THE PRINCE
Pair : KyuWook, SiWook, YeWook
Cast : Kyuhyun, Ryeowook, Siwon, Yesung and friends
Genre : Fantasy, Romance
Based on MERUPURI THE MARCHEN PRINCE By Matsuri Hino
"Padang bunga di bawah sinaran dewi malam..."
"Buah yang ranum..."
Demi bintang-bintang yang mengitari sang waktu, yang terus berdetak..."
"Hancurlah hukum kausalitas!"
Sekelebat cahaya putih berpendar berubah menjadi gumpalan kabut yang merayap ringa di telapak tangannya yang menari lepas di udara...
"Tamatlah riwayatmu,,, Aster A Kyuhyun Daimonia..."
"Bersyukurlah... adikku, kau tidak ku bunuh."
Di lorong-lorong kastil batu megah yang disirami temaram cahaya rembulan, sesosok bayangan bergerak cepat seperti tak menapak di tanah. Langkah kakinya ringan, tak bersuara. Tak perlu mengendap, dia yakin takkan ada yang mencelakakannya. Dia namja yang cukup kuat dan bisa membela diri.
Namja yang berparas tampan itu tergesa-gesa membuka paksa sebuah pintu tanpa harus meminta ijin dari sang pemilik. Dilihatnya sosok yang disayanginya tengah tidur pulas dan damai tanpa terganggu keributan yang terjadi. Hey... bahkan di saat seperti ini ia tengah asyik di dunia mimpinya. Benar-benar tipikal anak kecil.
"Yang mulia... bangunlah!" seru sang penganggu tidur. Digoyang-goyangkan tubuh seseorang yang ia sebut pangeran dengan kuat.
"Kau harus segera pergi dari sini, kau dalam bahaya! Ku mohon Yang Mulia!"
*srek~
Dengan gemerisik kecil, akhirnya sosok itu pun menggerakkan tubuhnya.
"Ada apa Eukarista Sungmin-ah~~ biarkan aku tidur sebentar lagi.." lenguhnya dengan malas.
Tanpa mengiraukan protes pangeran, sosok yang terlihat tergesa dan khawatir itu langsung menarik tubuh pangeran, memaksanya bangun dan bangkit dari peraduannya yang nyaman.
"Yang Mulia Aster A Siwon Daimonia telah merapalkan mantranya padamu,,, kau harus segera pergi dari istana!" Seru Sungmin dengan cemas. Pangeran tersentak kaget dan jatuh terduduk kembali di kasurnya.
"YAKK... Ini bukan saatnya melamun!" Sungmin kembali menarik tubuh pangeran dan menyeretnya keluar kamar.
"Kau harus pergi pangeran. Aku minta maaf aku tidak bisa melindungimu, tapi kau benar-benar harus pergi, sebelum sihirnya bereaksi di tubuhmu. Ayo cepat, masukkah ke cermin ini!" serunya sambil memperlihatkan cermin segi tujuh dihadapan pangeran. "Ini akan membawamu ke dunia manusia, mungkin ini bisa menghindarkanmu dari sihir pangeran Siwon." Dengan cepat Sungmin mendorong pangeran kehadapan cermin itu...
Dan tanpa ada yang tahu entah bagaimana caranya, cermin itu terlihat menyedot dan menelan tubuh pangeran kesayangannya.
"Pergilah pangeran, aku akan mencari cara mematahkan mantra Pangeran Siwon untukmu. Maaf aku tidak bisa melindungimu..." Sungmin meneteskan air mata melihat kepergian sang pangeran.
"Benarkan kau lakukan ini padaku Yang Mulia... Ku pikir kau adalah kakakku..." Gumaman sendu penuh rasa tak percaya dari sang pangeran masih dapat di dengar Sungmin untuk terakhir kalinya.
Laiknya bayangan semu, Sang Pangeran hilang dari hadapannya.
Seoul, South Korea, in the morning, tanggal xx bulan xx 20XX at 06.30 A.M
Di sebuah rumah berlantai dua yang terlihat sepi...
"Hahh... Tampang kurang tidur,,, aku harus bagaimana..." keluh seorang gadis manis melihat pantulan wajahnya dari cermin yang dipegangnya.
