Biarkan Aku Mencintaimu

Hallo minna-san...

Sophia update lagi nieh fic yang ke sekian kalinya^^ semoga seneng yah dan gak bosen-bosen bacanya. Emang iya sieh Sophia suka NaruHina dan gak bakalan ganti atau pun terganti, soalnya kenapa?^^ karena udah lekat di hati.

Maaf yah yang suka selain NaruHina, Sophia gak bisa buat cerita selain itu, padahal kan seharusnya gak kayak gitu kan!^^ hahahaha... bodo amatlah, kalian suka atau enggaknya baca fic aku, yang penting aku mah apa atuh... hehehe

Jiaaahhhhhh! Ini diaaaa^ fic yang semua karakternya keluar dari karakter mereka, suka kalau Hinata lebih berani dan gak malu-malu kayak di anime atau pun manganya. Udah sifatnya kaya gitu disononya, masa di fic nya kaya gitu lagi sifatnya^^, gak banget!

Tapi itu semua tergantung yah, terGantung yang nulis cerita gitu^^ hahahaha... kembali dari awal deh, suka gak suka, *whatever* dan.. juga "yang mereview" kalao ada^^ Terimakasih banyak telah menyempatkan diri mengetik-ngetik kata dengan jari jemari anda semua.. ^^sophia sangat menghargainya^^.. sekali lagi Arigatou Gozaimasu^^

Ini keluar dari karakter^^ baik Naruto atau pun Hinata, semuanya berbeda... yasudah jangan terlalu banyak omong (*author pemula*) emang kaya gini kali yah! ^^menyebalkan***

***SELAMAT MEMBACA***

Chapter 1

"ini untuk yang kesekian kalinya kau merusak segalanya Naruto, apa kau tidak pernah belajar bagaimana menghargai waktu!" Kakashi marah besar pada Naruto saat dia melewatkan meeting.

"aku bisa belajar lagi, tenang saja!" dengan nada santai ia mengatakannya.

"tapi ini untuk yang kesekian kalinya Naruto. jika kau tidak belajar dari kesalahan mu kau tidak akan bisa memimpin perusahaan ayahmu. Siapa yang akan meneruskannya?"

"aku. Dan aku hanya butuh waktu, jangan ganggu aku untuk saat ini!" Naruto keluar dari ruangannya sambil membanting pintu.

Kakashi hanya memijat-mijat kepalanya saat dia melihat Naruto melenggang pergi dari ruangan. Sedangkan seseorang yang sedang duduk di sudut ruangan hanya mengangkat bahu dan tidak ada kepedulian sama sekali. Bukannya Iruka tidak mau peduli, apa yang dikatakan Naruto ada benarnya juga, dia butuh waktu untuk bisa sehebat ayahnya memimpin perusahaan.

Sejak kematian kedua orang tuanya, Naruto tinggal bersama Iruka di rumah besarnya yang sepi. Dengan keadaan seperti itu dia tidak pernah betah pulang ke rumah. Akhirnya dia sekarang tinggal di apartement, dan butuh tenaga ekstra untuk membujuk Naruto masuk ke kantor-nya sendiri. Iruka tahu kalau Naruto selalu pergi bersenang-senang setaip malam, dan selalu mabuk-mabukan, tapi dia tidak pernah sedikt pun melihat Naruto menggandeng seorang wanita. Belum!

Saat dia nanti bertemu seseorang yang mampu membuatnya gila, saat itulah dia mungkin tidak akan melepaskan wanita itu. Entah siapa dia, tapi Naruto akan mengatakan, "biarkan aku mencintaimu". Dan saa itulah semua kehidupannya menjadi lebih baik, kurasa!

###

"terimakasih Shizune-san, kau sangat membantu!" wanita itu membungkuk penuh hormat pada seseorang yang dia panggil Shizune.

"ayolah Hinata, aku hanya bisa membantu mu sedikit, kalau nenek chiyo tahu kau bekerja di bar, apa yang akan diakatakan!"

"aku sudah memebritahunya!" dengan nada lembut dia mengatakannya.

Shizune pun terkejut mendengarnya. Bagaimana mungkin nenek Chiyo membiarkan Hinata bekerja di bar, walau pun sebagai seorang pelayan, tapi seharusnya dia khawatir mengenai hal itu. Apakah mungkin dia terpaksa mengijinkan Hinata bekerja di bar, melihat kondisi panti asuhan yang sedang tidak stabil, dia pasti benar-benar terpaksa.

