Annyeong, Oppa!
tiaracrystal PRESENT
Cast:
. Oh Sehun
. Xi Luhan (GS)
. Do Kyungsoo (GS)
. Kim Jongin
. Lee Donghae
. Im Yoona
Rated T
Genre: Hurt, Drama
Warning : Genderswitch, typos absurd,Penyusunan kata yang tidak sesuai dengan EYD,Cerita murni dari pikiran si penulis
.
.
.
.
TOK! TOK!
Ny. Lee Yoona mengetuk pintu kamar gadis kecilnya, Rusa kecil nan mungil itu memang mempunyai masalah dengan bangun paginya. Ia tidak bisa bangun atas dasar kesadarannya sendiri, oleh karena itu Yoona setiap pagi sudah menjadi rutinitasnya membangunkan gadis kecilnya sebelum ia berangkat ke kantor.
Yoona tak juga mendapatkan respon dari dalam kamar anak gadisnya, akhirnya ia memutuskan untuk langsung masuk saja ke dalam kamar minimalis yang bernuasa putih dan biru muda itu.
CEKLEK!
Yoona memutar kenop pintu kamar Rusa kecilnya. Benar saja ia mendapati sang Rusa masih bergumul diatas kasur menenggelamkan tubuhnya didalam selimut tebal.
Ia tersenyum karena mendengar dengkuran halus yang berasal dari gundukan yang ada di atas ranjang. Yoona duduk di tepi ranjang yang berukuran 'Single' milik puterinya.
"Chagiyaaa~" Yoona menggerakan gundukan itu pelan.
Tak juga terlihat adanya reaksi, akhirnya wanita berusia 35 tahun itu menarik selimut hingga kini nampak wajah sang Rusa nan cantik tengah terlelap dengan mulut sedikit terbuka. Rusa itu cantik karena mempunyai hidung yang bangir persis diturunkan oleh Yoona padanya.
Pemandangan indah ini adalah penghibur hati Yoona saat ia harus lelah akibat kesibukannya di kantor sebagai seorang akuntan. Rasanya semua hilang saat ia bisa melihat sang anak yang ia lahirkan 13 tahun lalu.
"Hanie~ Ireonaaa!" Lagi lagi Yoona mencoba untuk membuat anaknya bangun.
Akhirnya Luhan, lebih tepatnya Lee Luhan memberikan pergerakan kecil yang mengartikan bahwa kini ia akan terjaga dari tidurnya.
Mata indah itu terbuka secara perlahan dan mengerjap-ngerjap lucu akibat silau. Ia melihat sang eomma seperti biasa tengah duduk menyambut paginya dengan senyuman.
"Eommaaa." Sapa Luhan dengan suara paraunya.
"Selamat pagi chagiya, bagaimana tidurmu?"
"Seperti biasa, aku bermimpi kita makan es krim bersama."
Yoona mengelus dengan sayang sang anak yang kini tengah menggeliat merenggangkan urat-urat yang kaku selama tidurnya.
"Jinja? Kali ini es krim rasa apa yang kau makan?" Tanya yoona memasang wajah seolah-olah penasaran.
"Hmm, strawberry dengan taburan kacang dan lelehan cokelat diatasnya. Slurrrppp!" Luhan menerawang jauh pikirannya mencoba mengingat mimpi yang terjadi semalam.
"Baiklah, mimpimu akan segera menjadi kenyataan." Sahut Yoona sambil beranjak dari duduknya.
"Apakah kita akan pergi bersama? Bahkan dengan appa?" Tanya Luhan antusias sambil mengganti posisinya menjadi duduk.
Mendengar itu Yoona terpaku, rasanya ia sudah kehabisan alasan untuk membuat Luhan mengerti bahwa kedua orang tuanya adalah orang sibuk yang tidak mempunyai banyak waktu luang bahkan untuk sekedar makan es krim bersama.
Yoona tak tega melihat tatapan nanar penuh berharap itu, tapi sekali lagi ia merasa gagal menjadi seorang ibu. Karirnya telah membuat ia tak berdaya untuk membuat sebuah keputusan sekalipun itu adalah keputusan kecil.
Luhan selalu saja dibuat mengerti oleh ekspresi sang eomma yang mengisyaratkan sebuah penyesalan. Ia hanya bisa tersenyum sebagai wujud dari pengertiannya.
"Ini.." Yoona meletakan uang jajan Luhan diatas meja belajarnya. "Eomma akan memberikan uang jajan tambahan sebagai permohonan maaf eomma karena tidak bisa menemanimu. Ajak saja kyungsoo ia pasti akan senang jika kau mentraktirnya." Tambah Yoona.
Luhan hanya memasang wajah datar, itu sudah kalimat kesekian kali yang terlontar dari mulut Eommanya. Batin Luhan.
"Baiklah, cepat bersiap karena kau akan berangkat sekolah. Eomma dan Appa pergi dulu, sampai bertemu nanti malam ya Hanie." Yoona mengecup pucuk kepala Luhan dan segera pergi meninggalkan Luhan sendiri.
Yoona turun dari lantai dua dan menghampiri sang suami yang sudah menunggunya di ambang pintu keluar, karena mereka harus segera berangkat bekerja.
Ia lihat sang suami yang saat itu lengkap dengan pakaian dinasnya yaitu anggota kepolisian tengah resah karena sang istri pagi ini sedikit terlambat.
"Mianhee baby.." Ucap Yoona membetulkan kerah Lee Donghae yang dianggapnya tidak sesuai dengan lipatannya.
"Bagaimana dia? Apa kali ini banyak pertanyaan yang terlontar dari mulutnya?" Tanya Donghae
"Ani, ia hanya memberi ku sebuah kode saja."
"Hmm kode?" Donghae mengernyitkan dahi.
"Ne.. Ia ingin kita pergi bersama untuk makan es krim. Apa kau sudah lupa? Kapan terakhir kita pergi makan es krim?"
Donghae mencoba untuk mengingatnya, tapi sayangnya memori yang ada di otak Donghae sudah terlalu penuh hingga ia akhirnya melupakan moment tersebut.
"4 bulan yang lalu." Ujar Yoona tanpa mau menunggu lama jawaban dari sang suami.
"Sssshhhh.." Donghae mendesis karena menurutnya 4 bulan adalah waktu yang cukup lama dan cukup ironis menurutnya.
"Gwaenchana baby, sebentar lagi ulang tahunnya. Ku harap kau hmm bukan tapi kita, ya kita bisa menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu dengannya."
"Siap kapten!" Ujar Donghae dengan aksen polisinya. Yoona hanya tersenyum kemudian mereka pun pergi.
.
.
.
"Hanieee~"
Luhan yang tengah bermalas-malasan di jam istirahatnya tiba-tiba dikejutkan oleh gadis mungil bermata bulat yang tak lain adalah Do kyungsoo.
Do kyungsoo adalah teman baru Luhan selama 6 bulan belakangan ini, mereka di pertemukan saat Luhan masuk ke sekolah tingkat pertama, dan kebetulan Do kyungsoo duduk bersama dengan Luhan.
"Melamun saja! Apa yang kau lamunkan, Lu?" Tanya Kyungsoo yang baru saja dari perpustakaan.
"Ani kyung, aku hanya sedang merasa bosan." Jawab Luhan dengan tatapan sendu, meletakkan kepalanya di atas meja.
"Apa karena Appa dan Eomma mu lagi?"
Luhan melirik sebentar ke arah Kyungsoo yang kini ikut-ikutan meletakkan kepalanya diatas meja agar bisa saling bertatapan dengan Luhan.
"Ku pikir kau sudah tau itu." Jawabnya datar
"Hmm baiklah, kalau begitu aku siap menjadi temanmu untuk menemani mu menghabiskan es krim."
Kyungsoo tahu betul bagaimana cara Luhan mentralisir segala emosinya, hanya dengan satu cara mengajaknya makan es krim di kedai es krim langganan mereka. Disana banyak terdapat es krim dengan berbagai macam rasa dan 'Topping'nya.
Mendengar itu Luhan sedikit merasa terhibur, karena sebagai anak yang mempunyai sifat introvert luhan menjadi jarang bergaul dengan teman-teman sebayanya. Hanya Kyungsoo saat ini orang yang bisa ia percaya dan ia andalkan disaat ia merasa kecewa dengan orang tuanya.
.
.
.
"Ahh siang ini begitu panas, rasanya tak sabar menunggu musim dingin datang." Ujar Yeoja kecil bermata bulat itu menyeka setiap keringat yang jatuh dari pelipisnya.
Kaki-kaki mungil itu berjalan seolah tak kenal lelah dibawah teriknya matahari. Keringat dan bau asam akibat sengitan matahari tak membuat mereka menyerah sebelum mereka sampai ke tempat tujuannya, Kedai es krim.
Namun sayang, kini Semangatnya menghilang saat keduanya mendapati Kedai tersebut kini telah tutup dan pindah ke suatu tempat yang lumayan jauh dari Seoul yaitu Busan.
