Wrong |

Disclaimer : all characters that Masashi Kishimoto own

Genre : hurt/romance/drama

Rate : T+

Chapter 1

Selamat Membaca

.

.

.

Aku merindukannya. Merindukan sesosok wanita berambut panjang yang memesona. Wanita bermata amethyst tanpa pupil yang mampu membuatku terpaku pada saat pertama bertemu dengannya. Bahkan aku merindukan suara rintihan halus ketika aku menggaulinya. Suaranya yang lembut mendesahkan namaku dengan suara yang terdengar parau. Sebut saja aku pria brengsek yang masih dengan lancangnya membayangkan kegiatan yang tidak sepantasnya aku ingat. Mengingat aku telah membuatnya terluka, membuatnya pergi dari diriku untuk selamanya. Memang pernikahan kami tidak berjalan seperti pasangan pengantin pada umumnya. Kami memang tidak saling menyukai satu sama lain. Tapi seiring berjalannya waktu, dengan aku sebagai pria dewasa yang normal dan begitupula sebaliknya dengannya. Terkadang hasrat selalu datanga kapan saja. Kami saling memenuhi kebutuhan biologis satu sama lain. Meski tidak dilandasi dengan cinta. Tidak salah bukan? Kami melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.

.

.

Di kesepuluh tahun pernikahanku dengan Sakura, kami dikaruniai seorang anak perempuan. Anak perempuan berambut pink dan bermata onyx. Kentara sekali dengan Haruno dan Uchiha. Sakura telah memberikanku keturunan. Aku menyayanginya, menyayangi Sarada puteriku. Meski aku sudah tidak mencintai Sakura seperti dulu lagi. Mungkin Sakura merasakan hal itu. Tetapi dia pura-pura dan menutupi perasaan sakitnya. Aku tahu apa yang aku lakukan memang salah. Tetapi perasaan tidak akan pernah bisa dibohongi bukan? Biarlah hubungan berjalan seperti ini. Toh kami pun bersama untuk membesarkan Sarada. Pernah suatu ketika, sesudah kami bercinta aku mendapati Sakura menangis dalam diam. Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan ketika aku bertanya pada esok pagi, dia hanya berkata dengan murung.

"Kau selalu mendesahkan nama wanita Hyuuga ketika kita bercinta".

Kalian lihat? Bahkan aku selalu mendesahkan nama wanita lain ketika aku menggauli isteriku sendiri. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Bayang-bayangnya tidak pernah hilang satu menitpun dari pikiranku.

Sesungguhnya keluargaku merasa sedikit kecewa dengan kelahiran Sarada. Ayahku sangat menginginkan pewaris laki-laki, begitu pula dengan ibuku. Tetapi ibu tetap menerima Sarada dan menyayanginya dengan sepenuh hati. Berbeda dengan ayah, dia selalu menghindar jika kami berkunjung ke manshion Uchiha bersama Sarada. Sakit, aku merasa hatiku dicubit sesuatu. Ayah mana yang tidak merasa sakit ketika anaknya tidak diakui oleh kakeknya? Tetapi aku menerima perlakuan ayah, sangat wajar jika ia bersikap seperti itu kan? Dia tidak merestui pernikahanku dengan Sakura, lalu Sakura memberinya cucu perempuan dan itu sudah cukup membuatnya tambah kecewa. Aku akui, aku juga sangat menginginkan anak laki-laki. Tapi aku tidak mengatakan hal itu pada Sakura. Karena hal itu hanya akan membuatnya semakin terpukul.

.

.

Aku menjalani hari seperti biasanya. Duduk manis dengan ditemani dokumen-dokumen yang bernilai jutaan yen yang menanti untuk aku tanda tangani. Membosankan memang, tapi inilah hidupku. Sebagai penerus dari kerajaan bisnis Uchiha yang meradang dimana-mana. Memegang tanggung jawab penuh terhadap ratusan ribu karyawan yang menggantungkan hidupnya pada perusahaanku. Seharusnya bukan aku yang duduk dan menangani dokumen-dokumen ini. Kakakku, Uchiha Itachi melarikan diri dari tanggungjawabnya sebagai pewaris utama. Dia malah memilih untuk menjadi seorang komposer dan melakukan tour ke berbagai negara di dunia. Dan alhasil, akulah yang menjadi korban sikap kekanak-kanakannya.

.

.

Sasuke POV end

.

.

"Sasuke, ada tuan Fugaku datang." Suara Ino, sekretaris cantik menghentikan pekerjaannya.

Sasuke memandang heran padanya, untuk apa ayahnya datang disaat jam kerja? Tidak seperti biasanya. Sasuke menutup dokumen dan melepaskan kacamatanya. Fugaku datang dengan wajah datar seperti biasa. Mereka duduk di sofa dan saling menatap satu sama lain.

"Bagaimana pekerjaanmu, Sasuke?"

"Baik ayah, seperti biasanya."

"Bagus, sore nanti datanglah dan bawa keluargamu ke manshion. Itachi sudah pulang dari tournya."

"Itachi? Tumben dia pulang."

