Hai semua…
Perkenalkan, aku Hayato. Aku pendatang baru di fandom ini.
Ah, mungkin ini fic rated M pertama yang ada di Indonesia ini yah?
Ahahaha… bangganya…
Yah, aku lupa, fic ini rekuest dari temen author saya. Katanya dia sangat suka dengan KuroroXKurapika. Makannya saya buatin dia fic rated M begini.
Hm, kalau begitu, langsung baca aja…
©Disclaimer : Togashi Yoshihiro
Warning : Mengandung unsur LEMON! Yang merasa belum siap untuk membaca fic dewasa ini, silahkan tekan tombol back untuk mengakhirinya.
.
.
.
.
Hunter High School, adalah salah satu SMU yang ada di YorkNew.
Sekolah itu adalah sekolah elit, bahkan terelit antara semua sekolah yang ada di kota itu.
07.00, depan gerbang sekolah.
Terlihat beberapa siswa dan siswi yang berlarian ingin segera masuk ke dalam sekolah. Namun, tak sedikit siswa yang berjalan dengan santainya, padahal kelas dimulai 15 menit lagi.
Seorang siswa, berkemeja putih, bercelana panjang motif kotak-kotak kecil biru, dengan dasi yang sepadan dengan warna celananya. Sepatu kets putihnya setia menghangatkan kakinya. Rambutnya berwarna silver, berantakan. Saat ini dia sedang berjalan dengan santainya.
Di sampingnya terlihat seorang siswa lagi, yang berseragam sama dengan siswa yang tadi. Namun dia mempunyai rambut hitam jabrik, dan sepatu kets merahnya.
"Killua, apa PR Matematikamu sudah selesai?" tanya si jabrik memulai obrolan.
"Belum Gon, habisnya sulit sekali!" jawab siswa yang di panggil Killua itu.
"Aih! Bagaimana ini? Guru Matematika kita 'kan Menchi sensei! Yang super galak itu!" ucap siswa yang di panggil Gon itu ketakutan.
"Kau benar!"
Mereka pun mengobrol berdua dalam perjalanan mereka masing-masing.
"Hel Gon! Likkua!" panggil seseorang dari belakang.
Yang dipanggil hanya menoleh ke belakang. Terlihat seorang siswa yang berwajah seperti om-om, dengan seragam yang sama dengan Gon dan killua, tengah berlari menuju mereka. Akhirnya pemuda itu samapi pada Gon dan Killua dengan nafas yang ter-engah-engah.
"Hai Leorio!" sapa Gon ramah.
"Berapa kali harus aku bilang, namaku Killua! KILLUA ! bukan Likkua!" protes Killua kesal.
"Terserah aku donk!" ucap Leorio menjulurkan lidahnya.
"Dasar REOLIO!" ucap Killua mendengus kesal.
"Apa katamu?"
"Teman-teman! Sudahlah…" ujar Gon melerai.
Keduanya pun saling membelakangi sambil melipat kedua tangan mereka di dada. Gon hanya tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Yah, mereka adalah siswa Hunter high School yang baru saja datang. Pertama adalah Gon French. Kelas 1 Dia tinggal bersama bibi dan neneknya di sebuah rumah yang cukup besar. Ibunya telah meninggal. Sedangkan ayahnya adalah Ging French. Seorang dosen yang terkenal di penjuru dunia. Dia sering keluar negri, dan jarang pulang ke rumah.
Kedua adalah, Killua Zoldick. Dia sekelas dengan Gon. Dia berasal dari keluarga Zoldick yang super kaya itu. Keluarganya adalah pemilik Zoldick company, perusahaan yang menjual segala bentuk persenjataan perang. Keluarga Zoldick juga memiliki kemampuan untuk memanipulasi seseorang.
Ketiga, adalah Leorio. Kelas 3. Dia tinggal sendiri di sebuah apartmen kecil. Dia bercita-cita menjadi seorang dokter.
