Disclaimer : Bleach milik Tite Kubo. Saya hanya fans, tidak mengambil keuntungan materiil atas pembuatan fanfiksi ini.
Note : Alternate Universe.


Awalnya aku sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaanku. Kalau orang-orang bilang aku mudah jatuh cinta, itu memang benar. Tapi aku selalu menyukai orang yang berbeda tipe denganku. Ia selalu dingin dan aku menjadi kurang nyaman berada di dekatnya.

Saat itu, ada teman sekantor yang kukagumi. Terkadang ia menjadi sangat dekat denganku, terkadang ia juga tidak bisa kujangkau. Kehadirannya bagai angin lalu bagiku.

Tapi rasa suka selalu datang tiba-tiba. Entah bagaimana hal itu terjadi, kau pasti akan menyadarinya sendiri.


You're My Endless Love
— Scene 1: Suddenly. —
plot by:
kuroliv; march 2010.


Tempat kerjaku adalah kantor desain. Perusahaanku menangani desain cover CD, majalah, sampai direct mail. Butuh ketelitian dan kreatifitas tinggi untuk mengerjakan seluruh proyek yang datang.

Hari ini tugasku untuk membuat desain cover CD telah usai. Aku hanya menunggu contoh produknya jadi dari percetakan, seraya mengoreksi desain proof warna. Pekerjaan ini membuatku kesal jika desain yang harus dikerjakan menumpuk.

Koreksi proof warna CD dan poster reklame yang selesai di hari yang sama membuatku sedikit panik.

"Aaah! Pena pointernya tidak ada!" teriakku sambil mengangkat kertas-kertas yang bertumpukan di meja kerjaku. Beberapa orang tampaknya sedang melihat dan memperhatikanku.

"Tadi terjatuh di dekat mejaku, Inoue," sahut seorang pemuda seraya mengulurkan pena pointer yang kucari. Aku menatapnya. Raut wajahnya selalu seperti itu—tenang dan datar.

"A-arigatou."

Pemuda itu kemudian berbalik dan kembali ke meja kerjanya. Namanya Ulquiorra Schiffer. Orang itu atasanku—kepala tim desain. Sebenarnya aku canggung menghadapinya. Dia begitu pendiam dan tanpa ekspresi. Dia juga seperti orang yang lupa bertegur sapa di luar kantor.

Terus terang—aku juga tidak suka tampangnya. Aku lebih suka…

"Contoh produknya sudah jadi!" sahut seorang gadis yang memiliki potongan rambut cepak. Ia memberikan satu kardus penuh dengan hasil produknya tepat di atas mejaku.

"Wah, akhirnya jadi juga, ya!" sahutku senang. Aku mengambil salah satu produk tersebut dan menatapnya. Memang, kami hanya mengerjakan desain cover CD tersebut. Tapi itu adalah buah kerja kerasku. Perlu bedagang berhari-hari untuk menyelesaikan desainnya.

Aku sengaja melirik Ulquiorra-san. Pemuda dengan rambut hitam pekat itu masih saja berada di mejanya dan tidak beranjak untuk melihat contoh produk yang sudah jadi ini. Cuek seperti biasanya. Tidak senyum sedikitpun. Apa ia tidak bisa menyemangati anak buah?

Biarlah—aku sudah sangat senang contoh produk cover CD ini selesai dari percetakan.

"Eh—apa ini?" bisikku perlahan. Aku mencoba mengeja judul cover CD itu. Sheat Land?

"Ejaan judulnya salah!" teriakku.

"I-itu gawat sekali!" Terdengar desas-desus pernyataan seperti itu dari bibir teman-teman sekantorku.

Segera saja aku beranjak menuju meja kerjaku dan mengambil catatan yang kupakai untuk menulis semua desain. Kubandingkan antara contoh produk yang sudah jadi dan catatanku.

"Benar. Ejaannya salah."

Aku lemas. Sudah beberapa desain kutangani tapi baru kali ini ejaan judulnya bisa salah. Aku mempertemukan lututku dengan dinginnya lantai dan membiarkan kertas-kertas di mejaku berserakan entah kemana.

"Judul CD—kenapa justru judulnya? Padahal aku begitu teliti memeriksa koreksi proofnya—" sahutku. Aku merasa bersalah. Aku malu dengan para pelanggan, "—semuanya sudah kupastikan sendiri."

Teman sekantorku pun mengerumuniku. Desas-desus kembali terdengar dengan jelas. Ya, mungkin waktunya bagiku untuk minta maaf pada para pelanggan karena keteledoranku.

"Orihime, mau kemana?" tanya gadis dengan rambut cepak yang tadi mengantarkan contoh produk salah itu.

"Menemui pelanggan. Minta maaf—" jawabku sambil terus berjalan meninggalkan gadis bernama Tatsuki Arisawa itu.

"Tapi contohnya kan sudah keluar."

Aku berhenti di pintu keluar, seraya menatap Tatsuki. "Ya sudah sampai situ. Aku hanya bisa minta maaf dengan lapang dada."

"Tunggu!"

Sebuah suara menghentikanku. Suara yang dingin. Suara yang jarang terdengar di telingaku.

"Kerjakan sekali lagi," sahut suara itu lagi. "Apa yang salah hanya di sampul depan?"

Suara itu—milik Ulquiorra-san. Yang selama ini kukira tidak peduli dengan apa yang dilakukan anak buahnya. Kemudian ia bertanya lagi, "Apa yang salah hanya di satu tempat?"

"Eh? Entahlah—belum kulihat semua."

"Kalau hanya di satu tempat, kita akan minta bagian itu dicetak ulang," saran Ulquiorra-san sambil meneliti bagian demi bagian desain sampul CD yang dipegangnya.

"Tapi sudah tidak sempat," sahutku—lebih tepatnya aku yang menyela perkataan Ulquiorra-san.

"Minta maaf dengan lapang dada memang bentuk tanggung jawab—" sambutnya seraya meletakkan CD yang tadi ia pegang, "—tapi berusaha semampunya juga bentuk tanggung jawab sebagai pekerja professional, kan?"

Aku hanya bisa terdiam. Ia menyimpulkan alasan yang sangat tepat.

"Biar aku yang menemui pelanggan, Inoue-san hanya perlu hubungi percetakan lagi!" tambah Ulquiorra-san yang membuatku semakin terpana akan perkataannya.

Saat itu—tumbuh perasaan suka padanya di hatiku.

Suka. Kesadaran itu timbul begitu tiba-tiba.

"Baik!" sahutku riang tepat ketika aku melihatnya keluar dari kantor sambil memakai jasnya.

Mungkin saja pandanganku pada Ulquiorra-san pada hari-hari selanjutnya menjadi lebih baik. Karena sekarang aku menyadari perasaan sukaku padanya.


FIN.


Note: Ulquiorra/Orihime, y'know. Teehee. Mungkin ada di antara kalian yang pernah mengalami rasa suka tiba-tiba?

Feedback?