Home
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Touken Ranbu by DMM, Nitroplus
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
Dedicated for: Event #FlashFicFest
.
.
Horikawa tahu, dia memang salah. Tidak seharusnya dia melakukan tindakan nekat semacam ini. Kakaknya, Yamanbagiri, pasti akan memarahinya jika dia pulang nanti.
Anak laki-laki berusia tiga belas tahun itu memilih kembali ke sekolah. Dadanya sedari tadi tidak bisa berhenti berdegup was-was. Horikawa kemudian memutuskan untuk mendekam di salah satu kelas yang sudah kosong.
Perlahan, Horikawa mengeluarkan sebuah komik dari dalam tasnya. Awalnya dia memandang dengan sayang pada komik itu, tapi raut wajahnya berubah menjadi penyesalan.
Bagaimana jika kakaknya tahu bahwa uang yang seharusnya dia gunakan untuk membeli makan malam malah ia belikan komik?
Horikawa tidak bisa berpikir dengan jernih.
Sekitar pukul enam menjelang petang, Horikawa masih tidak berani untuk beranjak. Perutnya terasa melilit karena sejak tadi siang belum memakan apa pun, tapi dia juga tidak berani untuk pulang. Horikawa takut jika dia membuat kakaknya kecewa dan malah berbalik membencinya, padahal dia tidak memiliki keluarga lain kecuali Yamanbagiri. Yamabushi, kakak pertama Horikawa, telah lama meninggal akibat kecelakaan kereta api.
Pintu kelas tiba-tiba menjeblak terbuka, membuat Horikawa yang semula hanya menunduk sembari memejamkan mata terkejut.
"Kakak?"
"Ternyata kau di sini, Horikawa? Apa yang kaulakukan di sini?"
"Eh..."
Horikawa bingung harus membalas bagaimana.
Kakaknya, Yamanbagiri, berjalan mendekatinya. "Ayo, kita pulang. Kau membuatku cemas, tahu."
Horikawa tidak langsung berdiri. Dia tahu, dia harus menjelaskan sesuatu.
"Kakak, sebenarnya, eh, uang yang kauberikan untuk membeli makan malam... sudah kugunakan untuk membeli komik. Maafkan aku, Kak." Horikawa berterus terang, wajahnya benar-benar menyesal.
Yamanbagiri hanya menghembuskan napas pasrah. Semula Horikawa khawatir jika dia akan dimarahi, tapi kelihatannya, kakaknya tidak sedang menunjukkan ekspresi murka.
"Hmm, jadi itu penyebabnya? Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Sekarang, ayo kita pulang dulu. Sudah hampir malam."
Horikawa tetap tidak bisa tersenyum, bahkan hingga mereka berdua tiba di rumah. Karena dia tahu, Yamanbagiri memang tidak akan memarahi atau memukulnya. Horikawa hanya dihukum tidak diberi uang jajan selama dua minggu.[]