Mereka bertiga adalah sahabat. Meskipun Leorio yang dua tahun lebih tua dari mereka, namun mereka tetap saja berteman dengannya.
Ketiga sahabat itu pun memasuki HHS, yang super megah itu.
Gon lalu melirik ke arah sekumpulan anak perempuan. Anak-anak perempuan itu nampak mengerumuni sesuatu.
"Ah, lihat para cewek-cewek bodoh itu!" ucap Killua sewot.
"Bodoh?" tanya Gon tak mengerti.
"Masa' kau tidak mengerti Gon? Mereka itu bodoh, karena rela datang pagi-pagi begini hanya untuk bertemu guru yang sok keren itu," ucap Leorio ikutan sewot.
"Tidak hanya itu! Mereka selau saja membuatkan sesuatu untuk guru bodoh itu!" kata Killua kesal.
"Guru bodoh? Maksudmu Kuroro sensei?"
"Ya! Guru musik itu selalu saja menebar pesona di depan para cewek!" kesal Leorio.
"Iyah! Mentang-mentang ganteng!" sambung Killua tak kalah kesalnya.
"Tapi, dia memang ganteng kok! Kalau mengajar, dia gak pernah marah-marah, tapi dia sangat disiplin! Selain itu dia tidak tebar pesona! Hanya saja cewek-cewek itu yang menyukai Kuroro sensei!" bela Gon.
"Sebenarnya kau ini berpihak pada siapa sih, Gon?" tanya Killua kesal.
"Gomen…"
Mereka pun berjalan terus ke kelas.
Di koridor sekolah, terlihat tiga cewek yang sedang mengerumuni seorang gadis yang terlihat ketakutan. Gon, Killua dan Leorio berhenti sejenak melihat 'kejadian' itu.
"Jadi, kau sudah berani pada kami?" betak seorag gadis berambit biru, yang dikuncir kebelakang dengan tidak rapi. Meskipun begitu, gadis ini terlihat sangat cantik. Ditambah dengan seragam sailornya, yang berwarna putih, yang didominasikan dengan warna biru kotak-kotak. Rok setengah pahanya, dan kaos kaki putih di atas lutut, membuatnya semakin cantik.
"Go—gomenasai, Machi-san… sa—saya benar-benar lupa mengerjakannya…" lirih gadis berambut hijau di bawah bahu yang dikerumuni itu ketakutan.
"Bukan hanya PR Matematika! Minggu lalu, kau juga tidak mengerjakan PR bahasa dan PR Kimia kami!" bentak gadis lain. Kali ini adalah gadis berambut pink yang di urai ke bawah. Seragam yang ia kenakan sama dengan seragam milik Machi.
"Sudahlah, Machi! Neon! Dimarahi juga percuma saja! Langsung saja kita hukum dia!" usul seorang siswi lagi, yang sedikit lebih pendek dari Machi dan Neon. Rambutnya hitam pekat, pendek. Dia mengenakan kaca mata, dan tatapannya begitu datar.
"Shizuku benar! Ayo!" ajak Machi langsung menarik tangan gadis yang tadi dikerumuni ke suatu tempat, diikuti oleh dua sahabatnya.
Semua siswa yang ada di sekitar situ hanya berpura-pura tidak melihat, termasuk Killua dan Leorio. Gon hendak menolong gadis berambut hijau itu, tapi di halangi oleh Killua. Killua dengan sigap memegang bahu Gon.
"Apa yang kau lakukan? Dia 'kan Ponzu! Teman sekelas kita! Kita harus menolongnya!" protes Gon kesal.
"Bodoh! Kita tidak harus ikut campur!" ucap Killua santai. Gon hanya menggertakkan giginya kesal.
"Huh! Tiga cewek kelas dua itu memang selau mencari masalah!" keluh Leorio.
Sementara itu, Machi, Neon, dan Shizuku tengah menyeret Ponzu dengan paksa di korodor.
Semua orang yang ada di situ hanya berpura-pura tidak melihat kejadian itu.
GRABBB!
