengar pertanyaan Sakura, "Ternyata aku cukup terkenal. Namaku Uchiha Itachi, namamu?" Itachi menyahut sambil menjulurkan lengan kanannya ke arah Sakura.

Sakura balas menjabat tangan Itachi, "Namaku Haruno Sakura, salam kenal," sahut Sakura tersenyum. "Tahun ini, aku menjadi ketua klub misteri SMA Konoha," lanjutnya sambil mengakhiri jabat tangannya.

"Wah, benarkah? Jadi, kau satu klub dengan Sasu-chan ini," Itachi meletakkan tangannya di atas kepala Sasuke. Sedangkan Sakura sedikit tertawa ketika mendengar panggilan Itachi kepada Sasuke.

Sasuke yang tidak terima akan perlakukan kakaknya, segera menepis tangan Itachi dari kepalanya. "Jangan panggil aku seperti itu! Aku bukan anak kecil lagi!"

Baru saja Itachi hendak membalas, Mikoto datang ke ruang tengah sambil membawa minuman dan cemilan. "Ayo, diminum Sakura-chan. Sekarang Oba-san mau pergi ke dapur dulu, menyiapkan makan malam. Anggaplah rumah sendiri," ucap Mikoto lembut.

"Ah, arigatou."

"Jadi, ada apa kau mencariku?" Sasuke membuka suaranya setelah sang ibu pergi ke dapur.

Sakura seperti teringat akan sesuatu, kemudian ia mengambil bungkusan yang ia bawa dan mengeluarkan kado berukuran kubus sedang yang dibungkus dengan kertas kado berwarna biru muda dan dihiasi pita berwarna merah muda. "Ini titipan dari Shion-san, anak kelas IPA-6 yang kita bicarakan minggu lalu. Dia bilang ini sebagai hadiah ulang tahunmu yang jatuh hari ini," jelas Sakura.

Sasuke terlihat mengambil hadian itu dari tangan Sakura. "Kenapa ini bisa ada padamu?"

"Tadi pagi, dia datang ke rumahku. Katanya dia malu menyerahkannya sendiri, jadi dia memintaku untuk memberikannya padamu," sahut Sakura. "Jangan lupa bilang terima kasih padanya, Sasuke-kun," lanjut Sakura.

"Hn," Sasuke kemudian meletakkan hadiah dari Shion itu di sofa tunggal di sebelahnya. Sekarang, dia menatap Sakura, "Lalu kau sendiri?"

"Ah, iya," Sakura menepuk dahinya seakan ia hampir saja melupakan sesuatu. "Kemarin aku, Naruto dan Sai pergi ke toko buku. Kami bertiga membelikanmu ini sebagai hadiah. Maaf ya, kami tidak membungkusnya," lanjut Sakura sambil terkikik.

Sasuke mengambil benda yang katanya hadiah itu dari tangan Sakura. Novel? The Hollow karangan Agatha Christie. "Hn?"

"Kau sempat bilang sudah bosan dengan kisah Holmes, kan? Jadi kami sepakat memberimu kisah Poirot sebagai gantinya. Bagaimana? Kau mau menerimanya? Jika tidak—"

"Hn, aku terima. Arigatou." Sasuke memperhatikan novel tersebut dan segera membaca sinopsis yang ada di belakangnya. Sepertinya menarik.

Itachi tersenyum memperhatikan sikap adiknya yang sekarang sudah berumur tujuh belas tahun itu. "Oh iya, Sakura. Diminum dulu tehnya," Itachi mengingatkan.

Sakura hanya bisa menunduk sungkan sambil meminumnya sedikit kemudian meletakkannya kembali. "Jadi, hari ini aku datang kemari hanya ingin memberikan ini saja. sekarang aku ingin mohon diri," Sakura segera berdiri diikuti Sasuke dan juga Itachi.

"Wah, cepat sekali," tanggap Itachi.

Sedangkan Sasuke segera membawa langkahnya menjauh dan naik ke lantai dua, menuju kamarnya.


Aku tidak tahu, kenapa tiba-tiba saja aku merasa kesal kepada dia.


"Sakura, maafkan dia. Sikapnya memang sering seperti itu," Itachi tersenyum tidak enak.

"Tidak apa-apa, Nii-san. Aku sudah terbiasa," sahut Sakura kemudian mohon pamit kepada Mikoto di dapur.

Itachi dengan senang hati mengantar Sakura hingga pintu depan. "Oh iya, mau aku antar sampai pemberhentian bis?" tawar Itachi.

"Ah, ti-tidak perlu. Aku tidak mau merepotkan."

"Tidak merepotkan sama sekali, lagipula aku juga sedang ingin jalan-jalan sore."

Akhirnya setelah memikirkannya beberapa detik, Sakura pun mengiyakan tawaran Itachi. "Terima kasih banyak sudah mau mengantarkanku," Sakura membungkuk sedikit kemudian mereka berdua mulai berjalan beriringan di pinggir jalan.

"Oh iya, bagaimana sikap Sasuke jika di sekolah?" Itachi mulai membuka percakapan.

Sakura sedikit menerawang, "Dia cukup baik, dia pintar dan dikenal oleh banyak guru. Aku tidak terlalu tahu bagaimana sikapnya, mungkin karena aku tidak sekelas dengannya."

Itachi mengangguk, "Jadi kau tidak sekelas dengannya?"

"Benar, kami hanya teman satu klub. Dan karena sering kali mengikuti lomba yang sama, kami jadi sering bertemu," sahut Sakura. "Tapi dia orangnya sok cool," tambah Sakura terkikik geli.

