Part 1
Cast
Staring : Byun Baek Hyun, Do Kyungsoo
Supporting Cast : Member EXO, dll
Rating : T, M
Terinspirasi dari DRAKOR Good Doctor, dan Drakor medis lainnya
BxB
-o-
04.12 am
Distrik Gangnam, Seoul, Korea Selatan
Suara sirine memecah keheningan di pagi buta. Membangunkan orang-orang dari alam mimpi mereka. Memberi rasa penasaran untuk mengintip ke jendela. Melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Mobil-mobil ambulan melintas dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang masih sepi. Berusaha secepat mungkin sampai di tujuan untuk menyelamatkan pasien didalamnya.
"Terjadi sebuah kecelakaan beruntun di distrik Gangnam, Seoul. Kecelakaan ini melibatkan 5 buah mobil dan 1 buah truk muatan. Kecelakaan baru saja terjadi pukul 03.00 dini hari. Saat ini korban yang berhasil di selamatkan ada 10 orang. 2 orang dilaporkan tewas di tempat dan 8 orang mengalami luka berat. Polisi masih mencari penyebab kecelakaan tersebut..." terdengar suara pembawa berita dari sebuah televisi yang terpasang di salah satu rumah sakit bertuliskan Aeri Hospital. Suara televisi tersebut tengah beradu dengan keributan yang terjadi di rumah sakit.
Sebuah mobil ambulan telah terpakir tepat di depan ruang Emergency Room (IGD). Dengan tangkas petugas ambulan segera menurunkan pasien penuh dengan luka di sekujur tubuhnya. Para perawat segera mengambil alih pasien tersebut.
Sesosok namja keluar dari dalam Emergency Room. Namja tersebut berperawakan tidak terlalu tinggi dengan rambut acak-acakan, shutterstock (jas putih dokter) yang terlihat lusuh, dan seragam operasi yang masih melekat pada tubuhnya. Namja kurus, bermata sipit tersebut berlari menghampiri korban-korban dan memeriksanya.
"Bagaimana kondisinya?" tanyanya tanpa mengurangi konsentrasi memeriksa korban didepannya.
"Dia mengalami patah tulang di tangannya." Jawab seorang petugas.
"Segera lakukan CT-Scan. Ia tidak hanya patah tulang pada tangan tetapi juga mengalami fraktur femur. Beritahukan pada dokter Oh segera!" terang namja sipit tersebut dan dijawab anggukan oleh para perawat.
"Ne uisa-nim!" jawab para perawat dan kembali mendorong ranjang pasien tersebut.
Tidak lama kemudian mobil-mobil ambulan kembali berdatangan menyita kembali perhatian penghuni rumah sakit. Beberapa perawat dan dokter berlarian keluar memberi pertolongan tambahan.
"Yeol, cepat lakukan X-Ray dia mengalami benturan di kepala, pendarahannya sudahku hentikan. Selebihnya dia hanya mengalami luka ringan. Ku serahkan padamu!" Perintah namja sipit pada seorang namja tinggi berjas putih yang baru saja tiba di sampingnya.
"Baiklah.." jawab namja tinggi tersebut pasrah, seolah kalah dalam perlombaan.
Namja sipit kembali memeriksa satu-persatu korban yang berdatangan. Memberikan pertolangan pertama juga arahan untuk pertolongan selanjutnya.
Tiba-tiba ada salah satu pasien yang tidak sadarkan diri. Membuat perawat di sekitarnya panik. Namja bermata sipit tersebut berlari menghampiri mereka dan segera memeriksanya.
Namja sipit tersebut memeriksa detak jantung korban dengan tangan dan stetoskopnya. Namja sipit tersebut memejamkan matanya untuk lebih dapat merasakan dan mendengar degup jantung korban. Terbayang olehnya jantung korban yang menghitam dan berhenti berdetak.
"Ini gagal jantung! Aku akan melakukan CPR!" seru namja sipit itu.
Namja sipit tersebut melakukan CPR. Seorang perawat dengan sigap membawa alat defibrilator (stimulor detak jantung) dan memberikannya pada namja itu.
"Naikkan hingga 200mV" perintah namja sipit tersebut.
