Seorang gadis cantik sedang berdiri di atas balkon di depan kamarnya. Matanya menerawang—entah apa yang dipikirkannya sekarang. Ia menangis? Hei, ada apa?

Ponsel yang berada di tangannya berdering. Sebuah pesan diterima.

From: Ino

Time/Date: 19.54 PM. 04 Juni 2011.

Semangat, Sakura! Jangan membuang air matamu hanya untuk Uchiha itu! Air mata dan cintamu terlalu berharga untuknya yang tak pernah melihatmu! Carilah lelaki lain. Tapi ... apapun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu.

Semangat!

.

Gadis berambut soft pink bernama Sakura itu tersenyum, Ino benar. "Selamat tinggal, Uchiha Sasuke." Dan sekali lagi, air matanya keluar tanpa ia sadari. Ah ... cinta memang menyakitkan, benar, kan? Sakura?

.

.

Kediaman Uchiha.

Seorang pemuda berambut raven sedang duduk di meja belajarnya. Ia hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun sedari satu jam yang lalu. Ia kembali membuka ponselnya. Membaca sebuah pesan yang satu jam lalu diterimanya.

From: 0212805xxxxx

Time/Date: 18.50 PM. 04 Juni 2011.

Arigatou untuk kenangan yang pernah kita lalui bersama, Sasuke-kun.

Selamat tinggal, Uchiha Sasuke.

Untuk yang kesekian kalinya, pemuda bernama Sasuke itu mengernyitkan alisnya. Pesan yang diterimanya satu jam yang lalu masih menyisakan tanda tanya dipikirannya.

Siapa, ya? Nomor siapa itu? Apa aku mengenalnya? Berbagai pertanyaan itu terus berputar dikepalanya.

.

.

Naruto © Masashi kishimoto

Tosca © Amel Mele

Warning: OOC, AU, misstypo, abal, don't like don't read.

Pair: SasuSaku

My first fic, mohon kritik dan sarannya. ^^

.

Chapter 1: Perasaan?

.

Konoha Senior High School tampak ramai pagi itu, seorang gadis cantik yang memiliki rambut berwarna soft pink dan mata emerald sedang berlari tergesa-gesa, gadis itu bernama Haruno Sakura.

"Gawat! Aku terlambat! Apa upacara Pra-MOS sudah dimulai, ya?" Ia menggumam sambil berlari menuju Konoha Senior High School.

"Sakura!" Gadis yang bernama Sakura itu berpaling menuju suara yang memanggilnya tadi dan mendapati seorang pemuda berambut merah dan mata jade, Sabaku Gaara.

"Gaara! Kau juga terlambat? Ayo, cepat! Nanti si Ketua OSIS itu akan mengomeli kita!" Gaara berlari menuju Sakura, dan mereka berlari bersama menuju Konoha Senior High School.

"Syukurlah, upacara Pra-MOS belum dimulai." Sakura langsung duduk di salah satu bangku panjang di bawah pohon di halaman sekolahnya.

"..." Gaara memilih untuk diam.

"Sakura-chan! Tumben kau datang terlambat? Kau juga, Gaara! Kalian tahu? Neji mencari kalian berdua." Seorang pemuda dengan rambut pirang jabrik dan bermata biru safir menghampiri mereka berdua, Uzumaki Naruto.

"I-iya, Neji-niisan mencari kalian berdua," kata seorang gadis berambut indigo dan mata lavender yang berada di samping Naruto, Hyuuga Hinata.

"Kami?" Sakura dan Gaara bertanya pada Naruto dan Hinata secara bersamaan.

"Wah ... wah ... kalian sepertinya jodoh, ya? Hahahaha ..." Naruto tertawa terbahak-bahak saat melihat rona di pipi Sakura dan Gaara.

"Naruto!" bentak Sakura dan Gaara bersamaan (lagi).

"Tuh, kan! Hinata-chan, mereka cocok sekali, ya?" goda Naruto seraya merangkul Hinata. Hinata yang dirangkul oleh Naruto pun merona.

"Jangan pacaran di sini, Dobe!" kata seseorang di belakang Naruto dan Hinata. Pemuda berambut raven dan mata onyx, Uchiha Sasuke.

"Hahaha ... iya, baiklah, Teme! Kau tahu? Sakura dan Gaara ini serasi sekali!" ujar Naruto seraya menunjuk Sakura dan Gaara yang lagi-lagi wajahnya merona.

