Waterford's Paperboy

Seragam sekolah dari bahan yang serba mahal, dasinya terasa begitu halus hingga orang-orang akan mengira terbuat dari sutra. Tak lupa sepatu pantofel yang mengkilau, harus disemir setiap hari, katanya. Oh, jangan lupakan logo sekolah yang terjahit pada kain seragamnya dengan benang berwarna emas. Menambah nuansa elegan.

Lalu kaus kaki putih bersih yang hampir meraih lutut, warnanya menyamai kemeja yang dikenakan, namun kontras dengan bagian lainnya yang serba hijau tua. Tema seragam ini boleh dinamai dengan 'Seragam Keren yang Membuat Anak-Anak Terlihat Lebih Tua dari Umurnya Namun Tidak Apa-Apa, Inilah Bagaimana Penampilan Seragam Sekolah Termahal di Negara Ini'. Mereka sepertinya mengikuti gaya sekolah pribadi di Eropa dengan muridnya biasa mengenakan seragam yang terlihat terlalu resmi.

Waterford High School.

Siapa pun yang menyandang predikat siswa dan siswi dari sekolah tersebut akan merasa sangat bangga mengenakan seragam fancy-nya. Anak-anak yang dapat melakukan studi di Waterford hanyalah anak-anak yang terpilih. Kalau tidak jenius, biasanya anak-anak dari keluarga yang serba berkecukupan. Para pejabat, wirausahawan kaya, dan atau para pejabat dan wirausahawan kaya yang melakukan korupsi namun belum ketahuan oleh pihak yang berwajib.

Anak lelaki bernama Oh Sehun salah satunya. Ia merupakan siswa Waterford High School yang tergolong ke dalam kelompok anak-anak dengan orang tua yang kaya raya. Kelompok anak kaya raya ini biasanya akan bermain dengan anak lainnya yang memiliki status sosial sama; para miliuner. Ada yang merupakan putra dari Presiden di negaranya yang ke-5, kemudian ada pula keturunan dari pemilik brand sepatu ternama, lalu ada yang mengaku sebagai putra dari simpanan Presiden yang sedang memerintah di tahun ini. Aneh-aneh serta cukup sulit untuk dipercaya, namun wajar saja kalau kau tidak percaya. Di Waterford ini memang banyak rumor atau fakta aneh hingga siswa-siswi dan para gurunya pun tidak pernah lagi mempertanyakan keanehan tersebut.

"Oh My God, kalian harus lihat Yifan-sunbaenim!" yang memekik dengan suara melengking ini namanya 'Byun Baekhyun', salah satu siswa Waterford yang sering bergaul dengan Sehun (ehm, tentu karena awalnya mereka memiliki kekayaan yang setara). Baekhyun adalah tipikal siswa yang sangat tidak memedulikan akan bagaimana masa depannya, yang senang melakukan hal seenaknya tanpa memikirkan risikonya, yang senang berpesta, pergi bersenang-senang dengan kekasih yang berbeda-beda, dan semacamnya. Bisa dikatakan seorang hedonis. (Ada yang bilang kalau Baekhyun begini karena kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya, tsk, tipikal kisah remaja emosional yang broken home. Tapi sebenarnya bisa saja benar, mengingat yang dimaksud sebagai putra dari kekasih simpanan sang Presiden adalah Baekhyun.)

"We don't care, Baek." Kata Sehun dan teman-temannya bersamaan. Selama satu jam ini, Baekhyun telah menyebut nama 'Yifan' sebanyak empat kali.

"Yifan-sunbaenim juga tidak peduli padamu." Ouch, ucapan Jongdae memang sering menyindir dan tepat sasaran. "Haruskah kita bahas berapa kali ia pernah memperhatikanmu—oops! Lupakan, kau ini bahkan tidak berada di tingkat seleranya."

"Fuck you."

"Oh, silakan, dengan senang hati."

Sehun rasanya sudah terbiasa dengan percakapan seperti ini pada jam istirahat di kafetaria. Baekhyun dan Jongdae akan selalu beradu mulut, kemudian salah satu temannya Yixing hanya akan tertawa pada mereka, serta Kyungsoo selalu membisu di tempat—terkadang tersenyum bila ada hal yang memang sangat lucu.

