Charas: Hyuuga Hinata, Hyuuga Neji, Hyuuga Hanabi
Words: 1068 (story only)
Warning: AU, OOC maybe? Diharapkan jangan baca malam-malam (??)
Keterangan:
Hinata di fic ini nggak gugup kalau ngomong.
Ayah Hinata (entah Hiashi atau Hizashi, saya lupa) sedang dinas keluar desa.
Tumpukan piring berbalur sisa dinner menghampar di dapur, menandai jamuan keluarga telah habis, usai bersamaan dengan berdentangnya lonceng pertanda jam malam di menara desa tua itu. Setiap hari, satu-satunya penduduk yang berani menaiki puncak menara untuk membunyikan lonceng itu hanyalah kakek tua yang tinggal di sudut jalan St. Maple.
Lonceng tua di atas menara itu punya banyak cerita. Sejak pertama kali dibangun, para pekerjanya banyak yang meninggal saat bekerja lembur di tengah malam. Lalu, ketika pembukaan sekaligus pembunyian pertama kalinya oleh kepala desa, banyak warga yang meninggal akibat serangan jantung saat mendengar suara lonceng itu. Dan sampai sekarang, jika setelah lonceng itu dibunyikan masih ada orang yang berada di luar pintu rumahnya, maka ia akan meninggal dengan cara yang mengenaskan.
-
NARUTO © Masashi Kishimoto
Kumpulan Cerita Horror © sabaku no panda-kun
1st Story: A Curfew Chime
-
"Neji-niichan, berikan padaku! Aku mau melihat siaran langsung pertandingan baseball!" Remote televisi berpindah tangan ke anak bungsu keluarga Hyuuga yang rambut panjangnya tergerai sampai punggung.
"Hanabi-chan, menonton berita itu juga penting supaya kita tidak ketinggalan berita luar." Sekarang remote itu berpindah tangan lagi ke anak sulung yang berambut panjang juga.
"Umm… Bagaimana kalau kita menonton telenovela?" Anak tengah memainkan kedua telunjuknya, wajahnya sedikit memerah saat mengatakan 'telenovela'.
Neji dan Hanabi bengong sesaat, saling pandang wajah satu sama lain, lalu secara bersamaan mereka berseru, "Tidak, Hinata-sama//Hinata-neechan…!!" Dan itu cukup untuk membuat Hinata jadi tidak bersemangat lagi duduk di depan televisi. Ia melangkahkan kakinya menaiki undakan tangga kayu menuju lantai atas, tempat kamarnya berada.
Hinata's POV
"Pelajaran untuk besok sudah kusiapkan… Jadi, tidak ada lagi yang bisa kulakukan, huff…" Aku melepas ikatan rambut indigoku, lalu membaringkan tubuhku ke futon, bersiap untuk mengistirahatkan setiap sel dalam tubuhku. Yah, kecuali para sel-sel yang menyusun otot polos tentunya. Tanpa aku sadari, aku telah tertidur lelap.
xxx
Clik. Kedua kelopak mataku terbuka tanpa mau menunggu gerakan jarum jam berputar selangkah pun. Gelap. Butuh waktu agar retinaku terbiasa dengan kegelapan ini. Aku menggerakkan kakiku secara bergantian ke arah dimana saklar lampu terletak, dengan seluruh tubuh yang sedikit gemetaran karena rasa takutku terhadap gelap tak juga semakin berkurang.
Tek. Lampu menyala remang-remang, menjadi semakin terang secara perlahan. Aku menghela nafas sepelan mungkin, rasa takutku sudah menghilang dengan sendirinya. Bulu kudukku kembali terbaring, seolah tak pernah berdiri sebelumnya. Keringat dingin yang tadi sempat menetes juga sudah tergantikan dengan keringat bersuhu lebih tinggi, akibat panasnya ruangan kamarku yang memang tak dilengkapi oleh AC karena tubuh lemahku ini tak tahan terhadap temperatur rendah.
"Hmm… Karena aku sudah tak bisa tidur lagi, bagaimana kalau sedikit ketikan?" Kulirik laptop yang teronggok diam di atas meja belajarku yang terpenuhi dengan buku pelajaran. Aku menyalakannya dan membuka aplikasi Ms. Word, tanganku sudah sangat gatal untuk segera mengirimkan cerpen ini pada redaksi majalah Konoholic, majalah yang cukup maju sehingga dapat tetap bertahan sampai 10 tahun sejak ia memulai.
Baru 10 karakter yang tertera di monitor saat kurasakan suasana malam ini terasa berbeda. Sangat hening, tak ada suara desiran angin yang menghembus pepohonan, tak ada suara para pengangguran yang biasanya begadang di kontrakan sebelah rumahku, tak ada pula suara hewan-hewan malam. Lampu kamarku tiba-tiba mati dengan sendirinya. Kucoba menekan saklarnya berkali-kali, namun percuma. Mati lampu.
Keringat dinginku kembali mengucur, bulu kudukku ikut terbangun akibat kegelapan yang untuk kedua kalinya menguasai kamar ini. Bola mataku melirik ke sekeliling dengan gelisah, secepatnya ingin mencari penerangan. Oh ya, laptop! Aku segera mengangkat laptop-ku dan membawanya ke atas tempat tidur.