"Hn," jawab Sasuke. "Kalian ditunggu Neji di ruang Ketua OSIS sekarang."

"Baiklah, terima kasih Sasuke-kun. Ayo, Gaara!" Setelah Sakura dan Gaara pergi, Naruto, Hinata, dan Sasuke kembali melakukan tugas mereka untuk menyiapkan upacara Pra-MOS untuk siswa/i baru yang akan dipimpin oleh Neji, sang Ketua OSIS dan Sasuke sebagai Ketua Pelaksana kegiatan MOS.

.

Sasuke's POV

"Jangan pacaran di sini, Dobe!" ucapku. Tentu saja, di saat semua panitia MOS sedang sibuk, masih bisa saja dia merangkul Hinata, jika Neji melihatnya mungkin ia akan marah besar pada si Dobe ini. Kulihat Sakura dan Gaara sedang duduk di bangku di depan kami. Ada rasa tak suka saat aku melihat Sakura bersama Gaara, tapi karena apa?

"Hahaha ... iya, baiklah, Teme! Kau tahu? Sakura dan Gaara ini serasi sekali!" ujar si Dobe seraya menunjuk Sakura dan Gaara.

"Hn." Aku mencoba bersikap seperti biasa. "Kalian ditunggu Neji di ruang Ketua OSIS sekarang," ucapku.

"Baiklah, terima kasih Sasuke-kun. Ayo, Gaara!" Sakura beranjak dari duduknya diikuti dengan Gaara, mereka melangkah bersama menuju ruang Ketua OSIS. Lagi-lagi ada rasa tak suka muncul ketika melihat Sakura bersama dengan Gaara. Kami-sama, perasaan apa ini? Mengapa aku tak suka melihat mereka bersama? Aku bertanya entah pada siapa. Ah, aku harus fokus pada kegiatan MOS.

END Sasuke's POV

.

.

Ruang Ketua OSIS

Tok ... Tok ...

"Masuk!" kata seseorang yang ada di ruang Ketua OSIS.

"Neji, kau memanggil kami?" Sakura bertanya pada Neji. Neji menjawab dengan anggukan kepala seraya mempersilakan Sakura dan Gaara untuk duduk.

"Sakura, selaku sekretaris OSIS, kau harus menyiapkan daftar absen panitia pelatih MOS dan mengurus kegiatan OSIS. Dan kau, Gaara, karena kau Wakil Ketua OSIS, kau harus membantu Sakura jika dia kesusahan mengurus kegiatan OSIS." Neji berkata pada Sakura dan Gaara.

"Baik!" jawab Sakura dan Gaara bersamaan.

.

.

Konoha Senior High School 1 jam kemudian.

"Sekian dan terima kasih. Sekali lagi, selamat datang di Konoha Senior High School!" ujar Neji selaku Ketua OSIS yang memimpin upacara tersebut. "Dan, setelah ini pelaksanaan kegiatan MOS akan saya serahkan kepada Uchiha Sasuke, selaku Ketua Pelaksana kegiatan MOS." Sasuke mengambil alih tempat Neji. Terdengar banyak siswi baru yang berbisik-bisik saat melihat Sasuke.

"Kami-sama, Sasuke-senpai tampan sekali!"

"Apa dia adalah Pangeran berkuda putih?"

"Dia sangat sempurna!"

"Seandainya Sasuke-senpai jadi pacarku!"

Dan seperti itulah yang siswi baru bicarakan tentang Sasuke.

"Silakan kalian beristirahat selama tiga puluh menit. Karena setelah itu akan ada pembagian anggota kelompok untuk kegiatan MOS," ujar Sasuke mengakhiri sambutannya.

.

.

"Baiklah, seluruh panitia kegiatan MOS berkumpul!" Neji memberi perintah untuk seluruh panitia kegiatan MOS agar berkumpul, sepertinya Neji akan mengumumkan sesuatu. "Kelompok pelatih kegiatan MOS akan di bagi menjadi 6 kelompok. Kelompok 1 Sai dan Ino. Kelompok 2 aku dan Tenten. Kelompok 3 Shikamaru dan Temari. Kelompok 4 Naruto dan Hinata. Kelompok 5 Gaara dan Matsuri. Dan terakhir kelompok 6 Sasuke dan Sakura," lanjut Neji.

