a/n: ff pertama di fandom ini, salam kenal~
Warrior' High School
Chapter one: Is That Called Love?
Disclaimer: Dynasty Warrior belong to Koei
Warning: OOC, AU High School Style, Pairing beserta hint yang gado-gado, mungkin ada typo.
Don't Like Don't Read
Seorang pemuda berusia tujuh belas tahun berlari terbirit-birit dari apartemennya. Pemuda berwajah ganteng tapi garang tersebut berkali-kali menabrak pejalan kaki dan hampir terperosok selokan. Dari kejauhan, ia melihat bus terakhir yang hendak berangkat. Melihat persentasi keterlambatannya tinggi, dengan segera ia berlari dengan kecepatan cahaya.
Tersenggal-senggal, ia menaiki bis yang (sudah diduga) penuh tersebut. Gan Ning, pemuda yang sudah mengisi dua paragraf narasi ini, membetulkan kemejanya yang sangat berantakan. Saat itulah firasatnya menangkap sesuatu. Sosok pemuda lain, berdiri tidak jauh darinya, terpisahkan bapak-bapak kantoran dan ibu-ibu dengan belanjaan pasar. Bukan, bukan, readers sekalian, mereka tidak saling naksir, ataupun jatuh cinta pada pandangan pertama (mungkin). Pemuda yang sedang menatap penuh kebencian dan kedengkian tersebut adalah Ling Tong, rival abadinya selama tujuh belas tahun, pemuda yang entah kenapa sudah membencinya sejak awal mereka kenalan ("hai, aku Xingba, siapa namamu?"."aku tidak berteman dengan orang bodoh."). Gan Ning memalingkan wajahnya, tidak mau pagi-pagi tersulut emosi.
Dimulai lagi satu hari yang penuh kehebohan.
Gan Ning sprint ke gerbang sekolah, jam pertama dimulai lima belas menit lagi. Ling Tong pun ikut berlari disampingnya ("yang kalah harus merayu Zhang He dari kelas 11-2!"."kaupikir aku takut, landak?!"). Mereka berlari sambil saling berteriak dan mengumpat, sungguh, sangat tidak patut dicontoh. Ketika sudah sampai di tempat tujuan (tembok belakang sekolah, gerbang baru saja ditutup, ternyata si satpam berkhianat dengan menutup gerbang lebih awal), Gan Ning segera melempar tasnya melewati tembok. Dengan ketangkasan sebagai kapten tim sepak bola, ia memanjat tembok tersebut. Disusul Ling Tong dibelakang, ia melempar tas gendongnya mengikuti Gan Ning (sempat 'tidak sengaja' hampir terlempar mengenai kepala Gan Ning, sayang gak kena). Saat mereka sejajar, Gan Ning, yang tinggal loncat, ditarik bajunya hingga ia terjengkang ke belakang, untung tidak jatuh.
Disaat-saat begini ia bersyukur pada reflek supernya.
"Brengsek! Licik kau jerapah!" Gan Ning misuh-misuh gak terima.
Si Tertuduh hanya menoleh dengan wajah inosen. "Apanya?" Tanyanya datar, seolah-olah tidak ada kejadian hampir terjatuh tadi.
"Kau membuatku hampir jatuh!"
"Begitukah? Seingatku tidak ada peraturan yang melarang untuk saling menjatuhkan." Ling Tong memberikan senyum paling menghina yang ia bisa.
"Kau..!" Gan Ning yang sudah habis sabar langsung menarik kerah baju Ling Tong (ya, mereka masih nangkring dengan indahnya diatas tembok belakang sekolah).
Disaat hampir saling memukul, mereka melihat sesuatu. Mungil, kecil, imut, menggeliat-geliat tampak kesusahan.
"BOYAN!?" Teriak mereka kompak, lalu saling memelototi satu sama lain.
"Uh.. Pagi? Ehehe." Lu Xun, si siswa teladan yang kadang disalah-artikan sebagai siswi tersenyum canggung.
"Kamu telat Boyan?"
"Kamu buta, Landak? Sudah jelas dia telat, kalau tidak, mana mungkin dia lewat sini."
"AKU GAK TANYA SAMA KAMU!"
"Uh.. Guys, bisa tolong bantu aku?" Lu Xun mengulurkan kedua tangannya kepada dua orang yang masih bertengkar dihadapannya, omong-omong, mereka berdua sudah turun daritadi.
Gan Ning menangkap tangannya lebih dahulu, posisi mereka saat ini seperti Gan Ning sedang menangkap Lu Xun dalam posisi memeluk. Melihat hal itu, entah mengapa Ling Tong mendadak menjitak kepala Gan Ning dengan keras.
"Sakit tahu!" Gan Ning yang baru saja menurunkan Lu Xun dari pelukannya memprotes keras. Ia memungut tasnya dan tas Lu Xun yang teronggok ditanah. Ling Tong membuang muka dengan ekspresi tsundere. "Ayo Boyan, kita ke kelas."
"Ah iya."
"Um.. Xingba?"
"Ada apa?"
"Ini hanya perasaanku atau memang Gongji kelihatan cemburu?"
Gan Ning mendadak tersandung kakinya sendiri.
"Astaga, kau baik-baik saja?"
"Tidak apa-apa, hanya tersandung tali sepatuku." Alasan, dengan senyum canggung dan garukan kepala.
"Tapi Xingba."
"Y-ya?"
"Kau kan enggak pake sepatu tali." Dengan polosnya, Lu Xun menunjuk sepatu Gan Ning.
Sepanjang hari ini, Gan Ning terus berusaha mengabaikan Ling Tong. Biasanya ia akan marah-marah tiap kali Ling Tong iseng meminjam pulpennya kemudian menghilangkannya, tapi kali ini, ia tidak merespon apapun, bahkan ketika Ling Tong dengan sengaja menampar belakang kepalanya (Gan Ning duduk satu bangku di depan Ling Tong). Ling Tong mengernyit heran, apa karena dijitak tadi pagi? Tapi kan biasanya tidak masalah, biasanya mereka tabok-tabokan bahkan sampai tonjok-tonjokan. Gan Ning tidak pernah bersikap dingin padanya. Ling Tong memutuskan untuk menegurnya, bertanya apa yang salah.
"Xingba."
Gan Ning menoleh tanpa semangat. "Hn."
"Kau, marah padaku?"
Sungguh pemandangan yang luar biasa. Ling Tong, yang biasanya sinis dan penuh hinaan padanya, mendadak bertingkah seperti gadis remaja labil yang sedang minta maaf pada pacarnya.
EH TUNGGU..
Gan Ning segera menggelengkan kepala landaknya dengan cepat.
"Si-siapa yang marah?" Entah mengapa, ia mendadak gugup, lebih tepatnya salah tingkah sih.
"Kau tidak pernah mengacuhkanku sebelumnya." Ling Tong berkata dengan nada kecewa, mengedikkan bahu.
Gan Ning speechless.
"Y-ya sudah kalau begitu." Ling Tong bergegas pergi, namun lengan kekar nan tatoan milik Gan Ning menggenggam tangannya.
"Aku tidak marah, maaf ya sudah bersikap dingin." Gan Ning tersenyum charming. Ia melepaskan tangan Ling Tong dan berlalu keluar kelas.
Kali ini Ling Tong yang speechless.
"Aku merasa seperti sedang melihat sinetron." Lu Xun berdecak dari pojok kelas, lalu kembali melanjutkan tugasnya yang tertunda.
tolong koreksi saya kalau ada kesalahan *bows* see you di chapter depan ^^, kalau lanjut *plak
