Naruto © Masashi Kishimoto

| Mengaku Mahasiswa © Hanzama |

Rated : T

Based On True story (Perhaps?)

Warning : Hasil karya dilindungi oleh hak cipta,

Crispy Humor

OOC

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Banyak orang bilang, jadi Mahasiswa itu gampang gampang susah. Tinggal di kost, uang saku dikit. Boro boro makan 3x sehari, beli es teh aja kadang ngutang. Tapi bukan Mahasiswa namanya kalau hidup lencer-lencer aja sih. Yah, hidup itu harus bagaikan ombak, kalau kau hidup di air yang datar, buang sepatumu dan segera cari ombak yang tinggi.

Oh ya. Namaku Sasuke. Aku adalah seorang Mahasiswa semester 3 Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen. Kalau soal ekonomi sih, Jangan ditanya. Udah keturunan dari dulu-

Dulu, Kakeku pernah bekerja di kantor DPR. Kata dia, Dia bekerja sebagai penyeleksi kertas di DPR. Dia bertugas memisahkan antara kertas merah dan kertas biru. Aku memang kurang mengerti detail tentang pekerjaan itu. Tapi Kata dia, Karirnya berakhir saat dia diciduk KPK.

~1st~

Alkisah di pagi hari, Aku berangkat ke kampus jam 7, lebih pagi dari yang semestinya karena seharusnya kelas dimulai jam sembilan. Bukan karena terlalu rajin sih, Hanya gak tahan aja lama lama di kost lihat piring kosong gak ada isinya.

"Eh tumben berangkat pagi Sas?" sapa salah satu temanku yang sudah siap sedia di depan pintu masuk gedung fakultas, layaknya preman yang mau nodong duit. Kalau dilihat dari tampangnya yang punya tiga garis melintang di pipi kyk kucing, mendukung sih kalau jadi kriminal.

"Hn. mau ngerjain tugas." jawabku santai. Sebenarnya bukan niat sih datang ke kampus pagi bwat ngerjain tugas. Seperti kataku tadi, Hanya gak tahan aja lama lama di kost lihat piring kosong gak ada isinya.

"Oh." Jawab pemuda itu santai.

Aku melirik bosan kepadanya. Lebih peka kenapa sih! Tanyain Kek. Udah sarapan blom.

.

"Eh, udah sarapan blom?" tanyanya lagi

Mendengar itu, aku sedikit sumringah, meski tak kutunjukan secara terang terangan. Ini kode mau ditraktir!

"Belum!" Jawab ku sedikit keras.

.

"Yaudah. Makan dulu sono. Kalau udah slesai, ke perpus bantuin bikin proposal."

"..."

Yah, Sahabat dan kebiasaan PHP mereka.

~2nd~

Enaknya jadi Mahasiswa semester 3 itu. Pandangannya lebih berwibawa kalau dilihati adek adek semester satu. Bak kau adalah seorang Sersan dan mereka adalah barisan para kadet.

Waktu dimana kau sedang melintas di suatu tempat dan di sapa oleh adek tingkat : "Pagi Kak." Rasanya kayak jalan jalan di padang ilalang. Bikin Hati serasa melambung tinggi.

Tapi pas lagi lewat ketemu temen, dan dia bilang : "Woi Bayar utang!"

Rasanya Kayak jalan jalan di padang Mahsyar.

.

Sama kayak ini pagi. Lagi lagi Aku dicegat oleh seseorang. Bukan temen berambut kuning yang tadi, Tapi seorang gadis semester satu yang tiba tiba mendekat. gadis yang lumayan manis, terlihat dari rambut merah mudanya bagaikan permen kapas.

"Kak." Ucap dia dengan suara selembut mentari.

"Huh?" Aku jelas bingung mau jawab apaan. Aku cuma ngerespon dikit nunggu dia njelasin apa keperluannya.

"Kakak semester tiga ya?" Tanya Dia lagi dengan suara selembut mentari. Ahhhh~

Aku hanya mengangguk. Dalam hati ada sedikit rasa bangga. Karena secara tingkatan, aku adalah senior. Senior... SENIOR... SE-NI-OR... S-E-N-I-O-R!

"Iya dek. Ada apa?" balasku dengan suara yang sedikit aku buat terdengar sejantan lelaki.

gadis itu hanya diam.

Aku pun sama aja karena emang gak tau harus ngomong apaan. Situasi canggung pas ketemu ama adek tingkat.

.

Beberapa menit menunggu, sebelum suara selembut mentari itu terdengar lagi. Dengan intonasi yang membuat siapa yang mendengarkannya ingin segera cari cincin dan menyatakan lamaran-uhuk uhuk.

"Um, Minta nomor HP nya dong kak." ucap gadis itu akhirnya.

Jduer! Dan itu adalah saat dimana padang ilalang yang ku ceritakan tadi berubah jadi padang bunga.

Entah terlihat atau tidak, tapi ada sedikit rasa senang yang menyeruak di hati. Mempertimbangkan hal yang seharusnya tidak dipertimbangkan, aku menatapnya. Yah, senior harus menunjukan wibawanya. Dengan segera, ku ambil buku catatan dari tas dan kutulis 12 digit angka yang bakal menyambung benang merah kebahagiaanku.

