Hallo minna san...

Pertama-tama Hirgaa eh Ruzo eh apa ajalah, mau minta maaf, akun sebelumnya dengan nama Hirgaa Kyoichi udah lupa passnya, jadi udah setahun enggak bisa update T_T
akhirnya hirgaa eh Ruzo putuskan buat akun baru, bagi reader yang tau cara masuk ke akun kalau lupa pass(selain dengan cara email) kasih tau yaa... atau mungkin Ruzo akan lanjut fic inidi akun ini aja dimulai dari chap pertama :/

oke deh minna selamat menbaca, dan mohon maaf atas keterlambatan, eps terbaru akan menyusul di akun ini seandainya tidak ada cara masuk ke akun sebelumnya.
jadi mohon nasehat dari para senpai sekalian dan sarannya T_T
WARNING: OOC, typo(s), EYD agak acak-acakan, humor langka, kalaupun ada pasti garing, alur super lambat dan kegajean lainnya.

Summary: Dihina dan dibanding-bandingkan, itusih sudah biasa. Ingin membalasnya? Tentu saja. Dengan jalan kekerasan? Ah itu sudah tidak zaman... gigi dibalas gigi, mata dibalas mata.
khukhukhu

Disclaimer: Masashi Kishimoto.

DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!

.

.

.

.

"Kurang gizi, tolong bawakan ini."teriak seseorang pada seseorang yang lain di hadapannya.

"Woi...jelek kau tuli ya?"orang tersebut kembali berteriak, karena orang yang ia perintahkan tak menggubris teriakannnya.

"Namaku bukan kurang gizi, SIALAN," sahut seseorang yang sejak tadi diam.

"Lalu kau mau ku panggil apa, undernutrision, anak uthophia atau menu pad?"tanya orang tersebut dengan pandangan merendahkan.

"Nama ku U...ZU...MA...KI... NA...RU...TO, Dog no Kiba" sahut sosok yang dari tadi di ejek tersebut dengan penuh emosi.

"apa? Kau bilang apa tadi Kurang Gizi?"sahut sosok yang lainnya, kini mereka beramai-ramai menyudutkan anak yang mengaku bernama Uzumaki Naruto itu.

Tak ingin mencari perkara, atau lebih tepatnya tak mau berepot-repot ria, anak yang bernama Naruto itu segera membawa buku yang tadi di perintahkan untuk di bawakan ke kantor guru.
'Dasar anjing gila,' gerutunya di dalam hati sambil terus melangkah.

Tap...tap...tap... dia terus melangkah tanpa melihat kiri kanan, pandangannya lurus kedepan, bahkan sekedar tersenyum dan menyapa orang yang ia lewatipun tidak. Jika kalian tanya kenapa, jawabannya karena ia tahu semua orang memperhatikannya, tidak, lebih tepatnya mereka melihatnya dengan pandangan merendahkan.

NARUTO POV
haah... menyebalkan, pandangan mereka selalu saja menusuk. Cih,,
Namaku Uzumaki Naruto, umurku 14 tahun, saat ini aku menduduki bangku kelas 3 di Konoha middle School. Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa orang-orang memanggilku kurang gizi, aaah... menurutku kalian akan langsung mengerti saat melihat kondisiku, tinggiku 139 cm, tergolong pendek bukan? kulitku coklat gelap, tubuhku kurus kering, asal kalian tahu saja berat tubuhku hanya 25 kg. Yaaah aku memang terlihat kerdil, aku juga bukan tipe orang yang pintar bergaul, aku akan mengungkapkan apapun yang ku inginkan tanpa tahu kalau itu menyakiti hati orang lain, walau yang ku ungkapkan sebenarnya jujur.

Seperti kata pepatah, ungkapkanlah hal yang jujur meski itu pahit, ya nggak?

Aku tidak pernah bisa berbicara manis, mulutku tajam, perkataanku menyakitkan, itulah mengapa sampai sekarang aku tak pernah memiliki teman, tapi begini-begini aku adalah salah satu siswi yang berprestasi. Bisa di bilang ini memang sudah ada sejak lahir, yaa... seluruh keluargaku pintar, ini hanya bakat bawaan. Namun, meski berprestasi aku tak pernah di ikut sertakan dalam kegiatan apapun, aku memang selalu di isolasikan. Bahkan sebagai pengurus OSIS pun aku tidak di pilih, padahal katanya yang berprestasi akan menjadi pengurus OSIS, tapi karena banyaknya orang yang membenciku, aku tak diikut sertakan.

