THAT (FREAK) BOY

Author : bubbletea88

Main cast : CHANBAEK :3; little Kaisoo maybe (?)

Length : mollayong~~~ /?

WARNING, IT's YAOI fict, SO IF YOU DON'T LIKE YAOI, PLEASE CLOSE THIS PAGE AND I RECOMMEND IT (?)

Maybe there're lot of dirty talk(s)

Hai hai hai!

Gimana nih kabarnya readersnim?

Huwaaa, akhirnya bisa juga di sempet-sempetin buat FF permintaan maaf ini

Hahaha, sesuai janji, aku bakal buat FF CHANBAEK

Masih belum tau apa ratenya – mungkin T mungkin juga M,

Saran ya, mau rate M atau T ?

Hahahaha, sekian

-Bubbletea88-

ENJOY THE FICT!

.

.

Author's POV

Seoul. Ibu kota negara Korea Selatan ini di guyur hujan pagi ini, membuat suhu kota Seoul yang dingin, bertambah dingin. Sinar matahari tidak bisa terlalu menghangatkan karena tertutup oleh awan tebal. Karena dinginnya suhu membuat beberapa orang lebih memilih meringkuk di bawah selimutnya.

Termasuk pemuda bermarga Byun yang satu ini. Byun Baekhyun. Putra tunggal keluarga Byun. Mahasiswa Seoul University, jurusan kedokteran. Ayahnya adalah seorang dokter jantung, sementara ibunya hanya ibu rumah tangga. Sebagai anak tunggal, ayahnya tentu berharap Baekhyun menjadi seorang dokter juga.

"Eung…" lenguh Baekhyun sambil asyik bergulat dalam selimutnya.

Kedua mata hazelnya akhirnya terbuka dan mengerjap sebelum akhirnya kedua tangannya bergerak membetulkan posisi selimutnya. Baekhyun baru saja memutuskan untuk tidur kembali jika ia tidak ingat hari ini adalah hari dimana Jang-saem akan memberikan tes.

Secepat kilat, Baekhyun turun dari tempat tidurnya –walaupun dingin, kemudian masuk ke kamar mandi. Air yang dingin membasahi tubuh polosnya, sesekali Baekhyun bergidik kedinginan.

Setelah selesai, ia menyiapkan kemeja putih dan celana jeans juga menyambar tasnya yang ada di meja, tak lupa mantel coklatnya. "Eommaaa, Appa, Pagi!" sapanya saat masuk ke ruang makan.

"Ya, Byun Baekhyun— kenapa bangun telat eoh ?" tanya Ayah Baekhyun. Ayah Baekhyun memang terkenal disiplin tentang waktu.

"Dingin" balas Baekhyun singkat. Baekhyun nyengir saat ditatap heran oleh kedua orangtuanya. "Aku lebih memilih di dalam selimut tebalku, Appa— tapi begitu mengingat ada tes hari ini, aku memilih masuk kuliah—"

"Aish, kau ini" gumam Ibu Baekhyun.

Baekhyun tersenyum penuh arti sambil mengoleskan selai stroberi pada rotinya. Setelah selesai menghabiskan dua lembar roti dan juga segelas susu, ia berangkat ke Seoul University.

.

.

Di waktu yang sama, seorang pemuda bermantel hitam sedang berjalan cepat di koridor rumah sakit. Park Chanyeol. Dokter muda yang terkenal akan ketampanannya juga keahliannya. Chanyeol bekerja di rumah sakit anak yang cukup ternama di Korea Selatan. "Ah, Park-uisanim" sapa seorang perawat saat Chanyeol lewat.

Chanyeol hanya tersenyum kemudian tetap berjalan sampai di ruangannya. "Ah,akhirnyaa—" Ruangan Chanyeol untungnya dilengkapi dnegan penghangat ruangan. Chanyeol sudah kedinginan daritadi saat ia menaiki bus yang sepi.

Chanyeol melepas mantelnya dan menyampirkannya di kursi kerjanya. Pemuda berkemeja biru dengan lengan panjang itu langsung memakai jas putih untuk dokter. Di jas itu tertera namanya, PARK CHANYEOL.