"Tapi dokter Byun, itu terlalu berbahaya."
"Tidak usah cerewet! Cepat lakukan! Aku yang bertanggung jawab." Perawat itupun patuh dan melakukan perintahnya.
Namja sipit bernama Byun tersebut melakukan 2x kejut jantung pada pasien. Tidak lama kemudian, detak jantung pasien kembali. Dokter Byun dan perawat yang mengelilinginya bernapas lega.
"Kita harus memeriksa infark miokardnya (kematian otot jantung). Dia baru saja mengalami serangan, akan fatal jika serangan terjadi lagi. Dia perlu dioperasi. Siapkan ruang operasi sekarang juga!" cerocos namja sipit tersebut.
"Ne uisa-nim"
Beberapa saat kemudian...
Terlihat namja bermata sipit masuk kedalam sebuah ruang operasi bertuliskan "Dr. Byun Baekhyun". Namja bernama Baekhyun tersebut mensterilkan kedua tangannya. Kemudian ia masuk ke tempat operasi yang pintunya dapat terbuka secara otomatis. Beberapa perawat langsung membantu memakaikannya masker, sarung tangan, dan kacamata khusus.
Baekhyun berjalan kearah pasien. Melihat ke arah pasien yang telah siap. Tidak lupa tersenyum kearah asistennya yang terlihat lelah. Walau dia tahu senyumnya tak akan terlihat oleh asisten setianya tersebut.
"Apakah kau sudah siap Jongdae?" tanya Baekhyun pada asistennya. Yang ditanya hanya mengangguk.
"Jika kau mengantuk, aku bisa menggantimu."
"Aniyo.. Ayo kita lakukan!" jawab namja bernama Jongdae berusaha nampak bersemangat.
"Baiklah kita mulai."
-o-
Di tempat lain..
"Apa kau sudah memeriksa cctv?" tanya seorang namja bertubuh mungil dengan jaket kulit coklat yang melekat pada tubuhnya.
"Ne sunbae. Sesuai rekaman cctv kecelakaan ini terjadi akibat truk melaju dalam kecepatan tinggi. Truk baru dapat berhenti setelah menabrak lampu piggir jalan tersebut. Para petugas juga sudah memeriksa kondisi truck dan ternyata truk mengalami rem blong." Jelas seorang namja bertubuh tinggi dengan seragam polisi.
"Bagaimana kondisi pengendara truk?" tanya namja berjaket kulit tersebut tetap fokus melihat rekaman cctv.
"Mereka telah tiada, sunbae. Sopir truk dan rekannya meninggal di tempat." Namja bertubuh tinggi tersebut menunduk sedih. Namja mungil di sebelahnya mendongak ke arah namja tinggi di sebelahnya dan tersenyum.
"Sudahlah, lebih baik kau membuat laporan dari pada bersedih Kai." Namja mungil itu memukul pantat juniornya tersebut.
"Aish, Minseok Hyung!" teriak namja bernama Kai tersebut kesal.
"Yak! Saat ini kita sedang menjalankan tugas, panggil aku sunbae!" namja bernama Minseok kembali memukul punggung Kai dengan keras.
"Ne, sunbae-nim." Jawab Kai sambil mendengus kesal. Minsoek tertawa gemas melihat tingkah anak buahnya. Tiba-tiba Minsoek tersadar ada sesuatu yang ia lupakan.
"Dimana Kyungsoo? Aku tidak melihatnya dari tadi." tanyanya menoleh ke sekeliling mencari orang yang dia cari.
"Tuh disana. Dia masih membantu petugas mengevakuasi korban terakhir yang ada di dalam mobil. Kau tau sunbae? Tangan Kyungsoo hyung terluka. Padahal aku sudah bilang padanya untuk beristirahat..." Kai menunjuk kearah satu-satunya namja mungil berseragam patroli di kerumunan petugas.
"Dia selalu memaksakan dirinya." Minseok berjalan kearah namja tersebut meninggalkan Kai yang mesih belum selesai berbicara.
Seorang namja berseragam patroli, tengah membopong seorang korban ke arah tim medis dan ambulan yang bersiap. Tim medis segera berlari membantunya membopong korban tersebut.