Machi merasakan tangannya di genggam oleh seseorang. Dia, dua temannya, Ponzu, dan semua orang yang ada di situ termasuk Killua cs terkejut melihat siapa yang berani memegang kasar tangan sang Machi.
Terlihat kini seorang gadis, berseragam sama denga siswi lainnya. Rambutnya pendek, berwarna pirang. Matanya berwarna biru sapphire. Tatapannya tajam, namun terlihat sangat manis. Saat ini dia tengah menggenggam tangan machi dengan begitu keras.
"Aku tak menyangka, di sekolah yang elit ini, ternyata ada builling juga," ucap gadis itu datar semakin memper-erat genggamannya. Membuat Machi sedikit meringis.
"Hei! Siapa kau! Berani sekali!" protes Neon.
"Mungkin dia murid baru," ucap Shizuku mengambil kuda-kuda untuk menyerang si pirang, begitu pula Neon.
Keduanya langsung menyerang. Namun pirang itu dengan lincah menghindari serangan Shizuku dan Noel. Dia langsung membanting Machi dengan tangan kanannya, meninju perut Neon dengan tangan kirinya, dan menendang Shizuku dengan satu kakinya. Ketiga pelaku builling itu langsung tergeletak tidak berdaya. Semua orang yang ada di situ terkagum melihat aksi si pirang.
Si gadis pirang itu pun mendekati Ponzu, yang saat ini sedang terkulai lemas di lantai, dan membantunya berdiri. "Te—terima kasih…" ucap Ponzu masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Si pirang hanya mengangguk kecil, lalu meninggalkan tempat itu denga langkah tegap. Semua orang yang baru saja melihat itu, langsung saja ricuh setelah gadis pirang itu pergi, termasuk Gon, Killua dan Leorio.
"He—hebat sekali…" puji Gon terkagum.
"Kau benar! Siapa dia?" ucap Killua yang ekspresinya sama dengan Gon.
"Aku tidak pernah melihatnya, mugkin dia murid baru…" ucap Leorio tak kalah kagumnya.
Suara ricuh pun terdengar di tempat itu.
"Siapa gadis pirang itu?"
"Cantik sekali yah!"
"Dia jago beladiri!"
"Ehe~ tadi waktu dia menendang Shizuku, aku melihat bawahannya! Dia pakai celana pendek berwarna hitam!"
"Padahal akan lebih seru kalau dia hanya memakai celana dalam!"
"Kalau perlu, tidak pakai juga boleh!"
"Hebat…"
"Dia itu tomboy yah?"
Semua siswa yang ada di situ dibuat penasaran oleh kehadiran misterius si pirang. Namun pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikiran mereka harus dibuang, karena bel tanda masuk telah berbunyi. Semua siswa pun bergegas menuju kelas mereka masing-masing.
Kelas 2-A, pelajaran pertama.
"Waaahhh! Pelajaran pertama musik, oleh Kuroro sensei!"
"Kita beruntung banget, punya wali kelas, Kuroro sensei tersayang!"
"Iyah! Dia keren banget!"
Kericuhan di dalam kelas itu terhenti ketika menyadari guru pengajar sudah masuk di kelas, di susul oleh teriakan-teriakan kecil dari para siswi melihat kedatangan guru mereka.
Terlihat seorang pemuda yang terbilang sangat, tampan… memakai jas biru tua, dan membawa alat seperti biola. Dia mempunyai mata onix, beserta rambut berwarna hitam pekat, yang dirapikan ke belakang. Di dahinya terdapat tanda lahir berupa tanda tambah dengan bentuk tertentu.
"Selamat pagi anak-anak," sapa guru itu.
"Selamat pagi Kuroro sensei…" balas para siswa di kelas itu serempak.
"Hari ini, kalian mendapat teman baru. Silahkan masuk Kuruta-san…" ucap Kuroro seraya mempersilahkan orang yang sedari tadi berada di luar.
