Disclaimer: I don't own Naruto. They belongs to Masashi Kishimoto-sensei

A/N: fic ItaKyuu pertama saya. Fic ni special aku buat untu KyouyaxCloud. Mungkin kalau dia gak pernah minta sewaktu ngereview fic pertama ku (Crai ai), aku gak bakal buat fic ini. Fic ini aku udah buat sewaktu Kyouya pertama kali minta fic ItaKyuu, malem harinya aku pikirin ide ceritanya. akhirnya muncul juga.

Fic ini emang udah lama di buat, tapi masih lom selesai. Makanya gak di publish-publish.


Ok, Readers. Let's go read.
Happy Reading, miauuw.. :]

attention: 'DON'T LIKE? DON'T READ!'


Seorang gadis berambut orange kemerahan terlihat sedang memperhatikan sekolah SMA Kaidou Gakuen. Mata merah gadis itu terus menelusuri setiap titik dari lingkungan tersebut. Dan matanya terhenti ketika dia menangkap sosok pemuda beranjak 16 tahun berambut pirang yang sedang makan cup ramen instant dibawah pohon bersama dengan teman-temannya.

"Akhirnya kutemukan juga kau, Naruto," ucap gadis itu sambil menampilkan seringai devilnya.


#.+.#... A Naruto Fanfiction ... #.+.#

-multichapter-

To be your uke? Never hope! © 2011
by
Kimmy no Michiku


Seorang pemuda bermata onyx sedang memperhatikan awan-awan yang ada dilangit biru di luar jendela. Mengabaikan tatapan kagum dari siswi-siswi yang berada dikelasnya, pemuda tersebut terus saja acuh tak acuh.

Tak berapa lama pintu kelas XII Ipa 3 terbuka, menampilkan sesosok wanita cantik paruh baya berambut hitam dan berkulit putih. Anak-anak yang sedari tadi sibuk dengan kegiatan masing-masing tiba-tiba berhenti dan langsung melesat menuju bangku masing-masing dalam beberapa detik(?) dan langsung duduk 'manis'.

Wanita itu berhenti ditengah depan kelas, memperhatikan anak-anak muridnya yang pucat dan berkeringat dingin. Siapa yang tidak pucat ketika guru yang terkenal dengan kekejaman dan mendapatkan julukan 'guru terkiller di SMA Kaidou Gakuen' masuk kekelasmu secara tiba-tiba. Yang kebetulan—entah nasib baik apa—bisa menjadi wali kelas mereka.

"Ehem, saya disini ingin memperkenalkan kepada kalian murid baru."

Bisik-bisik mulai terdengar setelah guru mereka, Kurenai Yuhi, berkata seperti itu.

"Kitsune, masuklah," perintah guru tersebut kepada gadis cantik dan—sedikit—manis berambut dan bermata merah yang berada diluar pintu. Gadis itu menuruti perintah dari sang guru dan mulai melangkah mendekati wali kelas XII IPA 3 tersebut, tidak memperdulikan tatapan kagum dari arah murid-murid perempuan dan tatapan nafsu(?) dari murid laki-laki—yang setelahnya langsung diberikan death-glare gratis dari murid-murid perempuan.

Gadis itu berdiri disamping Kurenai sehingga tubuh mereka—hampir—menempel. Tubuh gadis itu sedikit lebih tinggi dari wali kelasnya, sekitar 10 cm.

"Perkenalkan dirimu!" perintah Kurenai kepada gadis yang berada disampingnya. Gadis itu mengangguk dan menatap murid-murid yang berada dihadapannya dengan ekspresi datar.

"Kyuubi no Kitsune," ucap gadis itu memperkenalkan diri singkat tanpa senyum.

Kurenai mengangkat sebelah alisnya. "Hanya itu?" tanyanya heran.

Kyuubi mengangguk.

"Baiklah, sekarang silahkan kau duduk dibelakang Uchiha Itachi," kata wali kelas tersebut menunjuk ke arah pemuda bermata onyx yang dari tadi memperhatikan mereka berdua—lebih tepatnya gadis itu.

Mata Kyuubi sempat membulat mendengar nama Uchiha keluar dari bibir wali kelasnya. Namun sedetik kemudian, dia kembali menampilkan ekspresi datarnya yang terkesan cool. Tapi Itachi melihatnya. Dia mengangkat sebelah alisnya ketika melihat ekspresi Kyuubi tadi.