"Dia masih hidup. Dia hanya mengalami pendarahan kecil akibat benturan di kepala, dan sepertinya kedua kakinya patah karena terjepit." Jelas namja mungil itu pada petugas medis.
"Waah kau benar-benar seperti seorang dokter." Puji salah seorang tim medis. Namja tersebut hanya membalasnya dengan senyuman tipis dan membantu petugas tersebut menghentikan pendarahan.
"Kenapa lengan bajumu semerah itu Kyungsoo-ssi?" tanya petugas medis yang melihat lengan baju Kyungsoo terdapat bercak darah yang masih merah segar.
"Ah... Ini hanya bekas darah dari para korban." jawab namja tersebut tersenyum lebar. Petugas medis tersebut hanya mengangguk.
"DO KYUNGSOO!" teriak seseorang dari arah belakangnya.
Namja mungil bernama Kyungsoo tersebut menoleh ke belakang, dan terkejut melihat seseorang yang menghampirinya. Kyungsoo bergegas berdiri, lalu menunduk memberi hormat.
"Malam sunbae-nim." Sapa Kyungsoo kepada Minseok.
Minseok mengangguk membalas sapaannya. Minseok menatap ke arah lengan baju Kyungsoo yang terlihat merah dan basah, seperti darah yang masih segar terus mengalir. Minseok teringat kata-kata Kai, bahwa tangan Kyungsoo terluka.
"Kemarikan tanganmu!" perintah Minseok. Kyungsoo membelalak kaget mendengarnya.
"Tidak sunbae!" tolak Kyungsoo menyembunyikan tangan di balik punggungnya. Dengan perlahan dia mundur teratur bersiap untuk lari.
"Kau tidak bisa lari hyung." Kyungsoo terlonjak kaget dan membalikkan tubuhnya ke belakang.
"Kkamjjagiya!" teriak Kyungsoo terkejut pada Kai yang sudah berdiri di belakangnya.
"Kau sudah terkepung Do Kyungsoo. Serahkan tanganmu!" perintah Minseok berjalan mendekat ke arahnya.
Dengan terpaksa Kyungsoo menyodorkan kedua tangannya ke arah Minseok. Minseok meraih tangannya dengan lengan baju yang bermandikan darah. Ia membuka kancing lengan Kyungsoo, dan menggulung lengan Kyungsoo perlahan. Kyungsoo membuang mukanya ke arah lain. Kai yang berdiri diantara mereka menggigit bibirnya merasa takut.
Minseok terkejut melihat balutan kain kasa penuh dengan darah seolah tidak dapat menutup luka di lengan Kyungsoo. Minsoek dengan kasar melepas balutan kasa tersebut, membuat Kyungsoo meringis menahan sakit. Sedangkan Kai, berusaha menahan tangisnya melihat luka Kyungsoo.
Minseok semakin geram melihat goresan panjang yang cukup dalam di sudut lengan Kyungsoo. Minseok mengambil sapu tangan di sakunya, dan menutup kembali luka Kyungsoo agar pendaharan tidak bertambah. Kai memejamkan matanya tidak tega melihat luka di tangan hyungnya.
"Bagaimana kau bisa terluka seperti ini?" tanya Minseok menahan amarahnya.
"Tadi tanganku tergores pecahan kaca, ketika berusaha mengeluarkan korban." Jawab Kyungsoo masih menahan sakit.
"Hyung kenapa bajumu tidak sobek?" tanya Kai polos dihadiahi jitakan oleh Minseok.
"Aku tadi menggulung lengan bajuku Kai." jawab Kyungsoo setengah tersenyum.
Minseok memanggil petugas medis yang ada di dekat mereka. Petugas medis tersebut terlihat terkejut melihat Kyungsoo terluka. Dia bergegas memeriksa luka Kyungsoo.
"Lukanya terlalu dalam, dia harus dijahit. Lebih baik Kyungsoo-ssi ikut bersama kami ke rumah sakit. Kami akan segera berangkat membawa korban terakhir." jelas petugas medis pada Minseok.
"Baiklah bawa dia bersama kalian." Petugas medis tersebut mengangguk dan menuntun Kyungsoo ke arah mobil Ambulan.