"Bagaimana ini? Apa kita cari tempat lain saja?" Tanya kyungsoo.
"..." Luhan kembali murung karena saat ini tempatnya menetralisirkan segala keluh kesahnya telah tutup dan mungkin ia tidak akan bisa menikmati es krim yang lezat itu lagi.
"Masih banyak tempat yang..."
"Kita pulang saja,kyung. Lagipula aku sudah lelah." Potong Luhan lirih, ia menundukkan kakinya menendang-nendang batu yang ada dijalanan.
Kyungsoo benar-benar merasa bahwa Luhan sedang sedih, tapi sebagai teman sebaya yang juga tak berdaya ia pun tak bisa berbuat banyak. Kyungsoo yang tertinggal di belakang hanya bisa memandang iba pada temannya yang kesepian itu.
"Andai aku terlahir sebagai eonnie mu, aku akan selalu membahagiakanmu, Lu." Batin Kyungsoo.
.
.
.
Keduanya kini berpisah disebuah perempatan jalan, Kyungsoo mengambil jalannya ke kanan sementara Luhan ke arah kiri.
"Sampai bertemu besok ya Lu. Ku mohon tersenyumlah, besok aku akan membawakanmu eskrim. Aku akan meminta pada eomma ku membuatkannya untukmu." Teriak kyungsoo sambil melambaikan tangannya dan hanya dibalas senyuman oleh Luhan.
Entah apa yang membuat Luhan tampak murung hari ini, padahal jika diingat-ingat ini bukanlah pertama kali Appa dan Eommanya tak ada waktu untuknya.
Ia terus berjalan tanpa memikirkan keadaan sekitar. Sampai akhirnya sekitar 50 meter dari perempatan itu terdapat sebuah taman yang saat itu tidak terlalu ramai. Hatinya menginginkan untuk berhenti dan duduk sebentar karena tak dipungkiri kakinya lumayan terasa pegal karena jarak dari sekolahnya sampai kedai eskrim itu lumayan jauh.
Ya, Luhan kini tengah duduk seorang diri di taman. Beberapa pengunjung lainnya mayoritas adalah murid SMA yang datang bersama kekasihnya. Luhan tak mempedulikan itu, karena menurutnya mempunyai kekasih belum menjadi prioritasnya. Untuk gadis kelas 1 SMP ia masih terlalu kecil untuk berpacaran.
"Chagiya, aku mau eskrim!" Ujar seorang gadis anak SMU pada namjachingunya.
Luhan mendengar kata Eskrim langsung menoleh ke arah gadis itu dan mengikuti kemana arah telunjuk sang gadis tersebut. Ia melirik ke arah Es Krim keliling yang baru saja tiba di Taman itu.
Es krim keliling dengan menggunakan gerobak berwarna kuning cerah yang disambungkan dengan sebuah sepeda. Ia berpindah-pindah namun setiap pukul 1 siang hingga jam 3 sore ia akan berhenti ditaman tersebut.
Beberapa pengunjung berburu ke arah gerobak eskrim rasa Pisang susu itu. Timbul rasa penasaran dalam hati Luhan, sepertinya rasanya enak. Ujar Luhan.
Ia beranjak dari duduknya, dan menghampiri kerumunan tersebut.
"Aku satu yaaa.."
"Aku beli 3..."
"Aku duluuuu.."
Semua berteriak berebut untuk dilayani lebih dulu.
Sampailah Luhan di belakang kerumunan itu, ia menghentikan langkahnya mencoba untuk mengantri saja karena sungguh tak ada celah untuk tubuh kecilnya bisa menyelinap.
Lumayan lama ia menunggu, hingga akhirnya satu persatu para peminat itu pergi meninggalkan 'stand' eskrim itu.
Ia melihat seorang Namja yang bisa ia prediksi usianya sekitar 20-23 tahun itu. Namja tampan dengan mengenakan kemeja berwarna putih dan sebuah celemek berwarna kuning. Poni Namja itu sengaja dijepit menggunakan jepitan hingga terlihat dahinya, sungguh tampan dan menggemaskan.
"Annyeonghaseo adik kecil." Sapa sang Namja itu dengan senyum seramah mungkin. Luhan hanya membalas dengan anggukan dan wajah datarnya ia mendekati 'stand' tersebut.
"Ah biar ku tebak, pasti ini pertama kalinya kau datang ke taman ini. Betul?"
Luhan kembali mengangguk, kini matanya tertuju pada eskrim-eskrim lezat yang berada di dalam freezer itu.
GLUP!
Luhan menelan ludah kasar.
Oh Sehun, sang penjual Es krim mengerti arti tatapan dari adik kecil nan menggemaskan itu. Ia segera mengambil Cup kecil kemudian mengeruk es krim hingga memenuhi Cup tersebut.
"Iniiii.. Ambillah." Oh Sehun menyodorkan Cup kecil berisi es krim rasa pisang susu itu pada Luhan.
Mata Luhan membesar, bahkan ia belum memesannya bagaimana mungkin namja tersebut langsung mengerti.
"Ayo cepat, ambillah! Apa kau tega membiarkan es krim ini mencair. Mereka pasti akan sedih." Oh sehun memasang wajah seolah-olah sedih.
Perlahan Luhan meraih Cup tersebut dan mulai mencicipinya. Selama ini ia tidak pernah memakan es krim rasa pisang susu seperti milik Oh sehun, tapi ternyata rasanya sangat enak.
Ada sensasi berbeda saat ia memasukan partikel dingin itu ke dalam mulutnya, mood jeleknya kini perlahan telah ternetralisirkan bersamaan dengan menyampurnya eskrim itu dalam tubuh kecilnya.
"Bagaimana? Apa kau menyukainya?" Sehun memastikan.
Luhan melirik ke Sehun, wajah dinginnya kini berubah karena senyuman kecilnya. Meski tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya, tapi Oh sehun dapat mengerti apa arti dari senyuman itu.
Setelah menghabiskan es krimnya, Luhan mengeluarkan uang yang ada di sakunya dan berniat untuk membayar. Tapi niatan itu segera di tepis oleh Oh Sehun.
"Andwaee!"
Luhan mengernyitkan dahinya, tak mengerti mengapa Oh Sehun menolak uang yang akan ia berikan.
"Aku memberikannya gratis, karena kau baru pertama kali membelinya. Ku harap kau menyukainya dan bisa kembali lagi kapan-kapan. Anggap saja aku sedang melakukan promosi padamu." Tegas Oh sehun. Lagi lagi ia mengeluarkan senyum ramahnya.
Luhan kembali menaruh uang itu di Saku kemudian membungkuk sebagai ucapan terima kasih. Ia memutuskan untuk kembali pulang karena hari mulai Sore.
.
.
.
Lee Donghae masuk ke dalam kamar sang putri dan mendapati putrinya sudah terlelap. Ia duduk di tepi ranjang dan memperhatikan raut wajah Luhan, bibir tipisnya melengkung ke atas.
"Hey kesayangan appa, apa yang tengah kau impikan disana? Kau tersenyum.." Ujar Donghae pelan ia tak mau Luhan terusik.
"Appa sangat merindukanmu, tapi appa berharap kau bisa mengerti posisi appa saat ini, dan appa yakin kau pasti bisa karena kau anak appa."
Donghae menutupnya dengan sebuah kecupan manis di dahi putrinya dan membetulkan selimut agar sang putri tidur dalam keadaan hangat.
KREK!
Donghae menutup pintu kamar Luhan pelan-pelan, dan ia di kejutkan oleh Yoona yang sedari tadi menunggunya di depan kamar putrinya.
"Apa ia sudah tidur?"
"Astaga kau mengejutkanku, baby." Ujar Donghae mengelus pelan dadanya.
"Kau serius sekaliiii.."
Donghae menghampiri sang istri yang tengah menyenderkan tubuhnya di dinding sambil menyilangkan tangannya didada. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Yoona.
"Sepertinya ia sedang mimpi indah, wajahnya tersenyum. Astaga wajahnya itu benar-benar hampir mirip denganmu." Donghae tersenyum membayangkan wajah luhan.
Yoona hanya terkekeh mendengar itu.
"Kau begitu egois baby. Mengapa kau tak membiarkan ada sedikit bagian dari diriku yang melekat di wajahnya."
"Hmm tapi ia mempunyai sifat baik hati dan jujur sepertimu." ujar Yoona.
Mendengar itu Donghae tersenyum, ia bahagia mempunyai istri yang cantik dan pintar seperti Yoona, yang mau berjuang bersama demi keluarga. Perlahan ia memajukan wajahnya ke arah Yoona, ia mendaratkan kecupan singkat dikening istri tercintanya.
.
.
.
Sudah seminggu setelah hari dimana Luhan pertama kali membeli Es krim pada Oh Sehun, hari ini Luhan merasakan Lidah dan tubuhnya menuntut untuk segera makan Es krim pisang susu itu lagi.
