My Selfish Desire
Love Live! School Idol Project
WARNING : AU! OOC! Typo(s)! ANEH!
Mohon maaf bila ada keasamaan cerita
Love Live is not mine!
"Aku menyukaimu, Sonoda-kun! Jadilah pacarku!" Ucap seorang gadis tersebut lantang.
"E-Etto…"
"Ayatsuji! Ayatsuji Haruka!" Gadis itu menyebut namanya.
"Emm… Terima kasih Ayatsuji-san. Tapi maaf, aku tidak bisa. Ada seseorang yang aku suka." Jelas laki-laki bersurai biru gelap tersebut.
"Be-Begitu ya…." Gadis tersebut kecewa. "Jika boleh tau siapa orang yang beruntung itu?" Gadis itu kembali bertanya.
"Maaf, aku tidak bisa bilang… Sekali lagi, maaf." Umito membungkukkan badannya.
"Baiklah, maaf sudah menyita waktumu, Sonoda-kun. Sampai jumpa!" Gadis itu berlalu.
Umito hanya melihat gadis itu pergi meninggalkannya. Setelahnya, ia langsung beranjak pergi dari tempat itu untuk kembali pulang.
Entah sudah berapa banyak gadis yang mengungkapkan perasaan terhadapnya. Dan Umito selalu menolak dengan alasan yang sama. Namun, itu memang benar. Umito sudah memiliki orang yang dia suka, Bahkan sejak kecil dia sudah menyukai orang tersebut. Orang yang disukainya tidak lain adalah teman masa kecilnya. Yaitu, Minami Kotori.
Umito berjalan pelan menuju gerbang sekolah. Dilihatnya seorang gadis sedang berdiri bersandar pada sebuah dinding. Umito menghampiri gadis tersebut yang tak lain adalah Kotori.
"Sudah selesai? Jadi, kamu terima?" Tanya Kotori sambil tersenyum.
"Sudah, dan dia aku tolak." Jawab Umito sambil berlalu.
Kotori menyusul dan berjalan disamping Umito. "Lagi? Kenapa gak kamu terima coba?" Kotori keheranan.
"Sudah kubilang, sudah ada gadis yang aku sukai!" Jelas Umito.
"Bukannya kamu bilang gadis yang kamu sukai itu juga sudah punya orang yang disukai? Kenapa kamu gak move on aja, gitu?"
"Aku gak bisa." Ucap Umito pelan.
"Heh? Kenapa? Apakah dia segitu berharganya?" Kotori bertanya kembali.
"Yang lebih penting lagi." Potong Umito. "Kapan kamu mau nembak si Kousaka-san itu?"
Kotori menjadi salah tingkah mendengar marga tersebut. "Kalau itu... Aku belum siap." Jawab Kotori malu-malu.
Umito menghela nafas. "Kalo begitu terus nanti dia bakal direbut oleh orang lain. Kamu ngerti gak, sih?"
"Iya iya, Umito-kun. Aku akan berusaha lagi." Jawab Kotori sambil nyengir.
Umito hanya menghela nafas berat. Dan mereka pun pulang di sambil membicarakan hal-hal yang tidak penting.
Di sekolah, Di saat jam pembelajaran. Kotori hanya memperhatikan sosok Kousaka Kakeru, laki-laki pujaannya itu.
"Hmm… Baiklah, Minami baca bagian selanjutnya!" Perintah Yamada-sensei.
Kotori tidak mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Yamada-sensei. Lantaran, dia sedang sibuk memandangi Kakeru.
Semua mata murid tertuju kepada Kotori.
"Minami!" Seru Yamada-sensei sedikit menaikkan suaranya.
Kotori kaget lalu berdiri. "Ya? Ada apa sensei?"
"'Ada apa?' katamu?" Ucap Yamada-sensei geram. "Sudahlah, jangan kebanyakan ngelamun! Simak pembelajaran dengan baik!."
"B-Baik sensei." Kotori kembali duduk dengan perasaan malu.
Kakeru melihat ke arah Kotori, dan mata mereka pun bertemu. Setelah saling pandang dalam waktu yang singkat, Kakeru tersenyum kepada Kotori. Hal tersebut membuat Kotori terpana dan tentu saja wajahnya merah saat ini. Kotori hanya menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah pada wajahnya.
