Pump It Up!
Yosh, moshi-moshi, minna...
Shana balik lagi dengan fic multi-chap lain, dan tentunya tetap dengan pairing NaruHina tersayang~ *readers : yang Let's Get Married, Sensei! gimana?* *Shana kabur*. Nah, buat sekadar info, Shana terinspirasi buat fic ini dari hobi baru Shana : main Pump It Up! Kebetulan Shana tiba-tiba dapet ide baru pas pulang main. Tapi, wisss... Pulang main itu kayak abis dari neraka. Keringetnya udah kayak abis kejebur di sungai, apalagi Shana kan baru pemula, baru bisa sampe level 7 *curcol mode : on*. Yah, lalu... *readers : bawel, cepet mulai fic-nya!* Oke, oke, ini dia Pump It Up!
Summary : Hinata sangat bosan dengan kehidupannya yang menurutnya monoton. Sahabatnya, Sakura dan Ino, lalu mengajaknya ke suatu tempat. Tanpa disangka, itu mengubah kehidupannya seratus delapan puluh derajat! Bagaimana kisahnya?
Rating : T
Pairing : NaruHina
Genre : Romance
Warning : OOC, typo, abal, gaje, update lelet, dan... Sementara segitu aja... #plaak!
Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto dan mesin Pump It Up punya yang bikinnya (?), tapi kalau fic Pump It Up! ya punya Shana...
.
\( -v- )/ Pump It Up! \( -v- )/
.
Sejak tadi pagi, langit Konoha mendung. Awan gelap yang berarak mendominasi pemandangan. Dan sepertinya keadaan seorang gadis cantik, siswi kelas 2-1 Konoha High School juga sama. Rambut indigonya yang lurus panjang itu menutupi mata lavendernya, menyembunyikan kilauan cahayanya. Sejak tadi, gadis bernama Hinata Hyuuga itu terus mendesah.
"Haah..." desahnya. Setelah menyampirkan tasnya di sisi kursi, dia langsung meletakkan kepalanya di meja dengan kedua tangan putihnya menjadi bantal. Matanya terus menerawang ke arah langit, karena kebetulan tempat duduknya ada di dekat jendela. Hinata memang pendiam, gadis itu tidak suka berada di keramaian.
"Haah... Langit tampak mendung, seperti hatiku," gumamnya pelan. Perhatiannya terfokus ke langit, sehingga tidak menyadari siapa yang ada di belakangnya.
"Hinata-chan!" seru suara riang seorang gadis berambut pink, menepuk pundak Hinata cukup keras. Tentu saja Hinata kaget dan menoleh melihat siapa yang mengagetkannya.
"Ah, Sakura-chan, Ino-chan! Kalian mengagetkanku!" seru Hinata, agak kesal karena lamunannya terbuyarkan oleh kedua gadis sahabtnya itu.
"Hehe, peace, Hinata-chan..." kata seorang gadis berambut pirang sambil mencubit pipi Hinata, gemas padanya.
"Aw, sakit, Ino-chan!" seru Hinata sambil mengelus pipinya. Kedua sahabatnya ini memang sangat usil. Gadis yang berambut pink dan bermata emerald di hadapan Hinata adalah Sakura Haruno, gadis cantik yang sederhana tapi terkenal sangat galak. Sedangkan gadis yang berambut pirang dan bermata aquamarine adalah Jno Yamanaka, gadis cantik yang cerewet dan merupakan Ratu Gosip Konoha High School.
"Gomen, habis pipimu itu menggemaskan sekali, sih~" kata Ino dengan suara manja. Dia menarik kursi terdekat dan duduk di dekat Hinata.
"Eh, Hinata-chan, kamu kenapa? Kok dari tadi melamun terus? Ada masalah, ya?" tanya Sakura. Ino mengangguk setuju.
Hinata terdiam sejenak. Sakura dan Ino memang sahabatnya, tapi apa mereka bisa dipercaya untuk masalahnya? Akhirnya Hinata memutuskan untuk memberitahu mereka. Lagipula Hinata yakin akan ikatan persahabatan mereka. "Umm, sebenarnya... Aku bosan," kata Hinata pelan. Matanya kosong lagi, pikirannya melayang entah kemana.
"Hah, bosan? Bosan kenapa?" tanya Sakura dan Ino heran. Setahu mereka, Hinata adalah putri keluarga bangsawan Hyuuga yang terkenal sangat kaya. Segala kemauan Hinata pasti dituruti. Lalu kenapa Hinata merasa bosan?
"Yah... Hari-hariku selalu sama. Aku tidak pernah boleh merasakan kehidupan seperti remaja normal lainnya. Lalu... Tiap hari pasti kaa-san dan tou-san bertengkar. Aku sedih, apalagi Hanabi-chan. Bahkan..." Hinata menjelaskan sambil menggigit bibir bawahnya, getir. Sakura dan Ino masih mendengarkan dengan penuh perhatian.