Kyuubi mengangguk. Dia lalu melangkah menuju tempat duduk yang berada di pojok paling belakang baris pertama. Tidak memperdulikan tatapan-tatapan sinis dan cemburu dari para gadis karena duduk dekat dengan pangeran mereka, Itachi.

Sementara itu, Itachi terus memperhatikan gadis yang sekarang melangkah menuju ke arahnya dengan ekspresi stoic khas Uchiha. Kyuubi yang terus di perhatikan oleh Itachi, langsung mendeath-glare Itachi—yang ternyata tidak mempan.

Setelah sampai ditempat duduknya, Kyuubi langsung mengalihkan pandangannya kearah luar jendela. Memperhatikan gedung yang berada disebelah gedung kelas XII, gedung kelas X. Dimana terdapat seseorang yang sedang dicari-carinya kini sedang menempuh pelajaran.

Itachi berbalik menghadap Kyuubi yang masih berkutat didalam pikirannya sendiri.

"Perkenalkan, aku Uchiha Itachi." Itachi memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Sungguh, dia merasa heran dengan dirinya sendiri saat ini. Biasanya para gadislah yang langsung ingin berkenalan dengannya, tapi sekarang malah sebaliknya. Entah kenapa dia merasa tertarik dengan gadis bermata merah darah yang baru beberapa menit ini duduk dibelakangnya.

Kyuubi hanya melirik sekilas kearah tangan Itachi, dan sedetik kemudian menatap kembali awan yang menurutnya lebih menarik dibandingkan wajah tampan Uchiha sulung tersebut.

Itachi mengangkat sebelah alisnya ketika tidak mendapat respon dari gadis yang berada dihadapannya ini. Dia sekarang bingung. Bukan hanya Itachi saja yang kebingungan dengan gadis cantik bermata merah darah tersebut, karena semua murid yang dari tadi memperhatikan mereka juga sekarang merasa bingung dan aneh, mengingat seorang Uchiha Itachi yang pesonanya tidak bisa ditolak oleh gadis manapun, mengacuhkan ketika mendapat kehormatan dari Raden Agung Itachi Uchiha.

Merasa diacuhkan, Itachi kembali berbalik. Memperhatikan guru mereka yang sedang menerangkan pelajaran kimia didepan kelas.

Tanpa diketahuinya, seseorang menghela napas frustasi pelan dari arah belakang.

.

.

.

.

Jam istirahat. Seperti biasa murid-murid langsung keluar menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Sementara itu gadis berambut orange kemerahan sedang melangkah dikoridor yang menghubungkan gedung kelas XII dengan gedung kelas X.

'Shit, kenapa bisa jadi begini?' batin gadis itu menggeram. 'Kalau tahu ada dia, aku akan berpikir dua kali sebelum melakukan ini semua.'

Gadis itu terus berseteru didalam pikirannya, tidak menyadari seseorang yang sedari tadi terus mengikutinya dari belakang.

"HEI! AWAS ADA BOLA!" teriak salah satu anak laki-laki yang mengenakan seragam futsal dilapangan tiba-tiba.

Kyuubi menoleh melihat anak yang tadi berteriak kepadanya. Matanya melebar ketika dia melihat sebuah bola melambung menuju wajah cantiknya. Seketika dia menutup mata, refleks.

'buuk'

Terdengar debuman cukup keras dan sesuatu yang menarik tubuhnya hingga kepalanya membentur sesuatu, tapi sesuatu itu.. lembut.

'Eh? Kenapa gue gak ngerasain sakit ya? Dan kenapa gue malah ngerasain hangat?' batinnya bertanya. Heran, Kyuubi akhirnya membuka matanya. Menampilkan mata merah darahnya yang cantik membelalak terkejut.

"Maaf kan kami, Uchiha senpai," seru anak laki-laki yang mengenakan seragam tim futsal tadi, berlari ke arahnya.

"Hn, tidak apa-apa. Lain kali jangan diulangi." Itachi tersenyum tipis kepada anak itu sambil memberi bola yang tadi mengenai kepalanya bagian samping dengan sebelah tangannya. Anak itu menganggukkan kepalanya seraya menerima bola yang diulurkan oleh Itachi. Setelah mengucapkan terimakasih, dia lalu berlari menjauhi Itachi dan Kyuubi yang masih didalam dekapan Uchiha sulung itu, menuju ke arah teman-temannya yang berada dilapangan.