Sementara Umito, dia sudah terbiasa dengan situasi ini. Melihat gadis yang disukainya memperhatikan laki-laki lain, setiap hari Umito harus menahan rasa sakit pada hatinya. Tapi, Umito tidak bisa melakukan apa-apa. Toh, cinta itu tidak bisa dipaksakan. Karena hal tersebut Umito hanya memilih untuk diam.
Jam istirahat seperti biasa Umito dan Kotori makan bersama di atap sekolah.
"Kau tau, Umito-kun. Disaat aku dimarahi Yamada-sensei tadi, Aku dan Kousaka-kun saling pandang, lhoo." Ucap Kotori girang.
"Terus? Ada dengan itu?"
"D-Dia tersenyum padaku. Dan senyumannya manis sekali!" Jawab Kotori sambil memegang kedua pipinya. "Ahh…. Aku ingin melihat senyuman itu lagi~" Harap gadis bersurai abu-abu tersebut sambil senyum-senyum sendiri.
"Oh, Bagus dong kalo begitu. Berarti kamu punya kesempatan." Jelas Umito. "Kalau udah begini, ajak pulang bareng aja dia!" Saran Umito sambil meminum Jusnya.
"Eeeh? Itu terlalu mendadak tau!" Seru gadis burung tersebut malu-malu.
"Kamu ini ya, ngajak pulang bareng aja gak bisa apalagi mau nembak." Ucap Umito sambil berdiri. "Oh iya, hari ini aku ada kegiatan di klub Kyuudo. Jadi, hari ini kamu pulang sendiri, oke?"
"Hmm, baiklah. Kalau begitu ayo kembali ke kelas!" Ajak Kotori.
"Mm-Hmm." Umito menganggukkan kepalanya.
Pada saat waktu pulang cuaca yang cerah tiba-tiba berubah menjadi hujan. Dan Kotori masih berada di sekolah.
"Kenapa harus hujan, sih? Mana gak bawa payung lagi." Keluh Kotori.
Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri Kotori.
"Minami -san, gak bawa payung?" Tanya Kakeru.
Kotori kaget karena laki-laki yang disukainya tiba-tiba mengajak bicara. "K-K-K-Kousaka-kun?! Emm… I-Iya." Jawab Kotori dengan wajah yang memerah.
Kakeru heran dengan tingkah Kotori. "Kenapa, Minami-san? Wajahmu merah. Kamu demam?" Kakeru menyentuh kening Kotori.
Kotori kaget bukan main. Dengan reflek dia sedikit menjauh dari Kakeru.
"M-Maaf, tiba-tiba menyentuhmu." Ucap Kakeru.
"Ti-Tidak apa-apa." 'Ya ampun dia mengkhawatirkanku?' Batin Kotori.
Kakeru membuka payungnya. "Mau aku antar?" Tawar Kakeru.
"T-Tidak usah! Takut merepotkan." Seru Kotori.
"Sama sekali gak ngerepotin, kok. Lagian, rumah kita searah, kan?" Jelas Kakeru sambil tersenyum.
Senyuman tersebut sukses membuat Kotori kesengsem. "B-Baiklah." Terima Kotori sambil mendekat kepada Kakeru.
Umito tiba-tiba datang
"Koto—" Belum sempat selesai berbicara dia sudah melihat Kotori dan Kakeru berdiri berdampingan.
Kotori menoleh. "Umito-kun? Ada apa?"
Umito menyembunyikan payung yang dibawanya kebelakang badannya. "T-Tidak ada apa-apa." Umito menggelengkan kepalanya. "Kamu mau pulang bersama dengannya?"
"Unn..." Kotori mengangguk.
"Begitu, ya? Kousaka pastikan kau mengantarnya, ya?" Pinta Umito.
"Tentu!" Jawab Kakeru.
"Baiklah, aku harus kembali. Hati-hati!" Umito bergegas kembali dengan perasaannya yang sedikit kecewa.
Di bawah hujan yang lumayan deras. Kotori dan Kakeru berjalan bersama dengan 1 payung yang melindungi mereka. Payung itu terlalu kecil untuk mereka berdua. Oleh karena itu, mereka harus berdempetan. Dan situasi tersebut merupakan momen paling berharga bagi Kotori. Karena dia bisa pulang bersama bahkan berbagi payung dengan laki-laki pujannya itu.