"Kyungie, mau kah sepulang sekolah nanti kau ikut bersamaku?"
"Kemana?" Tanya burung hantu imut itu.
"Makan es krim."
"Astaga! Ada apa lagi Lu? Apa ada masalah lagi dengan orang tuamu?" Kyungsoo khawatir.
Luhan tersenyum melihat wajah panik temannya itu. Ia beruntung bisa berteman dengan Do kyungsoo, setidaknya ia peka dengan apa yang dirasakan Luhan. Hanya saja kali ini Luhan sedang tidak merasa sedih, ia hanya merasa ketagihan dengan Es krim pisang susu itu.
"Apakah menurutmu jika aku menginginkan es krim itu berarti aku sedang bersedih?"
Kyungsoo menaik-turunkan bahunya.
"Bodoh! Kau pikir aku ini apa? Ayolah Kyungsoo, Hidupku tidak semenyedihkan yang kau pikir."
Kyungsoo masih diam membiarkan Luhan melanjutkan perkataannya.
"Tidak kyung, kau kan tau aku penggemar Es krim. Aku saat ini sedang bahagia. Sungguh." Luhan memastikan kyungsoo.
"Tapi bukankah kedai es krim langganan kita sudah tutup."
"Tenang saja, aku sudah menemukan yang baru. Aku yakin kau juga akan menyukainya."
"Benarkah.. Wahh! Aku tak sabarrrr.." Ujar kyungsoo antusias
.
.
.
"Kau yakin disini tempatnya?" Tanya kyungsoo sambil mengipaskan wajahnya dengan kipas kecil.
"Tentu, seminggu yang lalu aku membelinya disini." Sahut Luhan yang sedari tadi matanya kesana-kemari menunggu kedatangan Es krim pisang susu itu.
"Astaga! Panas sekaliiii..."
Kini keduanya sedang duduk di taman, seperti biasa banyak pasangan muda-mudi yang datang kesitu.
"Jika dewasa nanti, aku tidak akan mau diajak pacarku ke tempat ini." Ucap kyungsoo seolah-olah ia tak menyukai taman tersebut
"Hmm waeyo?"
"Apa kau buta? Lihat saja taman ini, sudah banyak pengunjung dengan tujuan yang sama. Mereka rela menahan panas demi menjalani Kencan hemat versi mereka."
"Memangnya kalau kau berkencan, kau mau diajak kemana?" Tanya luhan dengan polosnya.
"Ke Bioskop, ke Restaurant mewah atau tempat semacamnya asalkan tempat itu indah dan sejuk."
"..."
"Lu, apa kau tak pernah jatuh cinta?" Tanya kyungsoo membuat Luhan tersedak pelan.
"Mwo? Jatuh cinta?" Mata Luhan membulat kemudian disusul oleh gelengan pelan darinya.
"Aigooo!" Kyungsoo menepuk dahinya keras.
"Memangnya kau pernah?"
Kyungsoo mengangguk semangat sambil tersenyum.
"Jinja? Siapa pria beruntung itu?" Luhan kini penasaran.
"Kim Jongin." Tegas kyungsoo.
"Mwo! Kim jongin murid kelas 3 itu? Aissshhh! Aku tak percaya kau akan menyukai pria yang lebih tua dari mu." Luhan mendesis.
"Ada yang salah? Bukankah kita memang harus mencari pasangan yang lebih tua?"
"Tidak! Tidak! Bagiku Kim Jongin sudah besar, sudah banyak hal-hal aneh yang mengotori pikirannya. Apa kau tak takut jika ia akan menjahatimu?"
Sungguh Rusa yang lugu dan hampir membuat Kyungsoo mati di tempat.
"Yak! Kau Lee Luhan.. Terserah kau saja, aku lelah berdebat denganmu. Ku sumpahi kau akan jatuh cinta dengan pria dewasa, agar kau tau apa yang aku rasakan nanti."
Luhan hanya tertawa sambil menjulurkan lidahnya menggoda Kyungsoo yang sedang jengkel karena kepolosannya.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara orang yang sedang berteriak-teriak menggunakan pengeras suara, masih samar tapi suara itu terdengar seperti semakin dekat.
"ES KRIM PISANG SUSU.. Ayo ayooo siapa yang mau beli, cocok untuk udara yang panas ini. ES KRIM PISANG SUSU!"
Tak lama Oh Sehun beserta gerobak sepeda kuningnya muncul dan berhenti di tempat biasa. Senyum sumringah muncul di wajah Luhan saat melihat kedatangan penjual Es krim itu, penantiannya tak sia-sia.
"Kyungie, ayo cepat itu dia." Luhan begitu semangat.
"Santai saja Lu, kau tau jarak kita hanya 10 meter dengannya, jika kita berjalan santai pun tak akan membuang waktu banyak."
"Ahhh kau ini, aku sudah tidak sabar kyung. Lihat saja, sebentar lagi ia akan di gandrungi oleh pembeli lainnya." Luhan memegang pergelangan tangan kyungsoo.
"..."
Kyungsoo tak habis pikir dengan temannya satu ini, Luhan mempunyai keinginan keras. Jika ia menginginkan sesuatu maka ia harus mendapatkan itu, itulah yang membuatnya menjadi mudah murung atau sedih karena ia begitu menyimpan harapan tinggi atas apa yang ia inginkan tanpa ia tau semua yang terjadi di dunia ini tidak selalu berjalan sesuai keinginan.
"Ahh kau lama sekali, sudahlah biar aku yang kesana. Tunggu disini." Luhan menghempaskan pegangannya kemudian ia berlari ke arah 'stand' es krim itu dan meninggalkan Kyungsoo dibelakangnya.
Disisi lain Oh Sehun baru saja sampai, ia merasa siang ini lebih panas dari sebelumnya. Tubuhnya berkeringat setelah berkeliling cukup jauh dan terik matahari tak bisa ia hindari.
"Astaga! Panasnyaaa." Ia menyeka keringatnya dengan sapu tangan.
Matanya menangkap kaki kecil yang berlari ke arahnya, ternyata itu adik kecil yang pernah datang untuk membeli es krim padanya.
"Annyeonghaseo adik kecil." Sapa Sehun sambil memasukan sapu tangannya ke dalam saku.
Nafas gadis kecil itu terengah-engah karena berlari. Oh sehun menyukai Luhan yang cantik, mungil dan pendiam itu. Melihat Luhan ia seperti sedang melihat adiknya di rumah.
"Bisa kau membuatkan ku 2 porsi?" Tanya Luhan mengatur nafasnya agar kembali normal. Akhirnya ia mau mengeluarkan suaranya, setelah waktu itu Luhan yang datang ke Sehun dalam keadaan murung. Oh sehun senang bisa mendengar suara adik kecil yang berdiri di depannya.
"2?" Tanya oh sehun mengangkat kedua alisnya.
"Ne.. Aku datang bersama temanku, ia menunggu ku disana." Luhan menunjuk ke arah Kyungsoo yang sedang memperhatikan dari seberang sana.
"Oh begitu, baiklah tunggu sebentar ya adik manis."
Oh sehun mulai memasukan es krimnya ke dalam cup kecil itu. Entah mengapa, mata Luhan tertuju pada wajah Oh sehun yang tengah sibuk mengeruk Es krim itu, menurutnya wajah itu sungguh tampan. Mata bulan sabit yang dimiliki Oh Sehun mempunyai daya tarik tersendiri bagi Luhan.
Tak sengaja memergoki aksi Luhan, Oh Sehun membalas tatapan Luhan.
"Astaga! ada apa ini? Mengapa mata bulan sabit itu mengarah kepadaku." Luhan mengerjap lucu membuat Oh sehun menjadi gemas hingga ia mengeluarkan senyum ramahnya.
"Mengapa kau tersenyum padaku?" Tanya Luhan.
"Aniiii.. Aku hanya sedang berpikir bahwa wajahmu mirip dengan adikku saja." Oh sehun tak mau membuat gadis kecil itu menjadi salah tingkah.
Setelah selesai membuatkan 2 cup eskrim, Oh Sehun memberikannya pada Luhan.
"Khamsahamnidaaaa..." Ucap Luhan.
"Cheonma.." Balas Oh Sehun.
Luhan segera kembali ke kyungsoo yang sudah menunggu, Oh sehun hanya tersenyum melihat ke arah Luhan yang sedang berlari semakin jauh.
"Anak ituuuu.." Sehun hanya menggeleng sambil tersenyum.
Kyungsoo beranjak dari duduknya dan bermaksud untuk menghampiri temannya yang ia lihat sedang berlari sambil membawa es krim dikedua tangannya.
"Lu, hati-hati nanti kau bisa terjatuh." Teriak kyungsoo.
"Huuu... Haaa... Huuu... Haaa..." Nafas Luhan berderu.
"Kenapa kau harus berlari, Lu?"
Luhan memberikan salah satu es krim yang ada padanya ke Kyungsoo. Wajahnya berkeringat, tapi Kyungsoo mendapati wajah Luhan memerah. Entah karena sengatan matahari atau...