Chanyeol tersenyum saat menyadari bahwa ia datang terlalu pagi. Chanyeol memutuskan untuk berjalan-jalan keliling rumah sakit. "Ah Yixing-hyung!" sapa Chanyeol saat melihat Yixing duduk sendirian di salah satu meja kantin.

"Ah, Chanyeol-a, kemari—" katanya sambil tersenyum ramah. Yixing, Zhang Yixing. Dokter senior dari China yang bekerja di rumah sakit ini juga. "Mau sarapan ?"

"Tidak terimakasih hyung," kata Chanyeol sambil duduk di depan Yixing yang mengunyah roti. Keduanya bagaikan kakak adik, harusnya Chanyeol memanggil Yixing dengan 'Sunbae' bukan 'Hyung'.

"Ah, Chanyeol-a kau ingat anak kecil yang terluka kemarin ?" tanya Yixing. Chanyeol mengangguk. "Dia berhasil diselamatkan, beruntung ada saudaranya ada yang punya golongan darah yang sama dengannya"

"Wah, kau keren, hyung!" Chanyeol mengangkat kedua jempolnya. "di kamar mana anak itu ?"

"142, lihat saja— tapi jika tidur, jangan kau bangunkan!" teriak Yixing karena belum selesai kalimatnya Chanyeol sudah melesat duluan. "Dasar!"

Chanyeol menekan tombol lift, kemudian masuk ke dalamnya. Sebelumnya, Chanyeol-lah yang menangani anak kecil itu. Perempuan, 6 tahun. Karena tidak hati-hati menyebrang, gadis kecil itu tertabrak oleh sebuah mobil.

Di luar pintu ruangan itu tertera sebuah nama 'Kim Soomin'. Ya, itulah nama gadis kecil itu. "Soomin-a ?" gumam Chanyeol pelan. Tangannya membuka pintu dengan perlahan. Pemuda itu tersenyum saat melihat Soomin sudah lebih baik dari sebelumnya.

Gadis kecil itu masih tertidur, wajahnya terlihat sangat damai. Sebelumnya, Soomin terlihat sangat pucat karena kehilangan banyak darah juga mendapat goresan yang menganga sehingga harus di jahit. Chanyeol duduk di sebelah tempat tidur gadis kecil itu.

Tubuh Soomin yang kecil dipenuhi oleh berbagai alat kedokteran. Tangan kecilnya juga dimasuki infus. Tangan Chanyeol terulur untuk mengusap kening Soomin.

"Engg…" lenguh Soomin. "Chanyeol-oppa ?"

Ya, Soomin sudah menganggapnya kakak. Karena selama dirumah sakit, Chanyeol yang menghibur dan mengajaknya bermain di ruang bermain. Begitu pun sebaliknya.

"Ne, naya" kata Chanyeol sambil tersenyum. Soomin membalas senyumannya.

"Apa Soomin sudah boleh pulang ?" tanya Soomin polos.

"Ani, Soomin masih harus dipantau kesehatannya, mungkin 2-3 hari lagi Soomin akan pulang" jelas Chanyeol sabar. Soomin mengangguk kecil. "Apa lukamu masih sakit ?"

"Sedikit" kata Soomin sambil tersenyum. "Hmm, oppa, kenapa gaya rambutmu berubah ?"

Ah, Soomin menyadarinya ? Gaya rambut Chanyeol yang biasanya berdiri (kayak era wolf), sekarang diturunkan menjadi poni. "Apa Oppa terlihat jelek ?" Chanyeol mengerucutkan bibirnya.

"Ani" sahut Soomin cepat. Soomin mendudukkan dirinya dibantu Chanyeol. "Oppa itu tampan!" katanya polos. Chanyeol yang tidak tahan, akhirnya memeluk gadis kecil itu.

"ASTAGA PARK CHANYEOL, kan sudah kubilang Soomin harus istirahat ?!" omel Yixing. Soomin yang mendengarnya hanya tertawa. Karena dialek China Yixing masih kental walau ia berbicara dalam bahasa Korea.