Shizune menghela napas berat. Dia hanya mengangguk lembut pada Hinata dan pergi meninggalkannya. Tugasnya hanya mengantar pesanan dari satu meja ke meja lain, bukan menjadi wanita penggoda atau pun (pel****). Tugas yang mudah, tapi apakah akan mudah jika dia terlihat orang yang dia kenal dan akhirnya menganggap bahwa Hinata bekerja sebagai wanita penggoda.

Mungkin sebaiknya Hinata menyamar, dan saat ini penyamaran yang paling sempurna adalah dnegan memakai kacamata ala orang-orang culun dan dengan menaruh serbet di pundaknya seperti seorang pembantu rumah tangga. Penyamaran yang sempurna.

"kau bisa melakukannya Hinata. Ganbatte!" menyemangati diri sendiri. Benar-benar memilukan

Dia bergegas membawakan pesanan para pelanggan bar, dengan melirik kanan dan kirinya, begitu miris dia melihat para wanita itu yang mengais uang demi hidupnya dengan menggoda semua pria yang ada disana, bersedia menjadi seorang (pel****) dan tidak mempunyai rasa malu sedikit pun. Hianata kasihan melihat mereka semua

Saat matanya tertuju pada wanita berambut merah panjang, dia tidak melihat ke arah depan. Air yang dia bawa kini menumpahi pakaian seoarang pengunjung bar. Hinata menabrak orang itu tanpa melihat wajahnya, dia langsung membungkuk membersihkan gelas yang terjatuh.

"m-maafkan saya, saya...!" kata-kata Hinata terputus saat melihat mata biru itu.

"lain kali kau harus berhati-hati!" ujar pemuda itu, dan dia pun berlalu meninggalkan Hinata.

Aneh! Hinata merasakan sesuatu yang entah perasaan apa itu. Tapi untung saja pria itu tidak memperpanjang masalah, jadi Hinata tidak perlu berusrusan dengan kekacauan. Saat hampir tengah malam Hinata bergegas pergi dan pulang ke rumah, dia memiliki banyak orang yang harus ia penuhi kebutuhannya. Anak-anak itu, Hinata harus bekerja keras agar mendapatkan uang yang banyak.

Saat dirinya akan bergegas melewati pintu bar, dia melihat seseorang yang tengah tertidur di meja bar. Kenapa pria itu belum pulang, padahal bar sebentar lagi akan ditutup. Melihat dari dekta, ternyata pria itu pemuda yang tadi ia tabrak, dan sekarang dia mabuk. Apa yang harus dia lakukan, apa membiarkannya begitu saja atau...

Tanpa berpikir panjang Hinata membantunya, pria itu berat dan Hinata tidak kuat menyangganya, "setidaknya kau sadarlah sedikit tuan, aku tidak kuat menahan mu," suarnya membuat pemuda itu bangun. Mata birunya melihat samar-samar, seorang wanita, abtin pria itu, apa dia bermimpi? Tidak! Dia tidak bermimpi, memang benar ada seoarang wanita menyentuhnya.

"aku bbukan pria yang hanya bisa memanfaatkan wanita," dengan nada lemah dan otak yang dipenuhi bintang-bintang dia mencoba mengatakannya. "aku pria sejati, apakah kau ingin aku menyentuh mu wanita penggoda?"

"a-apa dia bilang, wanita penggoda. Hey, aku bukan wanita penggoda, aku hanya ingin menolongmu!" Hinata tidak tahan dengan pria ini.

Saat dia melihat taxi, dia menghentikan taxi itu dan menyuruh sopir untuk memasukan pria itu ke mobil. Hinat tidak tahu dimana rumah pria ini, jadi dia tanpa dosa merogoh saku pria itu dan melihat alamat rumahnya.

"semoga aku tidak bertemu dengannya lagi!" pinta Hinata pada kami-sama.

###

"dia harus bangun! Dan bekerja, tapi..."

Bukan waktu yang tepat bagi Iruka untuk membangunkan Naruto, dia pasti tidak mau bekerja setelah kemarin dimarahi habis-habisan oleh Kakashi. Mungkin sebaiknya dia biarkan saja Naruto istirahat, tapi saat akan berlalu Naruto tiba-tiba terbangun.