"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya kyungsoo. Keduanya asik menikmati es krim sambil duduk di taman bangku. Sesekali Luhan mencuri pandang ke arah Oh sehun yang masih ada di kejauhan sana.
"Mwo? Memang apa yang kau lihat?" Luhan balas bertanya tak mengerti apa maksud temannya.
"Aku rasa kau harus sering-sering memakai sunblock, Lu. Wajahmu memerah sepertinya kulitmu terbakar."
Mata Luhan membulat sambil menyentuh pipinya memastikan apa yang dikatakan Kyungsoo benar atau tidak. Tapi Luhan tak yakin, wajah merahnya ini mungkin terjadi karena faktor lain. Ah entahlah Luhan saja masih tak mengerti apa yang sedang terjadi padanya. Luhan hanya mengangguk sebagai tanda ia mengerti.
Sesaat keduanya saling diam karena menikmati es krim, tiba-tiba keheningan itu terpecah karena Oh Sehun datang menghampiri mereka. Luhan terkejut, apa tujuan penjual es krim tampan itu menghampirinya.
"Maaf aku menganggu waktu kalian." Ujar Oh sehun dengan sangat sopan.
"Ada apa?" Jawab Kyungsoo datar.
"Aku hanya ingin memberikan brosur ini, perusahaan es krim kami mengadakan sebuah festival es krim."
Luhan merasa tertarik, pikirannya langsung kemana-mana apalagi mendengar kata festival es krim, tentunya akan ada banyak es krim dengan berbagai macam rasa. Ahh rasanya menyenangkan bisa berada di tempat seperti itu.
Luhan dengan sigap menarik brosur yang sudah berada di tangan Kyungsoo dan dibalas dengan endusan kasar si burung hantu itu.
"Ku harap kalian bisa datang." Tambah Sehun.
"Kami pasti akan datang." Sahut Luhan, matanya berbinar-binar.
"Baiklah kalau begitu, aku permisi dulu. Selamat menikmati es krimnya."
Kyungsoo tercengang melihat sosok tampan yang ada di hadapannya tadi.
"Bagaimana mungkin ada pria setampan itu?" Ujar kyungsoo tak sedikitpun berkedip melihat sosok itu yang sudah memunggunginya.
"Mwo?" Tanya Luhan mengikuti arah pandangan Kyungsoo.
"Jadi yang mana yang kau sukai? Es krimnya atau penjualnya?" Kyungsoo balas bertanya. Ia mengecilkan matanya, seolah penuh curiga.
"Apa yang kau maksud? Aku sungguh tak mengerti." Luhan tak membalas tatapan kyungsoo.
"Cihhh! Bahkan kau saja tak berani menatapku kembali." Kyungsoo berdecih.
Sebenarnya Luhan mengerti apa maksud temannya itu, hanya saja ia rasa kyungsoo sudah sangat berlebihan. Oh sehun memang tampan dan Luhan mengakui itu. Tapi ia hanya menyukai Oh Sehun sebatas ia menyukai Es krim. Eh, tapi jika dipikir-pikir Luhan kan tidak bisa hidup tanpa Es krim. Apakah itu berarti...?
.
.
.
Hari itu sungguh cerah, sepulang dari gereja bersama orang tuanya Luhan bergegas untuk mengganti dressnya yang menurutnya terlalu formal itu. Ia sibuk mengacak-acak isi lemarinya guna mencari pakaian yang ia anggap cocok untuk ia kenakan ke festival es krim yang di adakan hari ini.
Yoona dan Donghae sedang menikmati hari minggu mereka dengan menonton tv sambil menikmati cemilan-cemilan, buah semangka dan Thailand tea dingin. Ah rasanya sangat cocok dinikmati di cuaca yang memang sangat panas ini.
"Aaarrrggghhhh!"
Pasangan paruh baya itu terkejut dengan suara teriakan yang ia yakini berasal dari gadis kecilnya.
"Kenapa ia berteriak? Baby, coba kau periksa apa yang terjadi dengan Rusa manja itu." Ujar Donghae dan dibalas anggukan istrinya.
Yoona berjalan ke arah lantai dua dimana letak kamar Luhan berada.
"Apa yang terjadi padanya?" Gumam Yoona sambil menaiki anak tangga.
Kini ia sudah berada tepat di depan kamar sang anak, ia mencoba mendekatkan telinganya ke pintu mendengarkan apa saja yang bisa ia dengar.
"Bagaimana ini? Sebentar lagi Kyungie akan datang menjemputku. Bahkan aku belum mendapatkan pakaian terbaikku."
Meski samar tapi Yoona masih bisa mendengar keluhan sang rusa itu. Ia tersenyum mengerti setelah mendengarkan monolog sang anak yang terdengar hampir frustasi.
Ia memutuskan untuk mengetuk pintu karena Yoona tak ingin melanggar batas pribadi sang anak yang kini sudah mulai beranjak dewasa.
TOK! TOK!
Luhan yang tengah duduk pasrah di tepi ranjang sibuk merutuki dirinya sendiripun terkejut oleh suara ketukan pintu kamarnya.
"Masuk saja, tidak diKunci." Teriak Luhan mengacak rambutnya frustasi
KREKKK!
Pintu itu terbuka pelan, Luhan melirik ke arah pintu ternyata itu adalah Eommanya yang hanya memunculkan kepalanya.
"Hai Rusa kesayangan eomma." Sapa Yoona.
Luhan tak membalas sapaan sang eomma, ia sengaja memasang wajah murungnya. Melihat itu, sang eomma memutuskan untuk menghampiri anak gadisnya. Kira-kira gerangan apa yang membuat Luhan tampak frustasi.
Ia berdiri di hadapan Luhan, mengusap lembut rambut halus berwarna hitam dan memperhatikan keadaan sekitar, begitu berantakan akibat pakaian Luhan yang bertebaran dimana-mana.
"Ada apa chagiyaa?" Tanya Yoona lembut.
"Hixs.. Hixs.." Bahu luhan bergetar menandakan ia kini menangis.
"Waeyo chagi?" Yoona mengernyitkan dahinya.
"Eomma, belikan aku pakaian bagus. Ku mohon?" Luhan menggoyangkan lengan Yoona, merengek layaknya anak kecil yang masih duduk dibangku dasar.
"Pakaian baru? Bukankah kau sudah mempunyai banyak pakaian, Lu?"
"Ani eomma, aku bosan dengan pakaian yang ada diLemari. Semua sudah pernah aku pakai. Aku ingin yang baru. Hixs hixs."
Yoona mengambil posisi duduk di samping Luhan, melihat mata rusa itu kini menjadi sembab.
"Memangnya kau ingin kemana dengan pakaian baru itu, Lu?"
"Hari ini ada festival Es krim di Gangnam, aku ingin kesana bersama Kyungie. Aku ingin tampil cantik karena disana pasti banyak gadis-gadis seumuranku yang cantik.."
Mendengar itu Yoona terkekeh geli, ia rasa anaknya kini benar-benar sedang berada di masa puberitas.
"Chagiya, dengarkan eomma."
Luhan menghentikan suara tangisannya walau air mata masih terus mengalir. Ia melirik ke arah eommanya.
"Kau itu sudah cantik walau hanya mengenakan pakaian sederhana saja. Kau tak perlu membeli pakaian baru, karena eomma punya ide." Ucap Yoona sambil mencubit gemas pipi Rusa yang ada dihadapannya saat ini.
"Ide?" Luhan menatap penuh tanya pada sang Eomma.
.
.
.
"Eomma Appa aku pergi duluuuu." Teriak Rusa itu sambil berlari ke arah mobil Kyungsoo yang sudah menunggu di depan rumah.
Yoona kembali ke ruang Tv dimana sang suami masih asik dengan kegiatannya.
"Mengapa kau senyum-senyum seperti itu?" Tanya Donghae heran melihat Yoona yang kini duduk di atas pangkuannya melingkarkan tangannya di leher Donghae.
"Tidak apa-apa, aku hanya beruntung memiliki suami seperti mu."
"Hah?" Donghae makin tak mengerti.
"Luhanie, kau tau anak kita itu sungguh cantik. Entahlah, aku merasa seperti baru kemarin melahirkannya, tapi kini ia sudah berubah menjadi gadis remaja."
"Memangnya apa yang terjadi tadi? Apa ia melihat seekor serangga lagi?"
"Pffttt kau ini!" Yoona mendengus kasar, "Luhanie kita sudah mulai memprotes untuk dibelikan pakaian baru, bahkan ia sudah tidak mau memakai pakaian lamanya yang ia anggap terlalu kekanakan."
"Jinjaaa? Aisshhh! apakah ia sudah memintamu untuk membelikan alat makeup?"
Yoona hanya tersenyum menatap Donghae yang merasa tak rela jika gadis kecilnya itu memang sudah berubah.