"Hahaha ... dia memang seperti itu," Itachi ikut tertawa. "Kalau boleh tahu, kenapa kau masuk ke dalam klub misteri?"

"Ah, itu. Aku sebenarnya suka dengan cerita yang berbau misteri seperti novel karangan Agatha atau Conan. Karena itu aku masuk klub misteri tapi ternyata di angkatanku hanya empat orang yang ikut klub misteri termasuk aku," sahut Sakura panjang lebar.

"Dan itu adalah kau, Sasuke dan dua orang teman yang kau sebut tadi?"

"Benar," Sakura mengangguk. "Oh iya, foto ketua klub juga masih tergantung di sekre dari ketua klub pertama sampai sekarang yang ketujuh," tambah Sakura.

"Aku sendiri ketua klub yang keempat. Seingatku, angkatanku saat itu berjumlah sepuluh orang dan nama angkatan kami Team Four. Nama angkatanmu Team Seven, kalau begitu?" Itachi menoleh ke arah Sakura.

"Iya, itu sudah menjadi ciri khas secara turun temurun di klub misteri, kan? Jadi, kami juga harus mengikutinya."

"Benar-benar aneh. Padahal sebenarnya angkatanku dulu ingin memakai nama Akatsuki. Tapi itu jauh lebih aneh," Itachi malah tertawa mengingat betapa anehnya dia dan kawan-kawannya dulu. "Oh iya, kau bilang kau suka novel karangan Agatha? Dari semua yang pernah kau baca, kau paling suka yang mana?"

"Hmm ... aku belum terlalu banyak membaca novelnya. Tapi saat ini, aku paling suka dengan The ABC Murder. Ceritanya benar-benar menarik," sahut Sakura ceria.

Itachi terlihat sedikit terkejut, "Benarkah? Aku juga suka itu. Agatha memang pandai dalam menggunakan trik naratif dalam setiap novelnya."

"Siapa yang menyangka kalau pelakunya adalah keponakan si korban C. Padahal aku sempat berpikir pelakunya adalah Alexander Bonaparte Cust," desah Sakura.

"Pasti karena namanya berinisial ABC, jadi kau berpikir seperti itu?" tanggap Itachi. "Kalau aku sempat berpikir bahwa pelakunya adalah kekasih dari korban B, entahlah dia sedikit mencurigakan, kan?"

"Iya, benar juga. Tipe laki-laki hidung belang."

"Tapi tidak semua laki-laki berhidung belang, Sakura. Wah, kita sudah sampai," Itachi berjalan mendahului Sakura dan ia segera duduk di tempat pemberhentian bis. "Aku akan menunggu sampai bisnya datang. Ayo duduk, Sakura."

Sakura sejenak terpaku memandang Itachi tapi kemudian ia terseyum dan segera duduk di sebelah Itachi. "Itachi nii-san benar-benar baik dan ramah. Berbeda sekali dengan Sasuke-kun," ucap Sakura tiba-tiba.

"Benarkah? Kau berpikiran seperti itu?" Itachi menoleh. "Senang sekali dipuji seperti itu."

"Oh, bisnya sudah datang," Sakura pun berdiri diikuti Itachi. Bis itu segera berheti tepat di depan Sakura dengan pintunya yang baru saja terbuka.

Sakura hendak masuk tapi lengannya di tahan Itachi. "Boleh kita menukar nomor ponsel? Aku rasa kau punya banyak cerita-cerita misteri. Jadi kapan-kapan aku bisa minta referensi darimu?"

Sakura membalik badannya dan segera mengambil ponselnya. "Tentu," dan akhirnya mereka berdua pun saling bertukar nomor ponsel.

"Kalau begitu, sampai jumpa, Itachi nii-san," Sakura segera naik ke dalam bis.

"Hati-hati di jalan," ucap Itachi tepat sebelum pintu bis itu tertutup. Setelahnya bis itu pergi meninggalkan tempat Itachi berdiri.

Itachi masih memperhatikan bis itu sampai akhirnya sudah tidak terlihat lagi dari jarak pandangnya. Di wajahnya, tersungging sebuah senyuman. "Benar-benar gadis yang manis," ucapnya pelan.


Jam tangan Sasuke sudah menunjukkan pukul dua siang. Biasanya setelah jam pelajaran sekolah usai, ia harus mengikuti pembinaan untuk lomba. Tapi karena sekarang hari Sabtu, dia tidak ada jadwal pembinaan. Sasuke akhirnya membawa langkah kakinya ke klub misteri. Biasanya, ketiga teman klub sudah berkumpul di sana.

Sasuke membuka pintu ruangan itu dan yang ia lihat hanyalah Naruto yang sedang berkonsentrasi dengan laptopnya. Biasanya sebelum ia sampai, Naruto dan Sakura sudah lebih dulu ada di sana karena kelas merekalah yang paling dekat dengan ruangan klub. Tepat di sebelahnya, kelas sebelas IPA-7.

"Kau sendirian?" Sasuke duduk di salah satu kursi dan mengambil kumpulan soal matematikanya dari dalam tasnya.

Naruto menoleh ke arah Sasuke, "Bisa kau lihat sendiri. Sakura-chan tidak sekolah, anak-anak di kelas bilang dia sakit," beritahu Naruto.

Sasuke berhenti mengerjakan soal matematikanya kemudian menoleh ke arah Naruto yang sudah sibuk kembali dengan laptopnya. "Sakit apa?"

