"Chuu~ ! Mr. Police, Daisuki desu!"
Aomine x KagamiAomine x Kise
Disclaimer : Kuroko no Basuke (黒子のバスケ), Tadatoshi Fujimaki
Genre : Romance, BL, Dan tentukan sendiri genre lainnya :D | Author malas | *Tabok Author*
Warning! Typo everywhere, Alur berantakan, EYD kacau..
Mengandung unsur BL, jadi buat yang ngga suka BL (Boys Love) Kick out aja deh!
"Kise-Kun! Kagami-Kun! Ayo kita pulang." Kuroko memanggil kedua anak berumur 10 tahun yang tengah asik bermain basket.
"Kurasa kita harus pulang, Kagamicchi.." anak laki-laki berambut kuning itu menghentikan dribblenya.
"Berhenti memangilku seperti itu! Ah~ tapi kurasa kau benar, Kise. Sebelum Kuroko Onii-chan memarahi kita." Anak laki-laki berambut Merah akhirnya mengikuti temannya menuju Kuroko Onii-chan.
Mereka bertiga jalan bersamaan. kuroko menggandeng kedua anak kecil yang dititipkan padanya. Kagami dan Kise bercerita pada Kuroko tentang permainan mereka tadi. Kuroko sangat senang bisa mengurus kedua anak itu. Yah, walau belakangan ini dia sibuk dengan tugas Kuliahnya. Tiba-tiba..
"Yo, Tetsu!" Seorang polisi menghampiri mereka bertiga.
"Ah, Aomine-kun. Konbanwa." Kuroko berhenti lalu membungkuk pada Aomine.
"Konbanwa." Aomine tersenyum pada Kuroko juga pada Kise dan Kagami.
"Konbanwa, Aomine Onii-chan!" Kise langsung berlari ke arah Aomine dan merangkul tangannya.
"Kuroko Onii-chan! Ayo kita pulang!" Kagami menarik tangan Kuroko.
Ia tampak sangat Kesal. Kuroko, Aomine dan Kise tidak mengerti kenapa Kagami menjadi seperti itu.
"Hei, Kagami. Kau kenapa?" Aomine membungkuk lalu mengelus kepala Kagami.
"Hentikan! Aku bukan anak kecil!" Kagami menampar tangan Aomine.
Aomine bertahan pada posisinya, ia tak mengerti kenapa Kagami yang biasanya manja padanya kini berubah. Saat Aomine menatap wajah Kagami, Kagami hanya memalingkan wajahnya dari Aomine. Seolah ia sangat marah padanya.
"Kagamicchi, Kau kenapa?" Kise menggenggam kedua tangan Kagami.
Melihat wajah innocent Kise, Kagami hanya diam. Ia melirik ke arah Aomine lalu memandang Kise tajam.
"Sebaiknya kita pulang, Kisecchi. Kuroko Onii-chan, Kami akan pulang sendiri. Sayonara.." Kagami menarik tangan Kise perlahan.
Aomine dan Kuroko hanya bisa menatap bingung ke arah Kagami dan Kise. Mereka masih tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Sesaat Aomine mengingat wajah kesal Kagami tadi.
"Ternyata aku masih belum bisa mengerti dirinya.." Guman Aomine pelan.
"Eh? Kau barusan bicara apa, Aomine-kun?" Kuroko yang sedari tadi bingung masih saja bingung belum lagi ucapan Aomine barusan membuatnya bertambah bingung.
"Hmm, tak apa. Aku hanya bicara sendiri. Kalau begitu aku akan kembali bertugas. Sayonara, Tetsu.." Aomine berjalan meninggalkan Kuroko.
"Kagamicchi, kau kenapa?" Kise bertanya pada Kagami saat mereka berdua sudah jauh dari Aomine dan Kuroko.
"Aku tak apa. Nah, Kita sudah sampai. Masuklah ke dalam rumah. Aku akan pulang dulu." Kagami mengacak-acak rambut Kise sambil tersenyum.
lalu ia berjalan menuju rumah di sebelah rumah Kise. Kise hanya bengong menatap sosok Kagami yang berbeda dari biasanya.
"Tadaima.." kagami membuka pintu rumahnya.
Rumah Kagami sangat besar dan luas. Namun tempat itu sangat gelap dan terasa dingin. Kagami menekan tombol lampu. Ia sadar berapa kalipun ia mengatakan Aku pulang tak akan ada yang menjawab karna ia tinggal sendirian. Kagami berjalan menuju dapur, lalu ia melihat persediaan bahan makanan yang ia punya. Karena Kagami tinggal sendirian dia sangat pandai dalam hal memasak.
"Hah? Sepertinya aku harus belanja.." Ia menghela nafas melihat isi lemari esnya kosong.