"owh.. kau sudah bangun? Ayo kita sarapan, kau pasti lapar,"

"aku akan menyusul," Naruto bangun dari ranjangnya dan bergegas ke kamar mandi.

Dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Saat air shower membasahi rambut dan sekujur badannya dia tiba-tiba teringat, seorang wanita, dia melihat seorang wanita membawanya keluar dari bar dan menaikan dia ke taxi. Dia sangat ingat wajah Hinata, sentuhannya yang lembut, maanya yang indah, rambut panjangnya yang terurai sampai ke pinggang. Ingin sekali Naruto menenggelamkan wajahnya ke rambut itu.

"siapa dia?" gumam Naruto, "siapa pun dia, dia akan menjadi milikku."

Ya tuhan!^ dengan hanya melihat wajahnya sekilas, apalagi dengan keadaan mabuk, apakah dia akan mengenali Hinata dengan pakaian ala pembantunya, mustahil itu terjadi. Tapi kalau Naruto sudah bertekad dia pasti akan mendapatkannya.

Setelah dia selesai mandi, ternyata dia tidak menyusul Iruka untuk sarapan, dia malah pergi dengan membawa mobilnya menuju sebuah caffe dan bertemu seseorang. Pria berambut hitam dengan mata onix nya dan seorang wanita berambut pink pendek.

"kau agak berbeda hari ini Naruto, ada apa?" Sasuke, dialah salah teman Naruto, dan wanita yang ada disampingnya adalah Sakura, kekasihnya.

"aku ingin kau menemaniku ke bar itu lagi!" ujar Naruto.

"oww wooww.. tunggu, tunggu, apa yang terjadi semalam saat kami meninggalkan mu?" Sasuke bertanya dengan nada antusias tinggi.

"aku bertemu dengan seorang wanita penggoda, dia benar-benar cantik," ujar Naruto berterus terang.

"semua wanita penggoda memang cantik Naruto, itulah mengapa mereka menggoda setiap pria. Aku penasaran, wanita penggoda mana yang membuat mu tergoda,"

"dia berbeda Sakura, dia bukan seperti wanita penggoda lainnya, dia bagaikan malaikat tanpa sayap,"

Sasuke dan Sakura hanya tertawa dan menggelengkan kepala mereka. Teman mereka yang satu ini telah tergoda dengan wanita penggoda, mereka tidak mampu berbuat apa-apa selain menuruti permintaannya. Menemaninya ke bar itu lagi. Malam ini!

Ketika malam datang, seperti biasanya Hinata menyamar dan menjalankan tugasnya sebagai pelayan bar. Sedangkan disisi lain Naruto tengah mencari-carinya, saat matanya tertuju pada Hinata yang tengah membawa nampan berisi air dia menyipitkan matanya. Warna mata yang sama dengan wanita yang kemarin dia temui, tapi apakah wanita itu wanita yang sama yang dia lihat kemarin.

Naruto menggelengkan kepala. Dia hampir menyerah, tapi tidak, dia langsung menuju ke pemilik bar dan bertanya perihal wanita itu. Shizune sebagai pemilik bar tahu betul siapa wanita yang Naruto maksud, dia tidak mungkin memberitahu Naruto.

"saya tidak tahu wanita yang anda maksud tuan, mungkin anda salah orang!"

Tidak mungkin! Naruto benar-benar frustasi sekarang, tidak mungkin dia salah orang, atau jangan-jangan wanita itu... yah, Naruto akan menunggunya saat tengah malam. Dan disaat itulah mungkin Naruto akan bertemu dengannya.

Saat tengah malam menjelang, Naruto melihatnya, wanita penggoda itu, yah, dia benar-benar wanita itu. Naruto menarik tangannya saat wanita itu keluar dari pintu, tubuhnya terhempas membentur dada bidang Naruto, dan Naruto memerangkap Hinata dalam pelukannya.

Hinata memekik terkejut ketika mendapati dirinya tidak bisa terlepas dari pelukan itu. Dia meronta tapi Naruto semakin erat memeluknya.

"aku sudah lama menunggumu cantik, dari mana saja kau!"

"lepaskan aku! Atau aku akan berteriak!" Hinata mengancam.

"silahkan kau berteriak, tapi aku akan menutup mulutmu dengan mulutku!" Naruto balik mengancam Hinata.

