SOMEDAY

.

Super Junior Fanfiction

.

.

.

Fan fiction is only fan fiction

NO FLAME NO BASH NO PLAGIARISM

if you don't like what I wrote, just find out where the close button is

.

Happy Reading

.

Tak pernah ada yang tau tentang masa depan. Tak pernah ada yang bisa mengubah masa lalu. Dan sang waktu, adalah sosok yang paling kejam dan egois. Dimana ketika ia telah berlalu, ia takkan pernah berbalik untuk kembali. Takkan pernah –sekuat apapun kau meminta.

Saat ini, suasana tegang tengah menyelimuti mansion Park. Menyisakan empat orang dewasa yang terduduk dengan suasana tegang di ruang keluarga. Satu-satunya pria dewasa yang kharismatik duduk dengan cukup angkuh dan memasang wajah stoic. Namun dalam hati, pria itu tengah menyiapkan kata yang cocok untuk ketiga perempuan yang kini duduk saling berhadapan. Im Yoona, Kang Sora dan Kim Taeyeon –nama perempuan-perempuan itu. Dua wajah yeoja itu nampak tak bersahabat dengan satu orang yeoja yang tertunduk terus menatap lantai. Kang Sora dengan seorang bayi delapan bulan di pangkuannya nampak membuang muka begitu saja. Menghadapkan pandangannya ke arah jendela yang kini menampilkan gemerisik hujan, kilat dan petir. Sedangkan Kim Taeyeon hanya memasang wajah murung. Dua bocah kecil berusia empat dan satu tahun tahun itu mengapit Taeyeon dan duduk disisinya. Menggenggam erat lengan sang ibu. Sedangkan Im Yoona –yeoja itu tak sanggup mendongakkan wajahnya barang se-inch.

"baru setahun lalu kau meminta izinku untuk menikahi artis itu, yeobo." Taeyeon membuka mulutnya. Suaranya tercekat menahan tangis. Memandang tak suka pada Sora dan bayi dalam dekapannya. Lalu kemudian beralih memandang Yoona. "Dan sekarang, apa?" Perempuan itu melanjutkan kalimatnya. Meminta penjelasan yang masuk akal atas kelakuan tiba-tiba yang dilakukan sang suami.

"Taeyeon-ah… aku sungguh-sungguh memohon izinmu untuk menikahi Yoona." Lelaki Park itu membuka suara. "ini yang terakhir."

"Demi Tuhan, Park Jungsoo kurang apa aku padamu?" hanya kalimat lirih itu yang mampu diucapkan Taeyeon.

Lelaki yang dipanggil Park Jungsoo itu menghela nafas panjang. Bangkit berdiri kemudian menggenggam jemari lentik kedua putranya, "Hae-ya dan Heechullie, kalian ke kamar sebentar, ne? Appa ingin bicara dengan Umma dan Mommy Sora." Teriakan-teriakan ini takkan baik untuk tumbuh kembang anak-anak itu.

Heechullie –bocah yang lebih besar itu menggeleng kuat. "shireo! Chullie ingin ke kamar bersama Umma."

Jungsoo menghela nafas lelahnya, "kau tak kasihan pada uri Donghae? Dia nampak sudah mengantuk."

Heechul melirik pada adiknya yang kini sedang mengucek matanya. Benar kata sang Appa, saengnya memang sudah mengantuk. Tapi Heechul merasa bahwa ia tak bisa meninggalkan Ummanya sendirian. Ummanya sedang menangis sekarang. Jika Chullie meninggalkannya, Appa pasti akan semakin menyakiti Umma. Begitu kan?

"kka… segeralah ke kamar." Titah sang Appa –yang mau tidak mau membuat Heechul mengangguk.

Namun sepanjang langkahnya menggandeng Donghae ke kamar, Heechul bisa mendengar isak ibunya. Isak menyakitkan yang membuat bocah kecil itu mengepalkan tangan dan merapalkan kebencian.

Yang bocah kecil itu tau, ayahnya adalah sosok kharismatik dan penuh sayang. Namun malam itu, Heechul bisa melihat sisi lain ayahnya. Samar-samar, Heechul melihat tuan Park berlutut dihadapan ketiga wanita dewasa itu. berujar lirih dengan penuh nada memohon.