"Aigoo!" Donghae mengartikan senyuman istrinya adalah 'iya'. Ia segera menepuk dahinya pelan.
.
.
.
WELCOME!
Terpampang spanduk besar di taman kota daerah Gangnam. Kyungsoo yang di antarkan oleh supir pribadinya pun kini turun dari mobilnya diikuti oleh Luhan. Mata keduanya berbinar-binar melihat keramaian sekitar, banyak balon-balon, spanduk, pita, 'stand' es krim dan panggung besar di ujung sana. Semuanya serba warna kuning dan putih.
"Lihatlah Lu, aku merasa kita sedang masuk ke dalam dunia fantasi." Ujar Kyungsoo.
Perlahan Luhan mengenggam tangan Kyungsoo dengan erat, ia tampak gerogi. Kyungsoo tak tau mengapa Luhan seperti itu.
"Kajja!" Kyungsoo mengajak Luhan untuk memulai langkahnya.
Kaki-kaki kecil itu mulai melangkah memasuki area festival. Entah ada yang aneh pada Luhan, ia seperti sedang mengharapkan seseorang yang akan ia temui disana. Banyak pengunjung yang datang kesana, kebanyakan adalah anak-anak kecil bersama orang tuanya.
Mata rusa itu melirik kesana kemari diam-diam, memperhatikan setiap sisi seperti mencari sesuatu.
"Lu, Lepaskan tanganmu. Aku sulit berjalan jika kau terus saja memegang tanganku seperti ini." Kyungsoo mencoba melepaskan tangan Luhan.
"Mian kyungie, aku hanya.. Hmmm..." Luhan gugup
"Hanya apa?"
Diujung sana terdapat seorang namja yang tengah berdiri memperhatikan dua orang gadis kecil yang entah sedang meributkan sesuatu. Matanya terfokus pada gadis kecil yang hari itu tampak cantik, gadis itu mengenakan kaos Crop top putih dengan luaran Overall diatas lutut tak lupa Sniker berwarna Biru. Sungguh cocok untuk gadis seusianya.
Ia memutuskan untuk menghampiri kedua mereka yang tak menyadari kehadirannya.
"Annyeonghaseyooo."
Suara itu tidak asing bagi Luhan, ia pernah mendengarnya. Tak pikir panjang lagi, ia menoleh ke sumber suara. Tak menyangka jika tengah berdiri Namja tampan di depannya, berpenampilan beda dari yang pernah ia lihat. Namja itu mengenakan Kaos kerah putih dengan blue jeansnya, kali ini tanpa apron kuning cerahnya.
"Wahhh! Kau si penjual Es krim di taman itu ya?" Sahut Kyungsoo.
"Benar, aku tak menyangka jika kalian akan datang sejauh ini." Jawab Oh Sehun.
"Bukankah kami sudah bilang jika kami akan datang." Ujar kyungsoo menyenggol lengan Luhan yang sedari tadi terdiam.
"Ku ucapkan selamat datang kalau begitu. Nikmatilah acara ini.."
Oh sehun ingin beranjak karena ia pikir sudah tidak ada yang harus di bicarakan. Tapi saat pemuda itu melangkahkan kakinya 2 langkah, ada perasaan tidak rela yang hinggap di hati Luhan. Ia rasa percuma berpenampilan secantik ini jika Oh Sehun hanya melihatnya sepersekian detik saja.
"Maaf, Siapa namamu?"
Langkah Sehun terhenti saat ia mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut gadis cantik yang sejak tadi terdiam. Ia berbalik sambil tersenyum.
"Oh Sehun."
Kini Kyungsoo yang dibuat terdiam oleh perbuatan Luhan. Gadis pendiam itu baru saja menanyakan nama Sang penjual Es krim. Ada apa? Apa yang terjadi pada Luhan? Mengapa ia ingin tahu nama penjual es krim itu? Batin Kyungsoo.
"Baiklah, Sehun-ssi." Jawab Luhan datar.
"Kalau boleh ku tahu siapa nama kalian?" Tanya Oh Sehun.
"..." Luhan hanya diam tak memutuskan tatapannya pada Oh Sehun. Itu cukup membuat Oh Sehun bertanya-tanya apa arti dari tatapan itu.
"Do Kyungsoo imnida.." Kyungsoo mengenalkan namanya.
Melihat Luhan tak bergeming, Kyungsoo memutuskan untuk menjawab pertanyaan Sehun.
"Lee Luhan, ini adalah sahabatku Lee Luhan." Kyungsoo tersenyum canggung.
"Baiklah kalau begitu, aku harus pergi dulu untuk menyambut para pengunjung yang lain. Senang bertemu dengan kalian Kyungsoo-ssi dan Luhan-ssi." Sehun membungkuk.
Kini Namja itu pergi dari hadapan mereka. Luhan masih tak bergeming tatapannya focus pada Oh Sehun yang sudah menjauh, sungguh itu adalah tanda tanya besar bagi Kyungsoo.
.
.
.
Setelah seharian disibukkan oleh Festival es krim itu, Oh Sehun akhirnya kembali ke Flat kecilnya. Cukup melelahkan karena ia harus memasang wajah senyum seramah mungkin dihadapan para pengunjung.
Kini ia tengah berendam di Bathtubnya, merenggangkan otot-otot kakunya itu sambil menyesap Teh hangat yang ia buat tadi.
Dalam lamunannya ia terbesit tatapan gadis kecil yang tadi ia temui, Lee Luhan. Entahlah, tatapan penuh arti dengan wajah datar itu cukup menganggu pikiran Sehun.
Ia segera mengusap kasar wajahnya agar pikiran itu hilang. Oh sehun tidak boleh memikirkan gadis yang ia pikir cukup misterius itu. Lagipula gadis itu masih anak-anak, pikirnya.
Sementara disisi lain, Luhan yang tengah bermain Laptop dikamarnya kini pikirannya tertuju pada wajah Namja tampan itu. Ia tak mengerti semenjak pertama kali bertemu Namja yang terpaut usia cukup jauh itu, Luhan merasakan ada yang aneh. Ia sendiri tidak tau apa itu, yang jelas rasanya Luhan selalu ingin menemui Namja yang kini sudah diketahui namanya yaitu Oh Sehun.
.
.
.
Sudah 4 hari setelah Festival itu berlangsung, Siang ini Luhan pulang sekolah sendirian karena Kyungsoo tak masuk sekolah. Kyungsoo terkena flu berat maka itu ia tidak bisa sekolah. Rasanya ada yang kurang jika salah satu dari mereka ada yang tidak ada, mereka selalu saja bersama.
Luhan memutuskan untuk berjalan kaki saja, ia sengaja untuk mengulur waktu karena pikirnya percuma saja pulang tepat waktu karena ia akan sendirian di rumah menunggu sang eomma dan appa hingga malam hari.
Tanpa sadar ada dua pasang mata yang memperhatikan Luhan, menurut mereka Luhan adalah gadis cantik yang lemah, yang akan sangat disayangkan jika dibiarkan begitu saja.
Mereka mengikuti Luhan dari belakang, menunggu situasi yang dirasa pas. Perasaan Rusa cantik itu tidak enak, seperti ada yang mengikutinya dari belakang. Sesekali ia menoleh ke belakang memastikan keadaan, tapi tak ada yang mencurigakan. Ia memutuskan untuk mempercepat langkahnya agar cepat sampai dirumah dengan mengambil jalan pintas, memasuki gang-gang yang lumayan sepi.
"Hai gadis cantik!"
Luhan di kejutkan oleh suara berat dari seorang laki-laki. Ia menoleh ke belakang dan melihat dua Namja berpakaian seragam SMA, seragamnya dibiarkan keluar dari celana dan di tangannya memegang sebatang rokok. Mereka tampak seperti anak SMA berandalan.
"Si-apa ka-lian?" Tanya Luhan dengan suara bergetar karena ketakutan.
"Kau tak perlu tau siapa kami, kami hanya ingin uang mu!" Teriak dua Namja mengeluarkan seringainya.
"U-uang apa? Aku tidak punya uang." Luhan hampir menangis, semakin ia melangkah mundur para namja itu juga melangkah maju dengan posisi berkacak pinggang.
"Cepat serahkan uangmu, adik-manis!"
"Hixs hixs jangan dekati aku, ku mohon."
Para Namja yang tak lain adalah Park Chanyeol dan Wu Yifan itu semakin mendekati Luhan dan sengaja menempelkan tubuh kecil Luhan pada tembok jalanan. Luhan hanya menunduk dan memejamkan matanya, wajahnya di basahi oleh tangisannya. Ia begitu ketakutan saat dua namja bertubuh tinggi itu mendekatinya dengan wajah yang menyeramkan.
"Ku mohon jangan dekati aaa..."
Dengan cepat Wu yifan mengambil paksa uang yang ada di saku Luhan hingga tak tersisa. Begitu kasar hingga kantung sakunya robek. Ternyata tak sampai disitu, mata Park Chanyeol kini tertuju pada sepasang anting yang ada di telinga luhan. Anting pemberian sang eomma saat ia berulang tahun di usianya yang ke 11 tahun.