Be-benarkah? Aku dan Sasuke-kun? tanya Sakura dalam hati. Sakura masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, dia dan Sasuke dalam satu kelompok? Memang ia selalu ingin bersama dengan Sasuke, pemuda yang selama tiga tahun disukainya—lebih tepatnya dicintainya. Tapi ... ia takut jika bersama Sasuke, Sakura tak bisa melupakannya.

Hm, Sakura dengan Sasuke, ya? gumam Gaara dalam hati. Gaara sudah tahu, sejak lama Sakura sudah mencintai Sasuke.

Yes! Aku bersama dengan Hinata-chan! teriak Naruto dalam hati.

Sepertinya Gaara-kun ingin bersama dengan Sakura, gumam Matsuri dalam hati.

.

.

Kegiatan MOS siswa/i tahun ajaran baru.

"Sasuke-kun, di daftar kegiatan tertulis hari ini adalah kegiatan kerja bakti, sekaligus memberitahu siswa/i bagian-bagian sekolah," ujar Sakura.

"Hn, baiklah," jawab Sasuke.

Terdengar beberapa siswi sedang berbisik.

"Apakah Sakura-senpai itu pacar Sasuke-senpai?"

"Mereka cocok ya, tampan dan cantik."

"Aaaa~ Sasuke-senpai ternyata sudah memiliki pacar, ya? Dan, pacarnya itu Sakura-senpai? Wah ... mereka cocok sekali!"

Bisikan kecewa dan kagum terdengar dari beberapa siswi baru tersebut. Sakura yang mendengarnya hanya bisa merona, jika yang di bisikan para adik kelasnya itu benar, mungkin dia akan sangat bahagia sekarang, namun kenyataannya—Sasuke dan dia hanya berteman.

.

.

2 jam kemudian.

"Baiklah. Kalian semua boleh pulang, besok harus datang tepat waktu, ingat! Jangan ada yang terlambat!" ucap Neji.

"Baik!"

"Sakura, kau pulang dengan siapa?" Sasuke bertanya pada Sakura, yang membuat semua panitia MOS yang ada disana terkejut.

Kenapa Sasuke bertanya pada Sakura? Apa jangan-jangan mereka pacaran? Tapi ... bukankah Sakura ingin melupakan Sasuke? Ino menatap Sakura yang sekarang sedang salah tingkah, ia tersenyum melihat sahabatnya itu, namun, seketika senyumnya lenyap mengingat penyebab selama ini Sakura selalu menangis karena Sasuke.

"Tidak tahu, mungkin sendiri, memangnya kenapa, Sasuke-kun?" Sakura berusaha untuk tidak terlihat salah tingkah di hadapan semua panitia kegiatan MOS.

"Kalau begitu, biar kuantar kau pulang, ya?" Sasuke berkata seraya membuang muka, terlihat dengan jelas rona merah di pipinya.

"A-arigatou, Sasuke-kun." Sakura menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah seperti tomat.

"Suit ... suit ..." Naruto bersiul membuat Sakura dan Sasuke menjadi semakin salah tingkah.

Ternyata si Uchiha ini bisa juga salah tingkah, ya? Hahaha ... Ino tertawa dalam hati.

.

.

Sepulangnya Sakura dari Konoha Senior High School, ia langsung menuju kamarnya—berjalan dengan masih tetap tersenyum mengingat beberapa menit yang lalu ia diantar pulang oleh Sasuke, ah ... sepertinya Sakura lupa bahwa ia ingin melupakan Sasuke. Sakura meletakkan tasnya di tempat tidur dan mengeluarkan ponselnya. Lalu, meletakkannya di atas meja rias. Dan, Sakura langsung bergegas untuk mandi. Tepat saat ia keluar dari kamar mandi, ponselnya yang terletak di atas meja rias berdering. Sebuah pesan diterima.

From: Neji

Time/Date: 17.45 PM. 06 Juni 2011.

Seluruh panitia kegiatan MOS, nanti malam datang ke Restoran Japanese Food, jam 7 malam. Jangan terlambat! Aku traktir.

"Wow! Tumben! Ada apa, ya?" Sakura bertanya entah pada siapa, mungkin pada ponselnya yang kini sudah ia letakkan kembali di atas meja riasnya.

Sakura berjalan menuju lemari pakaian, memilih baju apa yang akan ia kenakan untuk makan malam nanti. Lagi-lagi ponselnya berdering. Panggilan masuk.