"Minami-san? Kamu dan Sonoda-kun itu pacaran?" Tanya Kakeru memulai percakapan.
"Bukan, bukan!" Bantah Kotori.
"Eh? Tapi kalian kelihatan akrab. Kalian berangkat bersama, makan bersama dan juga pulang bersama." Kata Kakeru.
"Kami akrab karena kami itu sudah berteman sejak kecil." Jelas Kotori.
"Oh, begitu ya?" Maaf maaf aku salah sangka." Kakeru tertawa kecil.
"K-Kousaka-kun sendiri apa gak akan ada yang marah karena pulang bersamaku?" Tanya Kotori sambil menundukkan kepalanya.
"Maksudmu?"
"M-Maksudku, apa gak apa-apa kamu pulang bersamaku? Apa pacarmu gak marah?" Jelas Kotori dengan wajah sedikit memerah.
Kakeru tertawa mendengar pertanyaan Kotori. "Hahaha… Minami-san, mana mungkin aku memiliki pacar. Kau tau, aku ini bodoh, ceroboh, tidak bisa di andalkan. Aku tidak memiliki kelebihan apapun." Jelas Kakeru.
"Tidak!" Bantah Kotori. "Kousaka-san itu baik dan terlebih kamu itu tampan." Jelas Kotori dengan nada suara yang agak tinggi.
Kakeru kaget mendengar ucapan Kotori. "Eh? Terima kasih, Minami-san." Ucap Kakeru dengan wajah yang sedikit merah.
'Ya ampun apa coba yang kukatan barusan, itu memalukan." Batin Kotori.
Mereka berdua berjalan dan membicarakan banyak hal. Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Kotori.
"Kousaka-kun mau mampir dulu sebentar?" Tawar Kotori.
"Tidak usah. Hari ini aku dapat giliran jaga di toko di rumah." Kata Kakeru.
"Begitu, ya? Ngomong-ngomong, terima kasih sudah mengantarku, ya." Kotori tersenyum.
"Unn… sama-sama." Jawab Kakeru tersenyum. "Kalau begitu, sampai jumpa!" Kakeru pun pergi sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati!" Seru Kotori sambil melambaikan tangannya.
Sementara itu di kediaman Sonoda. Umito hanya berbaring di dalam kamarnya sambil melihat dua lembar tiket masuk ke taman bermain. Tak lama kedua orang tua Umito masuk ke dalam kamarnya.
Umito bangkit dari tidurnya. "Ayah? Ibu? Ada apa?" Tanya Umito.
"Minggu ini kita akan pindah rumah, Umito." Jawab ayah Umito.
"Eh? Kenapa mendadak begini?" Umito keheranan.
"Ini perintah dari nenekmu. Kita akan tinggal di rumah keluarga kita yang berada di Aomori. Semua keluarga Sonoda mulai sekarang akan tinggal di sana."
"Tapi, Ayah, tidak bisakah kita pindah saat aku sudah lulus?" Pinta Umito.
"Tidak bisa, nak. Ayah sudah berbicara pada nenekmu, tapi beliau bilang ingin menghabiskan masa tuanya bersama anak-anak dan cucu-cunya." Jelas ayah Umito.
Merasa tidak bisa melawan perintah keluarganya Umito pun menurut. "Baiklah."
"Kalau begitu, siapkan segera barang-barangmu!" Perintah Ayahnya.
"Umito, jangan lupa untuk bilang pada teman-temanmu terutama pada Kotori-chan." Kata Ibunya.
"Baiklah." Jawab Umito.
Kedua orang tua Umito pun beranjak keluar dari kamar Umito. Umito mendadak lemas dan membaringkan badannya di kasur
'Hanya tinggal 2 hari lagi, ya?' Batin Umito.
Seperti biasa pada saat istirahat Umito dan Kotori makan bersama di atap sekolah.
"Hey, Umito-kun? Kuperhatikan dari pagi kamu melamun terus, ada apa? Kamu sakit? Tanya Kotori sambil memegang kening Umito.
Umito kaget. "A-Aku sehat! Daripada mengkhawatirkanku, kenapa kamu gak mengkhawatirkan Kousaka-san saja? Kudengar ada gadis kelas sebelah yang akan menembaknya dalam waktu dekat." Umito memprovokasi.
