Please Stop

Hallo semua! Saya datang dengan membawa fanficnya Miho Ai Aozora. Karena aku sudah mendapat izin darinya untuk mengadopsi cerita ini, jadi mulai sekarang aku yang akan melanjutkan ceritanya. Mungkin ini tak bisa sebagus punya Miho-san, tapi aku akan berusaha untuk membuat kalian suka.

Summary : Kenapa… kenapa semua ini terjadi padaku? Apa salahku terhadap-Mu, sehingga Engkau memberikan cobaan yang berat untukku. Apa hanya aku satu-satunya yang mendapat ini semua? Oh aku hanya ingin ini semua berakhir… dan hanya ingin semua saudaraku sayang kepadaku.

Warning : Uke!Hali, cerita asli punya Miho-san Aozora, semuanya OOC karena cerita aslinya gitu, OOT, R18+, ada pembunuhan tapi tak terlalu sadis, awas typo! Don't like Don't read! Tombol back selalu tersedia.

Disclamer : BoBoiBoy punya Animonsta dan Please Stop aslinya punya Miho Ai Aozora.

So let's read all!

.

.

Wow… malam ini… bintangnya banyak. Melihat bintang yang banyak ini, membuatku ingin terus menatap mereka dan tak ingin tidur. Mereka banyak, seperti teman yang berkumpul secara bebas. Aku… jadi ingin seperti bintang-bintang disana. Bebas… tanpa penyiksaan.

Normal P.O.V

Kring Kring Kring

Jam weker yang berbunyi keras telah membangunkan remaja bersurai gelap. Perlahan ia membuka kedua matanya, memperlihatkan kedua bola mata beriris ruby yang terlihat tajam. Ia mulai menggapai jam weker tersebut untuk menonaktifkan jam weker itu.

"Hah… aku tertidur ternyata. Hoahm.. padahal aku masih sedikit ngantuk," ucap pemuda tersebut lalu bangkit dari tempat tidur singlenya dan berjalan menuju kamar mandi yang terletak didalam kamarnya.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, ia segera turun untuk membuat sarapan. Sampai di dapur, ia mulai memasak. Ia sangat cekatan dalam hal memasak.

"Hmm, sepertinya sudah matang" ucap pemuda itu sambil menaruh nasi goreng yang ia masak tadi ke empat piring dan juga orange jus ke empat gelas. Setelah semua piring sudah ia taruh di meja makan, ia kembali ke dapur untuk mencuci peralatan masak yang ia gunakan tadi. Saat ia mencuci, sebuah lengan melingkari pinggangnya.

"Sedang mencuci piring ya, Halilintar?" tanya pemuda yang memeluk Halilintar dari belakang. Halilintar hanya mengangguk sebagai jawaban. Pemuda yang memeluk Halilintar tadi, melepaskan pelukannya dan segera membalikkan tubuh Halilintar agar berhadapan dengannya. Pemuda tersebut mendekatkan kepalanya ke telinga Halilintar.

"Hali.. kau tahu? Bagiku kau sangat menggoda," ucap pemuda itu lalu menjilat telinga Halilintar.

"Taufan.. ahn hen-hentikan!" pemuda yang dipanggil Taufan langsung menghentikan aktifitasnya dan menatap Halilintar dengan pandangan menjijikan.

"Cih! Dasar. Kalau kau tak suka, kenapa mendesah?! Dasar murahan!" ucap Taufan lalu pergi dari dapur meninggalkan Halilintar yang sekarang tengah menundukkan kepalanya.

"Hah… kenapa? Kenapa semuanya jadi seperti ini?" ucapnya kecil dan tanpa ia sadari, air mata mulai jatuh dari kedua iris matanya.

.

.

Brak

Taufan membanting pintu kamar saudaranya dengan kasar. Seorang pemuda beriris kuning keemasan pun memandang Taufan dengan kesal.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu kamar seseorang sebelum masuk?!" tanya pemuda itu kesal. Taufan memandang Gempa dengan marah.

"Berisik! Aku sedang kesal sekarang," ucap Taufan. Gempa yang mendengarnya hanya memutar kedua bola matanya bosan.

"Biar ku tebak. Kesal dengan Halilintar, bukan?" Taufan pun menganggukkan kepalanya.

"Cih, kau tahu? Dia itu sok suci, Gempa! Padahal dia bukan apa-apa bagi kita dan hanya pemuas nafsu kita disini!" ucap Taufan. Gempa hanya menatap malas saudaranya.

"Taufan.. Kalau kau kesal, kenapa tidak kau hukum saja dia?" saran Gempa yang membuat Taufan menyeringai. Lalu Taufan menatap Gempa.

"Ah.. kenapa tak terpikirkan olehku. Baiklah, kau ingin ikut untuk menghukumnya? Lagipula hari ini kita tak ke kantor karena libur, jadi kita bisa puas untuk menghukumnya nanti," ucap Taufan yang membuat Gempa mengangkat sebelah alisnya.

"Aku hanya ingin menonton saja," jawab Gempa membuat Taufan menyeringai lebar.

"Kalau begitu, tunggu apa lagi?" tanya Taufan dan langsung berjalan turun kebawah untuk menghukum Halilintar.

.

Bugh

Halilintar merasa semua tulangnya hancur. Ia sudah tak cukup kuat untuk berdiri lagi.

"HEI JALANG! CEPAT BANGUN! KAU SANGAT LEMAH RUPANYA!" teriak Taufan pada Halilintar. Halilintar yang sudah tidak kuat untuk bangun hanya bisa terdiam ditempat. "CIH! BERANI SEKALI KAU TAK PATUH DENGAN PERINTAH KU!" teriak Taufan lagi. Taufan pun melihat Gempa. Gempa yang sudah mengerti maksud Taufan pun segera berjalan ke arah Halilintar dan mengangkat Halilintar. Taufan pun kembali memukul Halilintar dengan senyum keji di wajahnya.

.

.

Halilintar merebahkan tubuhnya di atas kasur. Semua badannya terasa sakit karena pukulan dari Taufan. Halilintar pun mencoba untuk berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat berjalan, Halilintar merasakan pusing yang hebat. Karena itu, ia memegang dinding kamar dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Setelah sampai, ia menyalakan shower. Halilintar menyandarkan tubuh dan kepalanya di dinding kamar mandi, membiarkan air dari shower membasahinya.

"Kapan… kapan ini semua akan berakhir.." Halilintar menutup matanya dan

"Hiks.. hiks.. kapan… hiks.." isakan kecil keluar dari mulutnya dan air mata yang keluar dari matanya bercampur dengan air dari shower.

To be Continue or Delete?

Hallo semua. Aku membuat ini karena aku sangat senang dengan fict ini. Dengan Halilintar yang menjadi uke. Lagipula aku juga telah mendapat izin dari Miho-san. Bagaimana? Apa ini lebih jelek dari cerita aslinya? Oh ya, reader. Cerita aslinya kan ada pasangan straight, jadi kalian mau buat itu tetap straight atau shonen-ai semua disini? Itu saja dariku, jadi review please?

Dan satu lagi, aku akan meng-update cerita ini hanya 2 minggu sekali. Kalau kalian ingin cerita ini tetap dilanjut, hehe :D

-StarSDark1