Itachi menolehkan kepalanya menatap Kyuubi yang masih terlihat syok. Dia lalu memegang pipi Kyuubi lembut dan mengarahkannya agar menatapnya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Itachi khawatir.

Kyuubi tersadar dari alam bawah sadarnya. Tiba-tiba dia langsung menepis tangan Itachi yang masih memeluknya.

"Cih, apa-apaan lo? Meluk-meluk gue segala," bentak Kyuubi marah.

Itachi bingung. Seharusnya cewek yang baru saja dia tolong mengucapkan terimakasih, bukannya malah membentaknya.

"Adanya juga lo yang harusnya berterima kasih sama gue. Bukannya malah ngebentak gue," balas Itachi tidak terima.

Oh, kemana image pangeran baik hati dan cool yang dimiliki oleh Raden Agung Itachi Uchiha?

Kyuubi mendecih. "Gue gak minta tolong ma lo. So, kenapa juga gue harus berterima kasih sama lo?"

'Sabar, Tachi. Sabar. Ngadepin cewek kayak gini, lo harus sabar,' batin Itachi menenangkan diri. Setelah itu, ia menarik nafas untuk menetralkan emosinya yang hampir meledak. "Oke, kalau itu mau lo. Gue cabut dulu ke kelas." Ia lalu beranjak meninggalkan Kyuubi yang masih siap menerkamnya.

Kyuubi hanya memalingkan wajahnya ketika Itachi melewatinya. Ia masih marah terhadap Uchiha tersebut. Bagaimana mungkin ia membiarkan seseorang menyentuhnya semudah itu? Bahkan memeluknya. Apa lagi oleh orang yang mempunyai marga nama Uchiha. Sungguh, ia sangat membenci ini.

Tidak berapa lama, ia lalu teringat tujuan awal sampai-sampai ia harus rela pindah ke sini. Padahal seharusnya—kalau ia mau—ia sudah bisa bekerja sebagai seorang ilmuwan disebuah universitas elit. Tapi demi masa depan hidupnya akibat ulah 'dia', ia lebih memilih untuk menggagalkan hubungan 'mereka'. Ya, ia harus segera menggagalkan hubungan yang sebentar lagi akan mereka jalani, sebelum semuanya terlambat. Sebelum masa depannya menjadi buruk.

.

.

.

Naruto tertawa terbahak-bahak ketika mendengar lelucon dari pemuda berambut coklat hazelnut yang memiliki tato segitiga merah terbalik di masing-masing pipinya. Tawanya semakin kencang seiring dengan Kiba yang terus melontarkan lelucon-lelucon anehnya kepada sahabatnya itu.

"Jadi.. hahhaha.. setelah itu.. hah.. hah.. apa yang dilakukan olehnya?" tanya Naruto sambil mengusap air mata yang muncul disudut matanya akibat tawanya yang tidak bisa ditahannya itu. Ia berusaha untuk menahan tawanya karena semakin lama ia tertawa, perutnya semakin sakit.

Kiba terkikik geli ketika ingin menjawab pertanyaan Naruto. Ia semakin tertawa keras begitu mengingat lelucon yang akan dikatakannya kepada pemuda berambut pirang yang ada di hadapannya itu. "Setelah itu.. hihihi.. dia lalu.. hahhahahahaha.. lalu mengatakan 'emangnya lo siapa?', gitu kata kakeknya. Hahhahaha.. " tawanya terpingkal-pingkal. Mereka lalu tertawa terbahak-bahak bersama-sama, sebelum jitakan manis menyapa di kepala pemuda berambut pirang jabrik itu.

'buuk'

"Aww.. ittei.. ." Naruto meringis kesakitan ketika merasakan sakit dikepalanya. Ia memegang atas kepalanya dengan kedua tangannya. Dapat dirasakannya, muncul benjolan kecil di sana. Ia lalu mencari orang yang memberi hadiah benjolan itu kepadanya.

Di depannya, Naruto melihat gadis berambut pink soft sebahu sedang berkacak pinggang menatapnya jengkel. Naruto yang semula berencana ingin memberikan death glarenya, seketika berubah menjadi tatapan memelas a la orang bodoh. "Eh, Sa-Sakura. Ada apa? Apa kau merindukanku?" tanyanya sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, gugup.