"Entahlah, mungkin demam," sahut Naruto. Dia menghentikan kegiatannya sebentar guna memperhatikan Sasuke yang sekarang sedang mengutak-ngatik ponselnya. "Sasuke," panggilnya.

"Hn?"

"Aku perhatikan belakangan ini kau semakin perhatian dengan Sakura-chan. Jangan-jangan kau menyukainya?" Naruto berkata pelan-pelan sambil memperhatikan raut wajah Sasuke.

Sasuke segera berdiri dari tempat duduknya, wajahnya tetap seperti biasa. "Kau bilang apa? Aku keluar sebentar," Sasuke pun segera pergi keluar dan meninggalkan soal matematikanya.

"Dasar! Sikapnya terlalu terlihat," ucap Naruto berbisik. Ia kemudian menarik kumpulan soal matematika yang ditinggal oleh Sasuke. "Heh? Apa yang dia kerjakan? Apa benar dia itu juara dua umum di sekolah ini?"

Sedangkan Sasuke sendiri, dia memilih berdiam di tangga dekat sekre klubnya. Diambilnya ponselnya dari sakunya. Dia mulai mengetik pesan yang sepertinya akan ia kirim kepada Sakura.

Hei, aku dengar kau sakit?

Setelah pesan itu terkirim, Sasuke berdiri dan berniat mengambil kumpulan soal matematikanya di sekre klubnya. Tapi tiba-tiba saja ada pesan masuk dari Sakura.

Iya, hanya panas kok...

Sasuke segera membalasnya tatkala ia sudah sampai di pintu ruangan klub misteri.

Kalau begitu, istirahat yang cukup, Sakura :)

Dan pesan itu sudah terkirim, Sasuke segera masuk ke ruangan klubnya. Matanya bisa menangkap Naruto yang sedang mengutak-ngatik buku kumpulan soal matematikanya. "Hei, apa yang kau lakukan?"

"Membenarkan jawabanmu, Sasuke," sahut Naruto. "Coba lihat ini," ucap Naruto ketika Sasuke sudah duduk di sebelahnya. "Untuk menjawab soal ini kau menggunakan rumus yang sangat panjang dan berputar-putar, padahal ada cara yang lebih singkat."

"Bagaimana kau bisa yakin?" Sasuke masih tidak terima jawabannya yang ia tulis adalah salah. Sasuke tahu Naruto cukup pintar di kelasnya tapi dia tetap saja tidak terima.

"Kau pernah dengar kalimat ini, Sasuke? Orang yang pintar fisika pasti pintar mengerjakan matematika. Sedangkan orang yang pintar matematika belum tentu pintar dalam fisika. Kau adalah tipe yang kedua sedangkan aku adalah tipe yang pertama," ucap Naruto panjang lebar.

"Tch! Kau terlalu percaya diri, Naruto," tanggap Sasuke.

Tapi walaupun Sasuke berkata seperti itu, Naruto tetap menjelaskan bagaimana cara mengerjakan soal itu dengan cara yang lebih singkat menurutnya sedang Sasuke sendiri, dia tidak terlalu memperhatikan apa yang dikatakan dan ditulis oleh Naruto.

Sasuke lebih perhatian terhadap ponselnya, ada pesan masuk.

Baik, terima kasih, Sasuke-kun :D


Saat itu, aku tiba-tiba saja merasa sangat khawatir dengan dia.


"Uchiha-kun, tolong beritahu teman-temanmu untuk mengumpulkan laporannya besok. Dan segera letakkan di meja saya," dosen berkacamata itu berkata dengan nada yang sangat berkharisma.

"Hai!" sahut seseorang yang diajaknya berbicara tadi.

Laki-laki yang bekerja sebagai dosen kedokteran di Universitas Konoha itu menepuk bahu mahasiswanya. "Kalau begitu, sampai jumpa besok, Uchiha-kun," ucapnya kemudian berjalan menuju pintu keluar rumah sakit Konoha.

Di belakangnya, sang mahasiswa membungkuk hormat kemudian berdiri kembali. Wajahnya terlihat sangat lelah. "Tugas sebagai asisten dosen itu berat juga," ujarnya sambil memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing.

Sebagai seorang mahasiswa kedokteran di salah satu universitas terkenal di Tokyo. Tak jarang, Itachi dan teman-temannya harus melakukan praktek di rumah sakit Konoha—rumah sakit yang memang bekerjasama dengan universitasnya.

Seperti hari ini, lelaki berumur dua puluh tahun itu baru saja menyelesaikan prakteknya dan sekarang hal pertama yang akan ia lakukan adalah pulang dan mengistirahatkan tubuhnya sejenak sebelum mengerjakan laporan yang harus dikumpulkan besok. Setelah merapikan peralatan praktek yang ia gunakan tadi, ia segera berjalan menuju pintu keluar bersama dengan beberapa teman sekelasnya.

"Hari ini melelahkan sekali, bagaimana kalau besok kita berkarouke?" celetuk salah satu teman laki-lakinya.

"Wah, sepertinya menyenangkan. Kalau begitu, aku besok ikut ya?" komentar temannya yang perempuan.

"Hei, Itachi. Bagaimana? Kau mau ikut?"

Itachi menoleh ke arah temannya itu sambil mengangkat kedua bahunya. "Tidak tahu, kita lihat situasi besok."

"Itachi, kau membosankan sekali," komentar temannya sedangkan Itachi hanya bisa tersenyum tipis mendengarnya.

Saat itulah, mata hitam Itachi menangkap siluet merah muda di tengah-tengah kursi tunggu yang ada di depan apotek rumah sakit Konoha. Kontan, Itachi menghentikan langkahnya.