Menyedihkan? Haha kalian akan memutuskannya setelah mengetahui semua kisahku.

END NARUTO POV

"BRUUUK" Naruto terbangun dari lamunannya saat ia menabrak atau lebih tepatnya ditabrak seseorang.

"Heeeh...kau tidak punya mata ya? Dasar buta, kalau jalan lihat-lihat,"teriak seorang perempuan berambut coklat pendek dengan garang pada Naruto.

"Menurutku, kau yang tak bisa melihat mataku yang sebesar inilah yang buta,"ucap Naruto sambil memungut buku-bukunya yang berceceran.

"Oh... kau punya mata ya, kalau jalan di pakai dong, idiot!"teriak perempuan itu lagi.

"Maaf saja, aku berjalan pakai kaki bukan mata,"sahut Naruto meneruskan perjalanannya.

"HEEEEEEEEHH... dasar sialan" Teriak perempuan itu dengan emosi yang meluap-luap.
haaah... bertambah satu orang lagi musuh Naruto.

Bel masuk telah berbunyi,menandakan waktu istirahat telah berakhir. Naruto pun telah duduk di bangkunya sambil membaca buku pelajaran(rajin seperti biasanya), beberapa panggilan hinaan yang tertuju padanya sama sekali tak di gubrisnya, ia sudah terlalu biasa di perlakukan seperti itu. Ada yang memaksa melihat tugasnya, tentu saja ia tolak dengan sangat tegas. Ia bukan seperti Tenten atau Hinata, yang selalu memberikan contekan pada orang lain, padahal mereka cuman di manfaatkan dan tidak benar-benar dianggap sebagai teman. Tenten adalah teman sebangku Naruto, namun mereka tak begitu akrab, sesekali sering juga bercekcok. Ini adalah tahun terakhir Naruto di sekolahnya, yaa... sebentar lagi dia akan menjadi siswi SMA.

Naruto POV

Seperti itulah kisahku di sekolah, dan keadaan ini tak jauh berbeda dari kejadian di tempat kursusku. Setiap harinya selalu di ejek dan jadi bulan-bulanan, bintang-bintangan atau kuda-kudaan*?. Tapi saat ini aku masih terlalu polos(hueeek), aku bahkan tidak berniat membalas perbuatan mereka, aku belum mengerti apa-apa tentang dunia luar. Kalian pasti akan berpikir aku narsis atau sok suci kan? Ckckckck suwer deh itu kenyataan. Bahkan sampai beberapa waktu yang lalu, aku masih menganggap seorang bayi itu datang dari pesawat. hahaha kalian pasti akan berpikir aku ini bodoh, tapi entah kenapa nilai biologiku 9 loh. secara teori aku tahu kenapa bayi itu bisa ada, yaitu karena pertemuan antara sperma dengan ovum, tapi aku tidak tahu bagaimana ceritanya si sperma dan si ovum bisa bertemu. Apa kalian tahu kisahnya? Ah sudahlah itu tidak perlu dibahas. Kalau boleh jujur, sampai sekarang hobiku adalah bermain bola ingat BOLA bukan BIOLA, kelereng, karate dan hal-hal yang di sukai laki-laki pada umumnya. Yaaah mungkin itu karena aku memilki kakak dan adik laki-laki yang tak jauh terpaut umurnya denganku.

"Teeng Teeng Teeng..." bunyi bel itu membangunkanku dari lamunanku, tak terasa aku menghabiskan waktu untuk melamun karena para guru yang mengajar tidak masuk. segera kubereskan buku-buku yang berserakan diatas meja, dan aku bergegas menuju gerbang sekolah, karena aku tahu dia pasti sudah menjemputku.

END Naruto POV

Sesampainya Naruto di gerbang, ia dapat melihat sebuah mobil orange nan elegan yang di kelilingi banyak siswi-siswi sekolahnya, dengan sedikit mendesah, dia teruskan langkahnya mendekati mobil itu sambil menulikan telingannya dari teriakan-teriakan maut para gadis-gadis disana. Akhirnya ia masuk ke mobil orange tersebut.