"Aku rasa anak manis ini anak orang kaya, tak ada salahnya jika ia sedikit berbagi dengan kita." Ujar Chanyeol memicingkan matanya menatap Luhan.
Luhan sudah pasrah, ia tidak mau melakukan perlawanan daripada ia dicelakai oleh dua namja brengsek itu.
Chanyeol merampas sepasang anting milik Luhan hingga membuat telinganya terluka dan berdarah. Luhan semakin mengencangkan tangisannya. Wu Yifan mencengkram rahang Luhan dengan keras hingga wajahnya terdongak ke arah Namja tinggi itu.
"Ingat! Jangan sampai kau melaporkan kami kepada polisi. Jika kau berani, kami tak akan segan-segan memperkosamu." Tegas Wu Yifan.
"Hixs hixs.."
"Anggukan kepalamu jika kau mengerti." Teriak Chanyeol dan dibalas anggukkan oleh Luhan.
"Bagus.. Kau anak pintar." Wu yifan melepas cengkramannya kemudian ia menarik tubuh Luhan dan menghempaskannya ke jalanan. Lutut Luhan berdarah, seragamnya kotor dan robek dan telinga yang terluka.
Wu Yifan dan Park Chanyeol segera pergi meninggalkan Luhan yang masih tersungkur itu. Kali ini mereka berhasil mendapatkan mangsa yang pas.
Sementara Luhan, ia menangis sambil mencoba untuk bangun dari jatuhnya. Ia berpikir saat ini ia harus segera pergi meninggalkan tempat yang sangat sepi itu karena Luhan takut akan ada berandalan-berandalan lain yang akan datang.
Luhan berjalan pelan sambil menunduk malu menutupi wajahnya yang menangis. Melupakan seberapa sakitnya luka yang ada di tubuhnya saat ini, terutama rasa trauma akan kejadian yang baru saja menimpanya.
"Luhan-ssi.."
Suara baritone itu memanggil gadis kecil yang tengah berjalan dalam keadaan sangat kacau. Luhan mendengarnya hanya saja ia tak menghiraukan, karena ia sangat malu harus bertemu dengan Oh Sehun dalam keadaan seperti itu.
Karena tak mendapat respon, Oh Sehun memberanikan diri untuk menghampiri Luhan yang berjalan melewati Taman. Bukan Luhan sengaja melewati taman itu, tapi memang jalanan untuk ke rumahnya harus melewati taman dimana Oh Sehun berjualan.
"Tunggu, Luhan-ssi!" Teriak Sehun berlari ke arah Luhan yang masih menunduk. Akhirnya Luhan berhenti, menunggu apa yang akan dilakukan oleh Oh Sehun.
Sehun sekarang berdiri di hadapan Luhan, ia melihat Lutut anak itu berdarah dan pakaian seragam yang kotor. Ia mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada Luhan.
"Kau kenapa? Apa kau terjatuh? Atau kau di jahati oleh orang lain? Jawab aku!" Tanya Sehun.
"Hixs.. Hixs.." Bahu gadis itu bergetar hebat.
"Tolong jawab aku!" Oh Sehun begitu cemas melihat keadaan Luhan. Tiba-tiba Luhan memeluknya dengan erat, ia menangis di pelukan sang penjual es krim itu. Luhan membenamkan wajahnya didada Sehun. Sehun bisa merasakan ketakutan yang ada pada diri gadis itu.
"Hixs.. Hixs.. Mereka sangat jahat, aku sangat takut. Mereka melukaiku... Tolong aku.."
Sehun terkejut mendengar apa yang dikatakan Luhan, ia ingin sekali menyentuh gadis kecil yang telah dirundung ketakutan itu memberikannya ketenangan, hanya saja Oh Sehun tak mempunyai hak atas Luhan. Ia takut orang akan salah paham dengan perlakuannya.
.
.
.
Luhan duduk di bangku taman tempat dimana ia menunggu Oh Sehun, telah tertempel plester di kedua lututnya dan sebuah peniti mengait di Saku Luhan, tangisannya telah berhenti hanya saja tatapannya masih kosong. Pikiran Luhan tetap tertuju pada kejadian tadi. Tak lama Oh Sehun datang dengan membawa Es krim berukuran Besar dengan memasang senyum tampannya.
"Luhan-ssi ini es krim untukmu." Ujar Luhan.
"Tapi aku tidak memesannya, kau kan tau uangku telah diambil oleh mereka." Lirih Luhan.
"Tenang saja ini gratis, ambil saja. Aku tau kau ini kan penggemar es krim, semoga dengan memakan es krim ini perasaanmu jadi lebih baik." Oh Sehun mengacak gemas rambut Luhan.
"Aisshh.. Jangan mengacak rambutku layaknya seperti seorang Oppa pada adiknya. Aku ini bukan adikmu." Luhan mendelik tajam ke arah Oh Sehun sambil menikmati es krim.
"Mwo? Apakah kau baru saja protes padaku?"
"Menurutmu? Aku ini seorang gadis dan kau pria, jika dilihat yang lain mereka akan mengira kita ini apa?"
Oh Sehun terkekeh sambil menggeleng kepala, ia tak menyangka gadis itu cepat sekali berubah moodnya. Tapi setidaknya Oh Sehun senang, sekarang Luhan tidak murung.
"Dengarkan aku, kau itu masih terlalu kecil. Mereka hanya akan menyangka kau adalah adikku. Boleh aku bertanya padamu?"
"Apa?"
"Apa kau mempunyai Oppa atau Eonnie?"
Luhan hanya menggeleng pelan.
"Pantas saja, kau selalu sendirian. "
Seketika mendengar itu Luhan kembali murung, mengingat soal hidupnya yang sedikit membosankan karena sang orang tua sibuk meniti karir masing-masing bahkan ia tak mempunyai adik. Luhan menghela nafas kasar, terdengar oleh Oh Sehun. Anak itu benar-benar tidak bahagia.
"Kau boleh memanggilku Oppa."
Luhan menoleh tak percaya ke arah Oh Sehun. Namja tampan yang akhir-akhir ini selalu memenuhi pikirannya, menawarkan suatu hubungan yang lebih daripada sekedar Pembeli dan Penjual es krim.
"Apa kau keberatan? Hmm dengar, aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin kau bisa tau bagaimana rasanya mempunyai seorang Oppa. Tapi jika kau keberatan, lupakan saja kata-kataku barusan."
Luhan diam menatap mata bulan sabit itu, otaknya terus berpikir apakah Oh Sehun adalah orang yang baik atau dia hanya seorang berandalan yang berkedok sebagai penjual es krim?.
"Baiklah, jika kau masih bimbang, kau tak perlunya terburu-buru untuk menjawabnya. Sekarang yang terpenting cepat kau habiskan es krim itu lalu pulang ke rumah karena ini sudah mulai sore dan aku juga harus berkeliling lagi."
Luhan hanya tersenyum dan mengangguk mengerti. Maafkan Luhan yang masih bimbang untuk memberikan jawaban, sejujurnya ia adalah anak yang selain memiliki sifat pendiam ia juga trauma atas dua namja sialan yang sudah menyakitinya.
.
.
.
Luhan duduk di meja belajarnya, ia sedang mengerjakan PR yang besok akan di kumpulkan. Di sela-sela kesibukannya, Luhan teringat kejadian tadi siang dimana berawal dari pertemuannya dengan dua Namja brengsek, lalu tak sengaja bertemu dengan Oh Sehun. Luhan tak menyangka mengapa ia bisa begitu saja memeluk Oh Sehun dan menangis di pelukannya. Kedua sudut bibir mungil itu malah terangkat naik membentuk sebuah senyuman. Peduli setan dengan PR matematika yang ada di hadapannya, baginya sekarang Oh Sehun adalah sesuatu yang menyenangkan hati.
Kini matanya melirik ke arah Lututnya yang terdapat dua buah Plester bergambar Love berwarna Pink. Itu adalah hal termanis yang Luhan alami, karena sebelumnya ia tidak pernah mengalami hal serupa. Pipinya merona tanpa sadar ia memasukan pensil ke dalam mulutnya.
"Apakah ia menyukaiku?" Batin Luhan, ia menganggap Plester yang diberikan Sehun adalah sebuah kode bahwa pemuda itu menyukai Luhan.
Tiba-tiba Lamunannya di rusak oleh kehadiran Yoona yang membawakan segelas susu hangat untuk putri kesayangannya.
"Chagiyaa~"
Luhan segera membetulkan posisi duduknya dan berpura-pura seolah-olah ia sedang focus dengan belajarnya.
"Ne eomma."
Yoona mendekati sang putri memastikan apa yang sedang dikerjakan olehnya. Ia meletakkan Susu hangat itu di atas meja belajar.
"Bagaimana harimu sayang?" Yoona menempelkan kepala Luhan di perutnya sambil mengelus manja.
