Again

Oleh: Jogag Busang

Disclaimer: Touken Ranbu by DMM, Nitroplus

Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini

Dedicated for: Event #FlashFicFest

.

.

Sudah hampir tengah malam. Ini adalah waktu yang tepat untuk tertidur pulas. Sayangnya, bagi Yagen adalah hal yang buruk.

Dia bermimpi lagi. Tentang perpisahan itu. Tentang tragedi mengerikan dua bulan yang lalu.

Yagen menarik selimut sampai ke dagu. Dia mencoba terpejam, tetapi berbaring saja rasanya tidak nyaman. Berulang kali Yagen membolak-balikkan badannya. Terakhir, dia memutuskan untuk duduk tegak.

Lampu di kamar yang ditempatinya kini dimatikan. Namun, Yagen masih dapat melihat dengan cukup jelas karena keadaannya yang terbilang remang-remang akibat sinar bulan yang menyelinap dari celah-celah jendela.

"Kau tidak bisa tidur ya, Yagen?"

Sebuah suara yang terdengar membuat Yagen terkejut. "Kak Ichi?"

Ichigo, yang menempati posisi tidur membelakangi Yagen, menyibak selimut. Dia lalu merangkak sambil membawa selimutnya dan bergabung di samping Yagen.

"Kenapa kau tidak bisa tidur?"

"Aku..." Yagen menghentikan kata-katanya. Jujur saja, dia bingung bagaimana cara menjelaskan.

"Kau masih memikirkan kejadian itu, kan?"

Yagen tidak bisa mengelak. Pelan-pelan, dia mengangguk dengan raut wajah sendu. Apa yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah nyala api yang berkobar, lengan dan lututnya yang terluka, kemudian Ichigo yang datang lalu menggendongnya, menjauh dari pemandangan mengenaskan itu.

Tidak mudah melupakannya, dan, kemungkinan besar, Yagen tidak akan bisa untuk melupakan. Kebakaran yang merenggut nyawa kedua orang tuanya beserta rumahnya sekaligus membuat Yagen tidak bisa menjalani kehidupan yang normal lagi. Tapi satu hal yang paling disyukurinya adalah, kelima adiknya sedang berada di luar rumah sehingga mereka tidak perlu menyaksikan peristiwa tersebut.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu, Yagen."

"Terima kasih sudah menyelamatkanku waktu itu. Untungnya Kak Ichi datang tepat waktu. Kalau tidak..."

Yagen merasa bahunya dirangkul pelan. "Bukankah aku ini kakakmu? Apa gunanya diriku jika tidak bisa melindungi adik-adikku?"

"Kak Ichi..."

"Semuanya akan baik-baik saja, Yagen. Tidak usah cemas. Aku akan mengurus kalian. Jadi, jangan khawatir, oke?"

Yagen mengangguk muram.

"Ayo, kita tidur."

Ichigo mengambil posisi tidur di sebelah kiri Yagen. Yagen menurut. Dia mengikuti jejak Ichigo. Tapi beberapa saat kemudian, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak terisak. Ichigo kemudian merengkuhnya dalam dekapan, membiarkan Yagen menangis hingga puas.

"Semuanya akan baik-baik saja," ucap Ichigo mengulangi. Di mata Yagen, dia sungguh sosok kakak yang tegar.

Dalam hati, Yagen percaya, kata-kata kakaknya ini pastilah benar.

Yagen lantas memeluk Ichigo. Kakaknya membalas dengan mendekapnya lebih erat lagi.[]