Chanyeol nyengir. Sementara Soomin sudah membaringkan kembali tubuhnya walau masih cekikikan.

"Uisanim, neomu gwiyeowo!" kata Soomin. Yixing hanya tersenyum.

"Aigoo, kau itu peri yang ajaib" kata Yixing sambil mengusak rambut hitam Soomin.

.

.

"Hey, Byun!" pekik Jongdae saat melihat Baekhyun dan Kyungsoo yang duduk di salah satu meja kantin. Kantin memang penuh jika jam istirahat seperti ini.

"Ah, Jongdae, kemari!" teriak Baekhyun.

Mereka bertiga berkumpul dan makan bersama. "Baekhyun-a, bagaimana tesmu ?" tanya Kyungsoo yang masuk jurusan musik.

"lumayan," kata Baekhyun singkat. "Oh ya,, kata Jang-saem, yang mendapat nilai 3 terbaik di satu kelas, akan diperbolehkan menjadi asisten dokter sungguhan untuk dua bulan! Keren kan ?" cerocos Baekhun.

"Whoa, itu impianmu bukan ?" Jongdae yang dari tadi fokus pada jajjangmyeonnya akhirnya menyahut,

"Bukan, impian ayahku tepatnya" kata Baekhyun disusul tawa kedua temannya.

Tak lama, mereka kembali berpisah. Baekyun masih harus mengikuti kelas matematika. Aish! Baekhyun duduk dengan tenang di tempat duduknya saat Han-saem, guru killer itu masuk kelas.

"Ah, Annyeong Haseyo!" katanya. Suaranya yang berat membuat beberapa anak enggan menyapa balik guru killer itu. "Hari ini, akan kubagikan hasil ujian 4 hari yang lalu!"

Mati saja. Baekhyun lemah dalam matematika! Sungguh, bahkan ia pernah dapat nol untuk pelajaran ini. "Kim Junmyeon, chukkae seperti biasa kau 100! Berikan tepuk tangan!" kata Han-saem.

Baekhyun mendecih. Hmm— iya tentu saja Suho atau Kim Junmyeon, dia murid terpintar di kelas matematika sekaligus murid kesayangan Han-saem. Ia yakin setelah ini Han-saem akan membacakan nilainya.

"BYUN Baekhyun!" benar saja. Guru bermarga Han ini menyeringai tipis. "aku tau kau sudah bekerja keras, 45!"

Baekhyun maju sambil menatap datar guru itu. Baekhyun menyambar kertas ulangan itu kemudian melihat banyak goresan pena merah di kertasnya.

"Mwoyaa—, Baekhyun-a ? Apa kau tidak kena marah appamu lagi ?" tanya Jongin yang duduk persis dibelakang Baekhyun.

Baekhyun menggendikkan bahunya. Jongin, Kim Jongin— Baekhyun tahu setidaknya ia punya nilai yang lebih baik daripada Jongin pada pelajaran ini.

Haa— mungkin ayahnya akan marah lagi padanya.

Satu jam pada saat itu rasanya satu jam terlama yang pernah Baekhyun alami. Setelah itu bel berbunyi dan Baekhyun bisa PULANG!

Haaa— rasanya capek, sungguh!

"Hey, Kau tidak ingin ikut aku sebentar ?" tanya Kyungsoo sambil menarik-narik tangan Baekhyun. "Ayo ikut sebentar!"

"Waee ? Naega Waeee ?" cerocos Baekhyun yang pasrah ditarik Kyungsoo.

"Kau tau Kim Jongin ?" kata Kyungsoo sambil menatap Baekhyun penuh arti.

"Eung, wae ?" Baekhyun mengangguk santai. 2 detik setelahnya Baekhyun membulatkan matanya dan membuka mulutnya membentuk '0' saat melihat pipi sahabatnya yang merona merah. "MWOYA ? APA KAU SUKA PADANYA ?"

"Ssstt! Pabboya!" hardik Kyungsoo mencubit lengan Baekhyun.