Hey.. gadis itu tetap terlihat cantik dan manis dalam keadaan apapun. Sayangnya ia sendiri tidak menyadarinya.
"Yah, suatu saat nanti drama serial Pernikahan Padang Rumput itu pasti berhasil ku tonton semuanya." Seru gadis itu dengan dengan sisa-sisa semangatnya.
Gadis itu memiliki tubuh yang mungil, dengan proposi wajah yang sempurna. Lihatlah matanya yang indah dengan iris sewarna coklat karamel yang selalu memancarkan kehangatan walau kini tengah nampak sedikit sayu. Hidung mungilnya yang halus dan berbentuk terlalu serasi untuk wajah imutnya. Helaian rambut sewarna coklat mahoni sebahu yang sangat pas membingkai wajahnya, terlihat sangat halus dan selalu menguar aroma shampoo yang wangi. Bibir tipis yang menggoda pria mana saja yang melihat ingin mengecup dan mengelusnya dari ujung ke ujung, kini terlihat mem-pout lucu menambah tingkat kemanisannya hingga level yang berbahaya.
"Kisah Pernikahan Padang Rumput~~~~ memang bagus!" Serunya sembari melangkahkan kaki keluar rumah itu. Ya, ia memang hendak pergi kesekolah setelah selama setengah jam ia memandangi matanya yang sedikit berkantung karena tidur terlalu larut untuk menyaksikan drama kesukaannya. Ia melangkah dengan sedikit tergesa, ku beritahu saja, gadis itu masih punya satu rutinitas lagi, yaitu Misi-Mendapatkan-Suami-Idaman dengan cara tidak pernah terlambat datang ke sekolah selama 3 tahun. Jangan heran ia percaya pada legenda sekolahnya itu, ia memang naif kan.
*tring...
Tanpa ia sadari cermin yang hendak ia masukkan dalam saku justru jatuh ke tanah.
"Aku harus bergegas... Aku tidak boleh terlambat. Aku tidak ingin usahaku selama setengahtahun ini berakhir sia-sia. Ah...Sepertinya aku memang harus lari.." Gumam gadis itu seraya menambah kecepatan laju kakinya. Dan ia pun tak sempat menoleh lagi, tak mengetahui cermin kesayangannya tidak tersimpan dengan benar di kantungnya.
Sementara itu...
Dari dalam sebuah cermin segi tujuh yang dijatuhkan tanpa sadar oleh gadis itu tampak cahaya yang menyilaukan disertai pusingan udara. Secara perlahan, muncullah tangan dari cermin itu disusul dengan anggota-anggota tubuh lain dari makhluk asing tersebut. Ternyata makhluk asing yang muncul dari dalam cermin adalah sesosok namja tampan dengan mengenakan pakaian yang terlihat sangat aneh. Tapi tidak dapat dipungkiri, ia memang tampan.
"ARGHH... Kim Ryeowook... kau memang ceroboh. Aduh jatuh dimana cerminku? Bukannya tadi sudah ku masukkan ke sakuku?" seru gadis itu- ya, Kim Ryeowook- seraya menepuk-nepuk rok seragam yang dipakainya. Setelah berlari beberapa saat, ia berusaha mengambil cerminnya untuk sedikit merapikan rambut sebelum sampai ke sekolahnya yang tinggal satu belokan lagi. Dan ternyata cerminnya tidak ada.
Padahal cermin itu adalah kesayangannya yang diberikan oleh neneknya. Selain sangat berharga, cermin itu pun sangat unik, berbentuk segi tujuh yang terkesan antik dan klasik. Dan Kim Ryeowook tentu saja tidak ingin kehilangan benda itu.
Ia kembali berlari, tapi kali ini tidak mengarah ke sekolahnya. Ia kembali menyusuri jalan yang telah dilaluinya dengan berlari kecil, memperhatikan jalanan di depannya, berharap cermin itu tidak jatuh terlalu jauh.
"Aduh... jatuh di mana sih! Ah! Aku tidak mau telat, aku tidak mau kehilangan legenda 'Tidak Pernah Terlambat'... Tapi aku juga tidak mau kehilangan cermin itu. Haelmoni di surga, tolong maafkan aku... Huweeee..." Ryewook atau yang lebih senang dipanggil Wookie mulai bingung dan matanya berkaca-kaca, ia memang sensitif-lebih tepatnya lumayan cengeng dan mudah terbawa perasaan.