Seketika Kotori bangkit karena shock. "Eeeeehhhh? Yang benar? Siapa dia? Apa yang harus kulakukan?" Kotori bingung serta panic.
"'Yang harus kamu lakukan?' Ya tembak, lah." Saran Umito.
"Hatiku belum siap tau!" Seru Kotori.
"Daripada dia direbut orang lain."
"T-Tapi, kan…"
"Udahlah…" Umito merogok saku blazernya. "Nih, aku punya 2 tiket ke taman bermain di hari minggu. Lebih baik kamu ajak dia terus tembak dia di sana!" Perintah Umito.
"Umito-kun, kamu dapat tiket itu darimana?" Tanya Kotori.
"Itu gak penting tau. Yang lebih penting lagi kamu harus ajak dia terus tembak dia!" Perintah Umito.
"I-Iya, sih. T-Tapi-"
"Kotori…." Umito menatap Kotori tajam.
"B-Baiklah. Aku aka mengajaknya dan mengungkapkan perasaanku padanya." Kotori menyerah.
"Bagus! Berjuanglah aku akan mendukungmu." Umito tersenyum. "Kalau begitu ayo kembali ke kelas dan ajak Kousaka untuk hari minggu."
"Unn…"
Ketika Umito dan Kotori sedang berjalan di koridor sekolah. Tiba-tiba mereka dihentikan oleh teriakan seseorang.
"Sonoda! Tunggu!" Teriak seorang gadis sedang berlari menghampiri Umito dan Kotori.
Umito dan Kotori pun berhenti dan meoleh ke arah suara tersebut. Dilihatnya seorang gadis yang lumayan tinggi dengan rambut berwarna pirang. Dia adalah sang ketua OSIS yaitu, Ayase Eri.
"Ano… Ayase-senpai? Ada perlu apa?" Tanya Umito.
Eri mengatur nafasnya, kemudian dia mulai berbicara. "Dengar, Sonoda!" Eri menarik nafas dalam-dalam kemudian. "Aku menyukaimu, jadilah pacarku!" Ujar Eri dengan lantang tanpa ada keraguan dalam matanya.
Umito tentu saja kaget. Siapa sangka dia akan ditembak oleh ketua OSIS. Dan berhubug mereka sedang berada di koridor sekolah dan pada saat jam istirahat, suasana di sana mendadak ramai, Umito dan Eri pun menjadi pusat perhatian.
"Heyy, Ayase-san nembak Sonoda-kun, tuh." Ujar seorang gadis.
"Wah, wah. Mereka bakal jadi pasangan hebat."
"Kau benar, Ayase-san itu pintar dan cantik dan juga Sonoda -kun juga pintar dan tampan. Mereka akan menjadi pasangan yang sempurna!."
"Wow, kau hebat, Umito-kun." Bisik Kotori kagum.
"Jadi, bagaimana jawabanmu?" Eri mendesak.
"Umm… Terima kasih. Tapi, maaf aku tidak bisa." Jawab Umito.
Suasa menjadi heboh karena Umito baru saja menolak Eri sang idola sekolah yang dikagum-kagumi oleh siswa-siswi SMA Otonokizaka.
Eri kaget bukan main. "Be-Begitu, ya? Jadi kamu memang benar berpacaran dengan Minami-san." Eri berbicara pelan.
"Eh? T-Tidak kami tidak pacaran! Aku hanya teman kecil Umito-kun." Jelas Kotori.
Umito hanya menunduk mendengar perkataan Kotori tersebut.
"Eh? Begitukah? Jadi bisa kamu berikan alasan kenapa kamu menolakku, Sonoda?" Eri meminta penjelasan.
"S-Sudah ada orang aku suka." Jelas Umito. "Jadi maaf, Ayase-senpai. Aku tidak bisa membalas perasaanmu." Umito membungkukkan badannya.
"Tidak apa-apa. Aku tidak memaksa. Aku hanya mengungkapkan perasaanku agar tidak menyesal di kemudian hari. Terima kasih, Sonoda. Kalau begitu aku pergi." Eri pun kemudian berlalu.
Dan siswa-siswi yang melihat kejadian tersebut pun membubarkan diri.
Umito pun kembali berjalan.
"Umito-kun! Kamu ini kenapa malah nolak Ayase-senpai?" Kotori heran bukan main.