"Appo, tapi.. serius ?" gumam Baekhyun disambut anggukan kepala Kyungsoo. "Apa gantengnya sih kkamjong satu itu ?"

"Ani— hanya saja, tadi saat aku akan ke ruang seni setelah istirahat, dia menarikku dan.." Kyungsoo menunduk dan tersenyum sendiri. Sementara yang mendengarkan masih menunggu kelanjutan kalimat Kyungsoo.

"Dan apaa ?!" hardik Baekhyun tidak tahan.

"Ppoppo, dia me-menciumku" Kyungsoo menutup wajahnya yang sudah semerah tomat dengan wajahnya.

"MWOYAAA ?" pekik Baekhyun. "Maldo andwae— kuhajar dia kalau ketemu lagi"

"Ja-jangan!" Kyungsoo berusaha menahan Baekhyun. "a-aku memang sudah menyukainya sejak SMA dulu" suara Kyungsoo perlahan bertambah kecil.

"Aish, sudahlah— sudah sore, aku ingin pulang, tuh Jongin masih ada dilapangan," Baekhyun menunjuk lapangan yang masih ramai dengan anak-anak yang asyik bermain. Mata bulat Kyungsoo menemukan sosok yang ia cari.

"Baekhyun-a, tapi jangan bilang apapun tentang perasaanku padanya. Arrachi?"

"ARRASEO!" balas Baekhyun sambil berlari menjauh.

.

.

Hari semakin sore, semakin dingin pula suhu udara di Seoul. Hujan ringan melanda kota Seoul sore itu. Chanyeol masih asyik duduk di ruangan kerjanya sambil melihat keluar jendela yang mengarah pada jalan raya dan taman di dekat rumah sakit anak ini.

Chanyeol menyesap coklat hangatnya yang masih panas. Terlihat dari uap yang mengepul diatas cangkir yang ia pegang.

Tok Tok~

"Ne?" kata Chanyeol seraya meletakkan cangkir putih di mejanya. Seorang wanita paruh baya masuk dengan wajah tersenyum. Chanyeol membungkuk. "Ne, annyeong hasseo. Jwiseonghamnida, anda …?"

"Ah, Park Uisa, aku ibu Soomin" kata wanita itu tersenyum ramah. Chanyeol mempersilahkannya duduk.

"Ada apa ? Apa luka Soomin terbuka lagi ?" tanya Chanyeol sambil mengerutkan kening dan mencari data pasien milik Soomin.

"Aniya, tapi Soomin masih sering merengek kesakitan, apa boleh aku minta tolong padamu ?" air wajah ibu Soomin terlihat bingung.

"Akan kubantu jika aku bisa" kata Chanyeol menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Mungkin 2-4 hari aku dan suamiku akan pergi ke Ilsan, ada tugas keluar kota— jadi…" Chanyeol tersenyum saat mendengar ucapan ibu Soomin.

"Bantu menghiburnya ?" Ibu Soomin mengangguk ketika mendengar pertanyaan Chanyeol. "Aa, Algeuseumnida" lanjut Chanyeol tersenyum.

Setelah percakapan itu, Ibu Soomin keluar dari ruangan Chanyeol bersama dengan Chanyeol pergi ke kamar rawat Soomin. Saat itu Soomin sedang makan ditemani Yixing. "Eomma!" kata Soomin tersenyum.

"Aigoo, nae ddal" Ibu Soomin memeluk tubuh kecil anaknya. "Soomin-ya, eomma akan pergi beberapa hari bersama appa, kau disini dengan Yixing Uisa atau Chanyeol Uisa ne ?"

"Andwaeyoo~" rengek Soomin lucu. "Eomma, nan jeongmal bogoshippeoseoyo"

Ibu Soomin memeluk tubuh anaknya itu lagi. "Bukankah ada Chanyeol uisa, kau bisa bermain dengannya" katanya lagi sambil merapikan rambut hitam Soomin yang terurai. "Jadilah anak baik ne ?"