"... Bahkan kaa-san dan tou-san terancam akan bercerai," lirih Hinata sedih. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata lavendernya, tambah sedikit kesedihan lagi dan kristal bening itu akan terjun bebas di pipi Hinata. Sakura dan Ino tersentak mendengarnya. Hinata memang sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah membicarakan soal keluarganya.
"Hanabi-chan menangis terus karenanya. Aku... Aku tidak mau kaa-san dan tou-san bercerai," lirih Hinata lagi, dan air matanya pun turun sudah. Mengalir di pipinya yang halus, menetes ke punggung tangannya yang terkepal, menggenggam roknya erat. Mengingat kesedihan adiknya, Hanabi Hyuuga, sungguh menyentuh hatinya. Tak terbayang oleh Sakura dan Ino, betapa besarnya penderitaan yang dialami Hinata.
"Hi... Hinata-chan, jangan menangis. Kami akan bantu, kok," kata Sakura panik. Melihat sahabatnya yang menangis, siapa sih yang tidak ikut sedih.
Hinata menyeka air matanya, mencoba menguatkan diri. "Arigatou, Sakura-chan, tapi ini masalahku. Aku tidak ingin melibatkan kalian, lagipula tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya," kata Hinata. Matanya masih menampakkan sorot sedih, tapi senyum kembali menghiasi wajah cantiknya.
Sakura dan Ino tertegun mendengar perkataan sahabat mereka. Hinata memang sangat manis dan baik, dia selalu sabar dalam menghadapi permasalahan hidupnya. Dia tidak menangis sampai menjerit-jerit, tapi mencoba mengambil hikmah dalam setiap cobaan. Sungguh, hatinya sangat mulia.
"Hinata-chan, jangan sedih. Aku tahu tempat dimana kau bisa melupakan kesedihanmu. Ayo, pulang sekolah kita ke sana," ajak Ino bersemangat, berharap membuat Hinata juga ikut semangat.
"Eh? Kau tidak bermaksud, kita ke tempat itu, kan?" tanya Sakura kaget mendengar rencana sahabatnya. Ino mengangguk.
"Ya, tentu saja kita ke sana, jidat lebar!" jawab Ino sambil memutar mata. Sakura langsung menjitak Ino karena ejekannya, sementara Ino mengaduh kesakitan.
"Tapi kalau kita dimarahi, itu salahmu ya, Ino pig!" seru Sakura. Hinata sangat penasaran dengan maksud kedua sahabatnya. Sungguh misterius. Tapi saat Hinata akan bertanya, bel masuk sudah berbunyi. Sakura dan Ino segera pergi ke kursi mereka, tersenyum-senyum membayangkan tempat itu.
"Ya, anak-anak, hari ini kita belajar materi yang kemarin. Buka buku kalian," perintah Shizune-sensei yang sudah memasuki kelas. Akhirnya Hinata memutuskan untuk melupakan dulu rasa penasarannya dan memfokuskan diri pada pelajaran Biologi Shizune-sensei yang sulit. Yah, walaupun bagi Hinata si juara kelas, itu sesulit pelajaran murid SMP, yang berarti cukup mudah.
Tapi Hinata masih tidak bisa fokus karena rencana Sakura dan Ino. Penjelasan Shizune-sensei hanya dianggap angin lalu baginya. Lagipula, gadis cantik itu sudah mengerti sebelum Shizune-sensei menjelaskan. Tapi Shizune menyadarinya.
"Hinata, perhatikan pelajaranku, ya. Karena ini penting dan akan keluar di ujian," peringat Shizune lembut. Hinata tersentak kecil.
"Ah, i-iya. Gomen nasai, sensei," kata Hinata pelan. Wajahnya merona merah, agak malu karena ketahuan melamun di kelas.
"Baiklah, kita lanjutkan materinya..."
-SKIP TIME-
Teng! Teng! Teng!
Bel Konoha High School berdentang keras, yang disambut gembira oleh murid-muridnya. Bahkan kelas 2-1, yang merupakan kelas unggulan, menjadi riuh karena ulah murid-muridnya. Ada yang berteriak, berpelukan, bahkan ada yang melemparkan bukunya ke udara seperti saat wisuda. Suasananya sungguh ramai. Hanya beberapa yang diam seperti Hinata.
"Diam!" teriak Tsunade-sensei yang mengajar matematika di kelas 2-1. Sontak semuanya langsung terdiam tanpa membuat suara sekecil apapun. Sebenarnya Tsunade-sensei adalah kepala sekolah Konoha High School, tapi karena Kurenai-sensei yang mengajar matematika tidak masuk, maka Tsunade-sensei yang mengajar.
"Kalian ini! Konoha High School adalah sekolah terbaik di Konoha, bahkan di antara lima negara besar! Dengan sikap kalian yang memalukan ini, kalian tidak pantas disebut sebagai murid Konoha High School!" omel Tsunade yang memang terkenal karena kegalakannya. Semua murid takut padanya.
"Contohlah nona Hyuuga! Sebagai ketua OSIS dan ketua kelas yang baik, dia tidak membuat ribut! Yah, sudahlah, kalian jangan ribut lagi. Hinata, siapkan!" perintah Tsunade. Tsunade memang menyukai Hinata karena kecerdasan dan kepatuhannya. Hinata mengangguk, yang disambut senyum oleh Tsunade.
