Sakura memperhatikan sedikit lama laki-laki berambut coklat muda yang berjalan menjauh darinya. Ia menghela nafas pelan, ia sudah mengenal lama laki-laki itu hingga menjadi salah satu orang terpenting dalam kehidupannya, seragam musim panasnya tidak membuatnya gerah hanya untuk melihat lebih lama laki-laki itu di bawah sinar matahari.

"Aku bisa melakukan apa pun." Ya, dia bisa melakukan apa pun untuk laki-laki itu. Bahkan membuang semua sifat dinginnya.

Ia berjalan pelan, di Sekolah dia bukan gadis biasa. Dia Sakura dengan segala kesempurnaan yang melekat pada dirinya, dan juga satu-satunya Sakura yang sangat dingin, tapi semua itu akan hilang jika berhadapan dengan laki-laki tercintanya.

Sakura berhenti melangkah membuat rambut pendeknya bergoyang, "Apa ada yang mengikutiku?"

Mata emeraldnya menjelajahi setiap sudut jalan yang sudah ia lewati, "mungkin hanya perasaanku saja." Ia kembali melanjutkan langkahnya.

It's Me

.

.

.

It's Me

Disclimer : Om Masashi Kishimoto.

Author : Hanna Hoshiko

Pairing : Sasuke U. – Sakura H.

Rated : T+

Genre : Romance/Hurt/Comfort.

.

.

.

Warning!

Cerita ini hanyalah fiksi dan semua yang ada di dalamnya kecuali chara adalah asli murni ide dari author. Kesamaan alur, scene,atau apapun itu dilakukan dengan ke-tidak sengajaan oleh author

Cerita ini akan update setiap author gak lagi sibuk di RL dan gak lagi kena WB.

Karakter tokoh disesuaikan dengan tuntutan jalan cerita, dan diusahakan sehingga tidak sampai mem-bashing chara.

.

.

.

Don't Like Don't Read

.

.

.

Mempersembahkan

Matanya berkali-kali melirik ke arah Lapangan, melihat seorang laki-laki yang tersenyum sangat lebar pada teman sekelasnya, "Berhenti menatapnya Forehead." Bisik Ino padanya.

"Dia sempurna." Sakura tersenyum tipis, ia melanjutkan mencatat apa yang gurunya tulis di papan.

"Kau bisa melihat Kouji sepuasnya nanti. Dia kekasihmu ingat," Ino memfokuskan diri dengan bukunya. "dia tidak akan menghilang meski kau tidak menatapnya berjam-jam."

Sakura terkekeh pelan. "Hn."

.

.

.

Prolog.

.

.

.

Sakura mengangkat tangannya ke udara dan tersenyum tipis. "Aku mencarimu Sakura."

"Kau sudah menemukanku Kouji-kun," Kouji menggandeng tangan Sakura untuk berjalan di sampingnya. "apa kau memenangkan sesuatu saat pelajaran olahraga tadi?"

"Kau penasaran?"

"Tidak."

Kouji menarik Sakura lebih dekat dengannya. "Kau penasaran atau tidak penasaran gadis jelek?" mereka berjalan menuju kantin. "aku maklum jika kau adalah penggemar beratku. Aku memang laki-laki tampan."

"He!" Sakura mendengus pelan. "Sejak kapan aku menjadi penggemarmu tuan. Rupanya kau begitu memujaku hingga berhalusinasi seperti itu."

Mereka berdua adalah pasangan yang sering kali di bicarakan banyak orang di sekolah, menjadi pasangan paling harmonis dan langgeng, selalu terlihat berdua di setiap kesempatan. Banyak laki-laki yang memendam rasa iri pada Kouji karena bisa mendapatkan Sakura, gadis Haruno itu bukan makhluk yang mudah di taklukan, terutama sifatnya yang begitu dingin.

"Kau ingin makan apa Sakura?"

"Aku tidak nafsu makan. Jus saja bagaimana?" pipi Sakura sedikit merona melihat senyum kekasihnya dari dekat.

"Tidak," Kouji melepaskan genggaman mereka. "Kau mencoba diet lagi seperti Yamanaka? Aku melarangmu. Diet seperti Yamanaka tidak sehat Sakura, selagi kau bisa makan... makanlah sepuasmu. Bagaimana dengan kare?"

Sakura memasang wajah datarnya, "Tidak mau."

"Aku tidak mau melihatmu sakit. Kau tidak memperlukan diet," Kouji mengusap kepala Sakura. "kau sempurna bagiku."

Bibir Sakura sedikit terbuka mendengar ucapan kekasihnya, Kouji begitu mengkhawatirkannya, laki-laki itu begitu mencintainya. Dia pun begitu, tanpa ia tahu dulu Kouji membuatnya merasakan apa itu jatuh cinta. Cinta yang sangat manis.

"Benar 'kah?"

"Aku tidak mempunyai alasan untuk berbohong Sakura." Kouji menggenggam kembali tangan Sakura. "Aku akan menemanimu makan sampai gendut."

"Dasar laki-laki jahat."

.

.

.

Prolog.

.

.

.

Sudah satu setengah tahun dari tiga tahun masa SMA-nya ia habiskan dengan Kouji, laki-laki itu selalu menyelipkan sedikit waktunya untuk Sakura setiap hari, Ino juga setuju-setuju saja sahabatnya berhubungan dengan laki-laki seperti Kouji. Ino mengatakan Kouji terlalu baik menghadapi Sakura yang kelewat dingin, meski Sakura terkenal sebagai sosok yang sempurna di sekolah tapi dia bukan sosok yang begitu ramah pada orang lain, tidak sering Kouji juga harus menghadapi sifat dingin Sakura ketika gadis itu marah padanya.