"kumohon, Taeyeon-ah… izinkan aku bersama dengan satu-satunya perempuan yang aku cintai…"

Di malam yang hujan itulah semuanya terjadi. Seseorang kembali hadir dalam keluarga mereka. Seseorang yang Heechul dengar sebagai perempuan yang paling dicintai ayahnya. Im Yoona. Perempuan itu telah menjadi selir yang paling dicintai oleh Tuan Park. Menyingkirkan dua perempuan lain yang telah bersama Park Jungsoo.

.

someday

.

Empat bocah kecil sedang bermain di halaman belakang. Bocah berusia enam tahun sedang sibuk dengan buku dongengnya sambil duduk diam di ayunan. Sedangkan dua bocah berusia enam dan sepuluh tahun sedang sibuk bermain air di kolam ikan. Satu lagi bocah berusia empat tahun mengamati sambil duduk di gazebo. Bocah lucu berpipi gembil itu ingin bergabung bermain air di kolam ikan, namun beberapa menit lalu Heechul hyung –si bocah berusia sepuluh tahun- baru saja memarahinya karena ikut bermain air. Tidak main tambahan –katanya sambil memarahi bocah kecil itu. Sedangkan bergabung bersama Kibum hyung untuk membaca buku adalah hal yang membosankan –terlebih bocah kecil itu belum paham benar dengan apa itu membaca.

"Umma… Kyu ingin main…" bocah berpipi gembil itu menarik-narik ujung baju sang ibu. Bibir penuhnya itu nampak terpout sempurna. Merajuk.

"ikut baca buku dengan Kibummie hyung saja, ne?" tawar yeoja yang merupakan ibu Kyuhyun itu. Menunjuk ke arah si bocah penyendiri yang sedang membaca buku dongeng di ayunan. "Umma akan ajarkan Kyu membaca Hangeul. Eotthe?"

Kyuhyun –nama si bocah berpipi gembil itu- menggeleng keras menolak usulan sang ibu. "Shireo! Kyu ingin main air dengan Chullie hyung dan Hae hyung…"

"ta-tapi…"

"biar saja…" suara lembut nyonya rumah Park –Taeyeon- menginterupsi. "Kyuhyunnie ingin main dengan hyungnya, kan?"

Yoona tersenyum canggung pada yeoja yang beberapa tahun lebih tua diatasnya itu. Meski Taeyeon tidak pernah memaki atau marah keras terhadapnya, namun Yoona selalu merasa ada gap diantara mereka. Begitu juga diantara anak-anak mereka. Jadi rasanya… ah, entahlah!

"Kyu boleh ikut main dengan Hae hyung dan Chullie hyung, Mommy?" Tanya Kyuhyun antusias.

Taeyeon mengangguk, lalu memanggil salah satu putranya. "Hae… ajak Kyunnie main, sayang!"

Bocah kecil yang dipanggil Hae itu langsung bangkit dan melangkah dengan lucu. Menggandeng tangan Kyuhyun untuk mengajaknya main bersama.

Yoona bisa melihat betapa Hae antusias menggandeng Kyuhyun. Bercerita tentang berapa banyak ikan di kolamnya saat ini. Atau hal-hal lainnya menyangkut ikan dan kolamnya. Kyuhyun hanya membalas ucapan hyungnya itu dengan tatapan kagum. Interaksi Kyuhyun dan Donghae memang selalu manis seperti itu. Membuat ibu dari bocah kecil itu tersenyum. Yoona tak seharusnya merasa khawatir, kan? Ada banyak orang yang mencintainya dan putranya sekalipun awal kedatangan mereka tidak begitu di sambut baik.

Beberapa menit setelahnya, terdengar ribut-ribut kecil diantara anak-anak di kolam itu. Taeyeon sempat melerai menengahi. Bahkan sedikit menghardik Heechul yang dinilai tak mau mengalah pada dua dongsaengnya. Hingga untuk beberapa saat, anak-anak itu bisa kembali hening. Namun tak terlalu lama karena pada akhirnya beberapa ribut kecil itu terdengar lagi.

"Kyuhyunnie, ku bilang jangan!" pekik Heechul mulai marah pada bocah kecil itu.

Donghae diam saja. Nampaknya bocah itu cukup terkejut mendengar hyungnya marah. Sedangkan Kyuhyun malah memiringkan kepalanya –tak mengerti. Tapi toh, itu hanya berlaku sekejap. Karena Donghae dan Kyuhyun lagi-lagi mengecak air hingga beberapa tetes airnya terciprat kemana-mana. Mereka tertawa cekikikan berdua.