.

"Nih." Segera ku berikan angka keramatku itu kepadanya.

"Makasih kak."

Aku hanya mengangguk. Yah, sekali lagi, Aku adalah senior yang baik. Senior... SENIOR... SE-NI-OR... S-E-N-I-O-R!

"Hn. Kalau ada apa apa. Hubungi aja." Jawabku lagi dengan penuh wibawa.

gadis itu hanya mengangguk.

Pas aku ingin berpamitan pergi, tanpa disangka tanganku malah dipegang erat oleh sang gadis.

waduh!

.

"Kak." ucap suara selembut mentari itu lagi.

Aku tentu dengan segera melepas tanganku darinya. Bukan muhrim dek.

Aku menoleh lagi ke gadis ini.

"Kenapa lagi?" Tanyaku dengan suara lembut. Yah gitu sih, Ngomong sama gadis itu harus lembut. Siapa tau emang jodoh kan?

.

Dia menatapku dengan pandangan malu dan muka memerah. Membuat jantungku semakin deg-degan. Hey, ini wajar. aku juga laki laki!

Tahan, Belum Muhrim. batin ku dalam hati.

.

"Um, Minta tolong lagi boleh gak kak?" tanya gadis itu.

Dengan sedikit menelan ludah, Aku mantap mengangguk.

"B-boleh!" jawabku lantang. Apapun untukmu dek.

.

.

"Mintain 9 nomor HP lagi dari temen-temen kakak dong. Yang laki laki."

"..."

Eh buset.

.

Aku yang mendengar permintaan gadis itu, sekarang malah mulai takut. Sedikit bingung, aku bertanya..

"Buat apaan?"

.

"Kemarin panitia ORASI* nyuruh mahasiswa baru untuk minta 10 nomor HP ke kakak tingkat."

Mendengar jawaban itu. Aku hanya membatin..

'Wah, Panitia Ngajak ribut nih.'

~3rd~

Cerita lain dari Mahasiswa itu. Saat kau masuk ke kelas dan belum juga duduk, udah ada yang ngomong gini :

"Woi, Sas. Tugasnya yang kemarin udah di ketik belom?"

Aku menatapnya. Melihat apakah ada 'udang di balik batu' diantara setiap kosakatanya.

"Hn. Belum, Masih hari senin ini. Presentasinya hari jum'at kan?" Balasku santai.

Orang yang aku ajak bicara malah nyolot setelahnya.

"Senin apaan?! Ini Hari Kamis Wooi!"

Sedikit mengernyitkan dahi, aku menatapnya bingung. Kamis? ngelindur nih orang. Jelas jelas kemarin libur.

.

"Ini senin! Kemarin aja libur!" Lanjutku tak kalah ngotot.

Temenku ini malah nepok jidatnya sendiri.

"Kemain KAU membolos!" Balasnya, menunjuk-nunjuk wajahku dengan telunjuknya.

Aku diem.

"Mana ada libur cuman dua hari. Di tambahin sendiri jadi lima hari. Hanya Elu satu kampus yang begitu!" lanjutnya.

Aku masih terdiam.

.

.

"Tapi, Di buku absen, kau tandatanganin punyaku juga nggak?" tanya ku memastikan. Menanyakan hal yang lebih gawat dibanding tugas yang lupa diketik.

"Err..Iye sih." jawabnya.

Aku mengangkat bahu.

.

"Aman berarti." Jawab ku santai.

sekarang giliran dia yang diem.

~4th~

Kalau Mahasiswa Ekonomi sih relatif. Saat ditanya : Kalau lulus mau kerja apa? Rata rata pasti bilang jadi pengusaha.

Tapi saat pertanyaannya ditambahin : Mau usaha apa? Dua hari ditungguin gak bisa jawab.

.

Kebiasaanku memang sukanya duduk di tengah-tengah pas kuliah. Gak terlalu mencolok kalau dilihatin. Dosen emang kadang kadang aneh. Yang diapal wajahnya, Mahasiswa yang duduk di depan. Tapi giliran disuruh maju, tunjuk yang paling belakang.

".. Mahasiswa harus punya tujuan yang jelas dalam kehidupannya." Ucap Dosen dengan penuh wibawa kepada para mahasiswanya.

Sedangkan temen-temen yang lain hanya diam. Semuanya sih diam. Tapi yang dengerin mungkin gak terlalu banyak dibanding yang diam karena nyempetin wifi-an.

"Nah Coba sebutkan apa tujuan kalian datang kuliah. Jujur." Lanjut sang Dosen lagi. Yah, pertanyaan umum tentang 'mencari jati diri'.. Aku berani bertaruh, kalau kakak tingkat semester 5 dan 7 pasti juga pernah kena pertanyaan seperti ini dulu.

Bisa kulihat teman-teman yang lain malah celingak celinguk lihat kanan kiri.

.

Aku bisa dengan jelas melihat salah satu temanku menjawab pertanyaan Dosen dengan senang.