Maka orang itu pun masuk ke kelas. Semuanya membelalakkan matanya, karena teman baru mereka, ternyata adalah gadis yang tadi menghajar Machi, Shizuku, dan Neon.
"Perkenalkan, saya Kurapika Kuruta. Kalian bisa memanggilku Kurapika. Saya adalah murid pindahan dari kota Zaban. Sekian…" ucap gadis yang bernama Kurapika itu sedikit membungkukkan badannya.
Kericuhan kembali terjadi di kelas itu begitu para siswa mengetahui nama Kurapika.
"Anak-anak! Harap tenang!" ucap Kuroro berusaha menenangkan kelas. Detik selanjutnya, kelas itu pun kembali tenang.
"Baiklah Kurapika-san, kau boleh duduk dekat… emm…" Kuroro nampak menimbang-nimbang. "Ah! Shalnark-san! Mohon berdiri, tunjukkan dirimu!" suruh Kuroro.
Shalnark pun menganggakat tangannnya. "Baiklah, Kurapika-san, kau duduk dekat Shalnark saja!" perintah Kuroro.
Kurapika hanya mengangguk mengerti. Maka ia pun menuju bangku urutan ke-3 dari depan, dan duduk di situ.
"Hai! Aku Shalnark! Mohon bantuannya…" sapa Shalnark dengan nada berbisik.
Kurapika lalu tersenyum kecil pada Shalnark. "Hm, aku Kurapika. Mohon bantuannya…"
Maka pelajaran di kelas itu pun berlangsung dengan tenang.
Jam istirahat, adalah jam yang paling di tunggu-tunggu oleh siswa. Semua pemuda yang ada di kelas itu langsung mengerubungi meja Kurapika.
"Hai Kurapika-chan! salam kenal…"
"Hai Kurapika-chan! rambutmu itu pirang asli atau pirang buatan?"
"Kurapika, tadi kau yang menghajar Machi dan dua temannya kan?"
"Wah, kau belajar beladiri dari mana?"
"Kurapika-chan! kenapa kau pindah ke sini?"
"Kurapika-chan, kau sudah punya pacar belum?"
Kurapika nampak kewalahan menghadapi para cowok yang sebenarnya ia pikir 'bodoh' itu. Dia langsung berdiri dari mejanya. Ia lihat, tidak ada cela untuk lewat.
Maka Kurapika langsung melompat tinggi, melewati kerumunan cowok tersebut. Para cowok yang ada di situ hanya terkesima melihat Kurapika. "Maafya teman-teman! Tapi aku ada urusan!" ujar Kurapika berlalu meninggalkan kelas itu.
Terlihat saat ini Kurapika sedang berjalan menyusuri koridor sekolah. Ia lalu berpapasan dengan Gon.
"Hai!" sapa Gon ceria.
Kurapika memutar bola matanya. Entah mungkin sudah lebih dari 50 pria yang menyapanya pagi ini. Tapi kali ini yang Kurapika lihat adalah seorang anak bertubuh kecil, bertampang polos. Dia jauh berbeda dari cowok-cowok yang menyapanya pagi ini.
"Emh, hai…" balas Kurapika sedikit menaikkan sebelah tangannya, membalas sapaan Gon.
"Kau yang tadi pagi 'kan?" tanya Gon antusias.
"Pagi apa?" kata Kurapika balik bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Yang tadi menghajar Machi, Neon, dan Shizuku 'kan?"
"Ah, maksudmu tiga cewek bodoh itu?"
"Ahahaha… iyah!" ucap Gon tertawa garing.
"Lantas?"
"Aku mau berterima kasih! Karena, kau sudah menolong Ponzu!"
"Ponzu? Maksudmu cewek berambut hijau itu?"
"Yah!"
"Tapi, kanapa malah kau yang berterima kasih?"
"Tidak… Ponzu itu teman sekelasku! Jadi, aku ingin berterima kasih kau telah menolongnya. Tadi aku ingin sekali menolongnya, tetapi temanku menghalangiku! Menyebalkan!"