Namun Heechul sama sekali tak merasa bahwa itu adalah hal yang lucu. Heechul sudah cukup kesal karena bocah kecil itu bergabung bersamanya dan adik kesayangannya. Ditambah sekarang si adik yang berbeda ibu itu tidak mau mendengarkannya.

"dasar anak nakal!" Heechul yang kesal mendorong Kyuhyun hingga bocah berusia empat tahun itu tergelincir jatuh ke kolam ikan.

Kyuhyun sempat tenggelam beberapa detik karena posisinya yang tersungkur saat terjatuh sebelum akhirnya bocah itu bisa duduk dalam air dengan keadaan nyaris seluruh tubuhnya basah kuyup.

"Ommo, Kyuhyun-ah." Pekik Taeyeon dan Yoona bersamaan. Kaget. Kedua yeoja itu menghambur beberapa langkah menuju kolam.

Taeyeon yang beberapa detik tiba lebih dulu dari Yoona dengan segera mengangkat Kyuhyun dari dalam kolam. Dan memindahtangankan bocah yang sudah basah itu ke tangan ibunya. Kyuhyun sendiri sudah menangis sesegukan.

"adeul-ah, gwaenchana?" panik sang ibu sambil memeluk putranya. Sedangkan bocah-bocah lain yang ada disana saling berkumpul saja. Memperhatikan dengan takut-takut.

"Kyuhyunnie, katakan pada Umma… ada yang sakit?"

"huweeeee… Umma… hiks… Umma… hiks.. ugh-"

Tidak… jangan… kumohon adeul… panik Yoona saat melihat putranya mulai tersengal kesakitan.

"Kyuhyunnie chagiya… kau dengar Umma, hn?"

Kyuhyun hanya meracau di pelukan Ummanya sambil terbatuk dan kesulitan mengambil napas.

"Kyuhyunnie…"

"bawa Kyuhyunnie ke dalam dan hangatkan ia." Titah Taeyeon yang terdengar sama paniknya dengan Yoona. "aku akan menelepon Uisa Choi."

Yoona mengangguk menuruti titah eonni-nya itu. Perempuan muda itu langsung melesat kedalam rumah.

"Kibummie, tolong Mommy telepon Appa, ne?"

Kibum –si bocah yang diberi perintah itu mengangguk patuh.

.

Ketiga bocah itu mengintip di kamar Kyuhyun sementara dua yeoja dewasa dan seorang Uisa sedang sibuk dengan tubuh Kyuhyun. Memasangkan beberapa benda yang bocah kecil itu tak mengerti apa fungsinya.

Sebenarnya, kamar Kyuhyun sama saja seperti kamar-kamar biasanya. Di design dengan warna unisex dengan beberapa gambar robot di dindingnya –sungguh khas anak-anak. Bedanya, ada beberapa peralatan medis disana. Seperti tiang infus dan tabung oksigen kecil. Kibum selalu berkomentar bahwa kamar Kyuhyun seperti kamar rawat di rumah sakit. Dan Heechul sering tertawa dengan komentar itu. Entah apa yang lucu.

Donghae sendiri tak pernah mengomentari kamar Kyuhyun seperti yang dilakukan Kibum. Donghae hanya sering merasa penasaran terhadap benda-benda di kamar Kyuhyun –yang tidak ia miliki di kamarnya sendiri. Ia teringat bahwa ia pernah bermain-main dengan salah satu dari benda-benda itu karena penasaran mengapa Kyuhyun sering menggunakannya. Donghae tertawa geli saat ada udara dingin berhembus ke lubang hidungnya saat bermain-main dengan flow meter pada tabung oksigen dan nasal cannula-nya. Ya –sebelum akhirnya Ummanya mengomelinya dan berceramah panjang bahwa benda-benda itu tidak boleh buat mainan.

"Kyunnie sakit lagi, Umma?" Tanya Donghae saat melihat sang Umma mulai berjalan keluar dari kamar Kyuhyun. Celah yang masih tersisa sedikit itu membuat Donghae masih bisa melihat betapa sibuknya si pria dewasa berjubah putih itu dengan ibunya Kyuhyun.

Taeyeon nampak mengangguk sedih. "uisa sedang memeriksanya. Hae, Bummie dan Chullie doakan Kyunnie, ne?"

Dua dari tiga bocah itu mengangguk. "apa karena terjatuh tadi?" Tanya Donghae lagi.

