Haduuuhhh! Maaf banget membuat para pembaca dan para senpai kebingungan baca fanfic Mizuka ini! Hontou gomenasai! #bungkuk-bungkuk# Tolong maklumi ya, karena Mizuka baru saja masuk jadi anggota situs fanfiction dan fanfic ini adalah fanfic pertama Mizuka yang Mizuka publish. Dan dengan di-edit-nya fanfic "The Revenge of Hinata Hyuuga in Akatsuki" ini, Mizuka mengubah pen name jadi Setshuko Mizuka dan membuang Mizuki #tertawa sadis dengan nistanya#. ^_^a
Mizuka sangat berterima kasih pada Wulan-Chankarena sudah menyadarkan kesalahan pada fanfic Mizuka ini. *dari tadi yang dipake 'ini-ini' mulu! Lanjut ah!* Hehe… Maaf membuatmu bingung dan sekali lagi terima kasih atas review-nya.
Untuk Brian123,DeideiRinnepero13,dan AkasunaLucifer. Arigatou gozaimasu sudah membaca dan me-review. Hehe… Gomenasai sudah membuat kalian bingung. u_u
Ya udah deh, intinya Mizuka sangat berterima kasih dan meminta maaf pada semuanya. Kalau nggak suka dengan fanfic Mizuka, silahkan tekan 'back'. ^-^
NARUTO © Masashi Kashimoto
"The Revenge of Hinata Hyuuga in Akatsuki"
By Setshuko Mizuka
Rate : T
Genre : Friendship, Fantasy, Family
Pairing : NaruHina, lainnya menyusul sesuai perkembangan fanfic ini. ^^
Inspirated by : film NARUTO, KEKKAISHI, BLEACH, dan Fairy Tail.
Warning : GaJe, Typo(s), OOC, AU, and the others…
***TRoHHiA***
By Mizuka
#Chapter 1: Prolog#
"TENG TONG TENG TONG!"
"Ha h… Untung tidak telat," gumam seorang gadis berambut indigo yang ia kuncir satu sambil memasuki ruang kelasnya, kelas 2-1. Peluh terus menetes dari pelipisnya karena berlarian di sepanjang koridor sekolahnya yang tak bisa terbilang sempit itu. Luas gedungnya saja kurang lebih empat meter persegi, itu juga belum termasuk lapangan upacara, halaman belakang dan depan serta aula yang berada tepat di sebelah kanan dari gedung sekolah itu sendiri. Oh ya, selain aula ada juga gedung perpustakaan di samping kiri gedung Konoha High School, sekolah tempat gadis itu belajar dan mendapat ilmu.
"Tumben terlambat?" tanya pemuda yang duduk tepat di samping kanannya.
Gadis itu pun tak langsung menjawab karena terlalu sibuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal. "Aku bangun kesiangan tadi pagi, Sasuke," jawabnya sambil membenarkan kacamata perseginya yang sempat turun. Si pemuda yang dipanggil Sasuke oleh gadis itu hanya mengangguk, tanda ia mengerti.
"Gimana rumahnya? Sudah beres semua, Hinata?" tanya Sasuke pada sang gadis yang kini sibuk mengeluarkan buku-buku mata pelajaran Sosial, Hinata.
"Sudah ku bilang itu bukan rumah, Sasuke-san. Itu hanya apartemen biasa," koreksi Hinata. "Apa bedanya? Sama saja." Hinata menaikan alis sebelah kanannya dengan tetap memandangi pemuda Uchiha yang ketampanannya jauh di atas rata-rata itu. "Sama-sama bisa ditempati untuk dijadikan tempat tinggal ini," tambahnya.
"Iya deh, terserah mau bilang apa," ujar Hinata mengalah. "Anoo, Sakura-san!" panggilnya pada gadis yang duduk di bangku depan dirinya yang tampak tengah tertidur lelap sambil mencolek punggung gadis berambut merah muda itu. Ia mencoba membangunkannya karena guru pelajaran Sosial, HatakeKakashi sudah masuk ke kelas.