'Anak yang menarik…' pikir Kurapika. Lalu ia terkikik kecil melihat tingkah Gon yang sudah kelewat polos. "Ah, sama-sama…" ucap Kurapika sedikit tersenyum.
"Ohya! Aku Gon French. Kelas 1-B!" Gon lalu mengulurkan tangannya di depan Kurapika. Kurapika pun membalas uluran tangan Gon, "yah, aku Kurapika Kuruta, kelas 2-A"
"Ah, jadi namamu Kurapika?"
"Begitulah…"
"Salam kenalyah!"
"Yah..."
"Kurapika! Kau mau berkeliling sekolah? Nanti kau kuperkenalkan dengan teman-temanku…" ajak Gon langsung saja menarik tangan Kurapika. Yang ditarik hanya ikut saja, tanpa berkata apa-apa.
"Nah, itu perpustakaan, dan itu ruang guru! Nah, yang di sana adalah ruangan osis." Kurapika nampak menyimak penjelasan Gon, dan melihat setiap ruangan yang ditunjuk olehnya.
"Ah! Itu ruang musik…"ucap Gon seraya menunjuk sebuah ruangan yang cukup besar.
"Tempatnya Kuroro sensei?" tanya Kurapika.
"Kau, penggemar Kuroro sensei juga?" Gon balik bertanya.
"Tidak, dia itu wali kelasku,"
"Oh… yah! itu tempatnya Kuroro sensei,"
"Tadi, kau bilang… penggemar?" tanya Kurapika sedikit bingung.
"Yah, Kuroro sensei itu adalah satu-satunya guru musik di sini. Makannya jam kerjanya tidak pernah kosong. Dia itu populer sekali loh! Dia disukai banyak, bahkan sangat banyak siswi di sini, bahkan guru-guru wanita pun juga menyukainya!"
Kurapika nampak meletakkan jarinya di dagunya. "Hm, aku sih tidak terlalu suka orang sok keren begitu…" pendapat Kurapika.
"Huuuhh! Kau ini sama saja dengan Killua dan Leorio!"
"Killua? Leorio?"
"Yah!"
"Gon, boleh kau perkenalkan teman-temanmu padaku? Kalau kau orang baik, pasti temanmu juga orang baik 'kan?"
Wajah kusut terlihat jelas di wajah Kurapika yang saat ini sedang berjalan sendirian di koridor sekolah. Terlihat tiga sudut siku-siku di dahinya. "Orang baik?" gumam Kurapika penuh kesal.
Flash black.
"Teman-teman, perkenalkan, ini Kurapika! Dia kelas 2-A" ucap Gon bersemangat.
Leorio dan Killua nampak terkejut setengah mati. "K—kau 'kan, yang tadi pagi…" ucap Leorio dan Killua tergagap.
"Hn, salam kenal!"
"Aku Leorio!"
"Aku Killua,"
Mereka ber-empat pun mengobrol di tempat itu sampai ketika…
"Kurapika, kau belajar beladiri di mana?" tanya Leorio.
"Kurapika, kau ini cewek tulen yah?" tanya Killua.
"Kurapika, kenapa rambutmu bisa pirang?"
"Kurapika, kenapa kau cuma pakai satu anting?"
"Anting yang satu hilang yah?"
"Atau jatuh?"
"Kurapika, kenapa tadi kau memakai celana pendek? Padahal 'kan lebih bagus kalau celana renang saja!"
"Kurapika, apa kutu di rambut pirangmu itu tidak silau, dengan warna rambutmu?"
"Kurapika, dadamu kok rata?"
Semakin lama pertanyaan bertubi-tubi dari Killua dan Leorio semakin ngaco saja. Satu perempatan, dua perempatan, dan kini sudah empat perempatan yang terlihat di dahi Kurapika. Dia kepalkan tangannya kuat-kuat menahan amarah.
"Leorio, dari mana kau tahu kalau dada Kurapika rata?" tanya Killua polos. "Kau sudah pegang yaaahh?" Killua menatap Leorio dengan senyum jahil.