From: Sasuke-kun

Be-benarkah ini? Sasuke-kun ... meneleponku? tanya Sakura dalam hati, dengan jantung yang berdegup kencang ia mengangkat telepon itu.

"Halo, Sasuke-kun? Ada apa?" tanya Sakura.

"Kau sudah mendapat SMS dari Neji?" Sasuke balik bertanya di seberang sana.

"Iya, kenapa, Sasuke-kun?" Sakura bertanya lagi.

"Jam tujuh malam kujemput. Kau belum memiliki teman untuk pergi ke sana, 'kan?" Sasuke bertanya lagi untuk kesekian kalinya.

"Iya, baiklah, Sasuke-kun. Arigatou," jawab Sakura.

"Hn." Dan, Sasuke memutuskan sambungan telepon mereka.

Saat itu juga Sakura langsung senyam-senyum sendiri. Ia kembali melakukan aktivitasnya yang tadi sedikit tertunda, memilih baju yang akan ia kenakan untuk makan malam itu. Sebuah dress terusan sampai lutut berwarna pink dengan lengan panjang sampai siku tak bermotif, hanya di bagian perut dihiasi dengan ikat pinggang sederhana.

.

Saat Sakura sedang memakai high heels, ia berpikir tentang sesuatu. Mengapa aku sangat senang saat Sasuke-kun mengantarku pulang? Biasanya Gaara juga mengantarku pulang, dan ... mengapa Sasuke-kun mengajakku untuk pergi bersama? Bukankah ... Aku ingin melupakan Sasuke-kun? Tapi, mengapa saat aku ingin melupakannya, aku tak bisa? Beberapa pertanyaan masih setia berterbangan di pikiran Sakura, sampai—

"—Sakura, temanmu sedang menunggu di bawah," ujar ibu Sakura, "Pacarmu, ya? Wah ... putri kaa-san sudah besar, ya ...," kekeh ibu Sakura saat melihat rona kecil di pipi Sakura.

"Kaa-san! Sasuke-kun bukan pacarku! Kami ... hanya berteman." Sakura mencoba tersenyum agar ibunya tidak curiga.

Perasaan apa ini? Kenapa aku ingin hubunganku dan Sasuke-kun lebih dari sekedar teman? Tapi kenyataannya kami memang hanya berteman,kan? Tak lebih, batin Sakura.

Sakura melangkah menuju lantai satu. Di mana Sasuke sedang duduk di sofa untuk menunggu Sakura. Sasuke terpana melihat penampilan Sakura malam itu, ia terlihat sangat cantik mengenakan dress berwarna pink dengan sedikit polesan makeup di wajahnya. Sakura terlihat sangat anggun.

Sakura … cantik sekali ... batinnya dan masih terpana melihat penampilan Sakura.

Di perjalanan menuju Restoran Japanese Food, Sakura dan Sasuke hanya diam, Sasuke yang mulai tidak menyukai atmosfer yang ada di sekitar mereka memulai pembicaraan.

"Kau cantik sekali malam ini, Sakura." Sasuke berkata pada Sakura, matanya masih tetap fokus menyetir, namun rona kecil terlihat jelas di wajahnya. Sakura yang mendengar ucapan Sasuke tadi hanya bisa menundukkan kepala untuk menyembunyikan rona di wajahnya yang sudah merah membara seperti kepiting rebus. "Arigatou, Sasuke-kun."

Dan, keduanya kembali terdiam.

.

.

Restoran Japanese Food. Restoran sederhana namun terlihat sangat indah dengan lukisan besar Gunung Fuji di tengah restoran itu, dinding berwarna cokelat muda dan tua dipadukan menjadi satu. Terdapat meja bundar yang cukup untuk empat orang, dan meja panjang yang cukup untuk dua belas orang. Setiap meja diterangi dengan penerangan secukupnya yang menambah kesan romantis, juga alunan musik dari musisi-musisi yang dipekerjakan di restoran itu.

Satu pasangan baru saja memasuki restoran tersebut, baiklah mungkin tidak bisa dikatakan pasangan karena kenyataannya mereka hanya berteman—bukan sepasang kekasih. Seorang pemuda dengan rambut raven bermata onyx mengenakan tuxedo hitam yang melapisi kemeja putih yang dikenakannya dan seorang gadis berambut soft pink bermata emerald mengenakan dress terusan berlengan sampai siku-siku berwarna pink sampai lutut ditambah high heels dan tas kecil berwarna merah yang membuatnya terlihat sangat cantik. Mereka berdua terlihat sangat serasi.