Soomin mengangguk dengan wajah lucunya. Beberapa menit setelahnya, di ruangan itu hanya ada Chanyeol, Yixing dan Soomin yang menguap. Ibunya sudah pergi dengan ayahnya. "Kau ikut aku setelah ini, oke ?" kata Yixing pada Chanyeol.

"Arraseo hyungnim" kata Chanyeol sambil membiarkan Soomin tidur. Gadis kecil itu menguap lucu. "Chankkamanyeo uri hime" gumam Chanyeol sambil mengusap kening gadis yang tertidur itu.

Kedua pemuda itu berjalan ke ruangan Yixing. Ruangan yang sering Chanyeol datangi saat ia masih jadi dokter magang. "Hahaha, aku sungguh rindu saat dimana kau menghukumku hyung" kata Chanyeol. Matanya menelusuri setiap sudut ruangan itu.

"Jinjjayo ? Hahaha, mau kuhukum ?" gurau Yixing kemudian melepas jas putihnya dan menyampirkannya di kursi. "Ah, iya lihat ini"

Chanyeol menerima selembar kertas. "Apa ini ?" tanya Chanyeol serius. Ia membaca isi kertas itu.

Yixing dengan santainya duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "duduklah dulu—" kata Yixing. "Emm, Seoul University."

"Universitas itu akan mengirim 2-3 siswa ke sini untuk magang ?" Yixing mengangguk menanggapi pertanyaan bodoh itu. Jelas jelas tertulis di kertas itu.

"Kumohon kau yang mengurus salah satu dari mereka nantinya oke ?" kata Yixing. Chanyeol mengerutkan kening. "Aku sudah mengurus Soomin dan anak-anak lainnya, tentu saja sibuk, oh ya ditambah seorang dari siswa itu" Yixing menjawab seakan tau apa yang Chanyeol pikirkan.

"Arraseoyo hyungnim— semoga saja mahasiswi yang akan kutangani" kata Chanyeol mengundang jitakan dari Yixing. "Appo.. Tapi aku akan berusaha hyung"

"iya iya maaf, sudah— sana periksa anak lain, cek bagaimana keadaannya sebelum kau pulang" kata Yixing.

Yixing tahu benar Chanyeol adalah seorang dokter yang baik. Yixing bisa tau dari sikap Chanyeol sejak menjadi dokter magang sampai sekarang. Chanyeol bergaul dengan baik dengan semua anak anak. Lucunya, Chanyeol bahkan bisa menghibur jika dokter lain tidak bisa!

"Eung— kutinggal dulu hyung" kata Chanyeol keluar sambil membawa kertas tadi.

Yixing diam-diam tersenyum penuh arti sebelum akhirnya ke kamar pasien lain.

.

.

Hari yang melelahkan bagi Chanyeol akhirnya selesai mengecek kondisi beberapa pasien, akhirnya ia pulang ke apartemennya. Setelah membersihkan diri, Chanyeol lebih memilih untuk memasak untuk makan malamnya.

"kenapa tidak ada telur ?" gumam Chanyeol. "Apa aku harus membelinya ?" 2 detik kemudian Chanyeol sudah menyambar mantelnya dan keluar lagi.

Pemuda dengan kaos biru dan celana panjang ditambah snap back itu keluar dengan santainya. Sampai di supermarket terdekat ia segera mencari barang yang ia butuhkan. Pemuda bertubuh tinggi itu melangkah ke kasir saat tiba-tiba ada seorang pemuda berkemeja putih yang merebut tempat barisannya.

"Maaf, kau bisa berdiri dibelakangku kan ?"

"Aniii— maaf, aku sedang butuh sekali" cerocos pemuda itu, membuat kerutan di kening Chanyeol bertambah dalam. Pemuda di depannya itu memang terlihat gelisah, tapi Chanyeol yang pada dasarnya tidak gampang mengalah masih tidak terima karena barisannya diambil.

"Mwoya, aku hanya beli ini, dan tidak ada 10 menit, bisa menunggu kan ?" cerocos Chanyeol tajam. Pemuda dihadapannya itu masih menatap Chanyeol sama tajamnya.

"Arraseo, kita baris berdua, jadi membayar bersama— adilkan ?" kata Chanyeol final. Pemuda itu mengangguk.