"Hn, jangan sampai terlambat." Ucap Fugaku mengakhiri obrolan singkat mereka.

Sasuke melihat kepergian ayahnya dalam diam. Merasa heran dengan sikap ayahnya yang mau datang dan hanya menyuruhnya untuk ke manshion, bukan tipikal Fugaku. Sasuke hanya menghela nafas dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

.

.

Rumah itu terlihat sepi, Sasuke memasuki halaman rumah dan memakirkan mobilnya dengan asal. Membuka pintu dan hanya disambut oleh pelayan.

"Dimana Sakura?"

"Nyonya ada ditaman tuan, dengan nona Sarada."

Sasuke bergegas menuju taman. Disana terlihat sepasang ibu dan anak yang berumur 10 tahun sedang bercengkrama dengan santai. Sasuke berjalan menghampiri keduanya.

"Sakura, Sarada" kedua permpuan itu menoleh berasamaan.

"Ayah-Sasuke?"

"Kalian bersiaplah, kita akan ke manshion Uchiha"

"Apa kita akan mengunjungi nenek?" Sarada betanya. Sasuke berjongkok menyamakan tinggi mereka, "Iya sayang, kita akan kerumah nenek" ucap Sasuke lembut "pegilah ke dalam, ganti pakaian dan ayah menunggumu di depan."

Sarada bergegas memasuki rumah dan masuk ke kamarnya. Sasuke kembali berdiri dan menatap Sakura.

"Bersiaplah Sakura." Sakura menatap sendu punggung suaminya. Selalu saja seperti ini. Sampai kapan ia harus seperti ini? Tidak lama, Sakura menyusul kepergiaan Sasuke dan bergegas memasuki rumah.

.

.

.

Mobil Sasuke memasuki gerbang manshion, disana terparkir mobil klasik berwarna hitam mengkilap. Mereka keluar dari mobil dan berjalan beriringan layaknya keluarga kecil yang bahagia. Para maid menyambut kedatangan mereka yang hanya dibalas dengan anggukan kepala saja.

"Tuan besar sudah menunggu kalian di ruang keluarga." ucap salah satu maid

"Iya, terima kasih" ucap Sakura lembut

Mereka berjalan menuju ruang kelurga. Sayup-sayup terdengar suara tawa dari Fugaku. Sasuke mengeryitkan alisnya. Apa yang sedang terjadi? Pikirnya. Sakura mengeratkan pegangan tangannya pada Sarada, merasa akan ada hal buruk terjadi padanya. Suara tawa itu semakin jelas. Namun langkah mereka terhenti ketika sebuah bola karet berwarna hijau menghampiri mereka dan menggelinding kearah kaki panjang Sasuke. Sarada langsung mengambil bola itu dan memeluknya diperut. Sasuke dan Sakura masih diam ditempat. Menunggu suara langkah kaki yang datang menghampiri mereka. Disana, terlihat bocah laki-laki yang berlari dengan wajahnya yang terihat gembira. Namun ketika mereka berpapasan, raut wajah anak itu menjadi datar dan menghentikan larinya menjadi langkah kaki yang biasa. Tubuh Sasuke menegang, wajahnya terlihat mengeras. Sakura memegang lengan Sasuke dengan kuat. Anak itu menghampiri mereka, dan melihat kearah Sarada. Menatap matanya yang sama dengan milik Sarada. Onyx bertemu onyx. Sarada melangkah mundur dan langsung berbalik memeluk ibunya. Anak itu kembali memandang kearah mereka. Nafas Sasuke tercekat.

"Kalian siapa?" tanya anak itu dengan datar

"Ryo, kenapa kau lama- oh Sasuke, kau sudah datang" suara Fugaku mengalihkan mereka. Anak itu kembali dan berjalan menghampiri Fugaku. Sasuke masih dalam posisinya. Menerka-nerka apa yang terjadi sekarang.

"Siapa mereka grandfa?" tanya anak itu

"Dia Sasuke, anak grandfa dengan isteri dan anaknya."

"Ada apa ayah? Apa yang terjadi, dan siapa anak itu?" Sasuke bertanya. Fugaku menghela nafas, "Anakku, kemarilah. Mereka sudah datang" bukannya menjawab pertanyaan Sasuke, Fugaku malah memanggil seseorang. Mereka menunggu kedatangan seseorang itu dengan seksama. Terdengar suara ketukan heels yang menggema. Sasuke terperangah, matanya membulat dengan sempurna. Sementara Sakura menutup mulutnya dengan tubuh yang bergetar. Sosok itu semakin mendekat, rambut panjangnya masih sama seperti dulu. Dia berjalan dengan anggun menghampiri mereka. Ia menggandeng seorang anak yang sama persis seperti anak yang berada di samping Fugaku. Wanita itu berdiri dan merangkul lengan Fugaku dengan lembut.

"Anakku, mereka sudah datang." ucap Fugaku lembut

.

.

.

"Selamat datang, Sasuke-Sakura. Lama tidak berjumpa." sambut wanita itu diiringi senyuman lembut.

.

"H-hinata" lirih Sasuke

.

.

Tbc