"Hei, Itachi. Ayo kita pulang," salah satu temannya menoleh ke arahnya.

Itachi segera menghadap ke arah temannya itu, "Kalian duluan saja dulu, a-aku ada urusan."

Temannya itu mengangkat kedua bahunya. "Baiklah, kami duluan, Itachi."

"Hn."

Itachi kemudian membawa langkahnya ke deretan kursi tunggu tersebut dan duduk di salah satu kursi, tepat di samping siluet berwarna merah muda yang ia lihat tadi. "Sendirian, Sakura?"

Pertanyaan Itachi itu, membuat seseorang yang duduk di sampingnya menoleh, "E-eh, I-Itachi nii-san! Konnichiwa," sapanya.

"Konnichiwa," balas Itachi tersenyum. Itachi dapat melihat gadis di depannya sedang sakit, terlihat dari wajahnya yang sedikit pucat. "Kau sakit?" Itachi segera meletakkan punggung tangan kanannya ke dahi Sakura. "Panas," ucapnya kemudian.

Sakura yang tiba-tiba diperlakukan seperti itu segera mengalihkan pandangannya ke depan. Ini pertama kalinya ada laki-laki yang melakukan hal ini selain ayahnya. "Ngomong-ngomong, kenapa Itachi nii-san bisa ada di sini?"

"Aku ada praktek untuk kuliahku tadi," sahutnya.

"Eeh?" Sakura menoleh. "Praktek? Di rumah sakit? Jangan-jangan Itachi nii-san itu mahasiswa kedokteran?"

"Seratus untuk tebakanmu," jawab kakak Sasuke itu.

Baru saja Sakura ingin berkomentar, tiba-tiba saja ada pesan yang masuk ke ponselnya. "Sasuke-kun," guman Sakura pelan. Itachi yang mendengar gumaman Sakura, ikut melihat pesan yang ada di layar ponsel Sakura.

Kalau begitu, istirahat yang cukup, Sakura :)

Sakura pun segera membalas pesan tersebut dan meletakkan ponselnya kembali. Setelah meletakkan ponselnya, Sakura sedikit tertawa. "Sasuke-kun itu aneh sekali."

"Hei, Sakura. Itu pesan dari Sasuke?" Sakura mengangguk ketika mendengar pertanyaan Itachi. "Benar itu dia? Kenapa berbeda sekali? Caranya mengetik pesan tidak seperti dia yang biasanya sok cool itu."

"Nii-san juga berpikir seperti itu? Aku juga sering berpikiran seperti itu ketika dia mengirimkanku pesan. 'Apa benar ini Sasuke-kun yang aku kenal? Kenapa berbeda sekali?' Seperti itu," balas Sakura.

Itachi hanya mendengarkan semua ucapan tersebut, entah mengapa tiba-tiba saja dia merasakan hal aneh ketika Sakura mengucapkan kaliamat tersebut. Tangan kirinya yang berada di saku celananya sedikit mengepal. "Jadi, kau sering bertukar pesan dengan Sasuke?"

Sakura sedikit merasa aneh dengan nada bicara Itachi tapi akhirnya ia menjawab pertanyaannya juga, "Hm, lumayan sering. Biasanya, dia yang mengirim pesan terlebih dulu."

"Mungkin saja dia tertarik padamu," celetuk Itachi tiba-tiba dan detik berikutnya Itachi segera menyesali perkataan yang baru saja ia ucapkan.

Sakura sedikit tertawa mendengarnya, "Tidak mungkin, dia itu hanya orang yang terobsesi akan buku pelajaran dan peringkatnya di sekolah," ucap Sakura. "Pesan yang ia kirim hanya tentang pelajaran walaupun akhirnya ngelantur ke mana-mana," lanjutnya.

Itachi mengusahakan sebuah senyum di wajahnya. "Ohh..." Kenapa tadi ia harus membuka topik yang akan membuat dirinya kesal seperti ini? Itachi merutuki dirinya sendiri.

"Aku senang, ada orang yang aku kenal tiba-tiba muncul di sini," ucap Sakura sambil merapatkan jaket berwarna putih yang melekat pada tubuhnya. "Sejak tadi, aku sudah bosan menunggu giliranku."

"Orang tuamu?"

"Sebenarnya, kedua orang tuaku sedang pergi ke luar kota. Jadi sekarang aku sendirian di sini."

Kontan, jawaban Sakura membuat Itachi menegakkan duduknya. Ia memandang gadis di sebelahnya dengan tatapan khawatir. "Jadi, kau kemari sendirian? Dalam keadaan sakit seperti ini?"

"Hm," Sakura mengangguk. "Dengan taksi."

"Tapi tetap saja. Bagaimana kalau di jalan tiba-tiba saja kau pingsan? Siapa yang akan menolongmu? Supir taksi yang kau tumpangi? Tidak mungkin! Aku yakin dia pasti akan meninggalkanmu di tengah jalan," ucap Itachi yang tiba-tiba saja meluapkan kekhawatirannya.

Sakura sedikit kaget akan perkataan Itachi. "Tenang saja, aku hanya sedikit demam. Tidak terlalu parah, kok. Nii-san aneh sekali, tiba-tiba berkata seperti itu."

Itachi yang baru saja menyadari apa yang ia katakan itu berlebihan segera mengalihkan pandangannya, "Maaf," ucapnya. Itachi kemudian memperhatikan kertas yang ada di tangan Sakura, rumah sakit Konoha memang sangat terkenal. Bukan hanya berobat tapi bahkan untuk membeli obatnya saja, kita harus mengambil nomor giliran. "Nomor 52? Masih jauh sekali," lanjut Itachi ketika melihat layar di depannya yang sedang menampilkan nomor urut yang sedang dipanggil sekarang.