"Ngh, hoahmmm… Apa Kakashi-sensai sudah masuk?" tanyanya pada Hinata yang dijawab anggukan oleh gadis bermata amethyst tersebut. Mau tak mau ia harus membuka matanya lebar-lebar agar si guru yang terkenal misterius se-antero KHS itu tak menegurnya. "Hh… Badanku rasanya pegal-pegal semua," keluh Sakura sambil meregangkan kedua tangannya. Ia pun mengambil beberapa buku dari tasnya.
"Arigatou sudah membangunkanku, Hinata-san!" bisik Sakura.
"Douitashimashite, #Terima kasih kembali,# Sakura-san."
Pelajaran Sosial yang diajarkan Kakashi, guru termisterius yang selalu memakai masker itupun berlangsung. Di tengah-tengah penjelasan Kakashi mengenai pentingnya bersosialisasi dengan sesama makhluk hidup tersebut, Hinata mulai merasa bosan karena sudah sejak SD ia belajar soal itu.
'Hime-samabosanya?' Hinata kembali serius dan berusaha menghilangkan rasa bosan setelah mendengar suara dari seekor makhluk transparan yang kini tengah melayang di udara.
'Tak usah dipaksakan untuk serius, Hime-sama."
'Takbisakahkaupergimenjauhdarikusebentarsaja?' tanya Hinata dalam hatinya pada makhluk tersebut. 'Oh… Tidakbisa!' jawabnya dengan nada bercanda. Hinata hanya memandangi makhluk tersebut dengan tampang cemberut.
Hinata POV
'Hime-sama, lihat Kakashi-sensai berjalan ke arah kita.'
"Berisik!" seruku tiba-tiba karena kesal diganggu oleh makhluk tak jelas itu.
"Berisik kenapa, Hyuuga-san?" Aku menengok ke arah depan dan melihat Kakashi-sensai tengah berdiri di depanku sambil memegang buku berwarna jingga kesayangannya. 'Glek!Matiaku!Inisemuasalahmu,makhlukaneh!' Makhluk yang biasa ku sebut itu bernama Chiu tengah terkikik pelan.
"A-anoo… Keberisikan lalat, sensai!" jawabku asal sambil menepuk-nepuk ke atas kepalaku yang tidak ada apa-apanya itu. Semua tertawa mendengarnya. "Baiklah, ku rasa kau harus mandi lebih bersih lagi supaya lalat-lalat itu tidak menghinggapi dirimu lagi," ujarnya seraya pergi ke tempat duduknya yang berada di depan kelas. Semuanya kembali tertawa. Ugh! Memalukan!
Suasananya kembali tenang setelah Kakashi-sensai memberikan 50 soal pada siswa-siswi 2-1 lalu ia pun pergi begitu saja dari kelas. 'Guruyangtidakbertanggungjawab.' Mataku tertuju pada makhluk mungil yang sudah kuanggap sebagai sahabat sejak tiga tahun yang lalu itu. Chiu hanya tersenyum.
Sebenarnya hanya aku saja yang bisa melihatnya, bukan, tapi ada beberapa orang yang bisa melihatnya selain aku, termasuk Kaakashi-sensai. Kenapa? Gampang jawabnya, karena dia dan aku serta beberapa orang teman sekelasku masuk ke dalam organisasi AKATSUKI. Akatsuki adalah sebuah organisasi rahasia yang langsung berada di bawah pengawasan TsunadeSenju, Hokage dari Konoha City. Organisasi ini bukan sembarang organisasi, bagi yang sudah masuk ke dalamnya itu berarti ia bukan manusia biasa dan akan selamanya ikut berpartisipasi dalam menjaga Daerah Konoha City dan sekitarnya.
Yang dimaksud bukan manusia biasa di atas yaitu manusia yang bisa mengendalikan spiritnya.Spirit adalah jiwa, setiap manusia pasti punya yang namanya jiwa tapi yang dimaksud adalah spirit yang kita punya itu bisa terbagi menjadi seekor makhluk seperti contohnya Chiu. Namun spirit milik dari sang majikan sepertiku masih tetap ada karena makhluk tersebut hanya mengambil seperempatnya.