Saat giliran barisan mereka, "Tolong struk pembayarannya di pisah, kembaliannya juga" kata pemuda itu sinis. "Barangnya tolong di pisah kantung plastiknya ya " lanjut Chanyeol tak kalah sinis.

Seorang wanita yang ada di belakang kasir itu melongo menatap kedua pemuda yang saling menatap tajam. Setelah selesai, Pemuda berkemeja putih itu langsung pergi ke arah yang berbeda dengan Chanyeol.

Chanyeol tak habis pikir dengan pemuda yang bahkan lebih pendek darinya itu. 'Kurasa dia masih anak SMA, Aish, anak jaman sekarang' batin Chanyeol sambil menghela napasnya dan berjalan menuju apartemennya.

.

.

"Eomma, ige" kata Baekhyun sambil menyerahkan sekantung plastik barang belanjaannya. Setelah beradu mulut dengan namja tinggi yang bahkan tidak ia kenal dan tidak punya rasa kasihan –setidaknya itu menurut Baekhyun, akhirnya ia pulang dengan saus jajjangmyeon yang ibunya minta.

"Ah, bagus, gomapta Baekhyun-a" kata ibunya singkat. Setelah makan malam tadi ibunya langsung memaksanya pergi ke supermarket terdekat.

Baekhyun langsung masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya dengan posisi telentang. "Ughh.. namja itu siapa ? bahkan tidak ingin memberikan gilirannya kepada aku yang kedinginan karena tidak memakai mantel, cih, nappeun namja " cerocos Baekhyun.

Kening pemuda berkemeja putih itu mengerut. Baekhyun langsung mengambil sweaternya dan memakainya.

Baekhyun merangkak meraih bantal dan gulingnya dan memejamkan matanya, berharap besok, ia tidak akan bertemu dengan orang seperti namja menyebalkan itu.

Sementara dilain tempat, Chanyeol masih berkutat dengan lembaran kertas, ia masih harus belajar tentang beberapa penyakit yang langka yang menyerang anak-anak. Ia menghela napas dan mengedarkan pandangannya, matanya menangkap gitarnya. Ia akan membawa gitar itu besok.

Ia juga akan jadi dokter jaga sampai malam besok, Chanyeol lalu membereskan kertas-kertas itu dan merebahkan tubuhnya.

Berharap ada kejadian menarik yang terjadi besok—

.

.

Pemuda berkemeja biru yang dibalut sweater putih itu berlari di koridor sekolah, tidak, tidak. Ia tidak terlambat, sekarang jam istirahat malah. Banyak anak bergerombol di sekitar papan pengumuman, saling berebut tempat untuk melihat pengumuman hasil ujian kemarin.

Begitu pula Baekhyun yang mendengar kabar itu dari Kyungsoo, dan Jongdae.

"Ya! Byun Baekhyun!" teriak Jongdae yang kelelahan mengejar Baekhyun.

"Hosh hosh… Pelan sedikit kalau jalan!" lanjut Kyungsoo yang berhenti di sebelah Jongdae. Seakan tidak mendengar, dalam hitungan detik Baekhyun sudah masuk kedalam kerumunan orang banyak itu.

Sementara kedua sahabatnya hanya melihat kerumunan yang bertambah besar itu dari jauh. "Astaga, Banyak sekali yang ikut tes kali ini ?"

"Eung— apa menariknya sih dunia kedokteran dan sebagainya itu ?" kata Jongdae sambil menggelengkan kepalanya.

"YA! KYUNGSOO-YAH! JONGDAE-YAH!" pekik Baekhyun yang tersenyum.

"Mwo ? Kau masuk dalam salah satu siswa yang akan dikirim kan ?" tebak Kyungsoo. Jongdae tertawa melihat Baekhyun mengerucut. Tadinya Baekhyun ingin mengerjai mereka dengan mengatakan bahwa ia tidak lulus dalam ujian itu.

"Kau itu gampang di tebak Byun-ssi" tambah Jongdae. "Chukkae, semoga harimu menyenangkan disana" lanjutnya.