Sasuke mengulurkan tangannya pada Sakura dan ia pun menggandeng tangan Sasuke. Sepertinya sekarang sang cupid sangat berbahagia begitu melihat pasangan ini berjalan bergandengan.

"Meja atas nama Hyuuga Neji." Sasuke berkata pada pelayan yang menghampiri mereka.

"Silakan lewat sini." Sang pelayan mengantar Sasuke dan Sakura ke tempat yang dimaksud.

"Teme! Sakura-chan! Kalian pacaran, ya? Aku pikir Sakura-chan akan berpacaran dengan Gaara. Muehehe ..." Naruto berkata dengan tampang polos yang langsung mendapat deathglare dari Gaara.

"Silakan duduk, Sasuke, Sakura. Karena semua panitia kegiatan MOS sudah datang, aku ingin mengumumkan sesuatu," ucap Neji memulai maksud dan tujuan mereka dikumpulkan di sana.

Sasuke menarik sebuah kursi untuk Sakura dan setelah itu ia duduk di samping Sakura. Meja panjang yang cukup untuk dua belas orang itu sudah lengkap terisi sekarang. Dengan susunan tempat duduk mengelilingi meja tersebut, di sudut meja paling kanan ada Naruto, Hinata, Tenten, Neji, Gaara, Matsuri, Temari, Shikamaru, Sai, Ino, Sakura, dan terakhir di sudut paling kiri, Sasuke.

Neji berbicara dengan nada serius. "Aku ... dan Tenten sudah berpacaran sejak dua minggu yang lalu." Terlihat jelas rona merah di wajah Neji dan Tenten.

"Benarkah? Wah ... kalau begitu selamat, ya!" Naruto langsung menyalami Neji.

"Baiklah, saatnya kita makan, silakan pesan makanan apa pun, aku yang traktir," ujar Neji.

"Horeeee!"

Dan saat mereka sedang makan, tak ada satu orang pun yang menyadari tatapan Gaara pada Sasuke dan Sakura yang malam itu terlihat seperti Pangeran dan Putri, terkecuali Matsuri.

Ya, mereka memang cocok sekali. Sepertinya aku harus bisa melupakan Sakura mulai dari sekarang, batin Gaara.

Sepertinya perasaan Sakura-chan pada Sasuke sudah terbalaskan, ucap Naruto serayatersenyum lebar pada Sakura. Tapi, bagaimana dengan Gaara? Bukankah Gaara menyukai—ralat mencintai Sakura-chan? Naruto memandang ke arah Gaara dengan tatapan prihatin, ia tahu apa yang sedang Gaara rasakan sekarang—sakit, tentu saja.

.

"Arigatou, Neji. Selamat, ya!" Sakura berkata pada Neji. Sebelum ia dan Sasuke pulang.

"Sakura, ayo, pulang. Nanti ibumu akan cemas," ujar Sasuke.

"Wah ... bahkan Teme sudah dekat dengan ibu Sakura-chan, ya? Hahaha ..." Naruto menggoda Sasuke dan Sakura yang langsung mendapat deathglare andalan Uchiha bungsu itu dan mendapat jitakan dari Sakura.

BLETAK!

Jitakan dari Sakura mendarat dengan mulus di kepala Naruto. Naruto meringis menahan sakit di kepalanya. Hinata yang melihat kejadian itu tak tahu harus berbuat apa, karena memang salah pacarnya sendiri menggoda Sasuke dan Sakura.

"AWWW!" Naruto masih memegangi kepalanya.

"A-apa sakit, Naruto-kun?" tanya Hinata.

"Tidak akan sakit jika malam minggu nanti kau mau menemaniku makan ramen, Hinata-chan!" Naruto tersenyum lebar pada pacarnya itu.

Wajah Hinata merona saat melihat senyum Naruto. "Baiklah, Naruto-kun."

.

.

Kediaman Haruno.

"Arigatou, Sasuke-kun," ucap Sakura setelah Sasuke mengantarnya sampai ke depan pintu rumahnya.

"Hn. Aku pulang," balas Sasuke seraya berjalan menuju Honda City hitam miliknya.

"Hati-hati, Sasuke-kun!" Sakura melambaikan tangannya begitu mobil Sasuke dinyalakan. Dalam hitungan detik mobil itu pun menjauh pergi dari kediaman Haruno.