"Eh..."
Wookie tertegun. Dihadapannya terlihat seorang namja dengan pakaian aneh yang sedang berdiri dan tampak melamun, tengah memegang cerminnya. Sepertinya namja itu lebih muda darinya, dibanding ia yang tujuh belas tahun, namja itu mungkin sekitar 12 atau 13 tahun. Tiba-tiba namja itu menoleh padanya.
"Ini~...punyamu? Tadi aku memungutnya..." kata namja itu seraya mengacungkan cerminnya dihadapan Wookie. Wajah namja itu sangat tampan, tapi terlihat bingung dan resah. Namun di mata Wookie justru terlihat semakin tampan, bahkan member BB Super Junior pun tidak ada yang mampu menandinginya, apalagi jika namja itu sudah dewasa.
'Hey...apa yang kupikirkan' batin Wookie.
"YAK! Kau dengar atau tidak! Aku bertanya padamu!" tiba-tiba namja itu berteriak pada Wookie. Ia heran karena Wookie hanya bengong, tidak menanggapi pertanyaannya. Sedangkan ia sendiri kini tengah bingung dimana ia sebenarnya berada.
'Anak ini tidak sopan... Masa aku dipanggil "Kamu", tapi lucu juga sih' pikir Wookie.
Lalu Wookie menghampirinya.
'Aku suka yang lucu-lucu'
"Hey, panggil aku noona, tidak sopan memanggil wanita yang lebih tua darimu dengan 'Kamu', mengerti adik kecil?" katanya manis sambil mengacak rambut namja kecil itu.
Namja itu hanya mengerjap bingung dengan ulah Wookie.
*teeeeng...teeeeng
"Wah, sudah bel pertama, aku NGGAK boleh sampai terlambat!" seru Wookie sambil membalikkan badannya dan berlari cepat meninggalkan sang namja kecil, dan lupa meminta cerminnya.
Hosh...hosh...hosh...
"Fuuh~ pas.. untung aku tidak terlambat.." Wookie berkata sambil mengusap peluh di keningnya, dengan nafas yang terengah-engah setelah sepagian ini selalu berlari-lari. Ia berdiri di depan loker untuk menyimpan keperluan sekolahnya.
"Pagi...Wookie..." Sapa gadis cantik yang berada di situ.
"Pagi Heechul unni..." Jawabnya sambil tersenyum.
"Wah... masih gigih mempertahankan legenda tidak pernah telat ya, legenda sekolah yang menjanjikan siswi teladan untuk mendapatkan namja idaman. Aku sih, kurang begitu percaya.." Heechul tersenyum memandang hoobaenya yang masih ditingkat satu itu.
"Unni, akan terus berusaha sampai dua setengah tahun lagi. Lalu aku akan bertemu dengan namja idaman kemudian menjalin cinta dan membentuk keluarga sampai akhir hayat dengan cinta yang terus membara dalam hati! Itu adalah tujuan hidupku Heenim-unni..." Wookie bercerita sambil memegang pipinya sendiri yang tiba-tiba terasa panas. Ia malu...atau lebih tepat tersipu dengan kata-katanya sendiri.
"Untuk itu aku harus tekun dan gigih setiap hari..." lanjut Wookie lagi kini dengan raut muka serius dan jari telunjuk mengetuk-ketuk dagunya sendiri.
"Ciuman pertama nggak boleh diberikan pada namja yang bukan jodohku...terus pokoknya aku harus menikah di usia 20... Lalu membangun rumah beratap merah dan berdinding putih... Punya anjing peliharaan lucu yang menemani anak-anakku bermain di taman... sedangkan aku dan suamiku duduk di sofa, membahas hari peringatan pernikahan kami..fu...fu..fu.." Wookie terus saja berkhayal.
*tukk..
"Dasar ...kok bisa-bisanya kamu punya impian seperti itu sih, tapi berusahalah dengan giat Wookie..." Heechul terkekeh kecil melihat tingkah lucu hoobaenya itu, dan tidak tahan untuk melayangkan jitakan sayangnya di dahi mulus Wookie. Dan Heechul pun berlalu menuju kelasnya.