"Hyung.." Kyungsoo menoleh ke arah Minseok dengan wajah memohon. Berharap Minseok tidak membatalkan Kyungsoo untuk ke rumah sakit. Namun Minseok dan Kai melambaikan tangan ke arahnya.
-o-
Beberapa manusia berjas putih terkapar lemas di sebuah ruangan. Beberapa dari mereka berbaring di lantai atau bersandar di kursi. Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka menampilkan dua orang namja dengan seragam hijau melekat pada tubuh mereka.
"Waah siapa yang datang?" seru namja bertelinga peri yang bersandar di kursi sambil menyesap satu cup kopi.
"Pahlawan emergency, Byun Baekhyun dan asistennya datang!" teriak salah satu namja yang baru datang tersebut.
"Yak, Jongdae! Aku mau tidur!" protes namja berkulit albino yanng tengah tertidur di atas meja.
"Kenapa kau tidak tidur di ruang istirahat, Sehun? Apa pasien masih ada yang belum selesai di tanggani?" tanya Baekhyun yang duduk di samping Chanyeol, dan merampas kopi yang ada digenggaman Chanyeol.
"YAK! KOPIKU!" Chanyeol berusaha merebut kopinya yang tengah diminum oleh Baekhyun.
"APA KAU TIDAK BISA TIDAK BERTERIAK PARK CHANYEOL?" protes Jongdae merasa terganggu.
"Kau juga tidak usah berteriak Jongdae!" sanggah Sehun membuat Jongdae mendengus kesal.
"Ambulan terakhir masih belum datang Baek. Semua sudah selesai ditanggani, kecuali korban di ambulan terakhir." Lanjut Sehun menjawab pertanyaan Baekhyun sebelumnya.
Baekhyun bangkit dari duduknya, mengembalikan kopi yang dia minum pada Chanyeol dan berjalan keluar ruangan. Semua menatap ke arah Baekhyun bingung kecuali Chanyeol yang masih kesal merutukinya.
"Baek, kau mau kemana?" tanya jongdae
"Ke emergency room, menyambut pasien.." Baekhyun meninggalkan mereka sambil melambaikan tangannya.
"KEMBALIKAN KOPIKU BYUN BAEKHYUUN!"
"SSSTTTT..."
-o-
Sirine ambulan kembali bergema di area rumah sakit. Beberapa perawat dan dokter tengah bersiap di depan pintu emergency room. Ambulan berhenti, petugas segera membuka pintu dan menurunkan pasien. Petugas menjelaskan kondisi korban kepada dokter. Dan dokter berambut acak-acakan tersebut segera memeriksa kondisi korban kembali.
"Pendarahan sudah berhenti. Lakukan CT-scan, dia tidak hanya mengalami gegar otak. Dia juga mengalami fraktur pada tibia dan fibula di kedua kakinya (patah tulang pada tulang kaki dan betis)." Baekhyun memberikan arahan pada para perawat.
"Ne uisa-nim"
Baekhyun dan perawat segera mendorong ranjang pasien tersebut.
"Tunggu dokter Byun! Masih ada satu pasien lagi!" seru petugas ambulan ketika melihat kepergian dokter Baekhyun. Baekhyun menghentikan langkahnya
"Kalian duluan, panggil dokter Chanyeol dan dokter Jongdae untuk pasien ini!" Baekhyun memberi perintah kembali, dan meminta para perawat untuk bergegas.
"Ne uisa-nim." Para perawat masuk ke emergency room membawa pasien tersebut, dan meninggalkannya.
"Mana pasien terakhirnya?" Baekhyun berbalik ke arah petugas namun tidak mendapati pasien yang dimaksud.
"Ayo turunlaah!" petugas tersebut menarik sebuah tangan untuk turun. Namun pemilik tangan tersebut enggan turun.
"Haishh!" Baekhyun yang kesal menghampiri petugas dan melihat pasien yang ada di dalamnya sambil menggerutu kesal. Petugas tersebut menyingkir memberi jalan untuk Baekhyun.
Tiba-tiba Baekhyun terdiam dan membulatkan matanya. Seolah waktu terasa terhenti, karena namja di hadapannya.
TBC