"Nomor 25," ucap perawat yang ada di sana.

Sakura menghembuskan napasnya, "Iya, masih lama. Aku jadi sedikit lelah," Sakura pun menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

Itachi tersenyum prihatin melihatnya. Digerakkannya kedua tangannya untuk menggeser bahu Sakura ke arahnya dan membuat kepala Sakura bersandar di dadanya. "Akan lebih nyaman kalau begini, Sakura."

Sakura yang baru pertama kali mendapat perlakuan seperti ini berusaha meneggakkan tubuhnya kembali. Tapi kedua tangan Itachi menghentikannya. "Aku ti-tidak apa-apa, Nii-san," ucap Sakura dengan wajah yang sedikit memerah.

"Aku juga tidak apa-apa," balas Itachi. "Tidurlah, Sakura. Aku tahu, kau pasti kelelahan, nanti jika sudah nomor urutmu, aku akan membangunkanmu," Itachi tersenyum menoleh ke arah Sakura.

Sakura sedikit menengadahkan kepalanya ketika menatap Itachi. Tiba-tiba saja, dia dapat merasakan degup jantungnya sendiri. Mau tak mau, Sakura akhirnya mengalah dan membiarkan tubuhnya bersandar pada dada Itachi. Dalam keadaan seperti ini, Sakura bahkan dapat merasakan degup jantung Itachi. Dia tidak yakin jika dirinya bisa tidur jika situasinya seperti ini.

Tapi pemikiran Sakura salah, selang beberapa menit, dia sudah tertidur karena kelelahan. Itachi dapat melihat napas Sakura yang bergerak teratur. Hal yang Itachi bisa lakukan hanyalah tersenyum. Dia merasa sangat senang ketika Sakura tidak menolak perlakuannya. Itachi sendiri masih belum yakin akan perasannya tentang gadis di pelukannya ini. Hanya saja, sejak pertama kali bertemu, Itachi tidak pernah bisa melepas pandangannya dari wajah Sakura.

Kepala Sakura tiba-tiba sedikit turun dan Itachi segera membetulkan posisi Sakura agar dia tidak terganggu. Dieratkannya pelukannya kepada Sakura. "Aku akan menjagamu, Sakura," ucapnya berbisik.


Setelah tiga jam tertidur di kamarnya, akhirnya Sakura bangun juga. Jaket putihnya masih menutupi tubuhnya ditambah dengan selimut di kamarnya, benar-benar membuat Sakura mengeluarkan banyak keringat.

Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk. Saat itulah, tiba-tiba saja ada sapu tangan yang terjatuh dari dahinya, di atas meja Sakura dapat melihat sebaskom air dengan sedikit sisa es yang mengapung. Di sebelahnya ada sebuah kertas yang tertahan oleh mangkuk bubur di atasnya.

Aku harap keadaanmu sudah lebih baik ketika membaca ini. Maaf, aku pulang tidak bilang. Oh iya, aku buatkan bubur tadi, aku sudah menggunakan dapurmu tanpa izin :) nanti buburnya dihangatkan lalu minum obatmu, Sakura. Semoga cepat sembuh. Itachi nii-san.

Sakura tersenyum membaca surat tersebut. Diambilnya semangkuk bubur yang ada di atas meja dan segera pergi ke dapur. Setelah melepas plastik yang menutupinya, Sakura segera memasukkanya ke dalam microwave. Sambil menunggu buburnya panas, Sakura memilih untuk membuat segelas teh hangat dan duduk di meja makan.

Tiba-tiba saja, Sakura mengingat kejadian yang baru saja ia alami beberapa jam lalu. Dari saat ia bertemu Itachi di rumah sakit dan sampai Itachi mengantarnya pulang. Bagaimana perkataan Itachi ketika ia ingin menunggu Sakura di rumah sampai Sakura tertidur. "Ah, aku malu," Sakura menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Berbagai macam pertanyaan memenuhi kepala Sakura sekarang. Kenapa Itachi begitu baik padanya? Jangan-jangan Itachi memiliki perasaan padanya? Sakura menggeleng. "Itu tidak mungkin," ucapnya.

Ketika buburnya telah panas kembali, Sakura membawa bubur dan tehnya ke kamarnya. Di segera meletakan keduanya di atas meja belajarnya. "Itadakimasu," Sakura baru saja hendak menyuap buburnya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Di layar ponsel Sakura terpampang nama Itachi nii-san.

"Moshi moshi," sapa Sakura. Di seberangnya, Sakura dapat mendengar Itachi sedikit kaget. "Ya, aku sudah bangun, terima kasih untuk yang tadi, Nii-san. Buburnya juga," sahut Sakura. Cukup lama Sakura terdiam mendengar suara Itachi di seberang. "Aku belum mencobanya. Aku baru saja ingin makan, tapi Nii-san menelponku," di seberang, Sakura bisa mendengar Itachi yang mendesah kecewa kemudian dia berucap dengan kalimat yang tenang kembali, entah mengapa, Sakura dapat membayangkan Itachi tersenyum ketika mengucapkan kalimat tersebut. "Iya, aku akan istirahat," Sakura juga tersenyum. "Jaa ne..." dan sambungan telepon pun terputus.