"Sudah kubilang berkali-kali aku sudah memiliki orang yang aku suka!" Ucap Umito dengan suara yang sedikit tinggi.
"Tapi, gadis yang kamu sukai itu kan sudah memiliki orang yang disukai! Kenapa kamu masih bertahan dengan perasaanmu itu?!" Kotori sedikit membentak.
"BERISIK!" Teriak Umito. "Mengubah perasaan itu tidak semudah membalikan telapak tangan! Perasaan bukanlah sesuatu yang dapat dipermainkan!" Umito membentak Kotori.
Kotori kaget karena baru kali ini dia melihat Umito marah. "M-Maaf, Umito-kun." Ucap Kotori pelan.
Umito memegangi kepalanya. "M-Maaf, Kotori. Aku malah jadi membentakmu. Aku tidak bisa menahan emosiku."
"Tidak. Seharusnya aku yang minta maaf, karena aku telah berbicara yang tidak-tidak." Ucap Kotori.
"Lupakan itu. Lebih baik sekarang kamu temui Kousaka!" Perintah Umito.
"Tapi, kamu-"
"Sudah jangan pikirkan aku! Aku ingin ketoilet sebentar, kamu duluan saja!" Jelas Umito.
"B-Baiklah." Kotori pun pergi ke kelasnya.
Sedangkan Umito kembali ke atap sekolah untuk menenangkan pikirannya.
Kotori celingukan di kelas mencari laki-laki bermarga Kousaka. Setelah menemukannya, segera dia menghampirinya.
"Kousaka-kun, bisa ikut aku sebentar?" Tanya Kotori.
"Baiklah"
Kotori mengajak Kakeru ke bawah tangga.
"Umm… Kousaka-kun, hari minggu kamu gak ada jadwal, 'kan?"
"Tidak, memangnya ada apa?" Kakeru menaikkan sebelah alisnya.
Kotori mengeluarkan tiket taman bermain. "Aku ingin pergi bersamamu hari minggu." Kotori menyodorkan satu tiketnya kepada Kakeru.
"Baiklah, kalau begitu hari minggu jam 10 aku akan menunggumu di depan taman bermain, ya?" Kakeru mengambil tiket tersebut.
"Benarkah?" Mata Kotori berbinar-binar.
"Unn… Kalau begitu sampai jumpa hari minggu nanti." Kakeru pun kembali ke kelasnya.
Malam minggu, malam sebelum hari kencan Kotori dan pindahan Umito. Kotori sangat bahagia sampai-sampai kamarnya berantakan oleh baju-bajunya yang berserakan. Kelihatannya dia bingung akan memakai baju yang mana pada saat kencan besok. Sementara Umito, dia hanya termenung dalam duduknya sambil melihat bulan yang bersinar terang. Umito pun pergi menuju meja belajarnya dan menulis sebuah surat untuk Kotori.
Hari minggu pukul 10 di depan gerbang taman bermain.
Kotori berlari menghampiri Kakeru. "Maaf, nunggu lama ya?" Kotori terengah-engah.
"Aku juga baru sampai. Kalau begitu ayo masuk!" Ajak Kakeru.
"Baik!"
Mereka berdua pun memasuki taman bermain.
Sementara di kediaman Sonoda.
"Ayah, aku akan pergi dulu sebentar."
"Mau kemana?" Tanya Ayahnya. "Sebentar lagi kita akan berangkat."
"30 menit saja. Aku akan segera kembali." Mohon Umito.
"Baiklah, jangan lama-lama."
"Siap, dimengerti!"
Umito pun pergi menuju ke kediaman Minami. Sesampainya di sana.
"Umito-kun… bukannya kamu pindahan hari ini?" Tanya ibu Kotori.
"Iya, tante. Karena itu aku ingin mengambil buku yang di pinjam Kotori."
"Oh, begitu ya? Masuk saja. Tante sedang memasak."
"Baiklah, kalau begitu permisi."
Umito pun memasuki kamar Kotori. Tentang untuk mengambil buku itu bohong. Umito hanya ingin menaruh surat yang dibuat semalam. Setelah menaruh surat itu di meja belajar Kotori dia bergegas keluar kamar dan menemui ibu Kotori untuk pamitan.
"Tante, terima kasih. Kalau begitu aku pamit."
"Oh, iya. Hati-hati di jalan, nak! Salam untuk keluarga-mu!"