Dan bila topik pembicaraan sudah mulai tidak mengasyikan lagi, Sehun akan pergi sendirian ke perpustakaan, mencuri beberapa novel romantic-comedy, dan membawanya ke tempat persembunyian yang tidak diketahui oleh siapa pun (mungkin selain dirinya dan penjaga sekolah).

Tempatnya begitu sepi hingga rerumputan yang seharusnya menjadi pijakannya dengan tanah pun tumbuh tinggi, menggelitiki kulit kaki Sehun yang tidak tertutupi kaus kaki. Pada saat-saat seperti ini, Sehun sangat membenci sepatunya yang wajib untuk dikenakan di sekolah ini. Sepatu pantofel coklat yang membuatnya terlihat seperti ayahnya, ugh. Tapi bila Sehun tidak mengenakan sepatunya, maka ia akan berbeda dari yang lainnya yang membuatnya tentu akan dipandang aneh. Dan Sehun tidak ingin begitu. Selama hidupnya, ia selalu patuh peraturan yang ada. Sehun tentu tidak ingin tumbuh menjadi seorang pecundang atau pembangkang di kalangannya.

"Aku harus, um, mengerjakan tugasku." Sehun beralasan tiba-tiba, ia tidak menghiraukan teman-temannya yang menatapnya kebingungan dan malah pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Sehun berusaha mengabaikan teman-temannya yang mulai membicarakannya. Dari pada merasa bosan dan membuang-buang waktu dengan hanya mendengar Baekhyun dan Jongdae berdebat lagi, lebih baik ia segera pergi dari tempat.

"Akhir-akhir ini dia mencurigakan." Jongdae mengikuti pemandangan punggung Sehun yang menjauh darinya. "Dia juga sering berbohong."

"Oh, sweetie, please, kenapa kau bodoh sekali?" Baekhyun menimpali sambil menatapi kuku-kuku di jemari tangannya yang indah.

"Apa Sehun benar-benar akan mengerjakan tugasnya?" akhirnya Kyungsoo bersuara. Ia juga menatapi pemandangan figur Sehun yang bercampur aduk dengan keramaian.

"Tentu saja tidak!" Meja makan di hadapan mereka dihantam oleh tangan Baekhyun yang mengejutkan hampir semua orang di sekelilingnya. "Tanda-tandanya sudah jelas, guys, he's dating!"

Mata besar Kyungsoo terbuka semakin besar, ia menghentikan kegiatan makannya yang diikuti oleh Yixing dan Jongdae. Mereka semua terkejut mendengar pernyataan Baekhyun.

Oh Sehun... mengencani seseorang? Ia akhirnya memiliki seseorang untuk disukai? Rasanya tidak mungkin. Kenapa tidak mungkin? Karena Sehun berasal dari keluarga yang amat keras, disiplin, hingga hidupnya bahkan terasa seperti sudah diatur matang-matang oleh kedua orang tuanya. Dan dari yang mereka tahu, Sehun itu tidak boleh memiliki kekasih hingga ia berumur 19. Meski sebenarnya ketika Sehun menginjak 19 tahun, ia tetap saja tidak diperkenankan memiliki kekasih pilihannya sendiri, melainkan harus melalui sebuah perjodohan yang diatur oleh siapa lagi kalau bukan orang tuanya. Klise, klise, klise, semuanya tahu. Kehidupan Sehun begitu klise dan membosankan. Tapi nyatanya begitu.

Sehun bisa dikatakan memiliki kehidupan yang menguntungkan namun juga menyiksa. Menguntungkan karena ia tidak harus susah payah memikirkan akan bagaimana ia bertahan hidup di masa kini dan masa depan, namun menyiksa pula karena ia harus mengikuti prosedur yang ada.

"Dia mengencani siapa? Siapa yang disukainya?" Yixing bertanya seperti pada dirinya sendiri, ia bahkan tidak lagi menatap siapa pun di sekitarnya.

Namun Baekhyun tetap menjawab Yixing dengan, "Mungkin dengan Junmyeon-sunbaenim, tapi Sehun terlalu idiot untuk mengencani seseorang seperti dia."

"Why?"

"Duh," Baekhyun mengerling kesal, "siapa yang ingin mengencani kakak kelas culun sepertinya?"

"Mungkin bukan Junmyeon-sunbaenim." Kyungsoo ikut terjun ke dalam permbicaraan, kemudian menoleh pada Baekhyun. "Mungkin kakakmu."