"sepertinya begitu… uri Kyuhyunnie kaget, makanya sakit lagi."

Donghae manggut-manggut so' faham. "sudah boleh ditemani?"

Taeyeon menggeleng, "tunggu uisa selesai memeriksa, ne?" pinta Taeyeon, "oh iya, sudah telepon Appa?"

Kibum yang kini mengangguk, "Appa bilang akan segera pulang, Mommy."

Taeyeon tersenyum, mengusak kepala Kibum dengan penuh sayang.

.

Mereka bilang apa yang terjadi pada Kyuhyun adalah kesalahan kedua orang tuanya dimasa lalu. Kyuhyun lahir dengan kondisi lemah -sekarat, katanya, mungkin karena doa Taeyeon dan Sora yang tak merestui pernikahan ayah dan ibunya. Sehingga Kyuhyun harus menanggung dosa ayah dan ibunya itu.

Mereka yang hanya menonton bilang Sora lebih memilih sibuk dengan dunia keartisannya –dan kerap kali pulang ke apartemen dibanding ke mansion Park karena muak dengan kehidupan cinta segi tak beraturan yang dimiliki Park Jungsoo.

Mereka yang hanya menonton bilang bahwa Taeyeon terlalu bodoh untuk mengizinkan suaminya menikah dengan wanita lain.

Mereka yang hanya menonton berani mencaci Yoona. Mengatakan bahwa perempuan itu terlalu binal dan kasar karena berani menikah dengan lelaki beristri.

Tapi itu kata mereka. Mereka yang hanya menonton dari luar. Mereka yang bahkan tak mengetahui dengan pasti mengapa Jungsoo dan Taeyeon menikah, atau mengapa Taeyeon bisa mengizinkan Jungsoo mendua, ani, men-tiga-kan cintanya. Mereka yang tak tau seperti apa ketiga perempuan yang mengisi hati Park Jungsoo itu. Mereka tidak pernah tau.

Tak ada yang benar-benar tau alasan Taeyeon menangis, tak ada yang tau mengapa Sora kerap kali memalingkan wajahnya, tak ada yang tau alasan Yoona tersenyum –dan tak ada yang mampu menebak isi kepala Jungsoo. Bahkan keempat bocah di mansion Park itu tidak pernah tau, apa yang sesungguhnya terjadi pada ayah dan ibu mereka.

.

Kepala keluarga Park itu tengah dalam meeting dengan beberapa investor asal Jepang ketika putranya yang nomor tiga mengabarkan bahwa adik kecilnya jatuh ke kolam dan kesakitan. Detik itu juga, Jungsoo langsung memindahtangankan urusan kontrak pada asisten kepercayaannya dan pulang ke rumah untuk melihat kondisi jagoan kecilnya.

Jadi, disinilah Jungsoo sekarang. Berjalan tergesa melewati beberapa pintu di mansion Park. Hingga akhirnya ia bisa melihat istri dan ketiga putranya tengah berkumpul di depan kamar jagoan kecilnya.

Taeyeon memeluk Jungsoo –yang langsung dihadiahi kecupan singkat di dahi yeoja itu. Namun bola mata Jungsoo tak lepas dari pintu kamar Kyuhyun.

"Uisa masih menanganinya. Kyu sempat kesulitan bernapas tadi."

Jungsoo mengangguk menanggapi ucapan Taeyeon.

Kepala keluarga Park itu melangkah mendekati anak-anaknya yang berkerumun di dekat pintu. Setengah berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan anak-anaknya. Mengusap surai mereka satu-satu dengan mata berkaca. Mengecup dahi mereka dengan penuh sayang, sebelum akhirnya kepala keluarga Park itu masuk ke dalam kamar Kyuhyun.

Heechul menatap ke arah ibunya yang nampak menangis. Entah mengapa hatinya terasa sakit saat air mata yang begitu berharga itu meluncur bebas dari sudut mata ibunya. Heechul tak terima. Ibunya terluka lagi. Tersakiti lagi.

Bocah sepuluh tahun itu mengepal erat tangannya. Benci. Benci pada perempuan yang paling dicintai ayahnya. Dan benci pada anak yang juga paling dicintai oleh ayahnya.

.

TBC

.

Annyeong…

saya mau ikut meramaikan FFN dengan plot pasaran dan karakter mainstream.

mudah-mudahan diterima dengan baik ya.

mohon di review nya.

salam kenal dari saya..