Ia berjalan menuju kamar mandinya, tak lupa ia menyiapkan air panas untuknya mandi. Ia melepaskan helai demi helai pakaiannya. Ia merasa sangat lelah setelah bermain dengan Kise. Saat ia berendam tiba-tiba handphonen-nya berdering.
"Mosi-mosi?" Kagami sama sekali tak melihat siapa nama orang yang menelponnya.
"Oi Kagami, Apa kau dirumah?" terdengar suara yang sangat tidak asing lagi bagi Kagami, suara Aomine!
"Ke.. kenapa kau bertanya seperti itu?!" wajah Kagami muali memerah.
"Karena aku akan kerumahmu..." Aomine terdiam sejenak "..sekarang"
Mendengar Aomine berkata ia akan datang ke rumahnya sekarang membuat Kagami terkejut dan hampir saja ia tenggelam bersama handphone-nya.
"Hah? Kau bercanda? Aku sedang tidak dirumah!" bohong Kagami.
"Kalau begitu aku akan menunggu didalam rumahmu." Kagami dapat mendengar suara gemerincing kunci, yang ia yakin itu adalah duplikat kunci rumahnya.
"Hei! Tidak kah Ka..." belum sempat Kagami selesai bicara Aomine sudah menutup teleponnya.
"Baka.." wajah Kagami berubah merah, lalu ia menenggelamkan setengah kepalanya.
Terdengar seseorang membuka pintu rumah Kagami, benar saja itu adalah Aomine. Ia membawa dua kantung bahan makanan. Ia membawanya karena ia ingin Kagami memasakan sesuatu untuknya. Aomine masih menggunakan seragam Polisinya. Dia langsung duduk di sofa.
"Ah~ melelahkan.." Aomine menarik dasinya.
"Tumben ia tidak mematikan lampunya." Aomine sedikit terkejut mendapati rumah Kagami terang.
Biasanya lampu rumah Kagami akan dinyalakan saat Kagami ada dirumah saja.
"Sebaiknya ini aku taruh kulkas saja." Aomine berdiri lalu berjalan menuju dapur Kagami.
ia menaruh semua bahan makanan yang tadi dibelinya di supermarket. Ia menata semua bahan makanan dengan sangat rapi. Lalu ia berjalan menuju Kamar mandi.
"Kurasa aku akan mandi sambil menunggu Kagami datang.." Aomine mulai melepas dasinya dan pakaiannya.
Kini Aomine hanya menggunakan selembar handuk untuk menutupi bagian bawahnya. Ia merasa sangat lelah, tentu saja tugas polisi tidaklah ringan. Saat ia membuka pintu kamar mandi, Ia terkejut mendapati Kagami masih berendam dalam bak mandinya. Saat Aomine menatap Kagami, wajah Kagami langsung berubah menjadi sangat merah.
"Ka.. kagami?" Aomine mendekat.
"A.. aoo.. aomine Onii-chan.." Kagami tergagap, karna ini pertama kalinya ia melihat tubuh atletis Aomine.
Aomine hanya menggeleng pelan, Jantungnya berdebar kencang melihat Kagami dengan wajah memerah tengah berendam. Aomine berusaha menghiraukan Kagami, ia berjalan menuju keran air lalu ia membasahi tubuhnya. Setelah seluruh tubuhnya basah, ia mengibaskan rambutnya.
Melihat hal itu membuat Kagami semakin ternganga. Butiran air menetes dari rambut Aomine dan sebagian besar air tersebut mengalir melewati otot-otot Aomine. Sejenak Aomine melirik Kagami. Ia mendapati kedua bola mata Kagami tampak berbinar-binar, seakan Kagami bisa memangsanya kapan saja. Aomine berusaha tenang, Ia berdiri lalu ia masuk kedalam bak mandi Kagami.
Hening.. itulah yang terjadi. Kini Kagami hanya menunduk tak berani menatap Aomine. Melihat sikap Kagami, Aomine semakin penasaran padanya.
"Hoi, Kagami." Aomine mendekat pada Kagami.
Kagami terkejut. Ia berusaha menjauh dari Aomine, ia bergerak menuju pojok bak mandi. Ia sudah tak bisa kemana-mana lagi.
"Kenapa kau menghindariku?"Aomine meletakkan kedua tangannya disamping kanan-kiri Kagami agar ia tak bisa kabur lagi darinya.
"Le..lepaskan Aku!" Wajah Kagami memerah.
"Kenapa Aku harus melakukannya?" Aomine menatap Kagami tepat dimatanya.
"Karena.. Karena.." Kagami kebingungan. Ia mengalihkan pandangannya dari Aomine
"Kenapa? Kau tak menatapku, Bakagami.." Aomine memegangi dagu Kagami agar ia bisa menatapnya.