"Ah! Aku gak pernah pegang sih, tapi sudah terlihat jelas 'kan?"
"Benar juga sih…"
"J―JAGA SIKAP KALIAAAAAANN!" teriak Kurapika langsung meninju Killua dan Leorio dengan kedua tangannya hingga mereka terlempar beberap meter.
Kurapika lalu pergi dengan langkah yang di hentak-hentakkan saking kesalnya. Gon hanya ber-sweat drop-ria melihat 'pemandangan' tadi. Sedangkan Killua dan Leorio, mereka keburu pingsan dululan.
Flash Black end
Kurapika lalu melewati koridor sekolah. Ia sempat melewati ruangan musik. Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara biola yang berasal dari ruangan tersebut.
Karena rasa penasaran menyelimuti hatinya, Kurapika pun berjalan menuju ruang musik. Dibukanya perlahan pintu ruangan itu dengan sangat pelan, hingga hanya menimbulkan suara decitan kecil. Kurapika pun mulai masuk ke dalam ruangan itu dengan sangat perlahan, mencari sumber suara biola yang sangat indah di telinganya.
Kurapika mengikuti suara biola itu, hingga akhirnya ia menemukan seorang pemuda yang ia kenal, tengah bermain biola dengan santainya di ruangan musik yang gelap itu. 'Kuroro sensei?' pikir Kurapika.
Lalu ia terhipnotis oleh suara biola yang mengalun di telinganya. Tanpa sadar, Kurapika terus menyaksikan Kuroro, sambil menikmati suara biola yang dimainkan olehnya.
Kuroro menghentikan permainannya ketika ia melihat Kurapika sedang berdiri kurang lebih 4 meter dari sampingnya. Kurapika langsung terkejut.
"Ma―maaf sensei… saya tidak sengaja…" ucap Kurapika gelagapan.
"Saya permisi…"
"Tunggu!"
Langkah Kurapika terhenti ketika menyadari Kuroro memanggilnya. Kuroro pun meletakkan biolanya, dan berjalan mendekati Kurapika.
'Gawat! Aku pasti akan dimarahi!' pikir Kurapika. Lalu ia menoleh dengan kikuk ke arah orang yang memanggilnya.
"Go―gomenasai sensei… saya benar-benar tidak sengaja! Tadi saya mendengar suara biola dari luar, makannya saya mencari tahunya!" ucap Kurapika membungkukkan badannya, meminta maaf.
Kuroro lalu tersenyum ramah, "kau bisa mendengarnya yah? wah, pendengaranmu tajam juga!" puji Kuroro.
"Ehm… sebenarnya sih, suaranya samar-samar, tapi terdengar jelsa, seperti suara biola…"
"Hm, kau murid baru itu yah?"
"Eh, i—iya…"
"Yang tidak pandai bermain musik itu?"
Kini Kurapika teringat ketika kejadian di kelas tadi. Waktu pelajaran musik dikelas, berapa kalipun diajar, Kurapika tetap tidak bisa bermain musik. "Iya…" ucap Kurapika malu-malu
"Kau mau kuajar?" usul Kuroro.
"Ah? Benarkah sensei?" tanya Kurapika senang.
"Tentu… ayo…!"
Kurapika pun mengikuti langkah Kuroro. Hingga Kuroro sampai di ruang tengah, dia pun mengambil dua biola, dan memberikan satu untuk Kurapika. "Pakai ini!"
"Nah, coba kau memainkannya! Meski kau tidak tahu tehniknya, tapi aku ingin melihat cara pertamamu!" Kurapika mengangguk mengerti. Ia pun meletakkan biola itu di bahu mungilnya, dan mulai memegang tongkat bioalanya.
Dia menarik nafasnya dalam-dalam.