"What—no freakin' way! Sehun terlalu berharga untuk Si Idiot itu, okay?!" Si Idiot yang Baekhyun maksud adalah kakaknya sendiri, Park Chanyeol, yang kebetulan satu sekolah dengan mereka dan sialnya berada satu kelas dengan Yifan. Hal ini membuat mau tak mau ketika Baekhyun akan tebar pesona di dekat Yifan, pesonanya segera luntur oleh sang kakak yang selalu mempermalukannya. Mungkin karena faktanya Chanyeol dan Baekhyun bersaudara dari ayah yang berbeda, mereka sebagai adik-kakak ini tidak begitu akur.

"Well, menurutku juga begitu." Yixing menimpali, "Sehun itu bukannya sangat dekat dengan kakakmu?"

Baekhyun diam sejenak dengan kening yang mengernyit, memikirkan apakah mungkin Sehun dan Chanyeol berkencan saat ini. Ia pikirkan tingkah laku Chanyeol yang janggal akhir-akhir ini. Baekhyun sungguh sibuk dengan pikirannya ketika kemudian tiba-tiba saja melenguh terkejut, dan berteriak, "Holy shit!" yang lagi-lagi menarik perhatian banyak orang. Ah, sesungguhnya pemandangan Baekhyun yang menggila di kafetaria bukanlah pemandangan yang aneh. Ia memang dikenal sebagai orang yang dramatis.

"Kalian benar juga," sebuah senyum aneh terpasang di wajah Baekhyun, ia kemudian menatap teman-temannya bergatian. "Sehun bisa saja mengencani Chanyeol-hyung, dan kita harus melakukan sesuatu!"

.

.

"Ouch, ouch, ouch." Sehun terus berusaha menghindari pangkal rerumputan yang tajam dan menusuk kulit kakinya. Sepertinya beberapa serangga hinggap di kakinya karena ia merasa harus menggaruk kedua kaki tersebut. Berusaha untuk menyeimbangkan tumpukan buku novel dan beberapa ensiklopedia yang sengaja diselipkan di pelukannya sungguh sulit. Apalagi mengingat ia tidak boleh mengotori buku-buku berharga ini karena Sehun sangat mencintai buku-buku dan aroma khas kertasnya, serta ia harus mengembalikan buku-buku ini dalam keadaan utuh.

Alasan mengapa Sehun mencuri buku-buku ini dan tidak meminjamnya adalah peminjaman buku terbatas hingga hanya empat buku, dan ia biasanya akan membawa enam atau tujuh buku bersamanya. Kemudian karena pustakawan di Waterford sangat menyebalkan.

Tinggal beberapa langkah lagi dan ia akan sampai di bagian tempat persembunyian favoritnya di mana ia dapat duduk di sana tanpa ada yang mengganggu, serta hal baik lainnya adalah hanya bagian tempat tersebut yang tidak ditumbuhi rumput liar serta dihinggapi serangga aneh.

Sehun hanya harus belok ke kiri, dan ia akan sampai.

Bila momen ini terjadi dalam gerakan yang diperlambat, mungkin Sehun akan mengabadikan apa yang ia tidak sengaja lihat. Anggaplah Sehun sedang berjalan tinggal dua langkah, ia membenarkan letak buku di tangannya namun malah membuat beberapa buku jatuh jauh ke hadapannya. Hal ini membuatnya berjalan lebih maju lagi. Padahal tinggal mengambil buku-buku tersebut, lalu menoleh ke kiri, dan ia hanya harus berjalan biasa lagi.

Namun rasanya, tidak perlu.

Nyatanya Sehun malah menjatuhkan lagi beberapa buku, mundur beberapa langkah, dan bersembunyi di balik sebuah dinding yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Untung yang kini sedang dipijaknya adalah tanah lembut, sehingga jatuhnya buku-buku tersebut tidak membuat dentuman yang keras.

Sehun tidak mengira ia akan mengatakan hal ini tapi ... saat ini ia sedang ... mengintip seseorang.

Mengintip maksudnya? Mengintip dalam artian—

No! Bukan yang seperti itu, Sehun bukan orang yang mesum.