Aku memejamkan mata sambil merangkul laptop yang masih terbuka, setengah berharap supaya dapat mengusir kegelapan sekaligus ketakutan yang kini berada dalam seluruh isi benakku.
"Guk, guk, guk!!" Tanpa terdengar bunyi langkahnya mendekat, suara gonggongan seekor anjing memecah keheningan. Suaranya cukup keras, membuatku semakin yakin kalau anjing itu ada di depan rumahku. Anjing itu menggonggong lagi, tanpa henti dan suaranya semakin keras, seakan ingin membangunkan seisi desa yang masih terlelap dalam alam bawah sadarnya.
Dikuasai rasa penasaran, aku segera membuka salah satu jendela dekat tempat tidurku. Lalu aku melongokkan kepalaku keluar, memastikan apa yang sebenarnya digonggongi anjing tersebut di bawah sana. Tapi cabang-cabang pohon Willow menghalangi pandanganku.
Dong! Dong! Dong! Lonceng di atas menara itu berbunyi dengan sangat tidak wajar. Bunyinya dua kali lebih kencang dari biasanya, apalagi tengah malam seperti ini tidak mungkin ada orang yang sengaja bangun hanya untuk membunyikan lonceng itu. Aku melompat ke tempat tidur lalu memejamkan mata, mencoba untuk kembali tertidur, mencoba untuk melarikan diri dari mimpi buruk ini.
Sayup-sayup masih kudengar suara anjing yang menggonggong makin menjauh, diiringi oleh suara lonceng yang semakin kencang. Tunggu. Kenapa suara lonceng kini berdentang dengan ketukan yang lebih cepat dari sebelumnya? Bahkan suara gonggongan anjing tadi terdengar semakin kencang, pertanda kalau ia semakin mendekat.
End of Hinata's POV
xxx
Tok. Tok. Tok. Ketukan menggema di pintu kamar Hinata, berasal dari tangan mungil Hanabi yang terlihat cemas. Hening selama beberapa detik.
"Hinata-neechan… Kau sakit?" Hanabi setengah berteriak, berharap Hinata dapat mendengarnya. Tapi tetap tak ada jawaban. Ia melirik kakak sepupunya yang berdiri di sebelahnya dengan wajah serius.
"Biar kudobrak pintunya, Hanabi-chan." Setelah beberapa kali dorongan, akhirnya pintu itu terbuka secara paksa. Neji dan Hanabi berhambur masuk, tangan segera berada di depan bibir yang menganga begitu melihat keadaan Hinata.
Anjing bertubuh sangat besar, hitam dan berwajah mengerikan berada di atas tubuh Hinata, mulutnya masih menggigiti wajah Hinata yang kini sudah tak jelas bentuknya. Kepala dan tubuh Hinata masih utuh, hanya wajahnya saja yang dikoyak oleh anjing itu. Cipratan darah ada dimana-mana, mengalir deras di leher Hinata, membentuk bercak di bantal putihnya.
"Hus! Hus!" Tanpa menunggu lagi, Neji memukuli anjing itu dengan tongkat sapu yang tergeletak di belakang pintu. Hanabi segera menghampiri mayat kakak perempuannya itu, dengan wajah antara sedih-juga shock. Anjing tadi melompati jendela yang ada di lantai dua tersebut, lalu berlari dengan kecepatan tinggi menuju menara di tengah desa.
Neji mengusap pelan kepala Hanabi, berusaha terlihat tegar. Ia sedikit mengalihkan pandangannya dari kepala-tanpa-wajah Hinata, menuju ke bawah. Laptop Hinata masih menyala. Ia membukanya dan melihat tulisan berhuruf kapital semua yang tertera di dokumen baru Ms. Word.
LONCENG.
-
OWARI
-
Lonceng tua di atas menara itu punya banyak cerita. Sejak pertama kali dibangun, para pekerjanya banyak yang meninggal saat bekerja lembur di tengah malam. Lalu, ketika pembukaan sekaligus pembunyian pertama kalinya oleh kepala desa, banyak warga yang meninggal akibat serangan jantung saat mendengar suara lonceng itu. Dan sampai sekarang, jika setelah lonceng itu dibunyikan masih ada orang yang berada di luar pintu rumahnya, maka ia akan meninggal dengan cara yang mengenaskan.
Next Chapter
2nd Story: Don't Chase Me!
Harap diperhatikan: Cerita ini tidak berhubungan dengan cerita selanjutnya.
Tapi tidak menutup kemungkinan lonceng penanda jam malam ini bakal muncul di chap depan, dengan cerita yang berbeda tentunya! :D
Chap ini based on true story lho, cuma lonceng dan anjing yang makan manusia itu karangan saya… :P
Kalau aslinya sih cuma digonggongin anjing (padahal tetangga nggak ada yang punya anjing O.o) yang bolak-balik terus mendekat dan menjauh! Waktu itu sih saya langsung baca doa, terus akhirnya bisa tidur. Paginya, langsung sakit dan mesti susulan midtest Biologi, Sejarah, TIK sekaligus… T^T –curhat gaje-
OK, kalau kalian bosen ya nggak usah baca curhatan di atas. xD
Yang penting, mind to review?