"Hai', sensei. Berdiri, membungkuk, beri hormat!"
"Konnichiwa, sensei! Ja mata!" seru semua murid setelah membungkuk.
"Hai', ja mata!" sahut Tsunade, dan wanita itu melangkah keluar kelas.
"Haah, Tsunade-sensei memang kejam. Kita jadi pulang terlambat," keluh Sakura. Ino di sampingnya mengangguk. Hinata memperhatikan kedua sahabatnya itu sambil tertawa kecil. Sakura dan Ino yang menyadarinya langsung mengerucutkan bibir.
"Ah, Hinata-chan enak, ya. Tsunade-sensei tidak memarahimu. Selamat ya, ketua OSIS," goda Ino. Hinata merona merah, tapi langsung menepisnya.
"Tidak, kok. Mungkin kalian saja yang terlalu berisik, jadi Tsunade-sensei memarahi kalian," sahut Hinata. Sakura dan Ino berpandangan, dan tersenyum jahil. Rasanya menggoda Hinata itu sangat menyenangkan.
"Hai', hai', ojou-sama."
"Ahaha, ojou-sama ja nai!"
"Hai', hontouni gomen nasai, hime-sama~"
"Sakura-chan, Ino-chan! Jangan panggil aku seperti itu, biasa saja dong."
"Hahaha, baiklah, Hinata-chan."
Mereka bertiga tertawa bersama. Mereka memang baru bersahabat sejak awal masuk Konoha High School, yang berarti mereka baru bersama sekitar dua tahun. Tapi ikatan di antara mereka memang sudah kuat, jadi mereka selalu bersama. Tertawa bersama, sedih bersama, bahkan jahil bersama. Tapi biasanya Hinatalah yang jadi sasaran kejahilan Sakura dan Ino.
"Oh ya, sebenarnya kalian ingin membawaku ke mana, sih?" tanya Hinata yang sudah sangat penasaran akan dibawa ke mana.
"Umm, kasih tahu tidak, ya?" jawab Sakura sambil melirik Ino. Mereka berdua mengangguk dan tersenyum jahil.
"Ayolah, beritahu aku. Kalau kalian tidak memberitahuku, ini sama saja seperti penculikan," desak Hinata. Sang Hairess Hyuuga makin penasaran melihat senyum misterius Sakura dan Ino.
"Tunggu saja, Hinata-chan. Sebentar lagi kita sampai, kok," kata Ino untuk menenangkan Hinata. Sayangnya, Hinata malah semakin penasaran dibuatnya.
Hinata menghela nafas mendengar kedua sahabatnya. Rasanya kedua sahabatnya makin misterius saja. Tapi ya sudahlah, karena Sakura dan Ino pasti tahu apa yang mereka lakukan. Lagipula mereka bilang tempatnya sebentar lagi. Tapi Hinata terkejut saat tiba-tiba mereka berhenti.
"Hei, kenapa berhenti?" tanya Hinata. Mereka berhenti di depan sebuah bangunan tua yang terlihat seperti gudang yang tidak terpakai. Pintu besinya sudah dicoret-coret oleh grafiti, tulisannya tidak terbaca oleh Hinata. Diliriknya Sakura dan Ino yang sedang berjalan ke pintunya dengan tersenyum.
"Inilah tempat yang kami maksud. Ayo masuk, Hinata-chan," ajak Sakura dan Ino bersamaan. Tiba-tiba pintu terbuka sendiri. Dan Hinata terkagum-kagum melihatnya.
Gudang tua yang dilihatnya di depan langsung berubah begitu Hinata memasukinya. Lampu-lampu canggih yang berbeda warna menyambutnya seperti parade. Suara musik membahana, dengan beat yang berbeda. Ada yang lembut, ada yang cepat, tapi yang pasti membuat Hinata ingin berdansa mengikuti musiknya.
"Tempat apa ini?" tanya Hinata. Sakura dan Ino saling berpandangan dan tersenyum, lalu mereka bersama membuat pose selamat datang.
"Welcome to... Akatsuki!"
.
~(TSUZUKU)-[TO BE CONTINUED]-{BERSAMBUNG}~
.
Yosh, halo lagi, minna!
Nah, gimana tadi tuh? Apakah masih kurang sesuatu atau apa? Ya, pastilah. Nah, chapter 1 ini masih prolog yah, jadi masih pendek. Gomen kalau pendeknya juga pendek banget, karena Shana lagi ga ada ide buat ngembanginnya, hontouni gomen nasai *bungkuk-bungkuk* *dilempar cobek bekas ngulek terasi sama readers*. Oh ya, Shana ga bisa janji untuk update kilat dikarenakan fic lain yang harus Shana urus. Tapi kalau banyak yang review, Shana pasti lebih semangat bikinnya. Jadi, Shana harap para readers dan senpai-tachi mau meluangkan waktu, tenaga dan pulsa untuk...
m( _ _ )m REVIEW PLEASE! m( _ _ )m