KIIIIIKKK…. KIIIIIKKK… CKIIIIIITT…
Begitulah suara biola yang dimainkan oleh Kurapika. Kuroro hanya menutup telinganya, karena ngilu mendengar suara senar dan tongkat biola, yang digesekkan secara kasar oleh Kurapika.
CKIIIIITT… "Awww!" jerit Kurapika ketika satu senar biolanya putus.
Kuroro nampak kaget setelah melihat itu ia segera berlari ke arah Kurapika. Bukan karena ia khawatir senar biolanya putus. Namun karena tangan Kurapika menjadi berdarah akibat disambar oleh senar biola.
"Kurapika!"
"Ah! Tidak apa kok! Ini hanya luka ringan!" ucap Kurapika berusaha tersenyum agar Kuroro tidak khawatir. Meskipun kini cairan merah kental hampir memenuhi pergelangan tangannya, bahkan ada yang sudah menetes di lantai.
"Luka ringan apanya? Kau tunggu di sini! Aku ambilkan kotak obat dulu…" ucap Kuroro segera mendudukkan Kurapika ke kursi, dan segera berlari.
Tak lama setelah itu, Kuroro kembali dengan membawa kotak obat yang sudah ia janjikan.
Ia lalu mengmbil kursi lain, dan meletakkannya di depan Kurapika dan duduk di sana. Kuroro pun meraih pergelangan tangan Kurapika dengan sangat halus.
Kuroro lalu mengambil kapas dari kotak, lalu mengelap semua darah yang menempel di tangan Kurapika. Secara halus, sangat halus… namun Kuroro sedikit salah bergerak, membuat sedikit tekanan pada kapas dan tangan Kurapika yang terluka. "Awwww!"
"Maaf! Maaf…"
"Tidak apa-apa…" ucap Kurapika menggeleng pelan.
Setelah tangan Kurapika bersih, Kuroro pun mengambil perban, dan mulai membalut pergelangan tangan Kurapika. Gerakan Kuroro sangat lincah, namun halus. Tanpa sadar Kurapika terus memperhatikannya.
Akhirnya perbannya telah selesai terbalut. Kuroro pun membanhtu Kurapika berdiri. "Terima kasih banyak…" ucap Kurapika sambil membungkuk.
"Yah, ini juga salahku, mengajakmu belajar biola,"
"Tidak, ini bukan salah sensei!" Kuroro hanya tertawa kecil melihat tingkah Kurapika.
"Ohya, Kurapika, bagaimana teman-teman barumu?" tanyanya membuka obrolan.
"Ah, mereka semua baikkok!"
"Oh…"
Suara bel tanda masuk, terdengar oleh Kurapika dan Kuroro. Kurapika pun bergegas pergi. "Sudahyah, Kuroro sensei! Saya masuk dulu…" ucap Kurapika seraya membungkuk hormat, lalu meninggalkan Kuroro yang tersenyum ramah padanya. "Anak yang menarik…" gumam Kuroro.
Setelah keluar dari ruangan, Kurapika pun langsung menjadi pusat perhatian semua siswa yang kebetulan lewat di sana. Bagaimana tidak, seorang siswi yang baru pindah pagi ini, terlihat baru keluar dari ruangan seorang Kuroro Lucifer.
Gon dan Killua yang kebetulan juga berada di sana, merasa kalau Kurapika dalam bahaya. Dengan cepat Gon berlari ke arah Kurapika, disusul oleh Killua.
"Kurapika! Apa kau sudah menyerahkan laporanmu pada Kuroro sensei?" tanya Gon yang suaranya sengaja dibuat keras.
Kurapika tidak mengerti dengan pertanyaan teman barunya ini, "laporan?" gumamnya dengan suara pelan.
"Iyah! Kau ini! Mentang-mentang murid baru, seenaknya saja melupakan laporan yang seharusnya kau serahkan kemarin!" sambung Killua. Kurapika hanya menatap kedua temannya bingung. Killua dan Gon sedikit lega ketika siswa-siswa yang berlalu lalang disitu kembali berjalan.
"Syukurlah…" ucap Killua lega.