Sakura masih menatapnya jengkel sebelum kemudian menghela nafas pelan. "Sudah berapa kali ku bilang, Naruto. kalau tertawa jangan keras-keras. Apa kau ingin membuat semua yang disini menjadi tuli?"

Naruto hanya bisa menyengir mendengar perkataan Sakura tersebut. "Gomen, Sakura-chan. Aku tadi kelepasan. Hehehhe.."

Sakura kembali menghela nafas begitu mendengar jawaban bodoh Naruto. ia sudah beberapa kali memperingatkannya, namun Naruto tetap saja tidak bisa menghentikan tawanya yang keras. 'Ah, sudahlah. Bakal gila aku kalau seperti ini terus.' Ia lalu kembali menatap Naruto yang masih gugup melihatnya. "Naruto, ada gadis yang mencarimu di luar." Sakura lalu menyeringai menatap Naruto yang kebingungan. "Orangnya cantik, lho~! Pacarmu, eh?" tanyanya menggoda.

Wajah Naruto sontak memerah mendengarnya. Tanpa disadarinya, seorang pemuda yang sedari tadi hanya diam disebelahnya mengepalkan tangannya erat begitu mendengar perkataan Sakura tadi.

"Ah, kalau begitu di mana gadis itu?" tanya Naruto yang wajahnya masih memerah. Ia penasaran sekali dengan perkataan Sakura tadi. Mungkin saja Dewi Fortuna sedang berada dipihaknya. Bahkan tak tanggung-tanggung, Dewa Cupid juga mendukungnya. Sehingga ada seorang gadis cantik—yang Sakura tadi katakan—ingin menyatakan suka padanya. Wajah Naruto semakin memerah membayangkannya.

Selama ini memang ia belum pernah ditembak oleh seorang gadis satu pun. Bukannya Naruto belum pernah menembak gadis-gadis yang ada disekolahnya. Malah sering, mengingat semua gadis yang ada di kelasnya sudah ia tembak. Namun semuanya menolak pernyataan Naruto. Bukan karena wajah Naruto jelek. Bahkan bisa di bilang wajahnya itu di atas rata-rata. Mungkin termasuk dalam urutan 'kesepuluh pemuda yang memiliki wajah tampan di SMA Kaidou Gakuen'. Hanya saja, para gadis yang ada di sekolahnya sudah terlanjur tergila-gila dengan kedua keturunan Uchiha. Siapa lagi kalau bukan Uchiha Itachi dan Uchiha Sasuke, dua kakak beradik yang sempurna. Dan entah karena keberuntungan apa, ia bisa sekelas dengan Sasuke, salah satu most of wanted disekolahnya, bahkan bisa duduk sebangku. Oh, haruskah ia bersyukur kepada Kami-sama?

Sakura lalu menunjuk ke arah pintu dengan telunjuknya. "Gadis itu masih menunggu di luar, di depan pintu."

Naruto mengangguk. Ia lalu berjalan keluar ke arah pintu yang Sakura tunjuk tadi setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kepadanya. Hatinya berdebar-debar seiring dengan langkah kakinya yang terus berjalan mendekati pintu. Tidak berapa lama, ia lalu melihat sesosok gadis berambut merah berdiri membelakanginya.

"Maaf, menunggu lama." Gadis itu lalu membalikkan badannya menghadap Naruto ketika ia mendengar suara milik pemuda pirang tersebut. Sebuah senyuman terukir di wajah cantiknya begitu ia mendapati Naruto sudah ada dihadapannya. Membuat Naruto tercengang akan keindahan sosok gadis bermata merah darah yang berada didepan matanya itu.

"Apa kabar.." senyuman gadis itu semakin melebar membentuk sebuah seringaian, "..Naruto-kun?"


To Be Continued..


gimana fic ini? jelek ya? jelek ya? Uuuh.. Michi udah berusaha buat fic ItaKyuu. jadi mohon maap klo jelek, emang Michi gak berbakat, *nangis di dalam lemari

tapi aku harap kalian suka. padahal Michi lagi da ulangan semster lho! karena bangun jam setengah satu pagi, ya udah Michi tulis fic ni ja, padahal nanti ada ulangan fisika, bukannya belajar, malah update fic. hehhehe.. *ketawa garing

yaudah, untuk terakhir,

mind to Review,.. :D