"WOOSEOK HUHUHUHU—"

"Apa, sayang?" Wooseok mengalihkan atensi dari layar smartphonenya, melirik sekilas Kino yang masuk ke kamar sambil berteriak-teriak.

Kino berjalan mendekat ke arah Wooseok. Diacungkannya jari telunjuk ke depan wajah Wooseok. "Tuh, liat. Berdarah."

"Loh?!" Wooseok mendadak panik sendiri. Pasalnya, jari telunjuk Kino meneteskan darah segar, — bahkan darahnya sampai jatuh ke lantai.

Wooseok berlari kecil ke ruang tengah, mengambil kotak P3K dan membawa benda itu ke dalam kamar. Dibukanya kotak berwarna putih itu perlahan, dikeluarkannya obat merah dan kapas dari dalamnya.

"Siniin jarinya, Kin."

Kino menyodorkan jari telunjuknya. Ia menatap lekat-lekat segala yang Wooseok lakukan pada jarinya. Wooseok dengan hati-hati meletakkan kapas yang diolesi obat merah itu ke jari telunjuk Kino.

"Sakit, sayang?" tanyanya memastikan.

Pertanyaan itu dibalas dengan gelengan Kino.

Wooseok kembali melanjutkan "pengobatan dadakan" yang ia lakukan. Cowok itu memasang sedikit plester untuk jari telunjuk Kino.

"Kenapa bisa berdarah gini, sih?" tanya Wooseok seraya membereskan isi kotak P3K-nya. "Kamu ngapain?"

"Digigit kucing," ujar Kino. "Eh, dikunyah lebih tepatnya. Sampai berdarah. Sakit," katanya seraya mengerucutkan bibirnya sebal.

Wooseok mengernyitkan keningnya kebingungan mendengar jawaban Kino. Digigit anak kucing? Nggak salah, tuh? batinnya.

"Tadi bengkak, tuh. Coba jarinya sini, bisa ditekuk?"

Kino mencoba menekukkan jari telunjuknya. Tapi sayang, tak bisa. Yang ada Kino malah merintih kesakitan karenanya.

"Nggak bisa, ya?" tanya Wooseok memastikan. "Lagian, gimana ceritanya sampai bisa digigit— eh, dikunyah kucing?" tanyanya lagi, penasaran.

"Di teras ada kucing keliaran. Terus, aku deketin. Pas dideketin, langsung dikunyah gitu. Makanya aku teriak-teriak tadi. Mana sakit banget, huhu," cerita Kino singkat.

Wooseok mengusak rambut Kino gemas. Cowok itu menyeletuk, "kamunya kali, yang aneh-aneh. Kamu kejar, ya, kucingnya?"

Kino menggeleng kuat-kuat. Menyangkal tuduhan yang ditujukan oleh Wooseok untuknya.

"Ish, bukan aku kok—"

"— kucingnya, tuh, nakal banget. Masa gigit-gigit tangan orang!"

Wooseok ketawa gemas dengar jawaban Kino. "Iya, iya. Terserah Kino aja."

"Bukan Kino yang salah, ya! Kucingnya!"

"Iya sayang, iya."