Tapi, ya, mungkin agak serupa dengan mengintip seseorang sedang berganti pakaian. Meski di sini Sehun tidak diperlihatkan bagian apa pun yang pribadi dari orang yang sedang diintipnya. Tetapi hal yang membuat Sehun tidak segera pergi dari tempat lalu memilih untuk tetap lanjut menyaksikan pemandangan tersebut adalah karena mata Sehun terlalu terpaku pada apa yang sedang dilakukan orang yang diintipnya.

Orang itu tentunya salah satu siswa Waterford karena ia terlihat sedang melepaskan seluruh seragam hijaunya, memasukkannya ke dalam sebuah ransel. Di samping ranselnya terlihat ada sebuah sepeda bertengger pada pohon willow besar. Ia sepertinya berada cukup jauh dari Sehun dan terlalu disibukkan dengan apa yang sedang dilakukannya karena ia terlihat tidak menyadari kehadiran Sehun di sekitarnya.

Sehun baru tersadar bahwa siswa tersebut kini sedang menempati tempat persembunyian favorit Sehun. Eh? Jadi bukan aku saja yang sering kemari?

Terlihat di sekitar pohon willow itu banyak tumpukan koran dan buku yang sedang siswa tersebut masukkan sebagian ke dalam ranselnya, sebagian lagi diikat pada sepeda. Lalu pandangan Sehun perlahan beralih pada penampilan anak lelaki itu. Ia berganti pakaian dari seragam Waterford menjadi hanya kaus putih polos sebagai atasan dan celana kain abu-abu selutut yang, ew, sangat tidak trendi. Semuanya dipadukan dengan sepatu lari yang sudah sangat kotor dan sobek di mana-mana.

Namun kemudian mata Sehun menelusur ke wajah anak lelaki itu. Wajahnya yang—holy God.

Sehun rasanya tidak bernapas untuk beberapa detik.

Apakah wajah itu benar-benar nyata? Apakah ini mimpi? Apakah ini kenyataan? Di mana ini? Inikah yang namanya surga?

Sehun tidak berbohong ketika ia berkata wajah anak itu benar-benar tampan dan sangat menarik. Apalagi ketika kedua alisnya bertaut saat ia memasukkan tumpukan koran ke dalam ranselnya, dan ada beberapa bulir keringat yang turun dari pelipis ke pipinya. Juga matanya! Oh, jangan lupakan mata indah itu. Lalu rahangnya yang tajam... Wajahnya semakin terlihat indah karena kejatuhan sinar matahari dari celah-celah dedaunan willow yang terlihat seperti tirai.

Semua pemandangan indah ini membuat Sehun bertanya-tanya, mengapa ia tidak pernah melihat siswa Waterford setampan itu? Atau mungkin ia bukan siswa Waterford? Karena gerak-geriknya terlihat seperti seseorang yang sedang melakukan kriminal.

Wait, mungkin memang benar. Anak itu hanya menyamar sebagai siswa di Waterford dan sedang mencuri?! Kini sebuah kriminalitas sedang terjadi di hadapan Sehun, namun ia tidak tahu harus melakukan apa. Sehun pun semakin merasa panik ketika ia tidak tahu bagaimana caranya segera pergi dari tempat dan melaporkan hal ini.

Padahal ia hanya harus berdiri, membalikkan tubuhnya, kemudian pergi dari tempat tanpa harus menghiraukan buku-buku yang dijatuhkannya terlebih dahulu.

Namun pada kenyataannya Sehun masih diam di tempat, menyaksikan anak lelaki tampan Waterford yang langka itu menaiki sepedanya, dan Sehun tersedak ludahnya sendiri. Sehun tidak sadar bahwa sedari tadi rasanya ia tidak bernapas ketika menyaksikan anak tampan tersebut, jantungnya berdegup kencang.

Sehun semakin panik, dan ia terbatuk hebat, dan semakin tesedak ketika anak tampan Waterford yang tadinya akan mengayuh sepedanya lalu pergi malah diam di tempat untuk menoleh ke arah Sehun.

Dengan sangat cepat Sehun bersembunyi di balik dinding yang disandarinya, ia dapat mendengar anak lelaki itu turun dari sepedanya dan menghampiri Sehun. Namun momen menegangkan ini berangsur tidak lama ketika Sehun merasa seseorang dari belakang membekap mulutnya tiba-tiba dan menariknya ke dalam sebuah pelukan.

.

to be continued