"Sakura aku akan berkencan jadi pulang bersama Kouji oke?" Ino memasukkan bukunya dengan cepat.

"Ya."

Ino menghela nafas pelan. "Wajah cantikmu ini kenapa begitu datar ketika bersama sahabatmu," Ino menarik kedua pipi Sakura pelan. "Aku duluan. Bye Forehead."

"Kouji-kun mungkin masih ada di Kelas." Sakura menatap Kelas yang sudah kosong. tidak, masih ada satu orang di sana.

Laki-laki paling populer di sekolahnya, pemimpin geng aneh yang Sakura tidak tahu namanya, laki-laki yang selalu di kelilingi perempuan berdandan menor dan berdada besar. Laki-laki yang sama dinginnya dengan Sakura.

"Mencariku Haruno?"

Sakura menghentikan langkahnya untuk berbalik meninggalkan kelas kekasihnya itu, "Tidak. Kau terlalu percaya diri Uchiha," Sakura menatap datar ke arah Sasuke. "kau melihat kekasihku?"

"Mungkin di atap. Bersama seseorang, mau ku antar Haruno?" Sasuke sedikit menyeringai.

"Tidak. Terima kasih."

Mata hitam Sasuke masih terus memandang Sakura yang berjalan menjauh darinya, sebuah seringaian kembali muncul di wajah datarnya. "Tunggu aku Sakura."

Sakura menatap pintu atap yang sedikit terbuka, sebuah senyum tipis terbentuk di wajahnya, kekasihnya berada di balik pintu itu. Tangannya terhenti ketika ia mendengar suara serius perempuan, kekasihnya tidak sendirian di sana, perkataan laki-laki Uchiha tadi benar jika kekasihnya tengah bersama seseorang. Tapi dia tidak boleh cemburu begitu saja.

"Jadi ini yang di rasakan Kouji-kun ketika melihatku bersama laki-laki lain." Gumamnya pelan.

Dia termasuk jajaran perempuan yang paling ingin di kencani oleh laki-laki di Sekolahnya, ia terkadang tidak sanggup ketika melihat Kouji menatap dirinya yang tengah mendengar pengakuan cinta dari laki-laki lain, tatapan Kouji membuatnya sedih. Dan sekarang ia tahu bagaimana rasa yang kekasihnya rasakan biasanya.

Suara perempuan itu terdengar marah, "Apa kecantikan Haruno membuatmu buta Kouji-kun?! Ku mohon sadarlah,"

Sakura tidak berani mengintip ke luar, dia sudah cukup dengan mendengarkan semua pembicaraan mereka dari dalam. Dia mempercayai kekasihnya. "ku akui aku tidak sesempurna kekasihmu sekarang, tidak semendambakan Tayuya-san. Tapi aku tidak munafik ketika aku bicara aku mencintaimu setulus hatiku."

"Kau bahkan tidak bisa membedakan kekasihmu dan Tayuya-san," ia tidak mendengar suara Kouji sedari tadi.

"Kenyataannya kau melihat Haruno sebagai Tayuya-san."

Deg. Hati Sakura berdebar sakit.

"Berhenti." Suara lirih Kouji terdengar begitu suram. Apa kekasihnya tersinggung dengan ucapan perempuan itu.

"Kau tidak pernah mencintai Haruno, kau mencintai Tayuya-san. Dia menolakmu bukan? Hatimu tidak bisa menerima itu dari teman masa kecilmu, gadis impianmu, cinta pertamamu yang sekarang justru tergila-gila dengan Sasuke-kun, kau membuat Haruno sebagai Tayuya-san yang lain."

Sakura mencengkram dadanya, "Ta... yuya yang lain."

Air matanya menetes, satu tetes, dua tetes hingga bertetes-tetes. Hatinya hancur, kekasih yang begitu dicintainya, kekasih yang begitu mencintainya hanya membuatnya sebagai pelarian. Bahkan bukan sebagai gadis yang sebanding dengan dirinya.

"Aku tidak... pernah tahu tentang itu." Sakura menutup mulutnya dengan tangan. Berusaha agar tidak terisak terlalu keras.

Tidak ada tanggapan dari kekasihnya untuk perkataan perempuan itu.

Menerangkan jika semua yang di katakan perempuan itu benar adanya.

"Aku tahu semuanya. Aku sudah memperhatikanmu sangat lama, sejak kita masih kecil, aku tahu rasa cintaimu pada Tayuya-san sangat besar. Aku tahu tatapan menyedihkanmu ketika melihat Tayuya-san yang selalu bersama Sasuke-kun, aku tahu kau membuat Haruno yang mempunyai kemiripan dengan Tayuya-san sebagai pelarianmu. Aku tahu."

Tangan Sakura yang menempel tembok mengepal, selama ini dia hanya sebagai pelarian, bahkan dia mencintai Kouji begitu tulus, membiarkan laki-laki itu masuk ke dalam wilayah yang selama ini begitu dia jaga. Ini bukan cinta yang sangat manis tapi cinta yang sangat tragis.

Sakura menghapus air matanya, ia tidak boleh terlihat hancur di sini, tidak boleh ada siapa pun melihatnya lemah. Sakura melangkahkan kakinya dengan tanpa ekspresi sedikit pun, seperti tidak terjadi sesuatu.

Ia akan menyelesaikan semua ini dengan cepat. Dia Sakura yang bisa melakukan apa pun.

"Kau tidak tahu apa pun."

.

.

.

To be continued.

A/N :

Jujur saat ngebuat scene Sakura dan Kouji di cerita sebelumnya saya jadi pingin ngebuat ucapan Sakura di sana bener-bener jadi sebuah cerita. Jadinya gini de :v jangan lupa review ya