Dan mulai siang ini, Baekhyun akan belajar menjadi dokter sungguhan, bukan hanya teori yang membuatnya mengantuk, tapi ia juga akan melihat bagaimana dokter bekerja. Baekhyun akan pergi ke rumah sakit anak itu selama dua bulan, kemudian membuat makalah tentang dokter dan bagaimana dokter bekerja!

YES! Akhirnya, ia tidak harus mengikuti pelajaran yang membosankan di kelas. Setidaknya di rumah sakit masih ada waktu senggang yang bisa Baekhyun gunakan untuk makan siang.

Siang itu setelah kelas kelima hari ini, Baekhyun dipanggil Jang-saem untuk segera naik ke mobil bersama seorang namja yang tersenyum ramah padanya. Junmyeon, siapa lagi memang ? Hahaha, dia bahkan lebih pintar dari Baekhyun sebenarnya.

.

.

Jam 09.00, Chanyeol baru bangun saat itu. Ia harus sampai dirumah sakit anak pukul 12.45. Jadi lumayan untuk menghabiskan pagi ini untuk sarapan. Beberapa hari belakangan Chanyeol tidak menjaga pola dan waktu makannya.

Setelah mandi, pemuda bermarga Park itu memanggang roti dan menuang susu ke gelas kaca. Ia duduk dan tersenyum. "Jalmokgoseumnida!" katanya lucu lalu mulai melahap selembar roti panggangnya sambil membaca beberapa materi tentang penyakit.

Setelah selesai, Chanyeol mulai menyiapkan hal-hal yang akan ia bawa. Gitar, Ponsel, Charger— ya itu barang utama. Kemudian file-file yang harus ia bawa karena ada rapat hari ini.

Ia menatap selembar kertas yang diberikan Yixing kemarin. "Hmm—" gumamnya smabil mengambil ponselnya.

'From : Yixing-hyung

YA PARK CHANYEOL— Soomin meraung mencarimu,

Oh ya, Chanyeol-a, tadi pagi aku menerima email dari Seoul University, bahwa hanya ada dua mahasiswa yang ke sini, jam 15.00— cepat datang, nanti mereka akan ikut kita rapat agar mengerti bagaimana dokter bekerja

Jangan TERLAMBAT!'

Chanyeol terkekeh saat membaca pesan yang cukup panjang dari Yixing itu. Ia meneguk susu yang ada kemudian membereskan piring dan gelas bekas sarapannya.

.

.

Siang itu sekitar jam 14.25, Chanyeol sedang berada di ruang kerjanya, memikirkan beberapa file yang harus ia siapkan untuk dipelajari mahasiswa itu. Ia harus bisa menjadi senior yang baik.

Matanya bergerak membaca file-demi-file yang ada.

"Hemm.. selesai," gumamnya lalu mengedarkan pandangan sampai matanya menuju pada gitarnya yang ia bawa. Seulas senyum di bibirnya menandakan bahwa ia akan memainkan gitar itu di ruang bermain.

Chanyeol membawa gitarnya dan berjalan ke ruang bermain anak-anak, bermaksud untuk menghibur beberapa anak yang sedang bermain.

"Chanyeol-a, kau sebentar lagi rapat kan ?" tanya Yixing yang bertemu dengan Chanyeol. Chanyeol mengangguk. "Awas kalau mengantuk lagi,"

"Hehehe, hyung, apa Soomin tidur ?" tanya Chanyeol. Ia ingin sekali mengajak gadis kecil itu ke ruang bermain.

Yixing menggeleng. "Tidak, kurasa tidak— terakhir dia minum obat dan masih tertawa bersamaku" kata Yixing.

"Ah, Arra" Chanyeol baru saja ingin beranjak pergi. "Apa mahasiswa itu sudah datang ?" lanjutnya sambil menahan lengan Yixing.

"Belum, sebentar lagi—" kata Yixing kemudian tersenyum dan pergi.

.

.