"Baik, tante." Umito bergegas kembali ke kediamannya untuk segera pergi ke Aomori.
Kotori dan Kakeru bersenang-senang bersama di taman bermain. Mereka menaiki Roller Coaster, memasuki rumah hantu, dan lain-lain. Mereka tampak senang senyuman tak luput dari wajah mereka berdua.
Tak terasa hari sudah gelap dan menunjukkan pukul delapan malam. Sebelum mengakhiri kencan hari ini Kotori mengajak Kakeru untuk menaiki bianglala. Maksud Kotori mengajak Kakeru menaiki bianglala ialah, untuk mengungkapkan perasaannya.
Mereka duduk berhadapan dan entah apa yang terjadi tiba-tiba bianglala tersebut berhenti tepat saat Kotori dan Kakeru berada di paling atas. Kakeru takjub melihat pemandangan sekitar. Sementara Kotori dia sedang mempersiapkan diri.
"Ano… Kousaka-san?" Kotori memulai pembicaraan yang cukup serius.
"Hmm… Ada Apa?" Respon Kakeru sambil terus melihat pemandangan.
"Aku menyukaimu!"
"Eh?" Kakeru kaget sambil menoleh kearah Kotori.
"Aku menyukaimu! Jadilah pacarku!." Kotori memperjelas.
Bianglala tersebut kembali berjalan setelah Kotori mengungkapkan perasaannya tersebut.
"Maaf… Minami-san, aku tidak memiliki perasaan seperti itu padamu." Jawab Kakeru.
Kotori kaget. "Kenapa? Kamu punya orang yang disuka? Atau ada yang kurang denganku?" Tanya Kotori bertubi-tubi.
"Bukan seperti itu, aku hanya memang tidak memiliki perasaan special padamu. Aku hanya menganggapmu teman, tidak lebih." Jelas Kotori.
Penjelasan Kotori hanya membuat hati Kotori semakin sakit dan Kotori hanya bisa menangis.
Kakeru kemudian mengusap-usap kepala Kotori. "Maaf, ya." Kakeru meminta maaf. 'Jangan bilang kalau dia tidak menyadari perasaan Sonoda-kun padanya.' Batin Kakeru.
"Unn… tidak apa-apa." Jawab Kotori sesenggukan sambil menyeka air matanya.
Mereka berdua pun turun dari bianglala tersebut dan bermaksud untuk mengakhiri kencan yang berakhir buruk bagi Kotori.
Kakeru mengantar Kotori pulang. Selagi di perjalanan tatapan Kotori kosong dia hanya diam tanpa bicara sepatah kata apapun.
Sesampainya di kediaman Minami.
"Terima kasih, Kousaka -kun." Kata Kotori pelan.
"Sama-sama. Sekali lagi maaf Kotori." Sekali lagi Kakeru meminta maaf.
"Tidak apa-apa. Hati-hati di jalan!"
"Sampai jumpa!" Kakeru pun berlau.
Kotori masuk kedalam rumahnya dengan lemas dan tidak bersemangat.
"Oh, selamat datang, sayang. Sudah makan?" Tanya ibu Kotori yang sedang menonton televisi.
"Unn… Aku pulang. Sudah, Ma." Jawab Kotori.
"Kalau begitu istirahatlah."
"Baik."
Kotori masuk ke dalam kamarnya dan membanting badannya ke kasur. Dia pun merogoh saku celananya untuk mengampil ponselnya. Dia bermaksud untuk menghubungi Umito. Namun, nomor Umito tidak aktif.
Kotori pun berdiri dengan lemas untuk mengganti bajunya. Setelah dia berdiri, dia melihat sebuah surat di meja belajarnya. Ia pun mengambil surat tersebut.
'Untuk Kotori Dari Umito.' Begitulah tulisannya.
Kotori membaca surat itu.