"Seperti biasa, apa Eomma baru sampai?"
"Iya, maaf eomma pulang terlambat karena tadi ada meeting."
"Ya tak apa. Appa mana? Kenapa aku tak mendengar suaranya?"
"Ia sedang dinas ke Busan, mengurus pekerjaannya disana. Mungkin lusa appa baru pulang."
Luhan hanya mengangguk mengerti. Kemudian ia kembali mengerjakan PRnya. Yoona duduk di tepi ranjang Luhan, memperhatikan Luhan yang sibuk belajar. Yoona melirik ke arah perutnya sambil tersenyum.
"Luhanie..."
"Hmm, wae?" Luhan menyaut tanpa menoleh.
"Bagaimana menurutmu jika kita menambah satu anggota keluarga lagi dirumah ini?"
"Maksud eomma? Aku tidak mengerti." Jawab Luhan santai.
"Tak lama lagi kau akan mempunyai seorang adik, Lu."
Mendengar itu sontak membuat Luhan menoleh ke arah Yoona yang tersenyum ke arahnya sambil memegang perutnya. Mata Luhan turun ke arah perut Yoona kemudian ia kembali menatap sang eomma dan dibalas anggukan oleh Yoona. Luhan segera beranjak dan menghampiri Yoona, ia meletakkan kepalanya dipaha eomma dan membenamkan wajahnya di perut Yoona.
"Astaga! Aku sangat bahagia. Akhirnya aku akan mempunyai saudara, aku tidak akan sendirian lagi, akan ada yang menemaniku jika eomma dan appa sedang sibuk." Gumam Luhan.
Yoona sedikit terharu dan sedih mendengar apa yang dibicarakan Luhan, ia sadar jika dirinya begitu sibuk hingga tak bisa menyempatkan waktu untuk Luhan.
"Baiklah, Eomma harus beristirahat, dan kau jangan lupa minum susunya ya."
Luhan mengangguk, ia mengganti posisinya menjadi duduk. Yoona tak sengaja melihat ke arah lutut Luhan yang terlalu menyorot mata akibat plester berwarna pink itu.
"Astaga! Kau terjatuh, Lu?" Tanya Yoona dengan nada cemas.
"Hmmm.. Itu..." Luhan menunduk.
"Beritahu Eomma apa yang terjadi padamu? Lututmu terluka.."
"Eomma sebenarnya tadi aku..." Luhan ragu untuk memberitahu eommanya, ia tidak mau mengkhawatirkan Yoona apalagi ditambah kini kondisinya yang sedang hamil muda.
"Ceritakan pada eomma." Yoona mengenggam tangan anaknya.
Mau tidak mau akhirnya Luhan menceritakan yang sebenarnya. Selama bercerita itu Luhan tak sedikitpun menunjukkan wajah ketakutannya, justru sang eomma yang menangis karena cemas. Ia sibuk menyentuh tubuh putrinya memastikan jika putrinya tidak apa-apa dan tidak mengalami pelecehan.
"Sudahlah eomma jangan menangis, aku tidak apa."
"Bagaimana bisa eomma tidak khawatir, kau adalah anak kesayangan eomma jika terjadi apa-apa denganmu eomma tidak akan memaafkan diri eomma."
"Uljima eomma, sungguh aku sudah tidak apa. Bahkan sekarang aku ada disini bersama eomma. Lagipula luka ku sudah di obati, kan?"
Akhirnya Yoona menghentikan tangisannya ia memeluk Luhan mengusap punggung rusa kecilnya itu.
"Entahlah, eomma tidak pernah bisa membayangkan jika terjadi sesuatu padamu."
Luhan tersenyum di dalam pelukan sang eomma, ia begitu merasakan betapa Yoona menyanyanginya.
.
.
.
"Kyung, bagaimana kabarmu? Ini aku membawakan kue untukmu." Ucap Luhan meletakkan kue tart di atas meja Nakas Kyungsoo.
"Kenapa sampai repot-repot membawakan kue untukku segala, Lu?"
"Eomma ku yang menitipkan untukmu. Kapan kau masuk sekolah, aku kesepian sekali,kyung."
Luhan duduk di tepi ranjang, sementara kyungsoo masih terbaring dibalik selimut karena sakitnya tak kunjung sembuh.
"Aku juga sangat bosan. Rasanya ingin cepat masuk sekolah. ahhh.. Aku rindu suasana kelas."
"..."
Kyungsoo memperhatikan wajah Luhan berbeda dari biasanya, hari itu Luhan lebih banyak tersenyum dan memainkan rambutnya yang panjang terurai.
"Kau tampak beda,Lu?" Kyungsoo melirik dari atas hingga bawah Luhan.
"Beda bagaimana?"
"Ya, hari ini kau cantik sekali bahkan sedari tadi wajahmu merona. Katakan ada apa?"
"Mwo? Ahh kau berlebihan kyung." Luhan menyangkal.
"Katakan padaku, jangan bilang kau dan si tampan itu..."
"Si tampan siapa? Kau ini.. Apa yang kau katakan kyung?" Luhan salah tingkah wajahnya semakin memerah.
"Aigooo lihat wajah itu, memerah seperti pantat bayi yang baru lahir."
"Yak! Kau kyungsoo hentikan bicaramu itu."
"Terserah. Aku ini adalah sahabatmu, aku tau apa saja perubahan dalam dirimu. Termasuk saat ini. Aku berpikir kau sedang jatuh cinta."
Luhan beranjak ia menuju ke arah jendela menghadap jalanan merasakan udara di siang hari itu.
"Kau yakin kau menyukai Oh Sehun-ssi? Apa kau sadar bahwa ia adalah seorang penjual es krim yang usianya terpaut jauh dari kita?"
Luhan mengedikan bahunya, ia sendiri tidak tau apa yang ia rasakan. Tapi rasanya saat berada di pelukan Sehun, ia merasa jika Sehun bisa melindungi dirinya melebihi sang appa yang kebetulan seorang aparat polisi.
"Ommo... Matilah akuuu!" Kyungsoo menepuk dahinya keras-keras.
.
.
.
Karena kecemasan Yoona dan Donghae atas apa yang terjadi pada putrinya waktu itu maka Donghae mengutus salah satu anak buahnya untuk mengantar-jemput Luhan. Awalnya Luhan menolak karena ia tidak bisa pulang bersama Kyungsoo lagi, tapi jauh dilubuk hati Luhan ia merasa sedih karena semenjak di antar-jemput itu ia jadi tidak bisa bertemu dengan Sehun karena sang appa tak mengizinkan putrinya untuk mampir kemanapun. Sudah hari ke-10 ia tak bertemu dengan Oh sehun tentu saja itu jadi bahan pertanyaan Namja tampan nan menjulang itu. Saat ini ia sedang duduk di taman baru saja selesai melayani para pembeli yang lumayan ramai.
"Kemana anak kecil itu? Apakah dia menghindariku?" Gumam Sehun sambil duduk di salah satu bangku taman.
Sementara Luhan yang sedang berada dalam perjalanan akhirnya memberanikan diri untuk meminta sesuatu pada 'bodyguard'nya.
"Tuan eunhyuk, bisakah kita pergi ke suatu tempat sebentar?" Ujar Luhan.
"Kau ingin kemana, nona?" Jawab Eunhyuk melirik dari kaca spion dalam.
"Aku ingin membeli es krim."
"Baiklah..."
.
.
.
Luhan memasang wajah sedih saat ia hanya memandang Oh Sehun dari dalam mobil, ternyata Eunhyuk bersikeras tak mengizinkan Luhan sekedar keluar dari dalam mobil, ia memutuskan untuk membelikan Luhan eskrim.
"Bagaimana kabarmu?" Batin Luhan dengan tatapan nanar ke arah Oh Sehun yang sedang sibuk melayani para pembeli.
Tak lama Eunhyuk datang dengan membawa eskrim bercup besar.
"Maaf nona, aku harus mengantri untuk mendapatkan eskrim ini."
"Tak apa tuan, terima kasih."
"Ne nona."
Mobil Luhan kembali jalan meneruskan perjalanannya, pandangan Luhan seakan tak rela ketika ia sadar semakin jauh dari Oh Sehun. Luhan sangat merindukan Namja tampan itu.
.
.
.
"Ku mohon kyung bantu aku untuk bertemu dengannya. Appa ku tak mengizinkanku menyempatkan diri hanya untuk sekedar makan es krim di taman." Luhan memohon pada Kyungsoo di telpon.
"Apa kau sudah gila? Dulu kau yang bilang jika kau tidak akan mau menyukai pria dewasa. Sekarang kau sadar atas apa yang kau katakan?" Teriak Kyungsoo di seberang sana.
"Ini bukan waktunya untuk membahas itu, yang jelas saat ini aku sangat merindukannya."
"Pikirkanlah Lu ia hanya seorang penjual es krim. Bagaimana jika appa dan eomma mu mengetahui hal itu, hah?"