Yixing tersenyum kemudian meninggalkan Chanyeol, ia tau Chanyeol adalah dokter muda yang gampang bergaul dengan anak kecil. "Sunbaenim" kata seorang perawat. "Ini, data siswa dari Seoul University, baru saja sampai" katanya.

Yixing tersenyum. "Gomapta" Tangannya membuka isi amplop coklat itu. Dua lembar kertas berisi biodata siswa yang akan magang di rumah sakit ini untuk beberapa saat. DI kedua lembar kertas itu terdapat foto.

Mata sipit Yixing mengamati keduanya lekat. "Apa itu kau ?" gumamnya saat melihat foto pada lembar biodata milik siswa bernama 'Kim Junmyeon'

"Hmm, Kim Junmyeon dan Byun Baekhyun ?" gumam Yixing. Ia menyimpan biodata Junmyeon di laci meja kerjanya sementara meletakkan biodata milik Baekhyun di meja Chanyeol.

"Ku harap itu kau myeoni—"

.

.

Lain halnya di ruang bermain, semua anak-anak termasuk Soomin, tertawa bersama karena permainan gitar Chanyeol. Setelah puas menghibur mereka, Chanyeol mengantar Soomin ke kamarnya kemudian ia bergegas ke ruang kerjanya.

Tangan cekatannya menyambar file-file yang sudah di susunnya tadi. Bersamaan dengan biodata milik siswa yang bahkan belum Chanyeol baca dan amati. Sudahlah, tak ada waktu untuk itu. Rapat akan segera dimulai.

Bisa-bisa ia akan diomeli Yixing jika telat.

"Ah, Hyung!" teriak Chanyeol. Yixing yang dipanggil menoleh. "Apa mahasiswa itu sudah datang ?"

Yixing mengangguk, "Mereka di ruang rapat"

Chanyeol mengangguk kemudian berjalan bersama Yixing. "Kau sebagai senior harus bisa bersikap baik pada mahasiswa yang kau ajari nanti," kata Yixing.

"Hmm, arraseo hyungnim" Chanyeol terkekeh sambil memasuki ruang rapat. Direktur rumah sakit ini juga sudah ada di ruang rapat.

"Kau duduk di sana, dengan mahasiswa yang kau ajari, " kata Yixing sambil menunjuk seorang pemuda yang duduk sendiri. Bangku di sebelahnya kosong. Ruang rapat ini memang terdiri atas beberapa meja, yang disetiap mejanya ada dua bangku untuk dokter. "Biasanya, Direktur Kim memakai bahasa kedokteran yang sulir, dan kurasa mereka belum mengerti, jadi ajari mereka dengan sabar Park"

Setelah mengoceh, Yixing meninggalkan Chanyeol dan duduk di sebelah Junmyeon. "Annyeong Hasseo uisanim" kata Junmyeon tersenyum.

Senyum yang bahkan belum lepas dari ingatan Yixing. "Tak perlu seformal itu, panggil saja sunbae— karena mulai sekarang, aku yang akan mengajarimu" kata Yixing bijak. Junmyeon mengangguk dan tersenyum.

"Perkenalkan dirimu" kata Yixing lagi.

"Ekhem— Annyeong hasseo Kim Junmyeon imnida, aku mahasiswa Seoul University jurusan—" belum sampai ia menyelesaikan kalimatnya terdengar suara bass Chanyeol beradu dengan suara Baekhyun.

"KAU ?"

"KAU !"

TBC

Gimana ? -_-"

Panjang banget ya ? Hehe maaf kalo kepanjangan dan banyak typo—

Ceritanya di sini, Chanyeol lebih tua daripada Baekhyun gituu..

Review yaa, kasih saran pleasee :3

THANKYOU JUGA BUAT READERS-NIM YANG UDAH MAU REVIEW DI 'Baby ?' :3

Wah, banyak yang minta next, tapi aku udah nyelesaiin ff yang 'Baby?' itu -_- maaf yaa yang minta nextt.

Thanks to :

FairyFaith | meliarisky7 | RZHH 261220 II | hanhyewon357 | .58 | Kim YeHyun | Fa | Oh chaca | Guest (2) | karina | ChagiLu