Sakura tersenyum geli ketika meletakkan ponselnya. "Oh tidak, kenapa aku memikirkan hal aneh seperti itu? Itu tidak mungkin, Sakura. Pasti karena sedang sakit, kau jadi berpikiran seperti itu," ucap Sakura pada dirinya sendiri. Dan lagi-lagi ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.


Sudah tiga hari, Sasuke tidak melihat Sakura. Tapi sekarang, ia sudah dapat melihat gadis berambut merah muda itu dengan tas ransel yang tersampir di punggungnya. Baru saja, ia akan pergi sendiri untuk pembinaan karena ia pikir Sakura belum sekolah. Tapi ternyata, Sakura sudah menunggunya lebih dulu di depan kelasnya—sebelas IPA-2.

"Oh, Sakura."

"Hai, Sasuke-kun. Jadi sekarang kita pembinaan di mana?" Sakura ikut berjalan ketika Sasuke mulai meninggalkan kelasnya.

"Di laboratorium biologi," sahut Sasuke. Sebenarnya Sasuke ingin menanyakan keadaan Sakura tapi ada suatu hal yang menahannya. Dan akhirnya perjalanan mereka pun diisi oleh keheningan. Sesekali terdengar sapaan beberapa teman mereka yang akan pulang. Tanpa terasa, mereka pun sudah sampai di laboratorium biologi. Di dalam, guru biologi mereka sudah menunggu.

"Permisi," ucap mereka berdua bersamaan.

Guru perempuan berperawakan pendek itu tersenyum dan segera mempersilahkan mereka duduk. "Nah, sekarang kita pelajari bab selanjutnya," ucapnya kemudian.

Selama dua jam ke depan, yang terdengar di ruangan itu hanyalah masalah biologi, biologi dan biologi. Banyak sekali tanya jawab yang terjadi, dua murid kebanggaan SMA Konoha ini memang benar-benar bisa membuat guru mereka kewalahan.

"Baiklah, hari ini kita cukupkan," ucap guru mereka setelah dua jam. "Dan ini, ada soal-soal yang bisa kalian kerjakan di rumah," lanjutnya lagi kemudian meninggalkan kedua muridnya itu. Ketika ia membuka pintu laboratorium, Sakura dan Sasuke bisa mendengar gurunya itu mendesah, "Aduh, kenapa harus hujan di saat seperti ini?"

Seteleh guru biologi mereka pergi, Sakura dan Sasuke pun akhirnya keluar dari lab biologi. Tapi mereka berdua harus melewati lapangan sekolah untuk sampai ke gedung yang berhubungan dengan lobi pintu keluar sekolahnya. "Ah, aku tidak bawa payung. Baiklah, mau tidak mau dilawan saja," ucap Sakura pada dirinya sendiri. Kedua tangannya sudah berada di atas kepalanya.

Baru saja Sakura hendak berlari sekuat yang ia bisa, tangan kanannya ditarik Sasuke. "Jangan, nanti kau sakit lagi," ucap Sasuke tenang.

Sakura akhirnya menurunkan kedua tangannya, "Lalu bagaimana cara kita sampai ke lobi?"

Sasuke yang juga sebenarnya tidak membawa payung hanya dapat menghembuskan napas. "Kita pakai jaketku saja."

"Eh?" mata hijau Sakura memperhatikan Sasuke yang sedang melepas jaketnya.

Sasuke menggunakan jaketnya sebagai penutup kepala dan badannya, "Ayo, ke sini Sakura. Kau jangan sampai sakit lagi," ada nada khawatir dalam kalimat Sasuke yang sebenarnya berusaha ia tutupi tadi.

Akhirnya Sakura mengikuti saran Sasuke, begitu lebih baik daripada ia harus menerobos hujan tanpa pelindung sedikit pun. Segera setelah Sakura berada di bawah jaket Sasuke, mereka berdua pun mulai berjalan. Berjalan dengan perlahan menuju gedung sekolahnya yang lain.

Sakura yang berada di sebelah kiri Sasuke sedikit menjaga jarak dan Sasuke menyadari hal tersebut. Dari jarak pandangnya, Sasuke dapat melihat bagian bahu kiri Sakura yang terkena air hujan. Akhirnya Sasuke pun sedikit menggeser jaketnya ke arah kiri tanpa mengubah jarak mereka berdua. Tentu saja hal ini membuat bagian kiri Sasuke yang terkena air hujan.

"Wah, sampai," ucap Sakura tatkala mereka berhasil sampai di gedung sebelah. Sakura pun segera menjauh dari lindungan jaket Sasuke. Dia berjalan agak ke depan.

Sedangkan Sasuke masih berada di pinggir gedung dan ia sedang mengibas-ngibaskan jaketnya guna menghilangkan air hujan yang meresap walaupun hanya sendikit. Setelah merapikan jaketnya, ia pun menyusul Sakura yang sudah berjalan ke arah pintu keluar sekolahnya.

"Sasuke-kun, terima kasih ya untuk jaketnya," Sakura membalik badannya menghadap Sasuke.

Sasuke hanya menatap senyum Sakura, "Hn."

Tapi tiba-tiba saja, Sakura menuju ke arahnya dengan pandangan kaget, "Eh? Kau basah, Sasuke-kun," ucapnya lalu ia mencari sesuatu dalam saku roknya. Beberapa saat kemudian, di tangan kiri Sakura sudah ada sapu tangan berwarna putih.

Belum sempat Sasuke berkomentar, tangan kiri Sakura sudah lebih dulu bergerak. "Gomen ne, gara-gara aku, kau jadi basah," ucap Sakura sambil mengusap wajah bagian kiri Sasuke yang sedikit basah. Sasuke yang tiba-tiba mendapat perlakuan seperti ini hanya bisa mematung, Sakura sama sekali tidak menyadari perubahan mimik wajah Sasuke.