"Hen.. hen.. hentikan.." Wajah Kagami memerah, Kedua matanya mulai berair.
Wajah Kagami yang seperti itu membuat Aomine berhenti lalu mundur. Aomine berdiri lalu mengambil handuknya. Lalu keluar dari kamar mandi meninggalkan Kagami sendirian.
"Gees! Apa yang telah kulakukan?" tanya Aomine dalam hati.
Setelah keluar dari kamar mandi ia segera menggunakan kaos dan celana yang ada keranjang cucian Kagami. Minggu lalu ia meninggalkan pakaiannya dirumah Kagami. Tak berapa lama setelah ia berpakaian, Kagami keluar dari kamar mandi. Kagami pun sudah berpakaian lengkap.
"Gommen nee.. Aku bukannya menghindarimu atau apa, tapi..." Kagami menunduk, wajahnya masih semerah tadi.
Aomine dengan sabar menunggu jawaban dari Kagami.
"Ah, lupakan. Hari ini kau ingin makan apa? Aku kan memasakkannya untukmu, Aomine Onii-chan.." Kagami mulai menatap Aomine.
"Apa saja. Asal kau yang memasak, Aku pasti akan memakannya.." Aomine tersenyum, Kagamipun hanya mengangguk.
" Tapi aku harus ke supermarket dulu membeli bahan makanan.." Kagami menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Aku sudah beli bahan makanan kok. Aku sudah menaruhnya di kulkasmu." Aomine menunjuk kearah kulkas Kagami.
"Baiklah, Aku akan memasak. Tunggulah.." Kagami tersenyum senang.
Ia senang karena ia masih bisa bersama Aomine, ia sangat senang menghabiskan waktu bersama Aomine. Tentu saja karena Kagami sangat mencintai polisi bernama Aomine Daiki itu.
Setelah Kagami selesai memasak, ia dan Aomine menikmati makan malam mereka. Setelah mereka makan mereka bermain kartu di kamar Kagami, tanpa mereka sadari waktu berlalu dengan cepat.
"Huuaahhooomm..." Kagami dan Aomine menguap bersamaan.
"Sebaiknya kau tidur sekarang Kagami. Aku akan pulang sekarang."Aomine mengelus perlahan kepala Kagami.
"Eh? Kau akan pulang?" Kagami menahan tangan Aomine, Aomine hanya mengangguk.
"Jangan! jangan tinggalkan aku sendirian lagi! Aku tak mau kau meninggalkanku, Aomine Nii-chan!" Kagami memeluk erat tangan Aomine.
"Aku akan kembali lagi besok. Tenang saja." Aomine tersenyum pada Kagami.
"Kau janji? Kau janji Kau tak akan meninggalkanku?" Kagami melepaskan pelukkannya.
"Ya, Aku janji, Bakagami.." Aomine tersenyum sambil mencubit pipi Kagami.
"Ba.. baiklah.. Kalau begitu.." wajah Kagami memerah, ia menundukkan kepalanya untuk menutupi rona merah diwajahnya.
Kagami merasa sangat senang.
"Baiklah Aku pulang dulu.." Aomine sudah mengenakan seragamnya lagi.
Saat Aomine sudah keluar dari rumah Kagami, Kagami menarik tangannya.
"Aomine Nii-chan.." wajah Kagami memerah.
Kagami langsung menarik dasi Aomine lalu ia mengecup bibir Aomine.
"Chuuu~" ciuman singkat Kagami berhasil membuat Aomine membatu.
"Oyasumi, Aomine Nii-chan!" Kagami tersenyum senang lalu kembali masuk rumahnya.
Aomine masih membatu. Ia menyentuh bibirnya yang baru saja dikecup oleh Si Harimau kecil tadi.
"Gees! Apa yang kau lakukan, Baka!" Aomine duduk didepan pintu rumah Kagami sambil menatap langit malam.
Lampu kamar Kise masih tampak menyala dan jendelanya juga masih terbuka.
BRAAAK!
Kise membuang semua buku dimejanya. Ia mengepalkan tangannya lalu memukul Meja belajarnya.
"Kise! Apa yang kau lakukan! Kau baik-baik saja?!" Ibu Kise berteriak dari lantai bawah.
"Tak ada bu! Aku baik-baik saja!" Teriak Kise.
"Bahkan aku sangat baik-baik saja.." Gumannya sambil menatap fotonya dengan Kagami yang ia taruh dicermin.
"Sepertinya Kau menantangku, Kagami!" pikir Kise.
"Baiklah kalau begitu! Aku akan merebutnya darimu apapun yang terjadi!" ia menatap tajam bayangan dirinya dicermin.
To be Continue..
Huft, (-_-)
Ngga nyangka bisa bikin cerita kaya gini..
Jangan lupa review yaaaaa... :D