"Lama sekali kau siput" sebuah suara menyebalkan menyambutnya didalam mobil, Naruto yang sedang kesal pun semakin bertambah kesal, namun mobil yang ia naiki langsung tancap gas, seolah kabur dari kerumunan monster bernamakan gadis bermahkotakan perempuan bertahta wanita bertitlekan cewek bersi... ah sudahlah lupakan.

"Aku sudah buru-buru tadi, kau saja yang kecepatan menjemputnya BAKA"teriak Naruto tak lupa kuah misonya di keluarkan.

"Berteriak-teriak begitu membuatmu semakin kelihatan jelek," ucap orang tersebut dengan santainya.

"Urusai... heeeh ini bukan jalan pulang baka, kau mau kemana sih?"

"Plaak... tidak sopan, memanggil kakakmu sendiri baka, dasar adik durhaka"cetus orang yang mengaku kakak Naruto sambil menempeleng kepala Naruto, "Kita akan ke Suna, Kaa-san, Tou-san dan Kurama sudah ada di sana." Sambungnya lagi.

"Kaaah... pulang kampung" desah Naruto merasa tak senang. Lagi-lagi Naruto kembali ke dalam dunia lamunannya.

Oh ya... aku lupa memperkenalkan, orang di sampingku yang sedang menyetir ini, namanya Namikaze Kyubi, dia supir pribadiku, (plaaak) upss maaf, maksudku dia aniki ku, umurnya sekarang 15 tahun. yaah meski beda usia kami hanya setahun, tapi dia tinggi(kira-kira tingginya 164), putih, tampan, atletis, jauh berbeda sekali denganku 'kan? Dia juga digilai oleh banyak perempuan, dari yang muda sampai tua(serius loh), dia juga bersikap baik pada semua perempuan, ah lebih tepatnya dia memang playboy sejati, ditambah lagi dia sekolah di SMA favorite khusus siswa elite, yang mewajibkan mereka berasrama disana. Uniform Senior High School, atau sering di sebut USHIS kalau di bacanya sih 'YUSHAIS' ah biasalah, yang namamya bahasa inggris, lain di baca lain di ... Dia hanya pulang ke rumah saat ada event tertentu saja.

Adikku Namikaze Kurama, tak jauh berbeda dari Kyubi, bahkan dia yang paling di istimewakan orang tua kami, ketampanannya melebihi Kyubi dan yang paling menyebalkan, dia bersekolah di sekolah terbaik di negara kami, Konoha X-tra school, beda usiaku dengannya juga hanya setahun. Bila berjalan dengan mereka, aku akan merasa sangat minder, aku terlihat seperti pembantu mereka saja, yang lebih menjengkelkan, sekolah kami bertetangga. Cih, benar-benar sial.

"Turun..." perintah Kyubi.

"Apa? Kau mengusirku?"ucapku kesal karena dia mengganggu lamunanku. 'haah...hari ini aku terlalu banyak melamun ya.'

"Kita sudah sampai, Baka" ucap Kyubi sedikit dongkol dengan sikap adiknya yang udik itu, cih beda sekali dengannya yang bagaikan seorang bangsawan.

Naruto pun turun dengan setengah hati, dia memang benci sekali dengan yang namanya pulang kampung. 'ngomong-ngomong berapa kecepatan Kyu-ni mengendarai mobil sih, bentar doang udah nyampek -_- ' batin Naruto Galau.

Baru turun dari mobil sang aniki, dapat dilihat Naruto para bibi dan pamannya telah menunggunya. Langsung saja mereka di kerumunin bibi-bibi gaje tersebut, mereka? Tidak lebih tepatnya KyubiLah yang menjadi targetnya.

Naruto POV

"Waaah... kau sudah sangat tampan ya Kyubi," kata si bibi gendut sambil mengelus wajah Kyu-nii, Kyu-nii hanya bisa bergidik melihat perlakuan sang bibi.

"benar benar, dia semakin tinggi dan mengalahkan pesona Minato,"bibi menor itu membenarkankan perkataan si bibi gendut.

"Ah...tubuhnya juga atletis,"bibi jangkung itu malah meraba tubuh Kyu-nii, bisa kulihat wajah pucat Aniki yang ingin muntah. Hahahah 'Tontonan yang menarik' batinku.

"Loh...Naru-chan" panggil bibi menor itu yang akhirnya menyadari keberadaanku.

'Ah...mulai' batinku pasrah.

"Ya ampun Naru-chan... kau tak besar-besar ya, tinggimu masih segitu-gitu saja" cetus sang bibi gendut.