"Kalian tadi bicara apa sih?"
"Sudahlah… sebaiknya ayo masuk!" ajak Killua.
"Kurapika, tanganmu kenapa?" tanya Gon menunjuk tangan Kurapika yang ter-perban.
"Ah, tadi terkena senar biola yang putus,"
"Jadi, tadi kau dari belajar musik bersama Kuroro sensei?" tanya Killua. Kurapika hanya mengangguk. Mereka pun berjalan menuju kelas meraka masing-masing.
Hari-hari pun berlalu, Kurapika, mulai mempunyai beberapa teman di sekolahnya. Kurapika memang bukan type yang gampang berteman, seperti Gon. Namun sedikit demi sedikit dia mulai terbiasa dengan keadaan sekolahnya.
Sekarang ini, sahabat Kurapika adalah Gon, Leorio, dan Killua. Memang aneh, kalau seorang perempuan, bersahabat dengan tiga orang laki-laki. Tapi semua bisa memakluminya, karena Kurapika dikenal sebagai wanita tomboy.
Selain itu, Kurapika juga semakin dekat saja dengan Kuroro. Setiap berpapasan, mereka pasti saling menyapa dan melemparkan senyuman ramah mereka masing-masing. Ini membuat banyak murid perempuan, maupun laki-laki menjadi iri.
Seminggu pun berlalu, semejak kepindahan Kurapika ke HHS. Tiga perempuan, Neon, Machi dan Shizuku pun baru keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu. Sebenarnya waktu Kurapika memukul mereka, Kurapika tidak mengeluarkan seluruh tenaganya. Tapi mereka ber-3 hanya melebih-lebihkannya saja.
"Terima kasih atas pelajarannya, Kuroro sensei…" ucap Kurapika sambil sedikit membungkuk hormat. Yah, dia baru saja mendapat pelajaran musik tambahan dari Kuroro.
"Tentu," balas Kuroro melemparkan senyuman andalannya pada Kurapika.
Kurapika pun pamit pergi, menuju ruang loker, untuk mengganti seragamnya, dengan baju olahraga. Yah, pelajaran ke-2 adalah olahraga, oleh Ubogin sensei. Hanya perasaannya saja atau memang benar, Kurapika merasa bahwa sedari tadi semua orang yang berada di sekitar situ menatapnya sinis. Tapi Kurapika memang pada dasarnya cuek, sehingga dia ogah-ogahan saja.
Kurapika mebuka lokernya. Matanya membulat ketika melihat sepatu olahraganya penuh dengan lumpur. Dan di atas sepatu itu terdapa kertas bertuliskan : PERGI KAU DARI SEKOLAH INI! DASAR PENGGANGGU!
Kurapika mundur beberapa langkah dengan bergetar. Ia tundukkan kepalanya, menyembunyikan ekspresinya yang sebenarnya. Ia gertakkan giginya kuat-kuat.
"Hal ini… terulang lagi…"
.
TBC
Syukurlah, udah selesai…
Maaf para readers! Pasti para readers bertanya-tanya, bahwa kenapa fic ini berated M, tapi gak ada adegan lemonnya sama sekali bukan? Hahaha… /ditampar reader
Maaf, tapi adegan lemonnya akan Hayato munculkan di chapter selanjutnya! Pokoknya chapter dua bakal FULL OF LOVE!
Tapi mungkin aku susah update, dikarnakan tugas kuliahan yang bertumpuk-tumpuk bahkan sudah menggunung di rumah saya! Jadi bakalan susah. Tapi, jika anda bersedia untuk mereview dan memberi semangat buat saya, maka saya akan lanjutin kok ^^ /halah… bilang aja mau minta review!
Ohya, makasih juga buat ***-san yang udah certain saya soal HxH! Tapi maaf, meskipun udah diceritain, tapi saya tetep gak ngerti! Jadi, saya bikin cerita yang diluar cerita aslinya deh! Gak apa kan?
Yup! Akhir kata, don't forget to review…