Sudah sejak tiga tahun ini aku masuk Akatsuki dan bersahabat dengan Chiu, dari dulu sampai sekarang aku tak pernah menganggapnya pelayan, babu atau semacam itu. Tapi tidak sebaliknya, Chiu selalu menganggap aku seorang putri yang harus dilayani. Aku hanya bisa mengalah soal itu. Sebenarnya Chiu itu imut namun karena sifatnya yang sulit diatur (berbeda banget dengan diriku yang selalu nurut) itu yang membuatnya menyebalkan. Tiap aku melihatnya tersenyum ataupun cemberut, aku selalu mencubit pipinya yang gembul.
Kenapa aku menyebutnya makhluk aneh? Itu karena bentuk fisiknya. Saat pertama bertemu saja aku langsung pingsan, bukannya takut tapi kaget karena baru melihat anak ayam jadi-jadian. Fisiknya memang seperti anak ayam pada umumnya, yang membedakan adalah Chiu punya telinga yang mirp seperti seekor kelinci dan panjangnya pun sampai menyamai tingginya. Belum lagi wajahnya, wajahnya mirip sekali kelinci. Setelah itu, aku menyimpulkan kalau spiritku ini perpaduan antara anak ayam dan kelinci. Bingung? Kalian saja bingung apalagi aku.
Kesan imutnya itu sangat terlihat dari wajah dan warnanya. Telinga panjangnya berwarna merah sementara tubuhnya berwarna lavender, warna kesukaanku. Aku sangat bersyukur sekali bisa memilikinya, karena dia selalu mengerti aku. *Author: Ya iyalah! Wong itu spiritmu sendiri, Hinata!* #Author dilemparin sepatu#
Di kelas 2-1 ada lima orang yang masuk Akatsuki, contohnya sahabatku Sasuke Uchiha dan temanku sejak setahun yang lalu, Sakura Haruno. Sasuke Uchiha, sahabatku sejak umurku masih satu tahun. Ia masuk Akatsuki satu tahun lebih awal dariku setelah ia mengetahui organisasi tersebut dari sang kakak, ItachiUchiha. Itachi yang kini menjadi pemimpin timku ini ketahuan oleh Sasuke saat ia tengah bertugas melumpuhkan siluman-siluman di dekat rumahnya.
Yap! Aku belum cerita kalau organisasi Akatsuki itu bertugas untuk melumpuhkan semua siluman-siluman yang berkeliaran tanpa tujuan ke Konoha City ini. Semua makhluk tersebut berasal dari dunia lain yang jauh berbeda dengan dunia manusia. Namanya adalah TheWorldofSpirits atau biasa kami sebut dunianya para spirit dan siluman yang sudah mati maupun yang belum mati akibat terkurung karena kesalahan yang mereka perbuat.
"Ha h… Akhir-akhir ini kita semakin sibuk saja ya, Hinata-chan!" keluh sahabatku, InoYamanaka. Sekarang ini kami, maksudku aku, Ino-chan, Tenten-chan, dan Temari-nee tengah berkumpul di halaman belakang KHS. "Hmmm," balasku sambil meminum jus jeruk dalam kalengan dengan memakai sedotan.
"Huh! Gara-gara itu, kantung mataku sampai menghitam! 'Kan susah tahu cara menghilangkannya!" keluhnya lagi seraya memperlihatkan kantung matanya yang mulai terlihat menghitam.
'Ah!Akujadiingatseseorang,' ujarku dalam hati. Ku lihat seekor pegasus kecil sedang beradu argumen dengan Ino-chan, sang majikannya. Jadilah pertengkaran kecil antara kedua kubu yang sama-sama emosian tersebut walau hanya suara Ino yang terdengar. "Hei, hei! Sudahlah kalian berhenti bertengkar! Walapun aku tidak tahu apa yang diributkan tapi bisakah kalian membiarkan aku untuk tidur sebentar?" ujar Temari-nee menengahi. Seekor macan putih kecil atau bisa dibilang anak macan putih itu mengangguk-angguk, pertanda menyetujui perkataan Temari-nee.
'AndaikanakudanChiubisasepertimereka,' ujarku berandai-andai.