"Iya... Kau semakin kurus saja" kali ini bibi jangkung juga ikut memberi pendapat.

"Kulitmu hitam, kering pula, kau tak pernah ke salon ya?" kata sang bibi menor memamerkan kulitnya.

'Aku tak punya waktu untuk melakukan hal-hal seperti itu' batinku menangis.

"Bukan begitu, Luna-chan, Sari-chan, Misa-chan, Naru itu akan segera dewasa, hanya saja dia itu tipe yang awet, makanya masih seperti itu." Ucap bibi Karura membelaku.

'yaah aku tahu dia ingin membelaku, tapi...tapi... masak setiap tahun dia bilang aku ini AWET? Lantas aku akan terus seperti ini sampai akhir hayatku?' Batiku histeris.

"Sudahlah Naru-chan, kau tak perlu mendengarkan perkataan bibi-bibimu ini, masuklah, Kanguro dan Temary menunggumu didalam."ucap Kazekage-san, dia suami bibi Karura, atau ayah dari sepupuku, Kanguro-nii dan Temari-nee.

"Iya... aku permisi" ucapku segera melangkahkan kaki kedalam rumah bibi Karura, Oh... rupanya hari ini peringatan hari pernikahan bibi Karura dan paman Kazekage, ucapku melihat tulisan di depan gerbang.

"Permisi..."Ucapku melangkahkan kaki kedalam rumah.

"Ah... kau sampai juga jelek," ucap sebuah suara yang begitu familiar di telingaku.

"Hei sialan, tidak sopan sekali memanggil nee-chanmu jelek, biarpun jelek, aku tetap nee-chanmu kan." Teriakku garang.

"Ah... mungkin kau anak pungut," ucap Kurama Kabur setelah mengucapkan kata keramat itu.

Cih... padahal dia baru kelas 8,tapi tingginya sudah 150 cm, aku yang sudah kelas 9 ini masih 139 cm. Untung kami bertiga bersekolah di tempat yang berbeda-beda, aku tidak tahu julukan apalagi yang akan aku dapat bila mereka mengetahui bagaimana keadaan saudaraku. Ku langkahkan kakiku terus memasuki rumah bibi Karura, sayup-sayup kudengar suara Kaa-sanku, sepertinya dia sedang berdebat dengan Anikiku.

End Naruto POV

"Ayolah Kyu, ini pesta Ulang Tahun teman dekat Kaa-san, bibi Mikoto, kau kenal kan?" ucap seorang wanita berambut merah maron, wajahnya masih kelihat muda, ya dialah Uzumaki Kushina, ibu dari Naruto.

"Iya... aku tau, tapi kenapa aku harus menggantikanmu datang kesana?" bantah Kyubi.

"Tadi Kaa-san kan sudah bilang, Kaa-san dan Tou-sanmu harus ke Iwa karena urusan bisnis," jelas Kushina lagi.

"Yaah... Kaa-san kan bisa bilang alasan itu ke bibi Mikoto, aku yakin dia pasti mau mengerti," ucap Kyubi kembali menolak permintaan Kushina," Lagipula, aku tidak mau datang bersama Naruto kesana, mau di bawa kemana mukaku." sambung Kyubi lagi mengatakan alasan sesungguhnya mengapa ia tak mau menyutujui permintaan kaa-sannya, padahal selama ini dia tak pernah menolak.

'apa?'

Air mata Naruto terus turun dengan derasnya tanpa ia sadari, ia berusaha menahan isakan tangisannya agar tak ada yang mendengarnya. Rasanya begitu menyakitkan, mendengar hal seperti itu keluar dari mulut kakak yang ia sukai, benar...ia menyukai kakaknya, tidak tahu suka yang bagaimana artinya, yang pasti ia suka. Naruto pun berlari menuju kamar mandi, ia sudah tak sanggup lagi mendengar kata-kata yang menyakitkan itu, dadanya sesak, kakak yang begitu ia kagumi di depan matanya berkata seperti itu.

'apa... kenapa? Apa karena aku ini jelek dan memalukan?' batin Naruto sesampainya di kamar mandi rumah bibinya itu, 'bukan keinginanku menjadi seperti ini.' Isakan Naruto semakin keras, untuk menutupinya ia menyalakan air kran di sebelahnya dengan terus menangis.