.

Sepanjang perjalanan Sasuke tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Perasaan apa ini? Mengapa aku meleponnya saat aku mendapat SMS dari Neji? Mengapa aku mengajaknya untuk pergi ke acara makan malam bersama? Mengapa aku terpana saat melihatnya? Dan, mengapa jantungku berdegup lebih kencang saat bersamanya? tanya Sasuke pada dirinya sendiri.

.

.

Sakura memasuki kamarnya, menutup pintu, dan perlahan tubuhnya merosot ke lantai. Matanya memandang ke arah jendela kamarnya dengan tatapan kosong. Malam itu bulan setengah tertutup oleh awan.

Kami-sama, ada apa denganku? Bukankah aku ingin melupakannya? Tapi ... kenapa jantungku berdegup kencang saat aku bersamanya? Apa aku masih mencintainya? tanya Sakura dalam hati.

Ia menepis semua pikiran itu. Mencoba menenangkan hatinya. Sakura kembali teringat pada kejadian dua hari yang lalu.

.

.

Sabtu itu, sepulang sekolah saat Sakura sedang membuka lokernya, ponselnya bergetar, ia mendapat sebuah pesan.

From: Gaara

Time/Date: 14.35 PM. 04 Juni 2011.

Sakura, ada yang ingin ku bicarakan padamu, aku menunggumu di atap sekolah. Sekarang.

Alis Sakura terangkat saat membaca pesan dari Gaara. Ada apa, ya? la menutup pintu lokernya dan menuju atap sekolah. Sesampainya di atap sekolah, ia melihat Gaara sedang berdiri disamping pagar pembatas.

"Gaara? Apa kau sudah lama menungguku?" tanya Sakura, ia menghampiri Gaara.

"Tidak, aku baru saja sampai. Sakura, aku menyukaimu, maukah kau menjadi pacarku?" Mata Sakura terbelalak kaget, bukan karena ia senang. Namun, ia merasa bersalah pada Gaara karena selama ini ia selalu bercerita tentang Sasuke pada Gaara yang ternyata—menyukainya? Oh ... atau lebih tepatnya Gaara mencintai gadis bermata emerald itu?

Sakura mencoba tersenyum. "Gaara, maafkan aku karena—"

"—Aku tahu, karena kau mencintai Sasuke. Benar, kan?" Sakura terdiam. Gaara tersenyum tulus padanya. "Kejarlah Sasuke. Jangan menyerah Sakura!" Gaara memberi semangat pada Sakura, meskipun hatinya sakit. Sakura yang mendengar ucapan Gaara langsung memeluknya, ia sangat beruntung memiliki teman yang pengertian seperti Gaara.

"Eh?" Gaara terkejut dengan perlakuan Sakura. "Sakura?"

"Terima kasih karena kau mengerti, Gaara. Aku ingin kita berteman, kau tahu? Aku sangat beruntung memiliki teman sepertimu." Sakura tersenyum padanya yang juga dibalas dengan senyum dari Gaara.

.

Mengapa saat itu aku menolak Gaara? Bukankah ia sangat baik padaku? Dan mengapa saat Gaara mengatakan bahwa aku mencintai Sasuke-kun? Aku tak bisa berbohong. Kami-sama ... ternyata aku masih mencintainya ... Sakura merasakan matanya memanas dan air mata membasahi pipinya. Ia segera menghapus air matanya.

Setelah mengganti dress-nya dengan piyama tidur, ia menuju tempat tidur, merebahkan dirinya dan beberapa saat kemudian ia sudah masuk ke alam bawah sadarnya.

.

.

Bersambung.

A/N:

Ya, salam kenal! ^^

Abal? Sudah pasti. Gaje? Apalagi. (=,= )a

Sasuke OOC banget yak? .-.

Maaf buat kegiatan MOS itu, karena aku bukan anggota OSIS jadinya bingung mau nulis apa lagi, heheheh. Ide ini muncul saat lagi gegulingan dan langsung ngetik di HP tanpa pikir panjang. ._.v

Tosca perpaduan hijau dan biru, perpaduan kebahagiaan dan kesedihan. Ah, apaan sih ini, aku rasa semakin gaje. -_-"

Terima kasih banyak untuk Rievectha Herbst yang mengedit penulisan yang salah. :*

Apa fic ini pantas dilanjutkan? :"

Mohon kritik dan sarannya ya. :D

Mind to RnR? ^^a