'Memangnyakitatidakserasiya?' tanya Chiu sambil menatapku. Langsung saja ku cubit pipinya setelah melihat wajahnya yang cemberut itu. "Bukannya seperti itu, Chiu-chan!" Mereka semua menatapku karena mendengar seruanku.
"Nani?" tanyaku masih dalam posisi mencubit pipi Chiu.
"Tidak apa-apa, hanya kaget saja," jawab Tenten-chan seraya memakan bentonya. Aku hanya tersenyum simpul. 'Apanantimalamtimkitaakanadamisilagi?' tanyaku pada Chiu. 'Akutidaktahu,' jawabnya enteng.
"Oh iya, dimana Sakura-san?" tanya Tenten-chan setelah spiritnya yang berbentuk bayi panda menghilang. "Ku kira hanya aku saja yang masih memanggilnya dengan suffix–'san', ternyata Tenten-chan juga," sahutku tak nyambung. "Mmm, tadi ku lihat Sakura-san sedang bersama kakaknya Sasori-senpai," jawabku nyambung.
"Aku masih memanggilnya seperti itu karena aku masih merasa asing dengannya. Belum lagi sikapnya yang selalu nempel dengan Sasori-senpai itu. Bagiku, tidak mudah beradaptasi dengan seseorang yang baru ku kenal selama lima bulan terakhir ini," jelas Tenten-chan. Yap! Sakura itu anak baru di KHS, ia dipindahkan ke sini oleh gurunya sendiri, Tsunade-sama.
Hinata POV end.
"Hei, para ladies!" seru seseorang pada Hinata dkk. "Cih! Berisik sekali kau, Kiba!" gerutu Temari pada sahabat Hinata (sahabat dia juga sih) yang tengah berdiri di hadapan mereka sambil nyengir. Akamaru, spirit Kiba yang berbentuk anak anjing itu melayang-layang ke arah Chiu. "Semakin lama kau mirip si pemalas itu, Temari-san."
"Bisakah kau sopan sedikit? Aku ini senpai-mu tau! Dan lagi, jangan pernah kau samakan aku dengan bocah itu!" protes Temari sambil nunjuk-nunjuk ke arah pemuda berambut nanas yang sedang berjalan menghampiri mereka bersama dua orang pemuda di belakangnya. Masing-masing pemuda tersebut juga memiliki spirit yang terbilang tidak aneh, seperti milik Hinata.
"Siapa yang kau sebut bocah, Te-ma-ri?" tanya pemuda yang diejek Temari tadi, ShikamaruNara. Ia masuk organisasi dua tahun lebih awal dariku, sama seperti Temari dan ajaibnya lagi, mereka masuk di hari serta di jam yang sama. Sebab itulah, sekarang mereka menjadi satu tim yang dipimpin oleh Hidan.
"Tentu saja kau! Dari semua yang ada di sini, hanya kau satu-satunya orang yang paling pemalas," tukas Temari. 'Perangketigaakandimulaisepertinya,' gumam semuanya, termasuk para spirit yang melayang di samping para majikannya.
"Sudahlah kalian. Lebih baik kita sama-sama istirahat saja di sini, sudah lama juga kita tidak ngumpul-ngumpul di halaman belakang sekolah ini," ujar sepupu Hinata, NejiHyuugamenengahi. "Ku rasa hanya kau saja yang tidak pernah berkumpul lagi dengan kami sejak kau menjadi perwakilan KHS untuk perlombaan Fisika bersama si Sasame itu," hardik Tenten pada pemuda yang kini tengah berbaring di atas rumput tepat di samping sepupunya, Hinata.
"Bilang saja kau cemburu, Tenten-cha~n," sahut Ino dengan nada menggoda.
"Cih! Nggak ada kerjaan banget sampai-sampai cemburu dengan 'sadako' jadi-jadian itu!" sembur Tenten sambil membuang muka. Sedikit terlihat rona merah di pipinya. Hinata yang sadar akan hal itu hanya terkikik geli. Wajahnya yang chubby itu menengok ke sepupunya yang berbaring membelakanginya. Hinata tau, si Neji-nii nya ini mencoba untuk menyembunyikan rasa malunya.