"Mereka tidak akan mengetahuinya selama kau tutup mulut."
"Terserah kau saja!"
"Kau kan sahabatku, jadi ku mohon. Kali ini bantulah aku agar aku bisa bertemu dengannya. Ku mohon Kyungieeee~"
"Huft! Kau iniiiii..."
Kyungsoo sangat kesal dengan sifat keras kepala yang dimiliki Luhan. Ia sangat khawatir atas apa yang sedang terjadi pada sahabatnya, bagaimana bisa seorang Luhan jatuh hati pada Oh Sehun. Bahkan Kyungsoo saja tak bisa membayangkannya.
.
.
.
Keesokan harinya di sekolah, saat itu bel pulang sekolah berbunyi. Murid-murid berhamburan ke arah pintu gerbang utama. Luhan dan Kyungsoo masih berada di dalam kelas karena sang supir pribadi belum juga menjemputnya.
"Apa kau puas, hah?" Ketus Kyungsoo mendelik tajam.
"Aku tidak tau bagaimana hidupku jika tidak ada kau Kyungie."
Luhan memakai sebuah pita berwarna merah, ia merapihkan seragamnya yang dirasa sedikit berantakan.
"Bahkan 1000 kali pun kau memandang wajahmu di cermin itu, tak akan mengubah wajahmu, Lu!"
"Kau ketus sekali.." Luhan mengerucutkan bibirnya.
Drrttt
Drrtt
Ponsel Kyungsoo bergetar, itu adalah pesan dari supir pribadinya yang memberitahu bahwa ia sudah sampai di depan sekolah.
"Kajja! Supir ku sudah tiba. Ingat kau Luhan, jika sampai Appa dan eomma mu tahu, aku tidak mau terseret oleh permasalahanmu." Kyungsoo memastikan.
Luhan memasukan cermin ke dalam tasnya dan segera menggandeng Sahabatnya itu sambil tersenyum.
"Siap capten!" Sahutnya.
Kyungsoo dipaksa Luhan untuk menghubungi Yoona dengan berpura-pura meminta izin bahwa mereka akan belajar bersama di rumah Kyungsoo. Yoona percaya dengan Kyungsoo maka tanpa pikir panjang ia mengizinkannya. Kyungsoo juga meminta Yoona agar memberitahu 'bodyguard' Luhan untuk tidak menjemput Luhan karena Kyungsoo akan mengantar Luhan pulang. Sungguh Luhan sudah menjerumuskan Kyungsoo.
Kini mereka sudah sampai di Taman tempat biasa Oh Sehun berjualan. Luhan begitu senang melihat sang pangeran yang tengah disibukkan oleh pekerjaannya.
"Senyumnya, kau lihat senyum itu? Bagaikan lelehan Es krim Pisang susu. Ommoooo.." Gumam Luhan.
"Kau menjijikan, Lu! Ayo cepat turun, waktu kita hanya satu jam. Aku tak ingin membuang waktu ku disini." Ujar Kyungsoo.
Mereka keluar dari mobil dan menghampiri Oh Sehun. Lumayan panjang antriannya, tidak seperti biasanya. Meski panas terik matahari membakar kulit mereka, tapi demi mendapatkan Es krim dan senyum tampan sang penjual mereka rela membuat hitam kulit mereka.
"Lama sekali, aku tidak kuat dengan panasnya Lu." Keluh Kyungsoo
"Sabar sebentar Kyung. Kau ini..."
"Bagaimana jika aku menunggumu di mobil?"
"Kau yakin? Tapi aku kan masih ada yang harus dibicarakan oleh Sehun-ssi."
"Ya aku akan menunggumu. Tenang saja."
"Baiklah kalau begitu."
Kyungsoo akhirnya kembali ke dalam mobil, ia tidak bisa lama-lama terkena matahari karena ia tidak rela jika kulitnya menghitam. Sementara menunggu sahabatnya menyelesaikan urusannya Kyungsoo mendengarkan lagu yang ia setel di radio mobilnya.
Kini giliran Luhan yang berada diantrian paling depan, melihat senyum gadis kecil itu begitu ceria Sehun sedikit heran. Tak seperti biasanya gadis pendiam itu memasang wajah seceria itu.
"Annyeong Sehun-ssi, aku pesan 1 porsi."
"Ne.." Jawab Sehun datar.
Luhan merasa kesal karena Sehun begitu acuh.
"Hmm ada yang aku ingin aku bicarakan. Apa kau ada waktu sebentar?"
Sehun menghentikan kegiatannya, ia melirik sebentar sebelum melanjutkan mengeruk eskrim ke dalam cup.
"Maaf Luhan-ssi tapi hari ini antriannya sedang panjang. Sepertinya aku tidak bisa meninggalkan 'stand' ku."
"Aku akan menunggumu. Jangan khawatir..."
Sehun hanya diam kemudian tak lama ia memberikan Cup yang sudah terisi es krim itu pada Luhan. Luhan menatap penuh berharap. Sehun penasaran apa yang akan di bicarakan oleh anak itu.
"Jeballlll..." Lirih Luhan.
"..."
Sehun menatap bola mata yang penuh dengan berharap itu, mungkin memang ada hal penting yang ingin di bicarakan Luhan.
"Fyuhh.. Baiklah, tunggulah di bangku. Aku akan menemuimu 10 menit lagi." Sehun menghela nafas. Luhan benar-benar keras kepala.
Luhan begitu senang karena akhirnya Sehun mengindahkan permintaannya. Ia segera berlari ke arah mobil kyungsoo, karena tak mungkin ia membiarkan sahabatnya menunggu lebih lama.
TOK!
TOK!
Luhan mengetuk kaca jendela mobil kyungsoo. Mendengar itu, kyungsoo yang sedang asik mendengarkan lagu-lagu kesukaannya yang bergenre RnB itu pun membuka kaca jendelanya.
"Ada apa Lu? Apa kau sudah selesai?"
"Aku harus menunggu Sehun-ssi 10 menit lagi. Ia masih harus melayani beberapa pengunjung lagi."
"Lalu?"
"Kau pulang duluan saja kyungie. Aku bisa pulang sendiri nanti."
"Mwo? Ani... Ani... Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendirian. Ingat! Eomma mu menitipkanmu padaku." Tegas Kyungsoo.
"Kyungie~ jeongmal gwaenchana. Aku bisa pulang sendiri, lagipula rumahku hanya tinggal beberapa blok dari sini."
Kyungsoo diam sejenak, sementara Luhan mengerjap-ngerjap lucu berusaha mengartikan kediaman sahabatnya.
"Baiklah, aku akan pulang. Tapi kau tidak boleh berlama-lama disini dan jika sudah sampai dirumah segera hubungi aku."
"Ahh kyungie, kau sungguh sahabatku."
Luhan memeluk kepala kyungsoo yang sedikit keluar dari jendela membuat Kyungsoo kesakitan.
"Yak! Appo,Lu! Hentikan aksimu ini.."
Luhan melepaskan pelukannya ia tertawa melihat wajah Kyungsoo yang cemberut karena ulahnya barusan.
"Yasudah, aku pulang dulu. Sampai bertemu besok di sekolah,Lu."
Kyungsoo menutup kembali kaca jendelanya, Luhan melambaikan tangannya sambil tersenyum menatap kepergian Kyungsoo.
Setelah itu, Luhan segera mencari bangku taman yang masih kosong. Ia membenarkan Pita yang melekat di rambutnya itu. Tak dipungkiri jika udaranya sangat panas, ia memutuskan untuk menikmati es krim yang sudah mulai mencair itu.
Tak lama ekor mata rusa itu menangkap kedatangan seseorang dari kejauhan. Ia menoleh untuk memastikan siapa sosok yang datang ke arahnya. Namja tampan berkulit putih susu tengah berjalan ke arahnya sambil melepaskan apron kuning dan melipatnya, rambutnya melambai-lambai akibat terkena angin. Sungguh pemandangan yang indah bagi Luhan.
"Maaf aku baru bisa menemuimu, Luhan-ssi."
Luhan mendongak ke arah Namja yang berdiri di hadapannya.
"Tak apa, santai saja. Duduklah disini.." Luhan menggeser sedikit tubuhnya agar Sehun bisa duduk disampingnya.
Luhan terus memperhatikan Oh Sehun tanpa berkedip, apalagi saat Oh Sehun menyiram kepalanya dengan sebotol air mineral. Benar-benar seksi...
"Katakan apa yang ingin kau bicarakan, adik kecil?" Tanya Sehun sambil mengelap wajahnya dengan sapu tangan.
Pertanyaan Sehun membuat Luhan tersadar dari rasa keterpesonaan Luhan akan adegan seksi Sehun yang baru saja ia lihat.
"Oh Sehun-ssi, a-a-ku hanya ingin mengatakan sesuatu."
"Soal apa?" Sehun balas bertanya.
"Perasaanku." Jawab gadis itu dengan senyum penuh rahasia.
.
.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
.
Review please :D