"Menangis tidak dapat menyelesaikan masalah" ucap seseorang di belakang Naruto, astaga ternyata Naruto lupa menutup pintu kamar mandi itu. ToT

"Kurama..."desah Naruto pelan.

"Hapus air matamu,"ucap Kurama sambil menyodorkan sapu tangan, "Jika kau punya waktu untuk menangis, lebih baik kau gunakan waktu itu untuk mengubah dirimu. Lihat dirimu, makanlah yang banyak, minumlah susu berkalsium tinggi, ubah sifatmu..." belum selesai Kurama menyelesaikan pidatonya yang kelihatannya panjang, Naruto sudah berhambur kepelukannya.

"Kurama... hiks hiks hiks" Naruto menangis dalam pelukan adiknya.

"Sudah...sudah, kau kan sudah tua, masak masih mau menangis," ucap Kurama agak menghina.

"Urusai... aku tak setua itu"cetus Naruto.

"Cup...cup...cup, nanti aku belikan es krim, jangan nangis lagi ya." Kurama mengelus rambut kakaknya yang cengeng itu.

"Janji ya..."

'kau benar-benar awet ya' batin Kurama sweatdroped.

.

.

.

"Kaa-san, Otou-san, besok aku akan ke rumah paman Iruka di Ame selama 3 bulan" ucap Naruto tenang.

Kini ia dan keluarganya sudah sampai di kediaman mereka sendiri, di istana Namikaze, Konoha. Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. Kushina dan suaminya Minato terkejut mendengar perkataan anak perempuan mereka itu.

"Apa yang ingin kau lakukan disana?" tanya Minato menanggapi permintaan anaknya itu.

"Tentu saja liburan, dan ada beberapa hal yang harus aku selesaikan"ucap Naruto dengan seringaian yang aneh.

"Lalu bagaimana dengan sekolahmu?" tanya Kushina mengkhawatirkan anaknya itu, mengingat Naruto memang tak pernah kemana-mana tanpa ada dampingan dari mereka orang tuanya atau saudaranya.

"Ah... sekolahpun sudah tidak ada pelajaran lagi, kami tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja bulan depan" terang Naruto menambah argument agar ia di izinkan pergi.

"Hmm... Baiklah, kau boleh kesana," akhirnya Kushina dan Minato mengizinkan putri mereka pergi, yaah mereka berharap hal itu bisa menambah kemandirian sang putri.

"Yaattta..." teriak Naruto riang.

"Tidak boleh! Apa yang ingin kau lakukan disana selama itu," suara Kyubi yang berat memotong sorak-ria Naruto. Sepertinya ia sangat tak setuju akan keputusan orang tuanya.

"Kenapa kau yang marah Kyu-nii, Otou-san, dan Kaa-san saja sudah mengizinkannya."ucap Kurama pada sang kakak yang tiba-tiba berdiri dari duduknya.

"Pokoknya aku tidak setuju," cetus Kyubi lagi.

"Sudahlah Kyu, mungkin Naru-chan ingin mandiri," ucap Minato bijak.

"Tapi..." Kyubi kehilangan kata-katanya.

"Benar Kyu, lagipula cuman selama liburan ini," kata Kushina lembut.

"Baiklah Naru-nee, kau sudah harus bersiap-siap," ucap Kurama dengan bumbu senyumnya.

.

.

.

"Hati-hati di jalan Naru-chan" ucap Kushina melepas kepergian Naruto di bandara Narita, Naruto bersiap memasuki pesawat penerbangan pertama menuju Ame.

"Sesampai disana jangan lupa menghubungi kami," kata Minato dengan raut wajah khawatirnyanya.

Kyubi hanya diam saja, ia memandang kepergian adiknya itu dalam kebisuan, begitu pula dengan Kurama, ia memandang dalam diam kepergian Naruto namun dengan tatapan yang berbeda.

'Selamat tinggal Konoha, sambutlah diriku yang baru 3 bulan lagi' batin Naruto melangkahkan kaki kedalam pesawat, tak lupa melambaikan tangannya pada keluarga tercinta.

~TBC~

Haaah selesai juga fic gaje ini, hiks hiks ToT

Apakah fic ini tidak layak? Kampungan? Abal atau bahkan tidak pantas di publish?

Sekarang tinggal readerlah yang harus sedikit bersusah payah untuk menilainya...

Mohon Reviewnya minna-san.

Arigatou

R&R