Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama

cover © to the owner


Mendengar dari Armin bahwa Eren telah mati. Kupikir itulah akhir dari kehidupanku. Tak akan ada gunanya kalau aku terus hidup di dunia ini sementara semua orang yang kucintai mati. Tak ada gunanya hidup tanpa memiliki poros.

Pertama, ayah dan ibu-ku.

Mereka dibunuh oleh bajingan-banjingan brengsek yang mengincar ibu karena darah murni oriental yang langka.

Mereka terbunuh tepat di depan mataku. Ibu sempat berteriak menyuruhku pergi dan kabur sejauh mungkin, tapi apa daya—aku tak berkutik karena terlalu ketakutan.

Saat itu, aku terlalu terkejut sampai setitik air mata pun tidak tumpah dari sudut mataku. Kemudian, aku dipukul hingga pingsan, dan dibawa ke sebuah pondok di tengah-hutan. Aku masih ingat, ditengah hujan yang deras diluar itu, aku yang putus asa dan telah mati secara mental—melihat kilatan tajam pada mata bocah bersurai brunette yang datang secara tidak terduga dengan membawa sebilah pisau tajam yang tersembunyi di balik punggungnya. Dengan berkedok tersesat, ia berhasil mengelabui lelaki-lelaki itu, dan membunuh dua orang diantaranya.

Namun, ia terdesak karena seorang diantara mereka mencekik lehernya kuat-kuat.

"Ber—juang!" dengan sedikt tersendat karena tak bisa bernapas, ia mengatakan beberapa kata yang sanggup membuat diriku yang sebenarnya terbangun.

Anak yang rupanya sebaya denganku tersebut—menjadi orang yang kucintai selanjutnya.

Aku tidak menangis saat mendapat duka dari orang tuaku yang terbunuh dihadapanku, aku menangis saat mendapat uluran tangan darinya untuk pulang. Pulang ke rumah kami.

Dengan tekad melindunginya sampai mati—aku mengikutinya masuk ke pelatihan militer, bersama teman kami, Armin.

=naycchin

Kenapa mereka semua mengikutiku?

Kenapa mereka mengikutiku yang sudah sekarat—hanya karena mendengar Eren telah mati ini?

Bodoh. Ini salahku.

Tidak seharusnya aku memancing semangat mereka yang sedang ditengah keputusan dengan menyombongkan diriku sendiri.

Bahkan lagi-lagi aku kehilangan orang yang kucintai. Tanpa satu tetes air mata yang juga tidak keluar dari mataku—seperti saat aku kehilangan kedua orang tuaku.

Kami menerobos berbagai halangan dengan tujuan satu—ruang suplai, karena gas kami hampir habis dan tidak sanggup untuk dipakai sampai masuk ke dalam dinding.

Dan disinilah aku, memandangi tubuh titan abnormal yang terbakar, memandangi tengkuknya, memandangi sosok yang keluar dari tubuhnya.

Nafasku tercekat. Jantungku berdegup kencang.

Aku melompat turun dari bangunan tinggi, kemudian berlari menghampiri sosok tersebut, lari, dan terus berlari. Tanpa menghiraukan panas yang menjalari kakiku akibat menginjak tubuh titan yang berasap itu.

Sedetik kemudian, aku memeluk sosok itu, dan mulai menangis.

—dan aku, kembali mendapat secercah harapan untuk terus bertarung di kehidupan ini saat mendengar detakan jantung Eren Jaeger di dadanya.

Eren Jaeger, adalah poros kehidupanku.

end.

.

.

Pojok Bacotan:

gila, cuma 2 halaman msword coba www maaf kalo ada typo yang seliwer padahal cuma 400an words lho /maklum/ /cekris/

Iyaaak, kenapa fanfic saya itu semuanya mengandung kata gaje yak. Kyahaha. Ah, masa bodoh /shot/ fanfic ini dibuat kilat—super-kilat—dengan prompt yang lewat saat iseng rewatch snk eps 8 saat sedang dimabuk oleh anime basket-basketan /?/ di sebelah.

Ih, jangan salah kamu ya, eremika ini otp saya di snk yang pertama lho /teruskenapa/ /disabetgunting/

Sudahlah. Terimakasih sudah membaca! /ciumakashi/ /salahfandom/ /kalogitusayaciumomleviajadeh/

=naycchin