"Biar a-aku saja, Sakura," Sasuke mengutuki dirinya sendiri yang tiba-tiba saja gemetar. Tangan kanannya bergerak ke atas, guna mengambil sapu tangan yang sedang dipegang Sakura. Tapi tangan Sasuke tanpa sengaja memegang tangan Sakura.

Karena hal tersebut, reflek mereka berdua saling berpandangan cukup lama hingga akhirnya ada rona kemerahan yang sedikit menjalar ke wajah mereka. Sakura segera menurunkan tangan kirinya dan segera menoleh ke arah kanan. "Ba-baiklah, terserahmu saja."

Sasuke yang menyadari perubahan degup jantungnya sendiri pun segera memaling wajahnya ke arah berlawanan. "Hn," balasnya sambil mengusap wajahnya dengan sapu tangan Sakura.

Dan tiba-tiba saja, suasana menjadi canggung tanpa ada satu pun yang membuka suatu pembicaraan. Seiring dengan berjalannya waktu, hujan pun mulai reda berbanding terbalik dengan suasana di antara Sasuke dan Sakura yang masih saja canggung.


Dia tidak tahu hal ini, saat itu adalah kejadian paling menegangkan yang pernah aku rasakan seumur hidupku. Sejak dulu, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini. Tapi semenjak ada dia, semuanya mulai berubah secara perlahan.


Sore itu, Itachi memberanikan dirinya untuk datang ke rumah Sakura. Dengan membawa mobil jass hitamnya, Itachi turun tepat di depan rumah Sakura. Di depan pintu rumah, Sakura sudah menunggu Itachi dengan dress selutut berwarna merah muda lembut. Dia melambai ke arah Itachi sambil tersenyum. Itachi juga balas tersenyum.

Beberapa saat kemudian, Sakura segera keluar dari rumahnya dan menghampiri Itachi. "Terima kasih Nii-san sudah mau mengantarku ke perpustakaan kota."

"Jangan berterima kasih, aku yang menawarkan diri bukan?" balas Itachi. "Sekarang, ayo masuk."

Sakura akhirnya masuk ke dalam mobil milik Itachi dengan Itachi yang membukakan pintu untuknya. Sakura terkikik geli ketika Itachi melakukan hal tersebut. Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil, Itachi segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju perpustakaan kota.

"Oh iya, Sakura. Aku dengar kau dan Sasuke memenangkan juara satu?" Itachi mulai membuka pembicaraan.

"Hm," Sakura mengangguk. "Aku benar-benar tidak menyangka kami berdua bisa melakukannya."

"Kau benar-benar terlihat senang, berbeda sekali dengan Sasuke. Dia terlihat datar seperti biasanya," gurau Itachi diiringi sedikit tawaan.

Sakura menatap Itachi yang sedang menyetir, "Benarkah?" dan selanjutnya topik seputaran Sasuke mengisi perjalanan mereka.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai tepat di depan gedung perpustakaan kota. Gedung berlantai dua itu terlihat sangat menawan di mata Sakura karena di dalamnya terdapat berbagai macam buku yang sangat menarik bagi Sakura.

Segera setelah Itachi memakirkan mobilnya, Sakura segera keluar dari dalam mobil diikuti oleh Itachi. "Ayo, Nii-san," ucap Sakura berjalan mendahului Itachi.

Dari belakang, Itachi dapat melihat rambut Sakura yang bergoyang-goyang mengikuti arah jalan pemiliknya. Tiba-tiba saja pikirannya mengingat hal apa saja yang mereka bicarakan di dalam mobil. Sasuke, selalu mengenai Sasuke. Apa tidak ada hal yang mereka berdua bicarakan selain mengenai Sasuke? Tiba-tiba saja, Itachi merasa kesal akan dirinya sendiri. Kedua tangannya yang berada di dalam saku celananya mengepal menahan amarah. "Kali ini, aku harus mengatakannya," gumamnya pelan.

Setelah masuk ke dalam gedung perpustakaan, Itachi dapat melihat Sakura yang sedang bertanya kepada petugas di sana. "Kau mencari buku apa, Sakura?" tanya Itachi.

"Buku mengenai sejarah ninja," balas Sakura dan kemudian dia segera pergi ke bagian rak yang ditunjuk oleh petugas Itachi. Sedangkan Itachi, dia lebih memilih pergi ke rak yang penuh dengan buku misteri.

Setelah melihat buku-buku di sana, tiba-tiba saja Itachi merasa tidak tertarik dengan berbagai macam buku misteri yang biasanya selalu bisa menarik perhatiannya. Pikirannya terus saja melayang ke arah Sakura. Tanpa sengaja, pandangannya menoleh ke arah Sakura yang sepertinya sudah berhasil dan mendapatkan bukunya. Mata hitam Itachi dapat melihat Sakura yang segera duduk di salah satu bangku yang ada di sana.

Akhirnya, Itachi dengan asal mengambil salah satu buku yang ada di depannya, dia bermaksud untuk menyusul Sakura. Itachi menggeser kursi di sebelah Sakura dan segera mendudukinya.

"Kau sudah mendapatkan buku yang kau cari?" tanya Itachi berbasa-basi.

"Sudah, lihat buku ini sudah tua sekali. Sampulnya sampai berwarna kecoklatan," ungkap Sakura. Itachi mau tak mau memperhatikan buku yang dipegang Sakura tersebut tapi pikirannya tidak bisa fokus.