"Cari ilmu pak." jawabnya.

Sang dosen malah tertawa keras saat mendengar pernyataan temanku.

"Cari ilmu? Membaca aja di rumah juga dapet ilmu." jawabnya,

Sekarang mereka semua bingung. Lalu apa tujuan Mahasiswa kuliah kalau bukan cari ilmu?

Lalu, Salah satu temanku yang lain ikut ngejawab.

.

"Takdir pak."

Dan itu adalah kata terakhir temanku yang itu sebelum dia ditimpuk mic ama Dosen.

.

Aku bisa melihat kalau teman-teman yang lain sekarang malah takut mau jawab apaan. Kadang emang gitu. Mahasiswa itu kadang selalu salah dimata Dosen. Yah.. mata dosen itu kyk perempuan, selalu menganggap lelaki adalah 'subyek yang salah' ... what if, kau punya dosen prempuan.. say goodbye to your life my friend.

Aku sih, Niatnya hanya menundukkan kepala, berharap sang dosen tidak ikut menanyaiku dengan peryanyaan absurd yang bisa bikin mahasiswa pemalas seperti Shikamaru semakin nyenyak dalam alam mimpi. Eh.. malah..

"Sasuke. Menurut kamu? kenapa kalian disini?"

Aku jelas kaget karena tiba-tiba namaku diseret.. Ah aku tercengang.

"Hn? Apa Pak?" Tanyaku, untuk memastikan.

Namun sang dosen sepertinya tidak berniat mengulangi pertanyaannya. Dia hanya menatapku intens, mata ke mata. Berhias senyum ala Rowan Atkinson milik sang dosen.

.

Aku melirik ke teman-teman yang malah kini menatapku dengan pandangan ingin tau. Sebagian menampakkan raut 'mampus lu'

Aku melirik ke sang Dosen lagi. Lalu dengan ragu menjawab.

"Um.. Cari ilmu pak." Jawabku ragu.

Nampak senyum 'well that's obvious' dari sang dosen.

"Cari ilmu? Membaca aja di rumah juga dapet ilmu Sas." Sang Dosen mengulang pernyataannya tadi.

Sekarang giliran teman teman yang tertawa keras. Seakan mengucap keras dalam hati 'Ah Satsuga Sasuke.' membuatku sedikit tersinggung.

"Tapi Pak, Belajar tanpa guru sama saja gurunya adalah syaiton pak." Bantahku. Mengutip kata kata dari sebuah buku yang pernah aku baca.

Sang Dosen nampak menurunkan frekwensi raut wajah menjadi datar.

"Jadi kamu gak pernah belajar di rumah?" tanya sang Dosen kepadaku kemudian. Yah, Satu soal dijawab dan akan datang persoalan lain.

Aku terdiam.

Aku mulai ragu untuk menjawab, namun saat melihat wajah tegang sang Dosen, aku akhirnya memutuskan. Baiklah, akan ku ceritakan semuanya.

"Saya Anak kost pak. Pulang kerumah aja setahun sekali." Jawabku jujur.

"Belajar di Kost kan bisa Sas." Nampak dia tidak mau kalah argumen denganku.

Aku menghela nafasku dalam.

"Hahhhh... Boro boro. Belajar Ekonomi pak. Perekonomian saya aja nggak stabil. Makan aja sehari setengah porsi. Belum harus mikirin bayar foto copy, Jilid, Ngetik di warnet. Walaupun ngutang temen pun, kadang masih ada yang kurang."

lanjutku dengan nada santai. Berharap sang Dosen tidak membalas dengan pernyataan intelek yang didasari dari literatur pendidikan, yang membuat semua mahasiswa ingin segera pulang ke rumah masing masing.

Tapi Dosen malah diam. Dia berdiri dari duduknya dan menghampiri ku.

Dia lalu menepuk pundakku bak sahabatnya sendiri.

.

.

"Yang tabah ya Sas."

"..."

Semenjak saat itu. Dia melarang anak Ekonomi untuk ngeprint makalah. Alhasil, semua tugas setelahnya ditulis tangan.

xxxxxxxx

Kadang Ribet juga sih jadi Mahasiswa. Tapi, Selama Mereka niat sih, Kuliah tanpa tujuan yang jelas juga gak masalah. Namanya juga pengembangan pola pikir. Seiring waktu pasti juga ketemu... ...Apa arti dari Menjadi Mahasiswa.

.

.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

END

xxxxxxxxxxxx

Author Note : Yoho.. Hanzama Is Back. Reupload dari yang awal. Entah ada angin apa dulu dihapus. Tapi Hanzama putuskan upload lagi, dan membiarkan salah satu fanfic koplak ini nangkring di list fic hanzama.

Yah biarlah, itung-itung hiburan bagi kawan-kawan yang lagi baper jadi mahasiswa baru.

..

Dictio :

ORASI* : Orientasi / Mos - Intinya pas lu disuruh pake topi kerucut..

okesip, c u in the next project.

"Semakin banyak kegagalan yang kau rasakan. Maka akan semakin berarti keberhasilan setelahnya."

KRITIK DAN SARAN

v

v

v

v