'Hai, Kotori. Kalau kamu udah baca surat ini mungkin kamu sudah resmi berpacaran dengan Kousaka dan aku juga sudah berada di Aomori. Maaf karena aku tidak memberitahumu. Sebenarnya, hari ini keluarga Sonoda akan pindah ke Aomori. Tempat Ibu dari Ayahku tinggal. Karena aku tidak ingin merusak suasana hatimu yang sedang bergembira karena ingin mengungkapkan perasaan pada Kakeru. Kotori, kita mungkin tidak akan bertemu lagi. Karena, kamu sudah memiliki Kousaka, dan kamu mungkin tidak membutuhkanku. Tapi , izinkan aku mengatakannya. Mungkin kamu akan memanggilku pengecut karena mengatakannya pada surat ini. Tapi, aku tidal peduli akan hal itu. Kotori, sebenarnya orang yang aku sukai itu adalah kamu. Bahkan, aku sudah menyukaimu sejak kita masuk SMP atau bahkan sebelum itu. Sebenarnya, aku berniat untuk mengungkapkan perasaanku padamu pada saat penerimaan SMA. Namun, kamu bilang kalau kamu menyukai Kousaka Kakeru. Karena hal tersebut aku menahan perasaanku ini. Biarkanlah aku yang menyimpan perasaan sepihak ini. Karena melihatmu bahagia itu sudah cukup bagiku. Aku mempunyai keinginan. Yaitu, kuharap aku bisa bersamamu untuk selamanya. Berpacaran, lulus SMA bersama, masuk ke Perguruan Tinggi yang sama, bahkan menikah dan memiliki keluarga yang bahagia bersamamu. Namun, itu hanya keinginan egoisku. Aku tidak bisa memaksakan perasaanmu padamu. Maaf Kotori-'
Belum sempat membaca habis pesan tersebut Kotori menangis sejadi-jadinya. Dia pergi keluar dan segera menghampiri ibunya.
"Mama!" Teriak Kotori dengan air mata yang mengalir deras.
"Ada apa, sayang?" Kenapa kamu menangis?" Tanya ibunya lalu memeluk anak semata wayangnya tersebut.
"Mama tau kalau keluarga Umito -kun akan pindah?" Tanya Kotori.
"Iya, mama tau." Jawab Ibunya.
"Kenapa mama tidak memberitahuku?!"
"Eh? Kamu tidak tau? Mama pikir kamu sudah diberitahu oleh Umito-kun."
Kotori pergi berlari menuju pintu depan rumahnya.
"Sayang, kamu mau kemana?" Tanya ibunya.
Kotori memakai kembali sepatunya. "Aku akan memastikannya!"
Kotori pergi berlari menuju kediaman Sonoda. Sesampainya di sana dia melihat papan nama pada depan rumah bergaya Tradisional Jepang tersebut. Di sana masih terdapat tulisan 'Sonoda'. Kotori memencet bel beberapa kali namun tidak ada respon. Namun tiba-tiba seorang wanita berusia sekitaran 30 tahun keluar dari rumah di tersebut.
"Ada yang bisa di bantu?" Tanya Ibu-ibu tersebut.
"Umito-kunnya Ada?" Tanya Kotori.
"Oh, den Umito bersama ayah dan ibunya sudah meninggalkan rumah ini tadi pagi. Mereka tinggal di Aomori bersama nyonya besar." Jelas ibu-ibu tersebut.
"Kapan dia akan kembali?" Kotori kembali bertanya.
"Mungkin mereka tidak akan kembali untuk beberapa tahun kedepan. Karena, nyonya besar bilang mereka ingin menghabiskan masa tuanya bersama anak-anak serta cucu-cucunya."
"Begitu, ya? Terima kasih. Kalau begitu saya permisi." Pamit Kotori.
"Iya, sama-sama, non." Ibu-Ibu itu pun kembali masuk ke dalam rumah tersebut.
Kotori yang mendapat penjelasan dari ibu-ibu tadi hanya bisa berjalan sempoyongan.
Dia berhenti dipersimpangan jalan. Kemudian, dia kembali membaca surat dari Umito-kun.
'Maaf, Kotori. Tapi, yang jelas apapun yang terjadi dan siapapun yang kamu sukai. Aku akan tetap menyukaimu dan mencintaimu! Kuharap kita akan bertemu lagi. Semoga kamu bahagia bersama Kousaka. Temanmu, Sonoda Umito.'
"Umito-kun…." Ucap Kotori lirih sambil menangis tanpa suara.
~fin~
Akhirnya... Selesai juga ff ke-2 ane. Maaf kalo kepanjangan. diharapkan ff ini menghibur para pembaca sekalian
Mohon di maafkan bila ada Typo yang bertebaran dan maaf bila tulisan masih berantakan. *Masih belajar.
Xenotopia7