"Yakk, Unni... dasar! Tapi terima kasih untuk dukunganmu... hihihi..." sepertinya Wookie memang pemimpi ulung.
Wookie pun segera bergegas ke kelasnya. Sebelum sampai di kelasnya, Wookie dihadang oleh namja tampan berkepala *ehm lumayan *ehm besar.
"Pagi Wookie..." Sapanya disertai dengan senyum manis.
"Pagi Yesung oppa, apa yang membawamu pagi-pagi kemari menemuiku? Apakah ada yang harus kukerjakan?" Tanya Wookie pada namja tampan itu. Wookie memang pembantunya. Pembantu Yesung dalam mengerjakan tugas-tugas OSIS, karena Yesung adalah ketua OSIS dan Wookie wakilnya.
"Aku ingin kau memberikan laporan angket yang harus diisi para siswi sekarang juga. Apakah hasilnya sudah selesai dihitung? Kau kutunggu diruang OSIS." Kata Yesung sambil hendak berlalu dari hadapan Wookie.
"Tapi.."
"Ah, dan jangan khawatir, aku sudah meminta ijin sonsaengnim untukmu tidak masuk kelas hari ini." Tambahnya lagi memotong apapun yang hendak dikatakan Wookie.
"Baiklah, Yesung oppa" Wookie segera menyusul Yesung yang sudah berlalu terlebih dahulu menuju ruang OSIS.
Di Ruang OSIS
"Ini hasil perhitungan angketnya oppa. Lihat, hasilnya sempurna kan..." Wookie berkata sambil menyerahkan data angket yang diminta Yesung.
'Angketnya kuhitung setelah selesai nonton serial drama Pernikahan Padang Rumput hihihi'.
"Wookie... kenapa hasil akhirnya tidak ditulis dalam persen?" Tanya Yesung sambil menyerahkan data itu kembali pada Wookie.
"Eh... iya..maaf" Sahut Wookie lirih. Benarkah dia lupa menghitungnya? Aigoooo, Wookie malu sekali. 'Aduh, sepertinya aku lupa menghitung persentasenya'.
"Yah, tidak apa, biar aku saja yang mengerjakannya." Yesung menodongkan tangannya meminta data itu kembali. Tapi Wookie tidak menyerahkannya.
"Tidak oppa. Terima kasih, tapi ini adalah tugasku. Jadi harus kukerjakan sendiri. Lagipula aku kan wakil ketua OSIS. Aku harus bisa membuktikan diriku, dan oppa harus membantuku."
"Rasa tanggung jawabmu memang memenuhi syarat untuk menjadi wakil ketua OSIS Wookie-ah."
"he...he...he..., benarkah? Aku rasa tidak begitu. Habis aku bukan murid teladan." Wookie tersenyum manis.
"Tapi...aku akan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas diriku, oppa." Lanjutnya lagi. Sementara Yesung mendengarkannya dengan seksama.
"Eh..." Wookie tertegun. "Sepertinya aku melupakan sesuatu...tapi apa ya.." Gumamnya sambil berpikir. Otaknya dipaksanya untuk mengingat sesuatu yang mungkin telah dia lupakan. Tapi apa itu?
"Ah...!" Wookie berseru, mengagetkan Yesung yang tengah memperhatikannya.
"Cermin..."
"Aku lupa mengambil cerminku dari anak itu! Bagaimana ini, sudah jam pulang sekolah lagi!" Wookie segera berlari pulang sambil berharap cerminnya dan anak itu mungkin saja masih ada disekitar jalanan tadi pagi.
To Be Continued...
.
.
MiKu's Note:
Ini adalah FF paling perdana yang MiKu buat. Jadi harap maklum jika terdapat kekurangan disana-sini. Ide dasarnya berasal dari manga karya Hino Sensei.
FF ini juga sudah MiKu publish di wordpress MiKu, jadi mianhe buat chingu-deul yang mungkin sudah membacanya dan menemukannya kembali disini.
Terjadi sedikit perubahan dan penambahan penggambaran cerita sesuai kebutuhan.
Big thank you ^^