"Hn," balasnya asal.

Melihat Sakura yang tekun membaca buku di hadapannya, Itachi menjadi tidak berani untuk mengusiknya. Akhirnya ia memilih untuk membaca buku yang tadi ia ambil dengan asal. Tapi tetap saja, pikirannya tidak bisa fokus. Selalu Sakura yang tiba-tiba muncul di dalam kepalanya.

"Hei, Sakura," akhirnya Itachi membuka suaranya juga.

"Ada apa, Nii-san?" Sakura menoleh ke arahnya, menghentikan kegiatan membacanya sejenak.

Itachi juga menoleh ke arah Sakura, "Jika disuruh memilih salah satu. Kau lebih memilih yang mana. Memaksakan cintamu kepada seseorang yang belum tentu mencintaimu atau berusaha mencintai orang yang mencintaimu?" tanya Itachi perlahan.

Sakura sedikit kaget mendengar pertanyaan Itachi, tiba-tiba saja ia teringat akan pemikirannya bahwa Itachi sedang menyukainya. Tapi Sakura segera menepis pemikiran tersebut. Itu tidak mungkin, kan?

"Kalau disuruh memilih, aku akan memilih yang kedua," sahut Sakura. "Karena pilihan pertama itu terkesan sedikit jahat," lanjut Sakura setengah bercanda.

Itachi sedikit kaget mendengar jawaban Sakura, "Kalau begitu, aku akan menjadi orang yang jahat?" tanyanya menggantung.

"Eh? Maksud Nii-san?"

Itachi menatap Sakura lagi, "Sebenarnya aku sedang mencintai seorang gadis tapi aku sendiri tidak tahu apakah ia mencintaiku atau tidak." Itachi tidak menyadari perubahan mimik yang terjadi pada Sakura. "Menurutmu, aku harus bagaimana?"

Sakura menghadap ke arah depan, menghindari kontak mata dengan Itachi. Tiba-tiba saja Sakura merasakan hal yang dinamakan dengan kekecewaan, mungkin selama ini dia terlalu percaya diri bahwa Itachi menyukainya padahal sebenarnya tidak. Dan hal ini membuat dirinya sedikit sedih entah karena alasan apa.

"Ka-kalau menurutku, lebih baik Nii-san mengatakan perasaan Nii-san kepada gadis itu. Dengan begitu Nii-san akan tahu bagaimana perasaannya setelah itu baru Nii-san tentukan ingin menjadi yang pilihan pertama atau yang kedua," sahut Sakura panjang lebar.

"Hn, mungkin begitu lebih baik," dan akhirnya pembicaraan itu terputus sampai di situ. Dari ekor matanya, Itachi dapat melihat Sakura yang kembali menekuni bukunya mengenai sejarah ninja. "Kau menyukai sejarah?"

Lagi-lagi Sakura menghentikan kegiatan membacanya dan menoleh ke arah Itachi. Tapi dia segera memalingkan wajahnya tatkala menyadari wajah Itachi begitu dekat dengannya. Melihat reaksi Sakura, Itachi tersenyum tipis dan segera menjauhkan wajahnya dari Sakura.

"Iya, lumayan," sahut Sakura akhirnya.

"Hn, benarkah? Apa selama ini, kau memiliki sejarah yang menyenangkan?" tanya Itachi lagi.

"Hm... entahlah. Sepertinya banyak," sahut Sakura yang sudah mulai tidak fokus dengan pertanyaan Itachi.

"Boleh aku menambahkan satu sejarah pada kehidupanmu?" ucap Itachi tiba-tiba.

"Eh?" kontan perkataan Itachi itu membuat Sakura sedikit bingung. Dengan refleks, ia menoleh ke arah Itachi dan pandangan mata mereka bertemu. Sakura sedikit tertegun dengan pandangan Itachi ke arahnya sekarang.

Tanpa Sakura sadari, kedua tangan Itachi sekarang berada di kedua pipinya. Saat menyadari hal tersebut, yang Sakura bisa lakukan hanyalah diam membeku, kedua tangannya bergetar meremas ujung dressnya. Perlahan wajah Itachi mendekat ke arahnya dan membuat mata Sakura semakin membesar. "I-Ita—"

Dan hal yang terjadi berikutnya serasa bagai mimpi bagi seorang Haruno Sakura. Dia tidak pernah membayangkan Itachi akan melakukan hal seperti ini terhadapnya. Itachi menciumnya tepat di bibirnya. "Sakura, aku mencintaimu," perkataan Itachi selanjutnya semakin membuatnya kaget.

.

.

.

.

.

.

~To Be Continued~


A/N : Hai, hai semua :) sasukenya OOC? Iyaa~~ maaf. Sebenarnya ini fanfic yg udah lama banget mendem di laptop. Sayang aja kalo gak dipublish, saya gak proofread lho~ males *digeplak* soalnya saya ngerasa udah pernah nge-proofread dulu, ya dulu sekali hehe...

Tapi makasih buat yang udah mau sekedar mampir :) Ini fanfic SasuSakuIta pertama saya, kalian maunya sakura sama siapa nih? Well, ini cuma twoshoot kok, jadi chapter depan sudah tamat. Saya buat ini dulu waktu saya sedang tergila-gila dengan novel Agatha Christie wkwk xD Gaya sms Sasuke juga terinspirasi dari seorang teman saya hehe... kalo ngomong sok cool gitu, tp kalo lewat sms, penuh emoticon wkwk

Oke, sip, inget review ya~~ ditunggu selalu hehe :)