"apa mau mu? Kenapa kau tiba-tiba melakukan hal ini pada ku, lepaskan aku!"

"bukankah setiap wanita penggoda ingin hal-hal seperti ini?"

Hinata terkejut. "Wanita penggoda? Aku bukan wanita penggoda, aku hanya seorang pelayan, dan kau tidak berhak melakukan hal ini padaku, karena aku tidak memintanya."

"seorang pelayan?" Naruto terkejut.

"tidak semudah itu, aku tidak percaya dengan mu sekarang, kau seorang wanita penggoda,"

"lepaskan aku sekarang!"

Naruto memang melepaskannya, tapi dia menarik tangan Hinata dan membawanya pergi menuju tempat yang lebih sepi. Hinata meronta, tapi kekuatannya tidak cukup untuk melawan Naruto, Naruto membawa Hinata ke taman kota, benar-benar sepi saat tengah malam.

"aku akan memberikan apa pun yang kau minta, asal kau membalasnya dengan godaan maut mu!"

Naruto sudah mengatakan niatnya. Dia berniat mencim Hinata, tapi Hinata menamparnya keras-keras. Hingga membuat Naruto merasakan perih dibagian sudut bibirnya.

"ku sudah katakan padamu, aku bukan wanita penggoda, camkan itu!" Hinata berlalu pergi dari hadapan Naruto. Naruto menyentuh pipinya yang memerah. "aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu!" ujarnya sungguh-sungguh.

###

Hinata terlihat amat sangat lelah, dia mencoba untuk tidur, tapi pikirannya tidak mampu membuatnya tertidur. Dia masih memikirkan pria itu, seenaknya saja dia menyebut Hinata wanita penggoda, siapa dia berani-beraninya melecehkan wanita.

Dia tahu betul bahwa semua wanita yang ada di bar itu telah dilecehkan oleh semua pria, hanya saja mereka hanya terpaksa dilecehkan untuk sekedar mendapatkan uang. Kalau anak-anak panti sudah bisa bekerja dan mereka semua dewasa, Hinata tidak akan mengajarkan pada mereka untuk bekerja dengan terpaksa hingga menjadi wanita penggoda. Dia akan membuat mereka menjadi wanita yang berguna untuk diri sendiri atau pun orang lain.

"Hinata? Apa kau sudah tidur?" nenek Chiyo memasuki kamar Hinata dan duduk di tepi ranjangnya.

Hinata terbangun dan memandang nenek Chiyo, wajahnya yang sudah keriput serta matanya yang sudah sayu, masih tetap bertahan dengan semua anak-anak panti yang telah ia rawat dan ia jaga. Sama seperi dirinya, ketika Hinata dan adiknya Hanabi yang berada dalam gendongannya ditinggal satu-satunya keluarga yaitu ayahnya yang meninggal karena kecelakaan. Dia dan Hanabi tergeletak ditepi jurang dengan keadaan terluka, Hanabi yang berada dalam dekapannya tidak terluka sama sekali, hanya dia yang terluka parah dengan ayahnya yang meninggal.

Nenek Chiyo datang dengan beberapa polisi dan menemukan dirinya dan Hanabi, melihat tidak ada orang lagi yang bisa merawat mereka akhirnya dia dibawa pulang dan dirawat oleh pihak panti asuhan yang ketuai oleh nenek Chyio. Saat itulah Hinata hidup bersamanya, hingga setua ini, para pekerja yang lain sudah berhenti dan tak mampu lagi untuk membantu. Kini tinggal dirinya dan adiknyanya lah yang membantu panti asuhan.

Tak cukup dari biaya pihak yayasan dia harus bekerja keras untuk lebih menckupi kebutuhan hidup. Pilihan Hinata pada pekerjaannya yang sekarang, menjadi pelayan bar, ternyata tidak ditentang nenek Chiyo, nenek Chiyo terpaksa mengijinkan Hinata bekerja di bar, karena kebutuhan yang mendesak.

"apa ada sesuatu yang terjadi Hinata?" tanya nenek Chiyo.

"tidak ada, semuanya baik-baik saja." Dia tersenyum, senyum palsu, yang semohga saja tidak dicurigai nenek Chiyo. Nene Chiyo mencium keningnya dan mengucapkan selamat malam. Saat itulah Hinata tertidur dan semakin dia tertidur, semakin dalam dia akan bermimpi. Mimpi yang indah!

Bersambung..^^