'Dasar Neji-nii! Hihihi...'
'Hime-sama, muka Neji memerah tuh.'
'Ya, tanpa kau beritahu pun aku sudah tahu, Chiu-chan.'
Chiu cemberut saja setelah mendengar ucapan Hinata yang terdengar lembut namun sangat pedas itu. 'Teganya…,' ujar Chiu sambil pundung di bawah pohon. Hinata tentunya tertawa, begitupun teman-temannya.
"Ckckck. Spirit yang malang," ujar Sasuke yang sedari tadi hanya terdiam di samping Ino. Ino hanya senyum-senyum sendiri saat tahu bahwa Uchiha bungsu yang menjadi idola number one di KHS itu duduk di sampingnya. "Dasar stress!" gumam Temari yang sudah terbangun dari tidur sementaranya itu. "Menyingkir dariku, bocah nanas!" usir Temari pada Shikamaru yang sedang duduk di sampingnya sambil menyederkan bahu tegapnya ke pohon plum yang sempat dijadikan Temari sebagai senderannya tadi.
Mau tak mau Shikamaru yang sudah ingin tertidur itu pindah posisi di dekat Neji yang kelihatannya sudah masuk ke alam mimpi sambil bergumam 'mendokusai', kata-kata trademark-nya yang sudah melekat sejak kecil.
"Ckckck. Temari-san, Temari-san. Hati-hati lho, sekarang lagi musimnya benci jadi cinta. Bisa-bisa Temari-san juga ikut-ikutan seperti itu dengan Shika," ujar Kiba.
"What! Aku? Dengan si pemalas ini? Nggak banget deh," ujar Temari sambil menunjuk dirinya lalu menunjuk Shikamaru yang sudah tertidur. "Aku masih ada urusan dengan Kankurou. Aku pergi duluan," pamit Temari sebelum ia pergi menemui Kankurou yang dari kejauhan telah memanggil namanya dari gedung belakang perpustakaan.
Hinata melambaikan tangan kanannya sambil mengiringi kepergian Temari *Reader: lebay!* Semuanya hanya tersenyum, kecuali Shikamaru dan Neji yang sudah tertidur dan Sasuke yang tengah serius dengan handphone flipnya.
"BUUUMMM!"
Hinata dkk tersentak saat suatu spirit muncul secara tiba-tiba entah dimana dan sesosok siluman yang kekuataannya jauh lebih besar dari spirit tersebut. "Sasuke! Cari tahu dimana tempatnya! Aku yang akan ke sana," ujar Hinata dengan nada tegas. Sasuke menurut dan mencarinya dari handphone. "Di arah selatan tepat di jam 7! Harus cepat-cepat dimusnahkan sebelum pemilik spirit yang tak diketahui identitasnya itu selamat," ujar Sasuke.
"Serahkan padaku!"
Hinata pun tanpa pamit langsung pergi bersama Chiu yang sudah membesar tubuhnya. Hinata memasang kekkai yang menyelimuti seluruh tubuhnya agar tak terlihat dan tak diketahui auranya oleh si siluman dan spirit yang sedang bertarung dengan siluman yang agaknya tak sebanding. Ia melesat pergi dengan menaiki tubuh Chiu.
"Seperti biasa, Hinata-chan haus akan siluman," ujar Tenten sambil geleng-geleng.
"Ha~h… Sampai kapan dia seperti itu?" tanya Neji yang sudah terbangun.
"Sampai pembalasannya tercapai," jawab Sasuke datar.
"Sejak ia masuk Akatsuki, aku selalu melihatnya seperti punya dua wajah. Saat tak bertugas, Hinata-chan selalu tersenyum dan ceria. Tapi sebaliknya, jika sedang bertugas selalu serius," ujar Ino sambil berdiri dari tempatnya lalu pergi. Tenten pun menyusulnya. Shikamaru dan Neji juga pergi karena bel sudah berbunyi, Sasuke pun ikut pergi. "Semoga kau tidak apa-apa, Hinata," harapnya.
To Be Continued
